SlideShare a Scribd company logo
TUGAS UNIT PROSES 
“NITRIFIKASI & DENITRIFIKASI” 
OLEH : 
KELOMPOK VI 
DELIA PUTRI 0910941007 
UTAMI LANGGA SARI HSB 0910942037 
IHSAN APRIS 1010942013 
JEFRI KURNIAWAN 1010942013 
DOSEN: 
Dr. PUTI SRI KOMALA 
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN 
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS 
PADANG 
2013
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Amoniak berasal dari nitrogen organik yang diuraikan oleh organisme heterotrop, 
yaitu organisme yang membutuhkan nutrientnya dalam bentuk senyawa organik 
dan memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa organik tersebut. 
Nitrogen organik berasal dari beberapa sumber antara lain limbah domestik yang 
termasuk didalamnya sampah, kotoran manusia dan binatang, kemudian berasal 
dari limbah industri dan dapat pula berasal dari air alam yang terpapar oleh sisa-sisa 
tumbuhan. 
Limbah industri merupakan sumber terbesar yang mengalirkan nitrogen organik 
ke dalam sistem perairan, industri yang banyak mengeluarkan buangan nitrogen 
adalah jenis-jenis industri kimia yang memproduksi senyawa nitrogen atau 
menggunakan bahan baku senyawa nitrogen atau unsur-unsur biologis seperti 
binatang dan bahan makanan. 
Mengingat perkembangan industri di Indonesia maka sudah saatnya dilakukan 
pengkajian dan penelitian pengolahan limbah, khususnya limbah amoniak yang 
lebih sesuai dengan kondisi lingkungan perindustrian di Indonesia. 
Cara yang yang paling ekonomis adalah dengan proses biologis, salah satunya 
yaitu dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. 
1.2 Tujuan 
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 
1. Memenuhi tugas mata kuliah Unit Proses pada Semester VI di Jurusan Teknik 
Lingkungan Universitas Andalas; 
2. Memahami lebih dalam mengenai proses biologi pada Unit Proses dalam 
pengolahan air bersih dan air buangan, yaitu nitrifikasi dan denitrifikasi. Selain 
itu juga untuk mengetahui seberapa efektif nitrifikasi dan denitrifikasi pada unit 
proses dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prosesnya.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Umum 
+ 
pada pH 
Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 
rendah yang disebut dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan berasal 
dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara mikrobiologis yang berasal 
dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah domestik. Besarnya 
kandungan amoniak pada air permukaan tergantung pada beberapa faktor yaitu 
sumber asalnya amoniak, keberadaan tanaman air yang menyerap amoniak , 
konsentrasi oksigen dan temperatur . 
Konsentrasi amoniak dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Pada musin panas 
konsentrasi senyawa ini dapat sangat rendah, hal ini disebabkan amoniak 
diserap oleh tumbuhan, disamping itu temperatur air yang tinggi dapat 
mempercepat proses nitrifikasi. Sedangkan pada musim dingin yaitu pada saat 
suhu rendah pertumbuhan bakteri berkurang sehingga proses nitrifikasi berjalan 
lambat yang menyebabkan konsentrasi amoniak pada sungai tinggi. 
Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan. Masalah 
polusi yang timbul sebagai akibat dari limbah nitrogen antara lain : 
1) Dissolved Oxygen Depletion 
Dissolved Oxygen Depletion adalah proses pengurangan oksigen terlarut dalam 
air yang terjadi karena konsumsi oksigen terlarut oleh aktivitas mikroba. Secara 
garis besar, pengurangan ini dapat ditinjau dari 2 mekanisme yaitu pertama, ion 
ammonium dioksidasi menjadi ion nitrit, dan ion nitrit dioksidasi menjadi ion nitrat. 
Yang kedua, ion ammonium, nitrit, dan nitrat merupakan nutrient nitrogen untuk 
pertumbuhan lingkungan air, khususnya algae. Ketika algae mati, maka oksigen 
terlarut digunakan oleh bakteri untuk mendekomposisikan material organik 
tersebut. 
2) Toxicity 
Toxicity adalah racun yang diakibatkan oleh adanya ion ammonium, nitrit, nitrat 
dikehidupan perairan terutama ikan. Ion nitrit adalah yang paling beracun. 
Meskipun ion ammonium merupakan nutrient nitrogen yang paling disukai oleh 
kebanyakan organisme, namun ion ammonium akan berubah menjadi ammonia 
dengan meningkatnya pH. Ammonia ini yang dapat meracuni kehidupan air.
3) Eutrophication 
3-) merupakan sumber utama proses eutrofikasi, namun 
Meskipun posphat (PO4 
limbah nitrogen juga mempunyai kontribusi terhadap masalah ini. Eutrofikasi 
adalah pelepasan nutrisi tumbuhan, khususnya yang mengandung phospor dan 
nitrogen dimana kuantitasnya tidak diinginkan dalam badan air, seperti danau 
dan kolam. Kehadiran nutrisi tumbuhan tersebut akan meningkatkan 
pertumbuhan algae. Ketika algae ini mati maka badan air akan dipenuhi oleh 
sejumlah algae yang tidak terdekomposisi. 
4) Methemoglobinemia 
Methemoglobinemia atau biasa disebut baby blue syndrome merupakan penyakit 
yang dialami oleh bayi karena mengkonsumsi air tanah yang telah 
terkontaminasi oleh nitrit. Jika seorang bayi mengkonsumsi makanan / minuman 
yang terbuat dari air tanah yang telah terkontaminasi oleh ion nitrat, ion tersebut 
sangat mudah untuk diubah menjadi ion nitrit di dalam pencernaan bayi. Ion nitrit 
akan masuk kedalam sistem peredaran darah secara cepat, dan berikatan 
dengan besi dalam hemoglobin atau sel darah merah. Kehadiran ion nitrit akan 
menghambat aliran oksigen dalam hemoglobin melewati jantung. Kekurangan 
oksigen akan membuat tubuh bayi menjadi biru. Jika kekurangan oksigen terjadi 
di otak bayi maka bisa terjadi kematian. 
2.2 Siklus Nitrogen 
Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan, 
karena nitrogen merupakan salah satu nutrien utama yang berperan dalam 
pertumbuhan organisme yang hidup. Senyawa ini juga merupakan komponen 
dasar protein yang keberadaannya di perairan digunakan untuk memproduksi sel 
oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. 
Jumlah nitrogen yang terdapat di atmosfir, paling banyak berada dalam bentuk 
gas nitrogen sebesar 78 %. Pada umumnya gas nitrogen ini tidak dapat 
dipergunakan secara langsung oleh makhluk hidup, hanya beberapa organisme 
khusus yang dapat mengubahnya ke dalam bentuk organik nitrogen dan proses 
yang terjadi dinamakan fiksasi. 
dapat diikat oleh sejumlah bakteri dan alga. Nitrogen organik yang disintesa oleh 
tumbuhan dan alga merupakan sumber nitrogen bagi hewan. Dalam 
metabolismenya hewan akan membuang nitrogen dan senyawa-senyawa lain, 
senyawa tersebut kemudian dimineralisasi oleh mikroorganisme dan nitrogen
akan dilepaskan sebagai amoniak. Proses yang sama juga akan terjadi jika 
tumbuh-tumbuhan dan hewan mati dan akan mengalami dekomposisi. Proses 
pelepasan amoniak ini disebut juga dengan amonifikasi. Amoniak sangat 
berguna bagi tumbuhan dan mikroorganisme untuk asimilasi menjadi sel baru 
yang memberikan lebih banyak nitrogen organik. 
Senyawa nitrat dan amoniak dalam air digunakan oleh tumbuhan dan 
mikroorganisme dalam proses biosintesis (asimilasi) untuk membentuk sel baru 
yang akan menghasilkan nitrogen organik. 
- 
+ 8H2O → 4NH3 + 4O2 + 4OH 
4NO3 
- 
NH3 + CO2 + tumbuhan hijau + cahaya matahari → protein 
Setelah hewan dan tumbuhan mati, maka akan didekomposisi melalui proses 
biokimia dan bahan-bahan nitrogen organik yang terkandung akan diubah 
kembali menjadi bentuk amoniak. Proses ini dinamakan sebagai proses 
mineralisasi. Sebagian besar amoniak di alam akan dioksidasi menjadi bentuk 
- 
) dan kemudian menjadi nitrat (NO3 
nitrit (NO2 
- 
) yang dilakukan oleh dua macam 
bakteri autotrof melalui proses yang disebut nitrifikasi. 
Gambar 1 : Siklus Nitrogen Di Lingkungan Perairan. 
Senyawa nitrit merupakan bahan peralihan yang terjadi pada siklus biologi. 
Senyawa ini dihasilkan dari suatu proses oksidasi biokimia ammonium, tetapi 
sifatnya tidak stabil karena pada kondisi aerobik, selama nitrit terbentuk, dengan 
cepat nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter. Sedangkan pada
kondisi anaerobik, nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang selanjutnya hasil 
reduksi tersebut dilepaskan sebagai gas nitrogen. 
Senyawa nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan senyawa yang 
stabil. Senyawa ini dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk 
dan cat. Secara alamiah kadar nitrat relatif rendah, tetapi kadar ini dapat menjadi 
tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang 
mengandung nitrat. 
2.3 Proses Nitrifikasi 
Proses nitrifikasi adalah proses perubahan senyawa amonia (NH4 
+) menjadi 
senyawa nitrit (NO2 
-). Selanjutnya nitrit yang terbentuk dioksidasi menjadi nitrat 
(NO3 
-). Proses ini berlangsung dalam suasana aerobik. Agar reaksi dapat 
berjalan dengan sempurna, maka diperlukan tambahan udara dari luar, misalnya 
disuplai dengan blower. Sedangkan bakteri nitrifikasi (nitrifying bacteria) yang 
bekerja disini adalah jenis bakteri autotrop yang memerlukan karbon anorganik 
untuk aktifitasnya serta pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan tambahan karbon 
anorganik dari luar. Secara sederhana reaksi nitrifikasi adalah sebagai berikut: 
+ 
+ b O2 + c HCO3 
a NH4 
- 
===> d C5H7NO2 + e H2O + f NO3 
- 
+ g H2CO3 
a, b, c, d , e, f, g, = koefisien persamaan reaksi 
2.3.1 Tahapan Proses Nitrifikasi 
a. Tahap nitritasi 
+ 
) menjadi ion nitrit 
Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion ammonium (NH4 
- 
) yang dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas menurut reaksi berikut : 
(NO2 
+ 
+ ½O2 + OH 
NH4 
- 
→ NO2 
- 
+ H 
+ 
+ 2H2O + 59,4 Kcal 
Nitrosomonas 
Reaksi ini memerlukan 3,43 gram O2 untuk mengoksidasi 1 gram nitrogen 
menjadi nitrit. 
b. Tahap nitrasi 
- 
) yang 
Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 
dilaksanakan oleh bakteri nitrobacter menurut reaksi berikut :
- 
+ 1/2O2 → NO3 
NO2 
- 
+ 18 Kcal 
Nitrobacter 
Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi 1 gr nitrogen menjadi 
nitrat. 
Secara keseluruhan proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut: 
+ 
+ 2O2 → NO3 
NH4 
- 
+ 2H 
+ 
+ H2O 
Kedua reaksi diatas berlangsung secara reaksi eksotermik (reaksi yang 
menghasilkan energi). Jika kedua jenis bakteri tersebut ada, baik di tanah 
maupun di perairan, maka konsentrasi nitrit akan menjadi berkurang karena nitrit 
yang dibentuk oleh bakteri nitrosomonas akan dioksidasi oleh bakteri nitrobacter 
menjadi nitrat. 
Kedua bakteri ini dikenal sebagai bakteri autotropik yaitu bakteri yang dapat 
mensuplai karbon dan nitrogen dari bahan-bahan anorganik dengan sendirinya. 
Bakteri ini menggunakan energi dari proses nitrifikasi untuk membentuk sel 
sintesa yang baru. Sedangkan bakteri heterotropik merupakan bakteri yang 
membutuhkan bahan-bahan organik untuk membangun protoplasma. Walaupun 
bakteri nitrifikasi autotropik keberadaannya di alam lebih banyak, proses 
nitrifikasi dapat juga dilakukan oleh bakteri jenis heterotropik (Arthobacter) dan 
jamur (Aspergillus). 
Disamping itu dengan oksigen yang ada, maka senyawa N-NH4 yang ada 
diperairan akan dioksidasi menjadi nitrat. Tetapi mengingat kebutuhan O2 yang 
cukup besar, maka akan terjadi penurunan oksigen di dalam perairan tersebut 
sehingga akan terjadi kondisi anaerobik. 
Pada proses pengolahan senyawa N-NH4 secara biologis kebutuhan O2 cukup 
besar, sehingga kebutuhan O2 yang tinggi dapat dipenuhi dengan cara 
memperbesar transfer O2 ke dalam instalasi pengolahan. Pada reaktor lekat ini, 
transfer O2 yang besar dapat diperoleh dengan cara menginjeksikan udara ke 
dalam reaktor. Dengan adanya injeksi udara diharapkan terjadi kontak antara 
gelembung udara dengan air yang akan diolah.
2.3.2 Faktor Pengontrol Proses Nitrifikasi 
Beberapa faktor pengontrol dari proses nitrifikasi dalam proses pengolahan air 
antara lain adalah : 
• Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen) 
Proses nitrifikasi merupakan proses aerob, maka keberadaan oksigen sangat 
penting dalam proses ini. Dengan demikian dibutuhkan batasan DO yang 
memungkinkan proses ini dapat berjalan dengan baik. Proses nitrifikasi akan 
berjalan dengan baik jika DO minimum > 1 mg/l. 
• Temperatur 
Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh temperatur antara 8 – 
