SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
PERNYATAAN PERS

           SETARA Institute dan Solidaritas Korban Pelanggaran Kebebasan
                      Beragama/Berkeyakinan (SOBAT KBB)

     INTOLERANSI, DISKRIMINASI, DAN KEKERASAN DI BEKASI, JAWA BARAT

                               Jakarta, 18 Maret 2013



1.    Sikap antikebaragaman dan menafikan tafsir keagamaan di luar keyakinan
      mayoritas sebagai fakta dinamika sosial yang mendapatkan jaminan
      konstiitusional cenderung mempunyai “posisi istimewa” di ruang publik Bekasi,
      Jawa Barat. Para pemangku kebijakan mulai dari pemerintah daerah, aparat
      kepolisian, DPRD Kota Bekasi, tokoh agama dan elemen lain serta masyarakat
      secara bersama-sama memperagakan tindakan intoleran. SETARA Institute
      merekam peristiwa-peristiwa intoleransi di Bekasi telah menularkan virus
      antikeberagaman ke daerah-daerah lain. Berbagai peristiwa yang terjadi di
      Bekasi juga menjadi penanda bahwa intoleransi berinkubasi di Kota Bekasi.

2.    Kelompok minoritas keagamaan/keyakinan di Bekasi mendapatkan perlakuan
      diskriminasi dan sering menjadi target aksi kekerasan atas nama agama.
      Komunitas Ahmadiyah dan jemaat Kristiani menjadi kelompok rentan yang
      paling sering menjadi korban sikap antikeberagaman dan ekspresi praktik
      penunggalan tafsir keagamaan oleh mayoritas. Kelompok intoleran
      mendapatkan dukungan penuh para pemangku kebijakan lokal di Kota Bekasi.

3.    Kota Bekasi memiliki banyak faktor yang kemudian meradikalisasi publik
      bekasi untuk bersikap dan bertindak intoleran: pertumbuhan pemukiman yang
      menuntut juga kehadiran tempat ibadah, kesenjangan ekonomi, kontestasi
      perebutan sumberdaya ekonomi-politik, dan dugaan berbagai tindakan yang
      dianggap sebagai kristenisasi. Selain desain peraturan soal kehidupan
      beragama/berkeyakinan yang diskriminatif, berbagai dinamika sosial baru di
      Kota Bekasi telah semakin memantik percepatan radikalisasi publik.

4.    Pada bulan November 2008 sekitar 10 Ormas Islam mengadakan pertemuan
      dalam rangka merespon yang dinilai oleh mereka sebagai gerakan kristenisasi
      di Bekasi. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan sebuah kesepakatan untuk
      membentuk aliansi kekuatan pembentengan akidah. Atas usul Ustadz
      Badruzzaman Busyairi, anggota FKUB Kota Bekasi, aliansi itu diberi nama Front
      Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB). Terpilih sebagai ketua Ustadz Abu Al Izz,
      aktivis Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) Bekasi. Sementara jabatan wakil
      ketua dipegang Nazirul Gobi dari FPI. FAPB pada gilirannya bermetamorfosis
      sebagai wadah berhimpun kelompok organisasi intoleran di Bekasi. Untuk
      memperkokoh gerakanya, FAPB mengajak pelajar di Bekasi berpartisipasi
      dalam aktivitas itu. Pada bulan Juni 2010 dideklarasikan Gerakan Pelajar Anti
      Pemurtadan (GPAP).

5.    Pada 5 Februari 2010 Front Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB) bersama kelompok
      intoleran lainnya seperti FPI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), termasuk organisasi
yang selama ini dianggap moderat seperti Persis, Muhammadiyah bahkan FKUB
     Kota Bekasi, melakukan penghentian paksa aktivitas ibadah di gereja
     Perumahan Taman Galaxy, Jaka Setia, Bekasi. Aksi penghentian paksa tersebut
     dilancarkan dengan dalih gereja berada di tengah-tengah kawasan komunitas
     muslim sehingga kegiatan ibadah yang dilakukan jemaat dinilai meresahkan
     warga.

