Urutan Sarano Wuna menjelaskan tentang susunan barisan kerajaan dan militer Kerajaan Muna dalam upacara adat. Terdiri dari delapan bagian utama yang mencakup regu pembuka jalan, raja, laksamana, pejabat pemerintahan, komando militer, adipati, ulama dan hakim, serta aparat istana dan pengawal. Masing-masing unsur memakai pakaian khas dan membawa atribut tertentu sesuai peran dan fungsinya.
1. Urutan Sarano Wuna
Urutan-urutan Sarano Wuna
(Bahasa Muna : Pasangkululi)
1.Regu Pogala ialah regu perintis yang bersenjatakan tombak pemungkas (Gala).
Sebagai regu perintis jalan, mereka memperagakan tarian perang, yang
diperagakan oleh 4 orang prajurit pilihan. Seorang pemegang Tombi (bendera),
seorang memainkan Gala, dan dua orang lainnya memukul gendang Pomani
(gendang perang).
2. Omputo (Raja) : sebagai kotubu (kutub kekuasaan) : ia memakai
peci poporoki (Daster Kebesaran) dan dipayungi dengan Pau (Payung Kebesaran).
Sebagai Ulil’amri, ia mengenakan kostum Balahadhadha (simbol dari perlindungan
segenap warga); disapa dengan Waompu (Kromo Inggil).
BersenjatakanPasatimpo (Keris Pusaka) yang diselip pada lilitanSulepe (Pending).
Berjalan diapit oleh 2 orang Kapitalao (Laksamana); disebelah kanannya Kapitalao
Matagholeo (Laksamana Armada Timur); disebelah kirinya Kapitalao Kansoopa
(Laksamana Armada Barat).
3. Kapitalao (Laksamana) : pimpinan sayap militer Sarano Wuna. Membawahi 4
komando daerah masing-masing 1 Kapita dan 3 Bharata (Bharata Tolu Peleno).
Memakai daster dan baju kebesaran militer seorang Laksamana, kedua orang
Kapitalao mengapit Omputo. Kapitalo Matagholeo memegang pedang kebesaran
yang dijuluki La wiira ninggai meharono tapuaka (si penangkal isu, si penyapu
bagai
tsunami).
Sambil memegang pedang kebesaran dengan Ewa Wuna (Pencak Silat Khas
Muna) dengan suara menggelegar ia berkata : ‘Turu, turu,turu; laha lahae
somogilino wampanino, bisaramo nando aitu; ainihae la wiira ninggai meharono
tapuaka; turu, turu, turu (tunduk, tunduk, tunduk; siapa-siapa yang ingin
2. menentang, katakanlah sekarang jga; ini dia si penangkal isu, si penyapu bagai
tsunami).
Kapitalao Kansoopa memegang Pandanga (Tombak Kebesaran) dalam sikap siaga
penuh menunggu kalau-kalau ada penantang.
4. Bhonto Bhalano (Mangkubumi); ia adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan.
Membawahi 4 Ghoera (Wilayah Besar) dan 8 orang Bobato (Adi Pati). Memakai
daster dan baju kebesaran seorang Mangkubumi. Disebelah kirinyaMintarano
Bhitara (Hakim Tinggi), berjalan sejajar. Pasangan itu diapit oleh Fato
Ghoerano 94 pimpinan wilayah besar) : Koghoerano Tongkuno dan Lawa disebelah
kanan Bhonto Bhalano, Koghoerano Kabhawo dan Katobu disebelah kiri Mintarano
Bhitara. Keenam orang ini adalah anggota Majelis Tinggi diketuai oleh Bhonto
Bhalano. Merekalah yang berhak memilih Raja dan Kapitalao. Dibelakang barisan
bersaf mereka, berjejer Fato Lindono (4 orang staf) pribadi Raja). Mereka
adalah
personifikasi
dari
filosofi
kemasyarakatan
: Kainsitala(Kesejajaran/kesetaraan), Kaura-ura (Kreatifitas), Bhalembo-
lembo (perkumpulan/persatuan) dan Ndoke (cerdas dan tangkas).
5.
Bharata Tolu Peleno menggunakan pakaian kebesaran militer Sarano Wuna,
mereka adalah pimpinan komando daerah militer di 3 Bharata : Laghontoghe,
Loghia, dan Wasolangka.