30°C, sedangkan temperatur optimumnya sekitar 30°C. 
• PH 
Pada proses biologi, nitrifikasi dipengaruhi oleh pH. pH optimum untuk bakteri 
nitrosomonas dan nitrobacter antara 7,5 – 8,5. Proses ini akan terhenti pada pH 
dibawah 6,0. 
2.4 Proses Denitrifikasi 
Denitrifikasi adalah proses tahap kedua dalam proses penghilangan amoniak 
dengan sistem nitrifikasi-denitrifikasi. Proses denitrifikasi adalah perubahan 
senyawa nitrat menjadi gas nitrogen (N2). Gas nitrogen adalah senyawa yang 
sangat stabil. 
Bakteri yang bekerja pada proses denitrifikasi adalah bakteri anaerobik, yaitu 
bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam aktifitasnya, bahkan kehadiran 
oksigen dapat menyebabkan bakteri ini mati. Untuk itu proses denitrifikasi 
memerlukan bioreaktor tertutup yang tidak bersentuhan dengan udara luar. 
Reaksi denitrifikasi senyawa nitrat adalah sebagai berikut : 
- 
==> c CO2 + d H2O + e N2 + fOH 
A RCOOH + b NO3 
- 
a, b, c, d, e, f = koefisien reaksi 
R = gugus alkil senyawa organik 
Reaksi reduksi senyawa nitrat menjadi nitrogen memerlukan senyawa karbon 
organik sebagai sumber elektron (elektron donor). Oleh karena itu pada proses 
reduksi ini diperlukan penambahan senyawa karbon organik dari luar.
2.4.1 Mekasnisme Denitrifikasi 
Dua mekanisme penting pada proses biologi pengurangan nitrat yaitu asimilatory 
pengurangan nitrat dan disimilatory pengurang-an nitrat : 
a. Asimilatory Pengurangan Nitrat 
Melalui mekanisme ini nitrat dirubah menjadi nitrit dan kemudian menjadi 
amonium oleh mikroorganisme. Pada proses ini melibatkan enzim yang 
- 
menjadi NH3, yang kemudian bersatu kedalam protein dan asam 
mengubah NO3 
nucleic. Pengurangan nitrat didorong oleh asimilatory pengurangan nitrat, yang 
aktifitasnya tidak dipengaruhi oleh oksigen. 
Mikroorganisme tertentu (seperti pseudomonas aeruginosa) memiliki keduanya 
yaitu asimilatory pengurangan nitrat dan disimilatory pengurangan nitrat, yang 
sensitif terhadap oksigen. Kedua enzym diberi nama dengan gene yang berbeda. 
b. Disimilatory Pengurangan Nitrat 
- 
berlaku 
Proses ini adalah proses pernafasan anaerobic yang dalam hal ini NO3 
- 
direduksi menjadi nitrious oxide (N2O), dan gas 
sebagai penerima elektron. NO3 
nitrogen (N2). Pembebasan N2 adalah hal yang dominan pada denitrifikasi. 
Namun N2 mempunyai kelarutan yang rendah dalam air sehingga cenderung 
keluar naik sebagai gelembung 
(2) 
. Mikroorganisme yang terlibat dalam 
denitrifikasi adalah aerobic autotrophic atau heterotrophic mikroorganisme, yang 
dapat berubah menjadi anaerobic pada saat nitrat dipergunakan sebagai 
penerima electron. 
Denitirifikasi berlangsung menurut urutan sebagai berikut : 
Nitrate  Nitrit  Nitric oxide  Nitrous oxide  Nitrogen 
Reduksi Reduksi Reduksi Reduksi 
NO3 ---------> NO2 ------------> NO ---------->N2O -----------> N2 
Denitrifiers berasal dari beberapa grup fisiological dan taksonomi (organotrophs, 
lithotrophs dan phototrophs) dan dapat menggunakan berbagai sumber energi 
(kimia organik atau kimia anorganik atau cahaya). 
Mikroorganisme yang mampu melakukan denitrifikasi berasal dari genera berikut 
ini: Pseudomonas, Bacillus, Spirillum, Hyphomicrobium, Agrobacterium, 
Acinetobacter, Propionobacterium, Rhizobium, Corynebacterium, Cytophaga,
Thiobacillus dan Alcaligenes. Genera Pseudomonas (P. fluorescens, P. 
aeruginosa, P.denitrificans) dan Alcaligenes merupakan yang paling banyak 
terlibat. Mikroorganisme ini ditemukan di tanah, air dan air buangan. 
Nitrous oxide (N2O) kemungkinan dihasilkan pada saat denitrifikasi, menyusul 
terjadinya ketidak sempurnaan penghilangan nitrat. Gas ini merupakan polutan 
udara, sehingga keberadaannya perlu dicegah atau dikurangi. Pada kondisi 
tertentu, nitrat dirubah menjadi N2O sampai dengan 8 %. Kondisi yang diinginkan 
adalah COD/NO3-N rendah, waktu tinggal pendek dan pH rendah. 
2.4.2 Kondisi Proses Denitrifikasi 
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi denitrifikasi pada pengolahan air 
buangan dan pada lingkungan lainnya adalah sebagai berikut : 
a. Konsentrasi nitrat 
Disebabkan nitrat berlaku sebagai elektron penerima untuk bakteri denitrifying, 
maka laju pertumbuhan denitrifiers tergantung pada konsentrasi nitrat dan 
mengikuti kinetik tipe Monod. 
b. Kondisi anoxic 
O2 bersaing secara efektif dengan nitrat sebagai penerima elektron dalam proses 
pernafasan. Oksidasi glukosa mengeluarkan lebih banyak energi bebas dengan 
adanya oksigen (686 kcal/mole glokosa) dari pada adanya nitrat (570 kcal/mole 
glukosa). Inilah alasan mengapa proses denitrifikasi harus dilaksanakan tanpa 
adanya oksigen. Denitrifikasi mungkin terjadi didalam flok lumpur aktif dan pada 
biofilm walaupun tingkat oksigen relatif tinggi pada cairannya. Oleh karena itu 
adanya oksigen pada air buangan tidak mencegah terjadinya denitrifikasi pada 
tingkat lingkungan mikro. 
c. Keberadaan zat organik 
Bakteri denitrifying harus mempunyai elektron donor untuk melaksanakan proses 
denitrifikasi. Beberapa sumber elektron telah dipelajari. Sumber- sumber tersebut 
termasuk senyawa murni (contoh, asam asetat, asam sitrat, methanol), air 
buangan domestik, buangan dari industri makanan (bir, molases) dan lumpur. 
Sumber elektron yang disenangi adalah methanol walaupun agak mahal, dalam 
hal ini berperan sebagai sumber karbon untuk mendorong denitrifikasi. 
Biogas, mengandung methan hampir 60 %, dapat juga berlaku sebagai sumber 
karbon pada denitrifikasi. Telah lama diketahui bahwa methan dapat digunakan
sebagai sumber karbon pada proses denitrifikasi, karena bakteri methanotrophic 
mengoksidasi methan menjadi methanol. 
6 NO3 + 5 CH3OH -----------> 3 N2 + 5 CO2 + 7 H2O + 6 (OH) 
- 
5/6 mol methanol diperlukan untuk denitrifying satu mol NO3. Namun sebagian 
methanol digunakan untuk pernafasan cell dan sintesa cell. Penghilangan nitrat 
maksimum dicapai apabila perbandingan CH3OH/NO3 mendekati 2,5. Dalam 
saringan upflow anaerobic penghilangan nitrat hampir sempurna (99,8 %) dicapai 
pada rasio > 2,65. Diusulkan pada nilai 3,0 dapat dicapai denitrifikasi sempurna. 
d. Kemasaman Air Limbah (pH) 
Dalam air buangan, denitrifikasi paling efektif pada pH antara 7,0 dan 8,5, dan 
optimal sekitar 7,0. Alkalinity dan pH naik selama terjadi denitrifikasi. Secara 
teoritis, denitrifikasi menghasilkan 3,6 mg alkalinity sebagai CaCO3, per 1 mg 
nitrat yang berkurang menjadi N2. Namun dalam praktek, nilai ini lebih kecil dan 
nilai 3,0 diusulkan untuk tujuan desain. Denitrifikasi menggantikan lebih kurang 
setengah dari alkalinity yang dikonsumsi selama denitrifikasi. 
e. Temperatur 
Denitrifikasi terjadi antara 35 
o 
C dan 50 
o 
C. Tejadi pula pada temperatur rendah (5 
– 10 
o 
C) namun dengan laju yang lebih rendah. 
f. Efek logam 
Denitrifikasi sangat terpengaruh dengan adanya molybdenum dan selenium, 
yang aktif dalam pembentukan formate dehydrogenase, salah satu enzym yang 
berpengaruh dalam metabolisme methanol. Molybdenum sangat penting pada 
sintesa pengurangan nitrat. 
g. Kimia beracun 
Organisme denitrifying lebih kurang sensitif terhadap kimia beracun 
dibandingkan organisme nitrifiers. 
2.5 Reaktor Biologis (Biofilter) 
Struktur reaktor biofilter menyerupai saringan (filter) yang terdiri atas susunan atau 
tumpukan bahan penyangga yang disebut dengan media penyangga yang disusun baik 
secara teratur maupun acak di dalam suatu bejana. Fungsi media penyangga adalah 
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang akan melapisi 
permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Mikroorganisme ini
menguraikan bahan organik yang ada dalam air. Ketebalan lapisan biofilm menyebabkan 
difusi oksigen berkurang terhadap lapisan terdalam biofilm tersebut sehingga dapat 
menyebabkan terjadinya kondisi anaerobik pada lapisan permukaan media (Metcalf & 
Eddy, 1991). Air yang diolah akan dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam bentuk 
lapisan film (slime) yang melekat pada permukaan media. 
Media penyangga merupakan salah satu kunci pada proses biofilter. Efektifitas dari suatu 
media tergantung pada : 
 Luas permukaan, semakin luas permukaan media maka semakin besar jumlah 
biomassa per unit volume. 
 Volume rongga, semakin besar volume rongga/ruang kosong maka semakin besar 
kontak antara substrat dalam air buangan dengan biomassa yang menempel 
Faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada media penyangga 
adalah kecepatan aliran air limbah serta bentuk dan jenis konfigurasi media. Media yang 
digunakan dapat berupa kerikil, batu pecah (split), media plastik (polivinil chlorida), dan 
partikel karbon aktif dan lainnya. Media yang sering digunakan pada proses biologis 
khususnya biofiter adalah media plastik yang terbuat dari PVC. Kelebihan dalam 
penggunaan media plastik ini antara lain : 
 Ringan serta mempunyai luas permukaan spesifik besar (luas pemmukaan per satuan 
volume) berkisar antara sebesar 85-226 m 
2 
/m 
3 
. 
 Volume rongga yang besar dibanding media lainnya (hingga 95%) sehingga resiko 
kebuntuan kecil. 
Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme tumbuh melapisi keseluruhan permukaan 
media dan pada saat beroperasi air mengalir melalui celah-celah media dan 
berhubungan langsung dengan lapisan massa mikroba (biofilm). Mekanisme 
perpindahan massa yang terjadi pada permukaan suatu media dinyatakan sebagai 
berikut : 
 Diffusi substansi air buangan dari cairan induk ke dalam massa mikroba yang 
melapisi media. 
 Reaksi peruraian bahan organik maupun anorganik oleh mikroba. 
 Diffusi produk air yang terurai ke luar kecairan induk limbah. 
Permukaan media yang kontak dengan nutrisi yang terdapat dalam air buangan 
ini mengandung mikroorganisme yang akan membentuk lapisan aktif biologis. 
Disamping itu oksigen terlarut juga merupakan faktor pembentukan lapisan film. 
Proses awal pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan film pada media 
membutuhkan waktu beberapa minggu, yang dikenal dengan “proses 
pematangan”. Pada awalnya tingkat efisiensi penjernihan sangat rendah yang 
kemudian akan mengalami peningkatan dengan terbentuknya lapisan film.
2.6 Lapisan Biomas 
Lapisan biomassa atau biofilm didefinisikan sebagai lapisan sel mikroba yang 
berkaitan dengan penguraian zat organik yang melekat pada suatu permukaan 
media. 
Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm pada permukaan akan bertambah akibat 
perkembang-biakan dan adsorpsi yang terus berlanjut sehingga terjadi proses 
akumulasi lapisan biomassa yang berbentuk lapisan lendir (slime). Pertumbuhan 
mikroorganisme akan terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk 
sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi makanan dan oksigen akan terus 
berlangsung sampai tercapai ketebalan maksimum sehingga pada kondisi ini 
difusi makanan dan oksigen ini tidak mampu lagi mencapai permukaan padatan 
yang akibatnya lapisan biomassa ini akan terbagi menjadi dua zona yaitu zona 
aerob dan zona anaerob. Pada kondisi ini mulai terjadi pengelupasan lapisan 
biomassa yang selanjutnya segera terbentuk koloni mikroorganisme yang baru 
sehingga pembentukan biofilm akan terus berlangsung. Proses pengelupasan ini 
juga disebabkan oleh pengikisan cairan yang berlebih yang mengalir melalui 
biofilm. 
Efisiensi penghilangan amoniak pada proses biofilter oleh lapisan biomassa 
dapat mencapai maksimum bila lapisan tipis di sebelah luar lapisan biomassa 
telah mencapai ketebalan maksimum untuk kondisi aerobik. 
Mekanisme proses penguraian senyawa amoniak yang terjadi pada lapisan 
biofilm secara sederhana dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2. Lapisan 
terluar media penyangga adalah lapisan tipis zona aerobik, senyawa amoniak 
dioksidasi dan diubah ke dalam bentuk nitrit. Sebagian senyawa nitrit ada yang 
diubah menjadi gas dinitrogen oksida (N2O) dan ada yang diubah menjadi nitrat. 
Proses yang terjadi tersebut dinamakan proses nitrifikasi. 
Semakin lama, lapisan biofilm yang tumbuh pada media penyangga tersebut 
semakin tebal sehingga menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke dalam 
lapisan biofilm bagian dalam sehingga mengakibatkan terbentuknya zona 
