Makalah ini membahas tentang ekotoksikologi pada rumah sakit, meliputi pengertian ekotoksikologi dan karakteristik limbah cair rumah sakit. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung zat berbahaya seperti racun, infeksius, dan radioaktif yang dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik."
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...Aulia Rahma
Tugas Kelompok Mata Kuliah Ekotoksikologi Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Pengujian Parameter Air dan Udara di DPPU PT Pertamina (Persero) Bandara Syamsudin Noor
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...Aulia Rahma
Tugas Kelompok Mata Kuliah Ekotoksikologi Mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Pengujian Parameter Air dan Udara di DPPU PT Pertamina (Persero) Bandara Syamsudin Noor
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...
TUGAS EKOTOKSIKOLOGI RUMAH SAKIT TEKNIK LINGKUNGAN
1. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
MAKALAH
EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp, ST., M.Kes
19780420 200501 2 002
Disusun Oleh:
Renghad Gultom H1E111023
Fatma Rizki Ananda H1E111054
Abdul Hamid H1E111059
Elna Alprianty H1E111066
M. Zaini Rifani H1E111209
Ganang Dzikry Ramadhani H1E112047
Lydia Ayu Lestari H1E112050
Diah Octarinie H1E112051
Adhe Permana H1E113221
Fachry Ramadhan
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2015
2. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714
Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730
Kalimantan Selatan, Indonesia
3. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Ucapan Terimakasih Kepada :
Prof Dr H
Sutarto Hadi,
M.Si., M.Sc
Selaku Rektor
Universitas
Lambung
Mangkurat
Dr-Ing. Yulian
Firmana Arifin,
S.T., M.T
Selaku Dekan
Fakultas Teknik
Universitas
Lambung
Mangkurat
Rony Riduan,
S.T., M.T.
Selaku Ketua
Program Studi
Teknik
Lingkungan di
Universitas
Lambung
Mangkurat
Prof. Dr.
Qomariyatus
Sholihah,
Amd.hyp, ST.,
M.Kes
Kelompok
Ekotoksikologi
Rumah Sakit
4. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya.
Atas ridho-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah Ekotoksikologi ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari kami adalah untuk memenuhi tugas .
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
telah ikut berpartisipasi dalam terlaksananya makalah ini. Terutama ucapan terima
kasih kepada :
1. Prof Dr H Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc selaku rektor Universitas Lambung
Mangkurat
2. Dr-Ing. Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. selaku dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
3. Rony Riduan, S.T., M.T. selaku ketua prodi Teknik Lingkungan
Universitas Lambung Mangkurat
4. Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp, ST., M.Kes selaku dosen
pembimbing mata kuliah Ekotoksikologi
5. Seluruh dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
6. Serta teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan semangat
hingga terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran,
bimbingan, serta nasihat yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi bagi pembaca dalam
meningkatkan prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia
seutuhnya. Amin.
Banjarbaru, Mei 2015
Penyusun
5. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.3 .Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1 Tinjauan Empirik.................................................................................... 3
2.2 Tinjauan Teoritik .................................................................................... 14
2.2.1 Dasar-Dasar Ekotoksikologi .................................................... 14
2.2.2 Analisis Ekspose / Paparan Suatu Bahan : Partisi Bahan dalam
Berbagai Media Lingkungan, Transformasi Zat (Fotolitik,
Kimiawi-Hidrolik, Biologis).................................................... 22
2.2.3 Prediksi Konsentrasi Zat Atau Bahan Dalam Ekosistem (Prediksi
Berbasis Sumber : Model RLTEC, Model Dilusi, Model Fugacity
Multimedia, Model ENPART)................................................. 26
2.2.4 Analisis Efek Uji Toksisitas..................................................... 32
2.2.5 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penerapan Baku Mutu Kualitas
Lingkungan, Rekayasa Teknologi dan Biomonitoring ............ 34
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 39
3.1 Hasil......................................................................................................... 39
3.2 Pembahasan ............................................................................................. 39
3.2.1 Uji pH Sampel Rumah Sakit ....................................................... 39
3.2.2 Uji TSS (Total Suspended Solid) ...................................................40
3.2.3 Uji BOD (Biological Oxygen Demand) ...................................... 40
3.2.4 Uji COD (Chemical Oxygen Demand ).............................................40
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 42
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 42
4.2 Saran ........................................................................................................ 42
DAFTAR PUSAKA......................................................................................... 43
6. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit ...............................................6
Tabel 2.2 Aspek – aspek yang Perlu diperhatikan dalam Analisis Paparan .......23
Tabel 2.3 Perbedaan Transfor dengan Transformasi ..........................................25
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sampel RSUD Banjarbaru........................................39
Tabel 3.2 Standar Baku Mutu Rumah Sakit........................................................41
7. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menerapkan batas aman dari bahan kimia.
Toksikologi juga mempelajari kerusakan atau cedera, efek dan kerja kimia suatu
materi substansi atau energi, serta racun pada organisme. Sedangkan toksikologi
lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan.
Menurut Butler, 1987 dalam Principles of Ecotoxicology, ekotoksikologi adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya
populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan
interaksi dengan lingkungan(13)
. Sedangkan menurut Andhika Puspito Nugroho,
M.Si dalam buku ajar Ekotoksikologi, ekotoksikologi mempelajari efek toksik
substansi (substances) pada non human species dalam suatu kompleks sistem
(system). Ekotoksikologi lingkungan adalah ilmu pengetahuan mengenai kerja
senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme hidup sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan yang memberikan efek toksik atau merugikan manusia,
menyebabkan perubahan biosfer dan lingkungan luar serta membebani lingkungan
secara fisik(10)
.