6.   Atas desakan kelompok intoleran pemerintah Kota/Kabupaten Bekasi
     melakukan penyegelan terhadap beberapa rumah ibadah. Pada 1 Januari 2010,
     gereja HKBP Cibitung, Duren Sawit disegel pemerintah Kabupaten Bekasi. Nasib
     serupa juga menimpa gereja HKBP Filadelpia, Duren jaya, Desa Jejalen
     Kecamatan Tambun, Bekasi disegel Pemkab Bekasi pada 14 Januari 2010.
     Pemerintah kabupaten Bekasi juga menyegel gereja HKBP Pondok Timur Indah,
     1 Maret 2010. Pemerintah Kota Bekasi juga melakukan penyegelan gereja HKBP
     Kaliabang, Harapan Jaya pada 11 Febuari 2012. Dan terakhir pada 7 Maret 2013
     gereja HKBP Setu, Perumnas II Bekasi menjadi sasaran kebijakan pemerintah
     kabupaten Bekasi yang dikeluarkan akibat desakan kelompok intoleran.

7.   Penetapan status tersangka Pdt. Palti Panjaitan oleh Polresta Bekasi pada 13
     Maret 2013, tokoh yang selama ini memperjuangkan hak jemaat HKBP
     merupakan modus baru yang sekarang digunakan oleh aparatur negara untuk
     menekan perjuangan jemaat. Hal serupa terjadi di Rancaekek, Sumedang Jawa
     Barat, menimpa Daden Sudjana (Ahmadiyah), Tajul Muluk (Syiah), dll.
     Kriminalisasi adalah serangkaian upaya pelabelan (labeling) tindakan kriminal
     atas perbuatan hukum yang pada prinsipnya tidak in heren dan bukan jenis
     tindakan kriminal. Sama dengan di tempat lainnya, penetapan tersangka atas
     Pdt. Palti Panjaitan merupakan buah keberhasilan desakan kelompok intoleran.

8.   Kehadiran komunitas Ahmadiyah di Indonesia, terutama di Bekasi masih belum
     diperlakukan sebagai saudara sebangsa yang memiliki hak setara untuk
     menjalankan keagamaan yang diyakininya. Serangkaian perlakuan diskriminatif
     dan aksi-aksi intoleran menjadi ujian yang tak kunjung usai. Apalagi gerakan
     antikeberagaman di Bekasi mendapatkan restu formal dari pemerintah daerah.
     Terbukti pada 14 Februari 2013 Masjid Al-Misbah di Jalan Pangrango Terusan
     No. 44 RT 001/RW 004, Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi disegel.
     Penyegelan tersebut dilakukan karena ada ancaman dari kelompok intoleran
     yang berencana menutup secara paksa jika pemerintah kota tidak bertindak.

9.   Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No.
     9/2006, No. 8/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/
     Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
     Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Surat Keputusan Bersama 3
     Menteri No. 3/2008, No. 199 dan Kep-033/A/JA/6/2008 tentang Peringatan
     dan Perintah kepada Penganut, Anggota dan/atau Anggota Pengurus Jamaah
     Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat, Pergub Jawa Barat No.
     12/2011 tentang Peringatan, Larangan Ajaran dan Aktivitas Anggota
     Ahmadiyah, Peraturan Walikota Bekasi No. 40/2011 tentang larangan aktivitas
     Ahmadiyah di Kota Bekasi dan fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/MUI/15/2005
     tentang Aliran Ahmadiyah secara konsisten dijadikan rujukan utama dan
     landasan legal formal pemerintah daerah, aparat kepolisian, DPRD Kota Bekasi,
tokoh agama dan elemen lain serta masyarakat yang berafiliasi pada gerakan
    intoleran dalam mengaburkan konsepsi jaminan konstitusional kebebasan
    beragama/berkeyakinan bagi setiap warga negara termasuk masyarakat
    Bekasi.