anaerobik. Pada zona anaerobik ini, senyawa nitrat yang terbentuk diubah ke 
dalam bentuk nitrit yang kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen (N2). Proses 
demikian tersebut dinamakan proses denitrifikasi.
Ketebalan lapisan aerobik antara 0.05-0.1 mm dari ketebalan total lapisan 
biomassa yaitu 0.1-2 mm dan ketebalan lapisan biomassa yang terbentuk ini 
tergantung pada karakteristik dari air buangan yang akan diolah. 
Penghilangan substrat oleh lapisan mikroorganisme akan bertambah secara 
linier dengan bertambahnya ketebalan film sampai dengan ketebalan maksimum, 
sedangkan penghilangan akan tetap konstan dengan bertambahnya ketebalan 
biomassa lebih lanjut. 
Gambar 2 : Ilustrasi dari mekanisme proses penguraian amoniak di dalam biofilm
BAB III 
METODOLOGI 
(STUDI KASUS : PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK AMONIUM NITRAT) 
3.1 Nitrifikasi 
3.1.1 Pertumbuhan Mikroorganisme 
Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan secara alami dengan cara mengalirkan 
air limbah domestik secara kontinyu ke dalam reaktor melalui media penyangga 
sampai terbentuknya lapisan biofilm yang melekat pada media. Pertumbuhan 
mikroorganisme ini juga didukung oleh suplai udara secara terus menerus 
dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor melalui alat pompa udara. 
Selanjutnya air limbah diinjeksikan sedikit-demi sedikit kedalam reaktor sampai 
proses berjalan stabil. 
3.1.2 Model Reaktor 
Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor 
biologis dengan biakan melekat yaitu reaktor nitrifikasi, dengan spesifikasi seperti 
tertera pada Tabel 1. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat 
pada Tabel 2. Diagram proses nitrifikasi dengan reaktor biofilter terlihat seperti 
pada Gambar 3. 
Tabel 1 : Spesifikasi Teknis Reaktor Biofilter. 
ITEM SPESIFIKASI 
1 REAKTOR : 
Dimensi Total 15 cm x 20 cm x 150 cm (45 liter) 
Volume Reaktor Biofilter 15 cm x 15 cm x 140 cm (31,5 liter) 
Volume Bak Pengendap 15 cm x 5 cm x 140 cm (10,5 liter) 
Tnggi Bed Media 120 cm 
Volume Media 15 cm x 15 cm x 120 cm (27 liter) 
Tinggi Ruang Lumpur 10 cm 
Tinggi kolom air di atas media 10 cm 
Tinggi Ruang Bebas 10 cm 
2 POMPA DOSING : 
Tipe Uni – Dose U04 
Jumlah 1 unit 
Kapasiata min. 0,95 liter per jam 
Kapasitas maksimum 4,8 liter per jam 
3 WAKTU TINGGAL : 
Minimum 6 jam 
Maksimum 33 jam
Tabel 2 : Spesifikasi Media BioFilter 
No MEDIA BIOFILTER SPESIFIKASI 
1 Bahan PVC Sheet 
2 Tipe Sarang Tawon (Cross flow) 
3 Ukuran Lubang 2 cm x 2 cm 
4 Ketebalan Media 0,5 mm 
5 Ukuran Modul Disesuaikan dengan ukuran reaktor 
6 Luas Permukaan Spesifik 2 
3 
+ 226 m 
/ m 
7 Berat Spesifik Media 30 – 35 kg / m 
3 
8 Porositas Media 98 % 
9 Warna Bening / transparant 
Gambar 3 : Diagram Proses Nitrifikasi Menggunakan Reaktor Biofilter Aerobik 
3.2 Denitrifikasi 
Air baku (Influent) yang masuk ke dalam reaktor denitrifikasi merupakan hasil 
olahan efluent dari reaktor nitrifikasi, sehingga kualitas air baku pada denitrifikasi 
sangat tergantung pada proses nitrifikasi, dalam hal ini sangat diharapkan hasil 
dari proses nitrifikasi sedikit atau sama sekali tidak mengandung amoniak, 
karena pada proses denitrifikasi yang menjadi tujuan utama adalah mengurangi 
kandungan nitrit dan nitrat. Reaksi yang terjadi pada reaktor denitrifikasi adalah
perubahan senyawa nitrit menjadi nitrat dan akhirnya nitrat menjadi gas nitrogen 
(N2) 
3.2.1 Mikroorganisme dan Nutrien 
Kondisi reaktor denitrifikasi diatur dalam keadaan anaerobik. Pertama, reaktor 
diiisi dengan sludge dari IPAL Industri Tahu-Tempe untuk proses pembiakan 
bakteri (seeding). Proses pembiakan mikroba di dalam reaktor denitrifikasi 
dilakukan selama kurang lebih 4 - 5 minggu, dengan waktu tinggal di dalam 
reaktor sekitar 3 hari, sampai dengan tumbuhnya lendir pada permukaan biofilter. 
Setelah ketebalan biofilm pada reaktor cukup tebal, selanjutnya air limbah hasil 
proses nitrifikasi diinjeksikan ke dalam reaktor denitrifikasi. Oleh karena 
kandungan Organik (C ) di dalam air limbah amonium nitrat sangat rendah, maka 
agar proses denitrifikasi dapat berjalan dengan baik ditambahkan senyawa 
organik agar perbandingan C/N cukup untuk proses denitrifikasi. Penambahan 
senyawa organik dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau larutan 
gula. 
3.2.2 Model Reaktor Biologis 
Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor 
biologis dengan sistem biakan melekat. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi tertera 
pada Tabel 4. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat pada 
Tabel 5. Air limbah dari pabrik amonium nitrat digunakan sebagai air baku limbah 
reaktor nitrifikasi, sedangkan air olahan dari reaktor nitrifikasi ditampung dan 
digunakan sebagai umpan atau air baku reaktor denitrifikasi. 
Tabel 3. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi Anaerobik. 
ITEM SPESIFIKASI 
REAKTOR : DENITRIFIKASI-ANAEROBIK 
Dimensi Total 15 cm x 30 cm x 150 cm (67,5 liter) 
Volume Reaktor Biofilter 15 cm x 30 cm x 140 cm (63 liter) 
Tnggi Bed Media 120 cm 
Volume Media 15 cm x 30 cm x 120 cm (54 liter) 
Tinggi Ruang Lumpur 10 cm 
Tinggi kolom air di atas media 10 cm 
Tinggi Ruang Bebas 10 cm 
POMPA 
DOSING : 
Tipe Uni – Dose U04 
Jumlah 2 unit 
Kapasiata min. 0,95 liter per jam
ITEM SPESIFIKASI 
Kapasitas maksimum 4,8 liter per jam 
WAKTU TINGGAL : 
Minimum 6 jam 
Maksimum 33 jam 
Tabel 4. Spesifikasi Teknis Media Biofilter 
No MEDIA BIOFILTER SPESIFIKASI 
1 Bahan PVC Sheet 
2 Tipe Sarang Tawon 
3 Ukuran Lubang 2 cm x 2 cm 
4 Ketebalan Media 0,5 mm 
5 Ukuran Modul Disesuaikan dengan ukuran 
reaktor 
6 Luas Permukaan Spesifik + 226 m 
2 
/ m 
3 
7 Berat Spesifik Media 30 – 35 kg / m 
3 
8 Porositas Media 98 % 
9 Warna Bening / transparant 
Gambar 4. Reaktor Nitrifikasi dan Denitrifikasi yang digunakan Untuk Percobaan.
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Nitrifikasi 
Tabel 5 Kolerasi Waktu Tinggal Dengan Penurunan Konsentrasi Amoniak 
Rata-Rata Dan Efisiensi 
NO 
Waktu Tinggal 
(Hari) 
Amoniak 
(mg/l) 
Efisiensi 
(%) 
INLET OUTLET 
1 3 1738 195,4 87,95 
2 2 242 2,5 98,82 
3 1 1219,7 7 98,06 
Proses seeding (pembiakan) berjalan selama 5 minggu hingga dicapai air umpan 
total 100 % adalah air limbah dari pabrik amonium nitrat yang akan diolah. 
Percobaan dilakukan dengan umpan 100 % air limbah amonium nitrat, dimulai 
setelah proses seeding selesai. Untuk mengkaji penurunan konsentrasi amoniak 
dan waktu tinggal yang optimum, percobaan dilakukan secara bertahap. Tahap 
pertama dicoba dengan waktu tinggal selama 3 hari, tahap kedua 2 hari dan 
tahap ketiga 1 hari. Dilakukan beberapa kali percobaan untuk masing-masing 
waktu tinggal tersebut. Dari hasil uji coba selama beberapa waktu, hasil 
percobaan menunjukkan reaktor biofilter nitrifikasi yang digunakan, dapat 
menurunkan konsentrasi amoniak, namun terjadi kenaikan konsentrasi nitrit dan 
nitrat, hal ini memang sudah diperkirakan karena pada proses nitrifikasi amoniak 
dikonversi menjadi nitrit dan nitrat. Percobaan dengan waktu tinggal 3 hari rata-rata 
diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 88,95 %. Percobaan 
dengan waktu tinggal 2 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak 
sebesar 98,82 %. Percobaan dengan waktu tinggal 1 hari rata-rata diperoleh 
efisiensi pengurangan amoniak sebesar 97,06 %. Dari kondisi reaktor yang 
semakin lama semakin baik, hal ini menunjukkan semakin lama lapisan mikro-organisme 
semakin tebal/banyak. sehingga proses biologis nitrifikasi semakin 
banyak terjadi. Efisiensi pada waktu tinggal 1 hari lebih kecil sedikit dari waktu 
tinggal 2 hari tetapi masih diatas 90 %, perbedaan yang kecil ini menunjukkan 
kondisi lapisan mikro-organisme sudah menunjukkan stabil, oleh karena itu 
waktu tinggal 1 hari dapat diambil sebagai waktu tinggal yang optimal. Air baku 
yang digunakan konsentrasinya tidak stabil, kadang-kadang diperoleh air baku 
dengan konsentrasi amoniak yang kecil, hal ini terlihat pada percobaan dengan 
waktu tinggal 2 hari, namun pada percobaan dengan waktu tinggal 1 hari air
baku yang diolah kembali mempunyai konsentrasi yang tinggi, jadi dalam hal ini 
reaktor yang digunakan tetap mampu mengolah air baku dengan konsentrasi 
amoniak tinggi. 
Gambar 5 : Reaktor Biofilter Untuk Proses Nitrifikasi Yang Digunakan Untuk Percobaan. 
Gambar 6 : Kurva Korelasi Antara Waktu Tinggal Dengan Sisa Konsentrasi 
Amoniak Dan Efisiensi Pengurangan Konsentrasi Amoniak
4.2 Denitrifikasi 
Tabel 6 Korelasi Waktu Tingga dan Penurunan Konsentrasi Nitrat Serta 
Efisiensi 
NO 
Waktu Tinggal 
(Hari) 
Amoniak 
(mg/l) 
Efisiensi 
(%) 
INLET OUTLET 
1 5 4485 2199 46,38 
2 3 291,75 2,75 99 
3 1 589 462,5 23 
Percobaan dilakukan dengan waktu tinggal 5 hari dan air baku yang digunakan 
langsung dari pabrik tanpa pengenceran, konsentrsi nitrat berkisar 2324 – 6247 
ppm. Pada awalnya percobaan hasilnya cukup bagus, efisiensi dapat mencapai 
87,34%, tetapi secara perlahan efisiensinya turun mencapai 17,93% pada 
minggu ke lima. Penurunan efisiensi ini dapat mengindikasikan kurangnya 
pasokan nutrien untuk bakteri, terutama faktor karbon sehingga kemampuan 
degradasi limbahnya menurun atau media biofilter yang digunakan kurang 
banyak, sehingga maksimum loading-nya untuk penguraian limbah terlampaui. 
Ada dua cara untuk megatasi ini, yaitu dengan menambah media biofilter atau 
dilakukan pengenceran limbah yang masuk kedalam reaktor. 
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa reaktor denitrifiasi dapat bekerja 
optimal dengan waktu tinggal 3 hari, dengan konsentrasi nitrat 250 – 337 ppm. 
Keterbatasan kemampuan media biofilter dalam menguraikan limbah merupakan 
hambatan utama, sehingga ketika reaktor dijalankan pada waktu tinggal 1 hari 
terjadi penurunan efisiensi yang cukup signifikan. Untuk meningkatkan efisiensi 
pada waktu tinggal satu hari dapat dilakukan dengan cara menambah media 
biofilter yang digunakan atau penambahan pasokan nutrien untuk mikroba yang 
bekerja. 
Dengan volume media 0,054 m 
3 
dapat menurunkan nitrat 289 mg/l dengan waktu 
tinggal 3 hari. Dengan demikian kemampuan biofilter dalam menurunkan nitrat 
adalah 5 351 mg/liter tiap meter kubik.
BAB V 
PENUTUP 
5.1 Kesimpulan 
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah: 
1. Nitrifikasi menggunakan reaktor aerobik yang memiliki efisiensi penyisihan 
amoniak sebesar 98,82% pada waktu tinggal 3 hari; 
2. Air olahan reaktor nitrifikasi sudah memenuhi baku mutu untuk parameter 
amoniak namun belum untuk parameter nitrat dan nitrit, sehingga dapat 
langsung dibuang ke badan air; 
3. Denitrifikasi menggunakan reaktor anaerobik yang memiliki efisiensi sebesar 
99% pada waktu tinggal 3 hari; 
4. Pada konsentrasi nitrat tinggi peru penambahan nutrien, terutama untuk 
menjaga keseimbangan karbon dan posfor sebagai unsur penunjang 
pertumbuhan bakteri. 
5.2 Saran 
Saran yang dapat diberikan adalah: 
1. Sebaiknya industri-industri di Indonesia harus sudah bisa menerapkan 
teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan produksinya sehingga 
meminimalisis limbah yang mengandung pencemar berbahaya yang dibuang 
ke lingkungan; 
2. Sebaiknya dilakukan percobaan penambahan nutrient dan karbon yang 
cukup, sehingga proses nitrifikasi dan denitrifikasi dapat berjalan dengan 
waktu tinggal yang singkat; 
3. Sebaiknya dilakukan pengujian juga untuk konsentrasi nitritnya supaya 
diketahui apakah nitrit memenuhi baku mutu atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA 
Herlambang, A dan R, Marsidi. 2002. Proses Nitrifikasi Dengan Sistem Biofilter 
Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Amoniak Konsentrasi 
Tinggi. Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 
Herlambang, A dan R, Marsidi. 2003. Proses Denitrifikasi Dengan Sistem Biofilter 
Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Nitrat. Badan 
Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta 
Setiyawan, A dan B, Hari. 2010. Karakteristik Proses Klarifikasi Dalam Sistem 
Nitrifikasi-Denitrifikasi Untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Kandungan 
N-NH3 Tinggi. Universitas Diponegoro. Semarang