6.
Bobato Oaluno; dengan pakaian kebesaran seseorang Adipati merekalah ini
adalah pimpinan di delapan Bobato : Labhoora, Lakologou, Lagadi, Watumelaa,
Lasehao, Kasaka, Mantobua dan Tobea.
7.
Sara Hukumu (Hukamah) terdiri dari :
A. Kino Agama (Ketua Ulama); berdiri disebelah kiri Raja. Pasangan ini
mempersonifikasikan harmoni
ulama dan umara. Memakai jubah kebesaran
dan sorban Kino Agama, jubah ini adalah simbol perlindungan segenap warga.
B . Imamu (Imam Mesjid Raya); memakai jubah dan sorban seorang imim. Pakaian
itu adalah simbol dari perlindungan segenap warga terhadap adhala hu yaitu ajal
3. yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari ubun-ubun hingga leher
manusia.
c. Hatibi Ruduano (Pasangan Hatib); memakai jubah dan sorban seorang hatib.
Keduanya mengapit imam di kanan kirinya. Khatib Tongkuno di kanan dan Khatib
Lawa di kiri. Pakaian kedua Khatib adalah simbol perlindungan segenap warga
dari adhala ha yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari
bahu hingga pinggul manusia.
d. Modhi Kamokula popaano (4 Moji Senior); memakai juba dan sorban Moji senior,
berjejer dibelakang Imam. Juba dan sorban mereka adalah simbol perlindungan
segenap
warga
dari Adhala
Hi yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka
kemanusiaan yang menimpa keempat anggota tubuh manusia.
Barisan inilah yang disebut Kolambu Rayati (Kelambu Rakyat). Zaman Kerajaan
dahulu Raja dan Sara Hukumu bertanggung jawab apabila petaka (bencana)
kemanusiaan menimpa warga. Bila pertanggung jawabannya tidak beralasan cukup,
Mahkamah Sarano Wuna berhak memberhentikan mereka.
E. Modhi Anahi Popaano (4 Moji Yunior) juga memakai jubah dan sorban. Mereka
adalah aparat yang sewaktu-waktu menggantikan tugas-tugas Modhi Kamokula
bila mereka berhalangan.
Sara Hukumu bertugas melantunkan takbiru (Takbir khas Muna) didalam setriap
kirab seperti ini.
F. Modhi Popaano Loghia (4 orang Moji dari mesjid Loghia); memakai jubah dan
sorban seorang Mijo Bharata. Tugas mereka adalah Tambi yaitu menopang
Takbiru yang dilantunkan oleh Sara Hukumu. Barisan mereka bersaf dibelakang
barisan modhi anahi.
4. 8.
Bhelo Bharuga (Aparat Keraton) terdiri dari :
A. Wangkaawi (Regu pembawa senjata Kerajaan) berjumlah 12 orang terdiri dari
: Tunani (perwira) 4 orang. Firisi (Opsir) 4 orang, Siriganti (Bintara) 4 orang.
Jejeran Tunani didepan, Firisi ditengah dan Siriganti dibelakang.
B. Kapita (Pimpinan Komando kawal Keraton); berpakaian kebesaran selaku Perwira
Militer, bersenjata keris, berjalan disebelah kanan Wangkaawi.
C. Bhonto Kapili (perwira pilihan); terdiri dari 4 orang perwira. Seorang
memayungi raja dengan payung kebesaran; dua orang ajudan dan seorang lainnya
memegang gambi (kendaga) raja yang berisi sirih pinang serta perlengkapannya.
Mereka berderet dibelakang raja.
D. Pasi (Prajurit Yudha); brpakaian seragam militer Sarano Wuna dan berenjata.
Terdiri dari 40 orang, 5 staf masing-masing 8 orang.
E. Bhonto Litau (pemangku Protokol Keraton); berpakaian resmi sebagai seorang
pemangku dan bersenjata. Berderet bersama barisan fato lindono.
F. Sampu Moose (Kejora Hinggap) berjumlah 10 orang Keda-keda (dedara).
Berpakaian resmi Sampu Moose, menunggangi 10 ekor kuda berlonceng dan
berkekang kuningan. Dikawali oleh 10 orang pemuda perkasa, Sampu Moose
adalah regu pelestari tarian Linda (Limbai) selaku tarian asli Muna.