10. Pendirian rumah ibadah dan pelaksanaan praktik keagamaan berdasarkan
    keyakinannya adalah hak yang melekat dalam hak beragama/ berkeyakinan.
    Tetapi atas nama kerukunan, ketertiban, Peraturan Bersama Menteri Agama
    dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9/2006, No. 8/2006 tentang Pedoman
    Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan
    Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama
    dan Perwali Bekasi No. 40/2011 tentang Larangan Aktivitas Ahmadiyah di Kota
    Bekasi, yang menjadi acuan pengaturan pendirian rumah ibadah dan
    pembatasan praktik keagamaan justeru melembagakan diskriminasi terhadap
    elemen-elemen warga negara untuk mendirikan rumah ibadah dan
    membenarkan penghakiman ideologi yang diyakini komunitas Ahamdiyah.

11. Mempersoalkan pendirian dan pemanfaatan fasilitas bangunan umat kristiani
    dan penyegelan masjid komunitas Ahmadiyah serta penetapan tersangka atas
    Pdt. Palti Panjaitan di Bekasi sulit diterima nalar demokrasi konstitusional.
    Pelarangan menjalankan ibadah menurut kepercayaan dan keyakinan yang
    dilakukan pemerintah kota Bekasi mencerminkan lemahnya komitmen
    berkonstitusi. Pelarangan menjalankan ibadat menurut kepercayaan dan
    keyakinan warga negara merupakan tindakan perampasan hak-hak
    konstitusional warga negara tanpa terkecuali yang semestinya mendapat
    tempat perlindungan, pemenuhan dan pemajuan pemerintah.

12. Pemerintah daerah Kota/Kabupaten Bekasi telah mengabaikan fungsi dan
    tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pertama,
    konstruksi desentralisasi menghendaki terciptanya pemerintah daerah yang
    melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kerukunan, sebagaimana pasal
    22 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah daerah. Kedua, optimalisai otonomi
    daerah disiapkan untuk meningkatkan kemudahan akses pelayanan warga
    negara. Namun, proses perizinan pendirian gereja di Bekasi dipersulit,
    akibatnya kekosongan IMB menjadi celah penyegelan gereja. Penyegelan masjid
    Al-Misbah milik komunitas Ahmadiyah di Bekasi mendeskripsikan secara nyata
    minimnya komitmen pemerintah daerah untuk mencapai cita-cita otonomi
    daerah dan pembangkangan atas nilai-nilai konstitusi.



Kontak Person:

    Bonar Tigor Naipospos (Wakil Ketua SETARA Institute, 0811819174)
    Abdul Khoir (Peneliti SETARA Institute, 0813 134 91943)
•

    Palti panjaitan (Koordinator Nasional SOBAT KBB, 081318421070)
•

    Pdt. Adven Leonard Nababan (HKBP Setu, 08128566942)
•

    Deden Sudjana (Ahmadiyah Bekasi, 08558007234)
•
•
Lampiran

Pelanggaran Jaminan Konstitusi RI

Pengingkaran terhadap Konstitusi RI jelas tampak dalam rangkaian peristiwa
diskrimitatif dan intoleran di Bekasi;

Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945: “Negara Indonesia adalah negara hukum”.

Pasal 27 ayat (1)UUD Negara RI 1945: “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.

Pasal 28-D ayat (1)UUD Negara RI 1945: “Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum”.

Pasal 28-I ayat (1-2)UUD Negara RI 1945:
“(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.
“(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu”.

Pasal 28-E ayat (1), (2) dan (3):
“(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”.
“(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran,
dan sikap sesuai dengan hati nuraninya”.
“(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat”.

Pasal 28-I ayat (1) dan (2)UUD Negara RI 1945:
“(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.
“(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu”.

Pasal 29 ayat (2)UUD Negara RI 1945:“(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu”.