More Related Content

What's hot

PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
Agustin Dian Kartikasari
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetfebrianiwijaya7
 
Sumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti TaksonomiSumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti Taksonomi
Agustin Dian Kartikasari
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
Agustin Dian Kartikasari
 
Xmia6 phaeophyta
Xmia6 phaeophytaXmia6 phaeophyta
Xmia6 phaeophyta
Diniarti Prayuni
 
Kopi
Kopi Kopi
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benihUnhy Doel
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
Selly Noviyanty Yunus
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Josua Sitorus
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
Miira Mizhha As-Sauby
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Jessy Damayanti
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
12. sistem urogenital
12. sistem urogenital12. sistem urogenital
12. sistem urogenital
yunirosalina
 
Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012
universitas jenderal soedirman
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
fricillyasuciakobis
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
muhammad halim
 

What's hot (20)

Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan BijiPPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
PPT Embriologi Tumbuhan - Perkembangan Embrio dan Biji
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karet
 
Arthropoda
ArthropodaArthropoda
Arthropoda
 
Sumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti TaksonomiSumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti Taksonomi
 
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram DaunPPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
PPT Morfologi Tumbuhan - Tata Letak, Rumus, dan Diagram Daun
 
Xmia6 phaeophyta
Xmia6 phaeophytaXmia6 phaeophyta
Xmia6 phaeophyta
 
Kopi
Kopi Kopi
Kopi
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Pengujian vigor benih
Pengujian vigor benihPengujian vigor benih
Pengujian vigor benih
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
 
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen pptJamur dan bakteri Entomopatogen ppt
Jamur dan bakteri Entomopatogen ppt
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
12. sistem urogenital
12. sistem urogenital12. sistem urogenital
12. sistem urogenital
 
Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012Morfologi udang 021012
Morfologi udang 021012
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 

Similar to Tugas unit proses nitrifiaksi

Metabolisme nitrogen 1
Metabolisme nitrogen 1Metabolisme nitrogen 1
Metabolisme nitrogen 1
Ajhié Asrun
 
Presentation nitrogen prely
Presentation nitrogen prelyPresentation nitrogen prely
Presentation nitrogen prelyduaderajad
 
Makalah fistum nitrogen
Makalah fistum nitrogenMakalah fistum nitrogen
Makalah fistum nitrogenNesTi Nafi'ah
 
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi Kehidupan
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi KehidupanSiklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi Kehidupan
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi KehidupanReza Novita Sari
 
Siklus nitrogen
Siklus nitrogenSiklus nitrogen
Siklus nitrogengoogle
 
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Anggi Nurbana Wahyudi
 
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Anggi Nurbana Wahyudi
 
kimia industri urea
kimia industri ureakimia industri urea
kimia industri urea
Wiwik Itsuki
 
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dllDAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
NahdiyahNurfaidah1
 
Siklus biogeokimia
Siklus biogeokimiaSiklus biogeokimia
Siklus biogeokimia
shailladita
 
Siklus Nitrogen
Siklus NitrogenSiklus Nitrogen
Siklus Nitrogen
Yuke Puspita
 
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.pptDit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
RICKYPUTRO2
 
04 ekologi 4
04 ekologi 404 ekologi 4
04 ekologi 4
Irma Suryani
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
lanilinggar
 
Daur Nitrogen-WPS Office.pptx
Daur Nitrogen-WPS Office.pptxDaur Nitrogen-WPS Office.pptx
Daur Nitrogen-WPS Office.pptx
RizkaPermatasariAshS
 
Take home mma
Take home mmaTake home mma
Take home mma
ayuningsih01
 

Similar to Tugas unit proses nitrifiaksi (20)

Siklus nitrogen
Siklus nitrogenSiklus nitrogen
Siklus nitrogen
 
Metabolisme nitrogen 1
Metabolisme nitrogen 1Metabolisme nitrogen 1
Metabolisme nitrogen 1
 
Presentation nitrogen prely
Presentation nitrogen prelyPresentation nitrogen prely
Presentation nitrogen prely
 
Makalah fistum nitrogen
Makalah fistum nitrogenMakalah fistum nitrogen
Makalah fistum nitrogen
 
Siklus nitrogen
Siklus nitrogenSiklus nitrogen
Siklus nitrogen
 
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi Kehidupan
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi KehidupanSiklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi Kehidupan
Siklus Nitrogen dan Fungsinya Bagi Kehidupan
 
Siklus nitrogen
Siklus nitrogenSiklus nitrogen
Siklus nitrogen
 
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
 
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
Cara Menurunkan Amonia Ammonia di dalam air limbah -- By Anggi Nurbana PT. Ku...
 
kimia industri urea
kimia industri ureakimia industri urea
kimia industri urea
 
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dllDAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
DAUR-BIOGEOKIMIA daur nitrogen, daur air , oksigen dll
 
Siklus biogeokimia
Siklus biogeokimiaSiklus biogeokimia
Siklus biogeokimia
 
Siklus Nitrogen
Siklus NitrogenSiklus Nitrogen
Siklus Nitrogen
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.pptDit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
Dit3.-Sifat-Biologi-Tanah-dan-Proses_.ppt
 
Biogeokimia
Biogeokimia Biogeokimia
Biogeokimia
 
04 ekologi 4
04 ekologi 404 ekologi 4
04 ekologi 4
 
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponenNanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
Nanopdf.com gejala alam-biotik-dan-abiotik-a-komponen-biotik-b-komponen
 
Daur Nitrogen-WPS Office.pptx
Daur Nitrogen-WPS Office.pptxDaur Nitrogen-WPS Office.pptx
Daur Nitrogen-WPS Office.pptx
 