More Related Content

Viewers also liked

Biology experiment
Biology experiment Biology experiment
Biology experiment RRFO11
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046erlin0305
 
Animal kingdom
Animal kingdomAnimal kingdom
Animal kingdomnlupercio
 
Introduction The General
Introduction The General  Introduction The General
Introduction The General RRFO11
 
القران الكريم كامل
القران الكريم كاملالقران الكريم كامل
القران الكريم كاملrorosam
 
Socioliguictic's assignment
Socioliguictic's assignmentSocioliguictic's assignment
Socioliguictic's assignmentEdin Siadari
 
Business plans powerpoint
Business plans powerpointBusiness plans powerpoint
Business plans powerpointmukarram123
 
Unit 4 biodiversity of animals invertebrates
Unit 4 biodiversity of animals invertebratesUnit 4 biodiversity of animals invertebrates
Unit 4 biodiversity of animals invertebrateshlengizwe10
 
Fm assignment - Dividends
Fm assignment - DividendsFm assignment - Dividends
Fm assignment - Dividendsdevang1985
 
Ambient intellegence
Ambient intellegenceAmbient intellegence
Ambient intellegenceLovely Singla
 
Hi tech legal transcription services
Hi tech legal transcription servicesHi tech legal transcription services
Hi tech legal transcription serviceslegaltranscriptions
 
Luxembourg stock exchange
Luxembourg stock exchangeLuxembourg stock exchange
Luxembourg stock exchangeLovely Singla
 

Viewers also liked (14)

Biology experiment
Biology experiment Biology experiment
Biology experiment
 
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
Kurikulum & pembelajaran erlin yulian febrianti pe 2011031046
 
Animal kingdom
Animal kingdomAnimal kingdom
Animal kingdom
 
Introduction The General
Introduction The General  Introduction The General
Introduction The General
 
القران الكريم كامل
القران الكريم كاملالقران الكريم كامل
القران الكريم كامل
 
Socioliguictic's assignment
Socioliguictic's assignmentSocioliguictic's assignment
Socioliguictic's assignment
 
Business plans powerpoint
Business plans powerpointBusiness plans powerpoint
Business plans powerpoint
 
Unit 4 biodiversity of animals invertebrates
Unit 4 biodiversity of animals invertebratesUnit 4 biodiversity of animals invertebrates
Unit 4 biodiversity of animals invertebrates
 
Fm assignment - Dividends
Fm assignment - DividendsFm assignment - Dividends
Fm assignment - Dividends
 
Ambient intellegence
Ambient intellegenceAmbient intellegence
Ambient intellegence
 
Hi tech legal transcription services
Hi tech legal transcription servicesHi tech legal transcription services
Hi tech legal transcription services
 
Cadbury ppt
Cadbury pptCadbury ppt
Cadbury ppt
 
Luxembourg stock exchange
Luxembourg stock exchangeLuxembourg stock exchange
Luxembourg stock exchange
 
Lakme
LakmeLakme
Lakme
 

Similar to Pernyataan pers setara institute & sobat kbb 18 maret 2013

Peduli Yasmin 28 Oktober 2012
Peduli Yasmin 28 Oktober 2012Peduli Yasmin 28 Oktober 2012
Peduli Yasmin 28 Oktober 2012TimMediaYasmin
 
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptx
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptxRencana Strategis Pemikiran KHD.pptx
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptxWalanYudiani2
 
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdf
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdfDinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdf
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdfAbuSalik
 
KAMPUNG MODERASI BERAGAMA
KAMPUNG MODERASI BERAGAMAKAMPUNG MODERASI BERAGAMA
KAMPUNG MODERASI BERAGAMAmuhammad iqbal
 
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012TimMediaYasmin
 
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristen
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristenSkripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristen
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristenMarulitua Sianturi
 

Similar to Pernyataan pers setara institute & sobat kbb 18 maret 2013 (12)

Peduli Yasmin 28 Oktober 2012
Peduli Yasmin 28 Oktober 2012Peduli Yasmin 28 Oktober 2012
Peduli Yasmin 28 Oktober 2012
 
Rumah ibadah
Rumah ibadahRumah ibadah
Rumah ibadah
 
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat BeragamaRegulasi Kerukunan Umat Beragama
Regulasi Kerukunan Umat Beragama
 
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptx
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptxRencana Strategis Pemikiran KHD.pptx
Rencana Strategis Pemikiran KHD.pptx
 