Take home mma
Take home mmaTake home mma
Take home mma
 

Tugas unit proses nitrifiaksi

  • 1. TUGAS UNIT PROSES “NITRIFIKASI & DENITRIFIKASI” OLEH : KELOMPOK VI DELIA PUTRI 0910941007 UTAMI LANGGA SARI HSB 0910942037 IHSAN APRIS 1010942013 JEFRI KURNIAWAN 1010942013 DOSEN: Dr. PUTI SRI KOMALA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amoniak berasal dari nitrogen organik yang diuraikan oleh organisme heterotrop, yaitu organisme yang membutuhkan nutrientnya dalam bentuk senyawa organik dan memperoleh energi dengan cara mengoksidasi senyawa organik tersebut. Nitrogen organik berasal dari beberapa sumber antara lain limbah domestik yang termasuk didalamnya sampah, kotoran manusia dan binatang, kemudian berasal dari limbah industri dan dapat pula berasal dari air alam yang terpapar oleh sisa-sisa tumbuhan. Limbah industri merupakan sumber terbesar yang mengalirkan nitrogen organik ke dalam sistem perairan, industri yang banyak mengeluarkan buangan nitrogen adalah jenis-jenis industri kimia yang memproduksi senyawa nitrogen atau menggunakan bahan baku senyawa nitrogen atau unsur-unsur biologis seperti binatang dan bahan makanan. Mengingat perkembangan industri di Indonesia maka sudah saatnya dilakukan pengkajian dan penelitian pengolahan limbah, khususnya limbah amoniak yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan perindustrian di Indonesia. Cara yang yang paling ekonomis adalah dengan proses biologis, salah satunya yaitu dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah : 1. Memenuhi tugas mata kuliah Unit Proses pada Semester VI di Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas; 2. Memahami lebih dalam mengenai proses biologi pada Unit Proses dalam pengolahan air bersih dan air buangan, yaitu nitrifikasi dan denitrifikasi. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa efektif nitrifikasi dan denitrifikasi pada unit proses dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prosesnya.
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum + pada pH Amoniak (NH3) merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4 rendah yang disebut dengan ammonium. Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni, tinja serta penguraian zat organik secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri ataupun limbah domestik. Besarnya kandungan amoniak pada air permukaan tergantung pada beberapa faktor yaitu sumber asalnya amoniak, keberadaan tanaman air yang menyerap amoniak , konsentrasi oksigen dan temperatur . Konsentrasi amoniak dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Pada musin panas konsentrasi senyawa ini dapat sangat rendah, hal ini disebabkan amoniak diserap oleh tumbuhan, disamping itu temperatur air yang tinggi dapat mempercepat proses nitrifikasi. Sedangkan pada musim dingin yaitu pada saat suhu rendah pertumbuhan bakteri berkurang sehingga proses nitrifikasi berjalan lambat yang menyebabkan konsentrasi amoniak pada sungai tinggi. Amoniak dapat menyebabkan kondisi toksik bagi kehidupan perairan. Masalah polusi yang timbul sebagai akibat dari limbah nitrogen antara lain : 1) Dissolved Oxygen Depletion Dissolved Oxygen Depletion adalah proses pengurangan oksigen terlarut dalam air yang terjadi karena konsumsi oksigen terlarut oleh aktivitas mikroba. Secara garis besar, pengurangan ini dapat ditinjau dari 2 mekanisme yaitu pertama, ion ammonium dioksidasi menjadi ion nitrit, dan ion nitrit dioksidasi menjadi ion nitrat. Yang kedua, ion ammonium, nitrit, dan nitrat merupakan nutrient nitrogen untuk pertumbuhan lingkungan air, khususnya algae. Ketika algae mati, maka oksigen terlarut digunakan oleh bakteri untuk mendekomposisikan material organik tersebut. 2) Toxicity Toxicity adalah racun yang diakibatkan oleh adanya ion ammonium, nitrit, nitrat dikehidupan perairan terutama ikan. Ion nitrit adalah yang paling beracun. Meskipun ion ammonium merupakan nutrient nitrogen yang paling disukai oleh kebanyakan organisme, namun ion ammonium akan berubah menjadi ammonia dengan meningkatnya pH. Ammonia ini yang dapat meracuni kehidupan air.
  • 4. 3) Eutrophication 3-) merupakan sumber utama proses eutrofikasi, namun Meskipun posphat (PO4 limbah nitrogen juga mempunyai kontribusi terhadap masalah ini. Eutrofikasi adalah pelepasan nutrisi tumbuhan, khususnya yang mengandung phospor dan nitrogen dimana kuantitasnya tidak diinginkan dalam badan air, seperti danau dan kolam. Kehadiran nutrisi tumbuhan tersebut akan meningkatkan pertumbuhan algae. Ketika algae ini mati maka badan air akan dipenuhi oleh sejumlah algae yang tidak terdekomposisi. 4) Methemoglobinemia Methemoglobinemia atau biasa disebut baby blue syndrome merupakan penyakit yang dialami oleh bayi karena mengkonsumsi air tanah yang telah terkontaminasi oleh nitrit. Jika seorang bayi mengkonsumsi makanan / minuman yang terbuat dari air tanah yang telah terkontaminasi oleh ion nitrat, ion tersebut sangat mudah untuk diubah menjadi ion nitrit di dalam pencernaan bayi. Ion nitrit akan masuk kedalam sistem peredaran darah secara cepat, dan berikatan dengan besi dalam hemoglobin atau sel darah merah. Kehadiran ion nitrit akan menghambat aliran oksigen dalam hemoglobin melewati jantung. Kekurangan oksigen akan membuat tubuh bayi menjadi biru. Jika kekurangan oksigen terjadi di otak bayi maka bisa terjadi kematian. 2.2 Siklus Nitrogen Senyawa nitrogen merupakan senyawa yang sangat penting dalam kehidupan, karena nitrogen merupakan salah satu nutrien utama yang berperan dalam pertumbuhan organisme yang hidup. Senyawa ini juga merupakan komponen dasar protein yang keberadaannya di perairan digunakan untuk memproduksi sel oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jumlah nitrogen yang terdapat di atmosfir, paling banyak berada dalam bentuk gas nitrogen sebesar 78 %. Pada umumnya gas nitrogen ini tidak dapat dipergunakan secara langsung oleh makhluk hidup, hanya beberapa organisme khusus yang dapat mengubahnya ke dalam bentuk organik nitrogen dan proses yang terjadi dinamakan fiksasi. dapat diikat oleh sejumlah bakteri dan alga. Nitrogen organik yang disintesa oleh tumbuhan dan alga merupakan sumber nitrogen bagi hewan. Dalam metabolismenya hewan akan membuang nitrogen dan senyawa-senyawa lain, senyawa tersebut kemudian dimineralisasi oleh mikroorganisme dan nitrogen
  • 5. akan dilepaskan sebagai amoniak. Proses yang sama juga akan terjadi jika tumbuh-tumbuhan dan hewan mati dan akan mengalami dekomposisi. Proses pelepasan amoniak ini disebut juga dengan amonifikasi. Amoniak sangat berguna bagi tumbuhan dan mikroorganisme untuk asimilasi menjadi sel baru yang memberikan lebih banyak nitrogen organik. Senyawa nitrat dan amoniak dalam air digunakan oleh tumbuhan dan mikroorganisme dalam proses biosintesis (asimilasi) untuk membentuk sel baru yang akan menghasilkan nitrogen organik. - + 8H2O → 4NH3 + 4O2 + 4OH 4NO3 - NH3 + CO2 + tumbuhan hijau + cahaya matahari → protein Setelah hewan dan tumbuhan mati, maka akan didekomposisi melalui proses biokimia dan bahan-bahan nitrogen organik yang terkandung akan diubah kembali menjadi bentuk amoniak. Proses ini dinamakan sebagai proses mineralisasi. Sebagian besar amoniak di alam akan dioksidasi menjadi bentuk - ) dan kemudian menjadi nitrat (NO3 nitrit (NO2 - ) yang dilakukan oleh dua macam bakteri autotrof melalui proses yang disebut nitrifikasi. Gambar 1 : Siklus Nitrogen Di Lingkungan Perairan. Senyawa nitrit merupakan bahan peralihan yang terjadi pada siklus biologi. Senyawa ini dihasilkan dari suatu proses oksidasi biokimia ammonium, tetapi sifatnya tidak stabil karena pada kondisi aerobik, selama nitrit terbentuk, dengan cepat nitrit dioksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter. Sedangkan pada
  • 6. kondisi anaerobik, nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang selanjutnya hasil reduksi tersebut dilepaskan sebagai gas nitrogen. Senyawa nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan senyawa yang stabil. Senyawa ini dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, pupuk dan cat. Secara alamiah kadar nitrat relatif rendah, tetapi kadar ini dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. 2.3 Proses Nitrifikasi Proses nitrifikasi adalah proses perubahan senyawa amonia (NH4 +) menjadi senyawa nitrit (NO2 -). Selanjutnya nitrit yang terbentuk dioksidasi menjadi nitrat (NO3 -). Proses ini berlangsung dalam suasana aerobik. Agar reaksi dapat berjalan dengan sempurna, maka diperlukan tambahan udara dari luar, misalnya disuplai dengan blower. Sedangkan bakteri nitrifikasi (nitrifying bacteria) yang bekerja disini adalah jenis bakteri autotrop yang memerlukan karbon anorganik untuk aktifitasnya serta pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan tambahan karbon anorganik dari luar. Secara sederhana reaksi nitrifikasi adalah sebagai berikut: + + b O2 + c HCO3 a NH4 - ===> d C5H7NO2 + e H2O + f NO3 - + g H2CO3 a, b, c, d , e, f, g, = koefisien persamaan reaksi 2.3.1 Tahapan Proses Nitrifikasi a. Tahap nitritasi + ) menjadi ion nitrit Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion ammonium (NH4 - ) yang dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas menurut reaksi berikut : (NO2 + + ½O2 + OH NH4 - → NO2 - + H + + 2H2O + 59,4 Kcal Nitrosomonas Reaksi ini memerlukan 3,43 gram O2 untuk mengoksidasi 1 gram nitrogen menjadi nitrit. b. Tahap nitrasi - ) yang Tahap ini merupakan tahap oksidasi ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 dilaksanakan oleh bakteri nitrobacter menurut reaksi berikut :
  • 7. - + 1/2O2 → NO3 NO2 - + 18 Kcal Nitrobacter Reaksi ini memerlukan 1,14 gr O2 untuk mengoksidasi 1 gr nitrogen menjadi nitrat. Secara keseluruhan proses nitrifikasi dapat dilihat dari persamaan berikut: + + 2O2 → NO3 NH4 - + 2H + + H2O Kedua reaksi diatas berlangsung secara reaksi eksotermik (reaksi yang menghasilkan energi). Jika kedua jenis bakteri tersebut ada, baik di tanah maupun di perairan, maka konsentrasi nitrit akan menjadi berkurang karena nitrit yang dibentuk oleh bakteri nitrosomonas akan dioksidasi oleh bakteri nitrobacter menjadi nitrat. Kedua bakteri ini dikenal sebagai bakteri autotropik yaitu bakteri yang dapat mensuplai karbon dan nitrogen dari bahan-bahan anorganik dengan sendirinya. Bakteri ini menggunakan energi dari proses nitrifikasi untuk membentuk sel sintesa yang baru. Sedangkan bakteri heterotropik merupakan bakteri yang membutuhkan bahan-bahan organik untuk membangun protoplasma. Walaupun bakteri nitrifikasi autotropik keberadaannya di alam lebih banyak, proses nitrifikasi dapat juga dilakukan oleh bakteri jenis heterotropik (Arthobacter) dan jamur (Aspergillus). Disamping itu dengan oksigen yang ada, maka senyawa N-NH4 yang ada diperairan akan dioksidasi menjadi nitrat. Tetapi mengingat kebutuhan O2 yang cukup besar, maka akan terjadi penurunan oksigen di dalam perairan tersebut sehingga akan terjadi kondisi anaerobik. Pada proses pengolahan senyawa N-NH4 secara biologis kebutuhan O2 cukup besar, sehingga kebutuhan O2 yang tinggi dapat dipenuhi dengan cara memperbesar transfer O2 ke dalam instalasi pengolahan. Pada reaktor lekat ini, transfer O2 yang besar dapat diperoleh dengan cara menginjeksikan udara ke dalam reaktor. Dengan adanya injeksi udara diharapkan terjadi kontak antara gelembung udara dengan air yang akan diolah.