Siapa yang sesat
Siapa yang sesatSiapa yang sesat
Siapa yang sesat
 
VISI MISI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
VISI MISI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAMVISI MISI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
VISI MISI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
 
PPT KONGHUCU AIDA.pdf
PPT KONGHUCU AIDA.pdfPPT KONGHUCU AIDA.pdf
PPT KONGHUCU AIDA.pdf
 
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdf
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdfDinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdf
Dinamika Riset dan Inovasi_Aji Sofanudin 2022.pdf
 
KAMPUNG MODERASI BERAGAMA
KAMPUNG MODERASI BERAGAMAKAMPUNG MODERASI BERAGAMA
KAMPUNG MODERASI BERAGAMA
 
Sistem kasta
Sistem kastaSistem kasta
Sistem kasta
 
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012
Pernyataan pers gki yasmin 28 oktober 2012
 
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristen
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristenSkripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristen
Skripsi legalisasi perkumpulan freemason ditinjau dari perspektif iman kristen
 

Pernyataan pers setara institute & sobat kbb 18 maret 2013

  • 1. PERNYATAAN PERS SETARA Institute dan Solidaritas Korban Pelanggaran Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (SOBAT KBB) INTOLERANSI, DISKRIMINASI, DAN KEKERASAN DI BEKASI, JAWA BARAT Jakarta, 18 Maret 2013 1. Sikap antikebaragaman dan menafikan tafsir keagamaan di luar keyakinan mayoritas sebagai fakta dinamika sosial yang mendapatkan jaminan konstiitusional cenderung mempunyai “posisi istimewa” di ruang publik Bekasi, Jawa Barat. Para pemangku kebijakan mulai dari pemerintah daerah, aparat kepolisian, DPRD Kota Bekasi, tokoh agama dan elemen lain serta masyarakat secara bersama-sama memperagakan tindakan intoleran. SETARA Institute merekam peristiwa-peristiwa intoleransi di Bekasi telah menularkan virus antikeberagaman ke daerah-daerah lain. Berbagai peristiwa yang terjadi di Bekasi juga menjadi penanda bahwa intoleransi berinkubasi di Kota Bekasi. 2. Kelompok minoritas keagamaan/keyakinan di Bekasi mendapatkan perlakuan diskriminasi dan sering menjadi target aksi kekerasan atas nama agama. Komunitas Ahmadiyah dan jemaat Kristiani menjadi kelompok rentan yang paling sering menjadi korban sikap antikeberagaman dan ekspresi praktik penunggalan tafsir keagamaan oleh mayoritas. Kelompok intoleran mendapatkan dukungan penuh para pemangku kebijakan lokal di Kota Bekasi. 3. Kota Bekasi memiliki banyak faktor yang kemudian meradikalisasi publik bekasi untuk bersikap dan bertindak intoleran: pertumbuhan pemukiman yang menuntut juga kehadiran tempat ibadah, kesenjangan ekonomi, kontestasi perebutan sumberdaya ekonomi-politik, dan dugaan berbagai tindakan yang dianggap sebagai kristenisasi. Selain desain peraturan soal kehidupan beragama/berkeyakinan yang diskriminatif, berbagai dinamika sosial baru di Kota Bekasi telah semakin memantik percepatan radikalisasi publik. 4. Pada bulan November 2008 sekitar 10 Ormas Islam mengadakan pertemuan dalam rangka merespon yang dinilai oleh mereka sebagai gerakan kristenisasi di Bekasi. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk aliansi kekuatan pembentengan akidah. Atas usul Ustadz Badruzzaman Busyairi, anggota FKUB Kota Bekasi, aliansi itu diberi nama Front Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB). Terpilih sebagai ketua Ustadz Abu Al Izz, aktivis Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) Bekasi. Sementara jabatan wakil ketua dipegang Nazirul Gobi dari FPI. FAPB pada gilirannya bermetamorfosis sebagai wadah berhimpun kelompok organisasi intoleran di Bekasi. Untuk memperkokoh gerakanya, FAPB mengajak pelajar di Bekasi berpartisipasi dalam aktivitas itu. Pada bulan Juni 2010 dideklarasikan Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan (GPAP). 5. Pada 5 Februari 2010 Front Anti Pemurtadan Bekasi (FAPB) bersama kelompok intoleran lainnya seperti FPI, GPI (Gerakan Pemuda Islam), termasuk organisasi