  • 8. 2.3.2 Faktor Pengontrol Proses Nitrifikasi Beberapa faktor pengontrol dari proses nitrifikasi dalam proses pengolahan air antara lain adalah : • Konsentrasi Oksigen Terlarut (Dissolved Oksigen) Proses nitrifikasi merupakan proses aerob, maka keberadaan oksigen sangat penting dalam proses ini. Dengan demikian dibutuhkan batasan DO yang memungkinkan proses ini dapat berjalan dengan baik. Proses nitrifikasi akan berjalan dengan baik jika DO minimum > 1 mg/l. • Temperatur Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi dipengaruhi oleh temperatur antara 8 – 30°C, sedangkan temperatur optimumnya sekitar 30°C. • PH Pada proses biologi, nitrifikasi dipengaruhi oleh pH. pH optimum untuk bakteri nitrosomonas dan nitrobacter antara 7,5 – 8,5. Proses ini akan terhenti pada pH dibawah 6,0. 2.4 Proses Denitrifikasi Denitrifikasi adalah proses tahap kedua dalam proses penghilangan amoniak dengan sistem nitrifikasi-denitrifikasi. Proses denitrifikasi adalah perubahan senyawa nitrat menjadi gas nitrogen (N2). Gas nitrogen adalah senyawa yang sangat stabil. Bakteri yang bekerja pada proses denitrifikasi adalah bakteri anaerobik, yaitu bakteri yang tidak memerlukan oksigen dalam aktifitasnya, bahkan kehadiran oksigen dapat menyebabkan bakteri ini mati. Untuk itu proses denitrifikasi memerlukan bioreaktor tertutup yang tidak bersentuhan dengan udara luar. Reaksi denitrifikasi senyawa nitrat adalah sebagai berikut : - ==> c CO2 + d H2O + e N2 + fOH A RCOOH + b NO3 - a, b, c, d, e, f = koefisien reaksi R = gugus alkil senyawa organik Reaksi reduksi senyawa nitrat menjadi nitrogen memerlukan senyawa karbon organik sebagai sumber elektron (elektron donor). Oleh karena itu pada proses reduksi ini diperlukan penambahan senyawa karbon organik dari luar.
  • 9. 2.4.1 Mekasnisme Denitrifikasi Dua mekanisme penting pada proses biologi pengurangan nitrat yaitu asimilatory pengurangan nitrat dan disimilatory pengurang-an nitrat : a. Asimilatory Pengurangan Nitrat Melalui mekanisme ini nitrat dirubah menjadi nitrit dan kemudian menjadi amonium oleh mikroorganisme. Pada proses ini melibatkan enzim yang - menjadi NH3, yang kemudian bersatu kedalam protein dan asam mengubah NO3 nucleic. Pengurangan nitrat didorong oleh asimilatory pengurangan nitrat, yang aktifitasnya tidak dipengaruhi oleh oksigen. Mikroorganisme tertentu (seperti pseudomonas aeruginosa) memiliki keduanya yaitu asimilatory pengurangan nitrat dan disimilatory pengurangan nitrat, yang sensitif terhadap oksigen. Kedua enzym diberi nama dengan gene yang berbeda. b. Disimilatory Pengurangan Nitrat - berlaku Proses ini adalah proses pernafasan anaerobic yang dalam hal ini NO3 - direduksi menjadi nitrious oxide (N2O), dan gas sebagai penerima elektron. NO3 nitrogen (N2). Pembebasan N2 adalah hal yang dominan pada denitrifikasi. Namun N2 mempunyai kelarutan yang rendah dalam air sehingga cenderung keluar naik sebagai gelembung (2) . Mikroorganisme yang terlibat dalam denitrifikasi adalah aerobic autotrophic atau heterotrophic mikroorganisme, yang dapat berubah menjadi anaerobic pada saat nitrat dipergunakan sebagai penerima electron. Denitirifikasi berlangsung menurut urutan sebagai berikut : Nitrate  Nitrit  Nitric oxide  Nitrous oxide  Nitrogen Reduksi Reduksi Reduksi Reduksi NO3 ---------> NO2 ------------> NO ---------->N2O -----------> N2 Denitrifiers berasal dari beberapa grup fisiological dan taksonomi (organotrophs, lithotrophs dan phototrophs) dan dapat menggunakan berbagai sumber energi (kimia organik atau kimia anorganik atau cahaya). Mikroorganisme yang mampu melakukan denitrifikasi berasal dari genera berikut ini: Pseudomonas, Bacillus, Spirillum, Hyphomicrobium, Agrobacterium, Acinetobacter, Propionobacterium, Rhizobium, Corynebacterium, Cytophaga,
  • 10. Thiobacillus dan Alcaligenes. Genera Pseudomonas (P. fluorescens, P. aeruginosa, P.denitrificans) dan Alcaligenes merupakan yang paling banyak terlibat. Mikroorganisme ini ditemukan di tanah, air dan air buangan. Nitrous oxide (N2O) kemungkinan dihasilkan pada saat denitrifikasi, menyusul terjadinya ketidak sempurnaan penghilangan nitrat. Gas ini merupakan polutan udara, sehingga keberadaannya perlu dicegah atau dikurangi. Pada kondisi tertentu, nitrat dirubah menjadi N2O sampai dengan 8 %. Kondisi yang diinginkan adalah COD/NO3-N rendah, waktu tinggal pendek dan pH rendah. 2.4.2 Kondisi Proses Denitrifikasi Faktor-faktor utama yang mempengaruhi denitrifikasi pada pengolahan air buangan dan pada lingkungan lainnya adalah sebagai berikut : a. Konsentrasi nitrat Disebabkan nitrat berlaku sebagai elektron penerima untuk bakteri denitrifying, maka laju pertumbuhan denitrifiers tergantung pada konsentrasi nitrat dan mengikuti kinetik tipe Monod. b. Kondisi anoxic O2 bersaing secara efektif dengan nitrat sebagai penerima elektron dalam proses pernafasan. Oksidasi glukosa mengeluarkan lebih banyak energi bebas dengan adanya oksigen (686 kcal/mole glokosa) dari pada adanya nitrat (570 kcal/mole glukosa). Inilah alasan mengapa proses denitrifikasi harus dilaksanakan tanpa adanya oksigen. Denitrifikasi mungkin terjadi didalam flok lumpur aktif dan pada biofilm walaupun tingkat oksigen relatif tinggi pada cairannya. Oleh karena itu adanya oksigen pada air buangan tidak mencegah terjadinya denitrifikasi pada tingkat lingkungan mikro. c. Keberadaan zat organik Bakteri denitrifying harus mempunyai elektron donor untuk melaksanakan proses denitrifikasi. Beberapa sumber elektron telah dipelajari. Sumber- sumber tersebut termasuk senyawa murni (contoh, asam asetat, asam sitrat, methanol), air buangan domestik, buangan dari industri makanan (bir, molases) dan lumpur. Sumber elektron yang disenangi adalah methanol walaupun agak mahal, dalam hal ini berperan sebagai sumber karbon untuk mendorong denitrifikasi. Biogas, mengandung methan hampir 60 %, dapat juga berlaku sebagai sumber karbon pada denitrifikasi. Telah lama diketahui bahwa methan dapat digunakan
  • 11. sebagai sumber karbon pada proses denitrifikasi, karena bakteri methanotrophic mengoksidasi methan menjadi methanol. 6 NO3 + 5 CH3OH -----------> 3 N2 + 5 CO2 + 7 H2O + 6 (OH) - 5/6 mol methanol diperlukan untuk denitrifying satu mol NO3. Namun sebagian methanol digunakan untuk pernafasan cell dan sintesa cell. Penghilangan nitrat maksimum dicapai apabila perbandingan CH3OH/NO3 mendekati 2,5. Dalam saringan upflow anaerobic penghilangan nitrat hampir sempurna (99,8 %) dicapai pada rasio > 2,65. Diusulkan pada nilai 3,0 dapat dicapai denitrifikasi sempurna. d. Kemasaman Air Limbah (pH) Dalam air buangan, denitrifikasi paling efektif pada pH antara 7,0 dan 8,5, dan optimal sekitar 7,0. Alkalinity dan pH naik selama terjadi denitrifikasi. Secara teoritis, denitrifikasi menghasilkan 3,6 mg alkalinity sebagai CaCO3, per 1 mg nitrat yang berkurang menjadi N2. Namun dalam praktek, nilai ini lebih kecil dan nilai 3,0 diusulkan untuk tujuan desain. Denitrifikasi menggantikan lebih kurang setengah dari alkalinity yang dikonsumsi selama denitrifikasi. e. Temperatur Denitrifikasi terjadi antara 35 o C dan 50 o C. Tejadi pula pada temperatur rendah (5 – 10 o C) namun dengan laju yang lebih rendah. f. Efek logam Denitrifikasi sangat terpengaruh dengan adanya molybdenum dan selenium, yang aktif dalam pembentukan formate dehydrogenase, salah satu enzym yang berpengaruh dalam metabolisme methanol. Molybdenum sangat penting pada sintesa pengurangan nitrat. g. Kimia beracun Organisme denitrifying lebih kurang sensitif terhadap kimia beracun dibandingkan organisme nitrifiers. 2.5 Reaktor Biologis (Biofilter) Struktur reaktor biofilter menyerupai saringan (filter) yang terdiri atas susunan atau tumpukan bahan penyangga yang disebut dengan media penyangga yang disusun baik secara teratur maupun acak di dalam suatu bejana. Fungsi media penyangga adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang akan melapisi permukaan media membentuk lapisan massa yang tipis (biofilm). Mikroorganisme ini
  • 12. menguraikan bahan organik yang ada dalam air. Ketebalan lapisan biofilm menyebabkan difusi oksigen berkurang terhadap lapisan terdalam biofilm tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya kondisi anaerobik pada lapisan permukaan media (Metcalf & Eddy, 1991). Air yang diolah akan dikontakkan dengan sejumlah mikroba dalam bentuk lapisan film (slime) yang melekat pada permukaan media. Media penyangga merupakan salah satu kunci pada proses biofilter. Efektifitas dari suatu media tergantung pada :  Luas permukaan, semakin luas permukaan media maka semakin besar jumlah biomassa per unit volume.  Volume rongga, semakin besar volume rongga/ruang kosong maka semakin besar kontak antara substrat dalam air buangan dengan biomassa yang menempel Faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada media penyangga adalah kecepatan aliran air limbah serta bentuk dan jenis konfigurasi media. Media yang digunakan dapat berupa kerikil, batu pecah (split), media plastik (polivinil chlorida), dan partikel karbon aktif dan lainnya. Media yang sering digunakan pada proses biologis khususnya biofiter adalah media plastik yang terbuat dari PVC. Kelebihan dalam penggunaan media plastik ini antara lain :  Ringan serta mempunyai luas permukaan spesifik besar (luas pemmukaan per satuan volume) berkisar antara sebesar 85-226 m 2 /m 3 .  Volume rongga yang besar dibanding media lainnya (hingga 95%) sehingga resiko kebuntuan kecil. Di dalam reaktor biofilter, mikroorganisme tumbuh melapisi keseluruhan permukaan media dan pada saat beroperasi air mengalir melalui celah-celah media dan berhubungan langsung dengan lapisan massa mikroba (biofilm). Mekanisme perpindahan massa yang terjadi pada permukaan suatu media dinyatakan sebagai berikut :  Diffusi substansi air buangan dari cairan induk ke dalam massa mikroba yang melapisi media.  Reaksi peruraian bahan organik maupun anorganik oleh mikroba.  Diffusi produk air yang terurai ke luar kecairan induk limbah. Permukaan media yang kontak dengan nutrisi yang terdapat dalam air buangan ini mengandung mikroorganisme yang akan membentuk lapisan aktif biologis. Disamping itu oksigen terlarut juga merupakan faktor pembentukan lapisan film. Proses awal pertumbuhan mikroba dan pembentukan lapisan film pada media membutuhkan waktu beberapa minggu, yang dikenal dengan “proses pematangan”. Pada awalnya tingkat efisiensi penjernihan sangat rendah yang kemudian akan mengalami peningkatan dengan terbentuknya lapisan film.
  • 13. 2.6 Lapisan Biomas Lapisan biomassa atau biofilm didefinisikan sebagai lapisan sel mikroba yang berkaitan dengan penguraian zat organik yang melekat pada suatu permukaan media. Kecepatan pertumbuhan lapisan biofilm pada permukaan akan bertambah akibat perkembang-biakan dan adsorpsi yang terus berlanjut sehingga terjadi proses akumulasi lapisan biomassa yang berbentuk lapisan lendir (slime). Pertumbuhan mikroorganisme akan terus berlangsung pada slime yang sudah terbentuk sehingga ketebalan slime bertambah. Difusi makanan dan oksigen akan terus berlangsung sampai tercapai ketebalan maksimum sehingga pada kondisi ini difusi makanan dan oksigen ini tidak mampu lagi mencapai permukaan padatan yang akibatnya lapisan biomassa ini akan terbagi menjadi dua zona yaitu zona aerob dan zona anaerob. Pada kondisi ini mulai terjadi pengelupasan lapisan biomassa yang selanjutnya segera terbentuk koloni mikroorganisme yang baru sehingga pembentukan biofilm akan terus berlangsung. Proses pengelupasan ini juga disebabkan oleh pengikisan cairan yang berlebih yang mengalir melalui biofilm. Efisiensi penghilangan amoniak pada proses biofilter oleh lapisan biomassa dapat mencapai maksimum bila lapisan tipis di sebelah luar lapisan biomassa telah mencapai ketebalan maksimum untuk kondisi aerobik. Mekanisme proses penguraian senyawa amoniak yang terjadi pada lapisan biofilm secara sederhana dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2. Lapisan terluar media penyangga adalah lapisan tipis zona aerobik, senyawa amoniak dioksidasi dan diubah ke dalam bentuk nitrit. Sebagian senyawa nitrit ada yang diubah menjadi gas dinitrogen oksida (N2O) dan ada yang diubah menjadi nitrat. Proses yang terjadi tersebut dinamakan proses nitrifikasi. Semakin lama, lapisan biofilm yang tumbuh pada media penyangga tersebut semakin tebal sehingga menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke dalam lapisan biofilm bagian dalam sehingga mengakibatkan terbentuknya zona anaerobik. Pada zona anaerobik ini, senyawa nitrat yang terbentuk diubah ke dalam bentuk nitrit yang kemudian dilepaskan menjadi gas nitrogen (N2). Proses demikian tersebut dinamakan proses denitrifikasi.
  • 14. Ketebalan lapisan aerobik antara 0.05-0.1 mm dari ketebalan total lapisan biomassa yaitu 0.1-2 mm dan ketebalan lapisan biomassa yang terbentuk ini tergantung pada karakteristik dari air buangan yang akan diolah. Penghilangan substrat oleh lapisan mikroorganisme akan bertambah secara linier dengan bertambahnya ketebalan film sampai dengan ketebalan maksimum, sedangkan penghilangan akan tetap konstan dengan bertambahnya ketebalan biomassa lebih lanjut. Gambar 2 : Ilustrasi dari mekanisme proses penguraian amoniak di dalam biofilm
  • 15. BAB III METODOLOGI (STUDI KASUS : PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK AMONIUM NITRAT) 3.1 Nitrifikasi 3.1.1 Pertumbuhan Mikroorganisme Pertumbuhan mikroorganisme dilakukan secara alami dengan cara mengalirkan air limbah domestik secara kontinyu ke dalam reaktor melalui media penyangga sampai terbentuknya lapisan biofilm yang melekat pada media. Pertumbuhan mikroorganisme ini juga didukung oleh suplai udara secara terus menerus dengan menginjeksikan udara ke dalam reaktor melalui alat pompa udara. Selanjutnya air limbah diinjeksikan sedikit-demi sedikit kedalam reaktor sampai proses berjalan stabil. 3.1.2 Model Reaktor Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor biologis dengan biakan melekat yaitu reaktor nitrifikasi, dengan spesifikasi seperti tertera pada Tabel 1. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Diagram proses nitrifikasi dengan reaktor biofilter terlihat seperti pada Gambar 3. Tabel 1 : Spesifikasi Teknis Reaktor Biofilter. ITEM SPESIFIKASI 1 REAKTOR : Dimensi Total 15 cm x 20 cm x 150 cm (45 liter) Volume Reaktor Biofilter 15 cm x 15 cm x 140 cm (31,5 liter) Volume Bak Pengendap 15 cm x 5 cm x 140 cm (10,5 liter) Tnggi Bed Media 120 cm Volume Media 15 cm x 15 cm x 120 cm (27 liter) Tinggi Ruang Lumpur 10 cm Tinggi kolom air di atas media 10 cm Tinggi Ruang Bebas 10 cm 2 POMPA DOSING : Tipe Uni – Dose U04 Jumlah 1 unit Kapasiata min. 0,95 liter per jam Kapasitas maksimum 4,8 liter per jam 3 WAKTU TINGGAL : Minimum 6 jam Maksimum 33 jam
  • 16. Tabel 2 : Spesifikasi Media BioFilter No MEDIA BIOFILTER SPESIFIKASI 1 Bahan PVC Sheet 2 Tipe Sarang Tawon (Cross flow) 3 Ukuran Lubang 2 cm x 2 cm 4 Ketebalan Media 0,5 mm 5 Ukuran Modul Disesuaikan dengan ukuran reaktor 6 Luas Permukaan Spesifik 2 3 + 226 m / m 7 Berat Spesifik Media 30 – 35 kg / m 3 8 Porositas Media 98 % 9 Warna Bening / transparant Gambar 3 : Diagram Proses Nitrifikasi Menggunakan Reaktor Biofilter Aerobik 3.2 Denitrifikasi Air baku (Influent) yang masuk ke dalam reaktor denitrifikasi merupakan hasil olahan efluent dari reaktor nitrifikasi, sehingga kualitas air baku pada denitrifikasi sangat tergantung pada proses nitrifikasi, dalam hal ini sangat diharapkan hasil dari proses nitrifikasi sedikit atau sama sekali tidak mengandung amoniak, karena pada proses denitrifikasi yang menjadi tujuan utama adalah mengurangi kandungan nitrit dan nitrat. Reaksi yang terjadi pada reaktor denitrifikasi adalah
  • 17. perubahan senyawa nitrit menjadi nitrat dan akhirnya nitrat menjadi gas nitrogen (N2) 3.2.1 Mikroorganisme dan Nutrien Kondisi reaktor denitrifikasi diatur dalam keadaan anaerobik. Pertama, reaktor diiisi dengan sludge dari IPAL Industri Tahu-Tempe untuk proses pembiakan bakteri (seeding). Proses pembiakan mikroba di dalam reaktor denitrifikasi dilakukan selama kurang lebih 4 - 5 minggu, dengan waktu tinggal di dalam reaktor sekitar 3 hari, sampai dengan tumbuhnya lendir pada permukaan biofilter. Setelah ketebalan biofilm pada reaktor cukup tebal, selanjutnya air limbah hasil proses nitrifikasi diinjeksikan ke dalam reaktor denitrifikasi. Oleh karena kandungan Organik (C ) di dalam air limbah amonium nitrat sangat rendah, maka agar proses denitrifikasi dapat berjalan dengan baik ditambahkan senyawa organik agar perbandingan C/N cukup untuk proses denitrifikasi. Penambahan senyawa organik dilakukan dengan menambahkan asam asetat atau larutan gula. 3.2.2 Model Reaktor Biologis Model dari reaktor biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor biologis dengan sistem biakan melekat. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi tertera pada Tabel 4. Sedangkan spesifikasi media yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5. Air limbah dari pabrik amonium nitrat digunakan sebagai air baku limbah reaktor nitrifikasi, sedangkan air olahan dari reaktor nitrifikasi ditampung dan digunakan sebagai umpan atau air baku reaktor denitrifikasi. Tabel 3. Spesifikasi Reaktor Denitrifikasi Anaerobik. ITEM SPESIFIKASI REAKTOR : DENITRIFIKASI-ANAEROBIK Dimensi Total 15 cm x 30 cm x 150 cm (67,5 liter) Volume Reaktor Biofilter 15 cm x 30 cm x 140 cm (63 liter) Tnggi Bed Media 120 cm Volume Media 15 cm x 30 cm x 120 cm (54 liter) Tinggi Ruang Lumpur 10 cm Tinggi kolom air di atas media 10 cm Tinggi Ruang Bebas 10 cm POMPA DOSING : Tipe Uni – Dose U04 Jumlah 2 unit Kapasiata min. 0,95 liter per jam
  • 18. ITEM SPESIFIKASI Kapasitas maksimum 4,8 liter per jam WAKTU TINGGAL : Minimum 6 jam Maksimum 33 jam Tabel 4. Spesifikasi Teknis Media Biofilter No MEDIA BIOFILTER SPESIFIKASI 1 Bahan PVC Sheet 2 Tipe Sarang Tawon 3 Ukuran Lubang 2 cm x 2 cm 4 Ketebalan Media 0,5 mm 5 Ukuran Modul Disesuaikan dengan ukuran reaktor 6 Luas Permukaan Spesifik + 226 m 2 / m 3 7 Berat Spesifik Media 30 – 35 kg / m 3 8 Porositas Media 98 % 9 Warna Bening / transparant Gambar 4. Reaktor Nitrifikasi dan Denitrifikasi yang digunakan Untuk Percobaan.
  • 19. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nitrifikasi Tabel 5 Kolerasi Waktu Tinggal Dengan Penurunan Konsentrasi Amoniak Rata-Rata Dan Efisiensi NO Waktu Tinggal (Hari) Amoniak (mg/l) Efisiensi (%) INLET OUTLET 1 3 1738 195,4 87,95 2 2 242 2,5 98,82 3 1 1219,7 7 98,06 Proses seeding (pembiakan) berjalan selama 5 minggu hingga dicapai air umpan total 100 % adalah air limbah dari pabrik amonium nitrat yang akan diolah. Percobaan dilakukan dengan umpan 100 % air limbah amonium nitrat, dimulai setelah proses seeding selesai. Untuk mengkaji penurunan konsentrasi amoniak dan waktu tinggal yang optimum, percobaan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dicoba dengan waktu tinggal selama 3 hari, tahap kedua 2 hari dan tahap ketiga 1 hari. Dilakukan beberapa kali percobaan untuk masing-masing waktu tinggal tersebut. Dari hasil uji coba selama beberapa waktu, hasil percobaan menunjukkan reaktor biofilter nitrifikasi yang digunakan, dapat menurunkan konsentrasi amoniak, namun terjadi kenaikan konsentrasi nitrit dan nitrat, hal ini memang sudah diperkirakan karena pada proses nitrifikasi amoniak dikonversi menjadi nitrit dan nitrat. Percobaan dengan waktu tinggal 3 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 88,95 %. Percobaan dengan waktu tinggal 2 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 98,82 %. Percobaan dengan waktu tinggal 1 hari rata-rata diperoleh efisiensi pengurangan amoniak sebesar 97,06 %. Dari kondisi reaktor yang semakin lama semakin baik, hal ini menunjukkan semakin lama lapisan mikro-organisme semakin tebal/banyak. sehingga proses biologis nitrifikasi semakin banyak terjadi. Efisiensi pada waktu tinggal 1 hari lebih kecil sedikit dari waktu tinggal 2 hari tetapi masih diatas 90 %, perbedaan yang kecil ini menunjukkan kondisi lapisan mikro-organisme sudah menunjukkan stabil, oleh karena itu waktu tinggal 1 hari dapat diambil sebagai waktu tinggal yang optimal. Air baku yang digunakan konsentrasinya tidak stabil, kadang-kadang diperoleh air baku dengan konsentrasi amoniak yang kecil, hal ini terlihat pada percobaan dengan waktu tinggal 2 hari, namun pada percobaan dengan waktu tinggal 1 hari air
  • 20. baku yang diolah kembali mempunyai konsentrasi yang tinggi, jadi dalam hal ini reaktor yang digunakan tetap mampu mengolah air baku dengan konsentrasi amoniak tinggi. Gambar 5 : Reaktor Biofilter Untuk Proses Nitrifikasi Yang Digunakan Untuk Percobaan. Gambar 6 : Kurva Korelasi Antara Waktu Tinggal Dengan Sisa Konsentrasi Amoniak Dan Efisiensi Pengurangan Konsentrasi Amoniak
  • 21. 4.2 Denitrifikasi Tabel 6 Korelasi Waktu Tingga dan Penurunan Konsentrasi Nitrat Serta Efisiensi NO Waktu Tinggal (Hari) Amoniak (mg/l) Efisiensi (%) INLET OUTLET 1 5 4485 2199 46,38 2 3 291,75 2,75 99 3 1 589 462,5 23 Percobaan dilakukan dengan waktu tinggal 5 hari dan air baku yang digunakan langsung dari pabrik tanpa pengenceran, konsentrsi nitrat berkisar 2324 – 6247 ppm. Pada awalnya percobaan hasilnya cukup bagus, efisiensi dapat mencapai 87,34%, tetapi secara perlahan efisiensinya turun mencapai 17,93% pada minggu ke lima. Penurunan efisiensi ini dapat mengindikasikan kurangnya pasokan nutrien untuk bakteri, terutama faktor karbon sehingga kemampuan degradasi limbahnya menurun atau media biofilter yang digunakan kurang banyak, sehingga maksimum loading-nya untuk penguraian limbah terlampaui. Ada dua cara untuk megatasi ini, yaitu dengan menambah media biofilter atau dilakukan pengenceran limbah yang masuk kedalam reaktor. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa reaktor denitrifiasi dapat bekerja optimal dengan waktu tinggal 3 hari, dengan konsentrasi nitrat 250 – 337 ppm. Keterbatasan kemampuan media biofilter dalam menguraikan limbah merupakan hambatan utama, sehingga ketika reaktor dijalankan pada waktu tinggal 1 hari terjadi penurunan efisiensi yang cukup signifikan. Untuk meningkatkan efisiensi pada waktu tinggal satu hari dapat dilakukan dengan cara menambah media biofilter yang digunakan atau penambahan pasokan nutrien untuk mikroba yang bekerja. Dengan volume media 0,054 m 3 dapat menurunkan nitrat 289 mg/l dengan waktu tinggal 3 hari. Dengan demikian kemampuan biofilter dalam menurunkan nitrat adalah 5 351 mg/liter tiap meter kubik.
  • 22. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah: 1. Nitrifikasi menggunakan reaktor aerobik yang memiliki efisiensi penyisihan amoniak sebesar 98,82% pada waktu tinggal 3 hari; 2. Air olahan reaktor nitrifikasi sudah memenuhi baku mutu untuk parameter amoniak namun belum untuk parameter nitrat dan nitrit, sehingga dapat langsung dibuang ke badan air; 3. Denitrifikasi menggunakan reaktor anaerobik yang memiliki efisiensi sebesar 99% pada waktu tinggal 3 hari; 4. Pada konsentrasi nitrat tinggi peru penambahan nutrien, terutama untuk menjaga keseimbangan karbon dan posfor sebagai unsur penunjang pertumbuhan bakteri. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Sebaiknya industri-industri di Indonesia harus sudah bisa menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam kegiatan produksinya sehingga meminimalisis limbah yang mengandung pencemar berbahaya yang dibuang ke lingkungan; 2. Sebaiknya dilakukan percobaan penambahan nutrient dan karbon yang cukup, sehingga proses nitrifikasi dan denitrifikasi dapat berjalan dengan waktu tinggal yang singkat; 3. Sebaiknya dilakukan pengujian juga untuk konsentrasi nitritnya supaya diketahui apakah nitrit memenuhi baku mutu atau tidak.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Herlambang, A dan R, Marsidi. 2002. Proses Nitrifikasi Dengan Sistem Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Amoniak Konsentrasi Tinggi. Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Herlambang, A dan R, Marsidi. 2003. Proses Denitrifikasi Dengan Sistem Biofilter Untuk Pengolahan Air Limbah Yang Mengandung Nitrat. Badan Pengakjian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Setiyawan, A dan B, Hari. 2010. Karakteristik Proses Klarifikasi Dalam Sistem Nitrifikasi-Denitrifikasi Untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Kandungan N-NH3 Tinggi. Universitas Diponegoro. Semarang