  • 2. yang selama ini dianggap moderat seperti Persis, Muhammadiyah bahkan FKUB Kota Bekasi, melakukan penghentian paksa aktivitas ibadah di gereja Perumahan Taman Galaxy, Jaka Setia, Bekasi. Aksi penghentian paksa tersebut dilancarkan dengan dalih gereja berada di tengah-tengah kawasan komunitas muslim sehingga kegiatan ibadah yang dilakukan jemaat dinilai meresahkan warga. 6. Atas desakan kelompok intoleran pemerintah Kota/Kabupaten Bekasi melakukan penyegelan terhadap beberapa rumah ibadah. Pada 1 Januari 2010, gereja HKBP Cibitung, Duren Sawit disegel pemerintah Kabupaten Bekasi. Nasib serupa juga menimpa gereja HKBP Filadelpia, Duren jaya, Desa Jejalen Kecamatan Tambun, Bekasi disegel Pemkab Bekasi pada 14 Januari 2010. Pemerintah kabupaten Bekasi juga menyegel gereja HKBP Pondok Timur Indah, 1 Maret 2010. Pemerintah Kota Bekasi juga melakukan penyegelan gereja HKBP Kaliabang, Harapan Jaya pada 11 Febuari 2012. Dan terakhir pada 7 Maret 2013 gereja HKBP Setu, Perumnas II Bekasi menjadi sasaran kebijakan pemerintah kabupaten Bekasi yang dikeluarkan akibat desakan kelompok intoleran. 7. Penetapan status tersangka Pdt. Palti Panjaitan oleh Polresta Bekasi pada 13 Maret 2013, tokoh yang selama ini memperjuangkan hak jemaat HKBP merupakan modus baru yang sekarang digunakan oleh aparatur negara untuk menekan perjuangan jemaat. Hal serupa terjadi di Rancaekek, Sumedang Jawa Barat, menimpa Daden Sudjana (Ahmadiyah), Tajul Muluk (Syiah), dll. Kriminalisasi adalah serangkaian upaya pelabelan (labeling) tindakan kriminal atas perbuatan hukum yang pada prinsipnya tidak in heren dan bukan jenis tindakan kriminal. Sama dengan di tempat lainnya, penetapan tersangka atas Pdt. Palti Panjaitan merupakan buah keberhasilan desakan kelompok intoleran. 8. Kehadiran komunitas Ahmadiyah di Indonesia, terutama di Bekasi masih belum diperlakukan sebagai saudara sebangsa yang memiliki hak setara untuk menjalankan keagamaan yang diyakininya. Serangkaian perlakuan diskriminatif dan aksi-aksi intoleran menjadi ujian yang tak kunjung usai. Apalagi gerakan antikeberagaman di Bekasi mendapatkan restu formal dari pemerintah daerah. Terbukti pada 14 Februari 2013 Masjid Al-Misbah di Jalan Pangrango Terusan No. 44 RT 001/RW 004, Jatibening Baru, Pondok Gede, Kota Bekasi disegel. Penyegelan tersebut dilakukan karena ada ancaman dari kelompok intoleran yang berencana menutup secara paksa jika pemerintah kota tidak bertindak. 9. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9/2006, No. 8/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, Surat Keputusan Bersama 3 Menteri No. 3/2008, No. 199 dan Kep-033/A/JA/6/2008 tentang Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota dan/atau Anggota Pengurus Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat, Pergub Jawa Barat No. 12/2011 tentang Peringatan, Larangan Ajaran dan Aktivitas Anggota Ahmadiyah, Peraturan Walikota Bekasi No. 40/2011 tentang larangan aktivitas Ahmadiyah di Kota Bekasi dan fatwa MUI No. 11/MUNAS VII/MUI/15/2005 tentang Aliran Ahmadiyah secara konsisten dijadikan rujukan utama dan landasan legal formal pemerintah daerah, aparat kepolisian, DPRD Kota Bekasi,
  • 3. tokoh agama dan elemen lain serta masyarakat yang berafiliasi pada gerakan intoleran dalam mengaburkan konsepsi jaminan konstitusional kebebasan beragama/berkeyakinan bagi setiap warga negara termasuk masyarakat Bekasi. 10. Pendirian rumah ibadah dan pelaksanaan praktik keagamaan berdasarkan keyakinannya adalah hak yang melekat dalam hak beragama/ berkeyakinan. Tetapi atas nama kerukunan, ketertiban, Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9/2006, No. 8/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Perwali Bekasi No. 40/2011 tentang Larangan Aktivitas Ahmadiyah di Kota Bekasi, yang menjadi acuan pengaturan pendirian rumah ibadah dan pembatasan praktik keagamaan justeru melembagakan diskriminasi terhadap elemen-elemen warga negara untuk mendirikan rumah ibadah dan membenarkan penghakiman ideologi yang diyakini komunitas Ahamdiyah. 11. Mempersoalkan pendirian dan pemanfaatan fasilitas bangunan umat kristiani dan penyegelan masjid komunitas Ahmadiyah serta penetapan tersangka atas Pdt. Palti Panjaitan di Bekasi sulit diterima nalar demokrasi konstitusional. Pelarangan menjalankan ibadah menurut kepercayaan dan keyakinan yang dilakukan pemerintah kota Bekasi mencerminkan lemahnya komitmen berkonstitusi. Pelarangan menjalankan ibadat menurut kepercayaan dan keyakinan warga negara merupakan tindakan perampasan hak-hak konstitusional warga negara tanpa terkecuali yang semestinya mendapat tempat perlindungan, pemenuhan dan pemajuan pemerintah. 12. Pemerintah daerah Kota/Kabupaten Bekasi telah mengabaikan fungsi dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Pertama, konstruksi desentralisasi menghendaki terciptanya pemerintah daerah yang melindungi masyarakat, menjaga persatuan dan kerukunan, sebagaimana pasal 22 UU No. 32/2004 tentang Pemerintah daerah. Kedua, optimalisai otonomi daerah disiapkan untuk meningkatkan kemudahan akses pelayanan warga negara. Namun, proses perizinan pendirian gereja di Bekasi dipersulit, akibatnya kekosongan IMB menjadi celah penyegelan gereja. Penyegelan masjid Al-Misbah milik komunitas Ahmadiyah di Bekasi mendeskripsikan secara nyata minimnya komitmen pemerintah daerah untuk mencapai cita-cita otonomi daerah dan pembangkangan atas nilai-nilai konstitusi. Kontak Person: Bonar Tigor Naipospos (Wakil Ketua SETARA Institute, 0811819174) Abdul Khoir (Peneliti SETARA Institute, 0813 134 91943) • Palti panjaitan (Koordinator Nasional SOBAT KBB, 081318421070) • Pdt. Adven Leonard Nababan (HKBP Setu, 08128566942) • Deden Sudjana (Ahmadiyah Bekasi, 08558007234) • •
  • 4. Lampiran Pelanggaran Jaminan Konstitusi RI Pengingkaran terhadap Konstitusi RI jelas tampak dalam rangkaian peristiwa diskrimitatif dan intoleran di Bekasi; Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945: “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Pasal 27 ayat (1)UUD Negara RI 1945: “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal 28-D ayat (1)UUD Negara RI 1945: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Pasal 28-I ayat (1-2)UUD Negara RI 1945: “(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. “(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Pasal 28-E ayat (1), (2) dan (3): “(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali”. “(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan sikap sesuai dengan hati nuraninya”. “(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Pasal 28-I ayat (1) dan (2)UUD Negara RI 1945: “(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”. “(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Pasal 29 ayat (2)UUD Negara RI 1945:“(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”.