Seperti diketahui, toksik adalah kata lain dari racun. Racun merupakan
zat yang bila masuk dalam tubuh pada dosis cukup dan bereaksi secara kimiawi
dapat menimbulkan kerusakan pada orang sehat dan jika dalam dosis kecil dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan hidup. Racun dapat kita temui dimana
saja, biasanya terdapat pada limbah, seperti limbah rumah tangga, industri, rumah
sakit, dan kegiatan lainnya. Misalnya saja pada rumah sakit, sampah atau
limbahnya dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan
juga radioaktif. Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah
sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat
juga sebagai sumber distribusi penyakit karena selalu dihuni, digunakan, dan
dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan lemah terhadap penyakit(15)
.
8. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian ekologi, toksikologi, dan ekotoksikologi.
2. Mengetahui karakteristik limbah cair pada rumah sakit.
3. Mengetahui nilai parameter pada uji kualitas air limbah rumah
sakit.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang ekologi,
toksikologi, ekotoksikologi, serta karakteristik dari limbah cair
yang diteliti.
2. Memberikan informasi kepada rumah sakit terkait tentang
karakteristik dari limbah cair yang telah diteliti oleh mahasiswa.
3. Bagi kalangan akademik, diharapkan penulisan makalah ini
nantinya dapat dijadikan sebagai bahan studi perbandingan, serta
bahan pertimbangan untuk penelitian dan pengembangan lebih
lanjut.
9. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Empirik
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
983/MenKes/SK/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai
organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan
dan pemulihan kesehatan penderita yang diakukan secara multidisiplin oleh
berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih, yang menggunakan prasarana
dan sarana fisik. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik
(Kepmenkes RI No.983/Meskes/SK/1992). Rumah sakit adalah sebuah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan peayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat(1)
.
Beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya(1)
:
a. Menurut Assosiation of Hospital Care (1947) Rumah sakit adalah pusat
dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian
kedokteran diselenggarakan.
b. Menurut American Hospital Assosiation (1974) Rumah sakit adalah suatu
alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional ynag terorganisir
serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
c. Menurut Wolper dan Pena (1997) Rumah sakit adalah tempat dimana
orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat
dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan
tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti
kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif. Kegiatan
tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya antara
10. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
lain adalah sampah dan limbah medis maupun nonmedis yang dapat menimbulkan
penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Sampah dan limbah rumah
sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius dan juga
radioaktif(1)
.
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Apabla dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa
jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat ataupun cair. Limbah klinis adalah
limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi
atau penelitian yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau
bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk limbah
klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut(1)
:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan
gelas, dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi abhaya
dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-
benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian berikut :
a. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif)
b. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinikdan ruang perawatan/isolasi penyakit
menular.
3. Limbah jaringan tubuh
11. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik di
dalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu di atas 1000ºC.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selam produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi
dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair dan gas.
8. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable
yang terbuat dari peralatan dan perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah nonklinis atau dapat juga disebut dengan sampah
nonmedis. Sampah nonmedis ini berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan, sampah dapur, dan lain-lain. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit
mempunyai karakterisktik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah
12. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang serta jenis
sarana yang ada (laboratorium, klinik). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme
tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain
akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat
kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, TTS, pH, mikrobiologik dan lain-lain(1)
.
Tabel 2.1 Baku mutu limbah cair rumah sakit
Parameter Kadar Maksimum
Fisika
Suhu 30˚C
Kimia
pH 6-9
BOD5 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
NH,Bebas 0.1 mg/L
PO 2 mg/L
Mikrobiologik
MPN-Kuman Golongan
Koli/100mL
10.000
Radioaktivitas
32
P 7 x 103
Bq/L
35
S 2 x 103
Bq/L
45
Ca 3 x 103
Bq/L
53
Cr 7 x 103
Bq/L
47
Ga 1 x 103
13. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Bq/L
45
Sr 4 x 103
Bq/L
90
Mo 7 x 103
Bq/L
113
Sn 3 x 103
Bq/L
123
I 1 x 103
Bq/L
131
I 7 x 103
Bq/L
192
Ir 1 x 103
Bq/L
201
TI 1 x 103
Bq/L
Sumber: KempenLH, 1995.
Elemen biologis dalam sistem perairan berkaitan erat dengan
komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat
penting untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan
kualitas air. Komponen-komponen dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam
tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri dari senyawa organik
alam dan senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik dan gas. Komponen
dasar dari senyawa organik adalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor dan
sulfur. Tiga dari kelompok senyawa organik adalah protein, karbohidrat dan
lipida. Protein merupakan bahan dasar dari sel-sel binatang, yakni sekitar 40-60%.
Karakteristik yang diketahui dari protein adalah kandungan nitrogren didalamnya.
Karbohidrat merupakan bahan penyusun utama dalam sel tumbuhan dan meliputi
selulosa, serat kayu, gula dan tepung. Lipida tidak terlarut dalam air dan meliputi
lemak, minyak, dan lilin. Zat-zat organik di dalam air dalam kadar yang rendah
dan hanya sebagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan
senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah, antara lain
masalah rasa dan bau. Keberadaaan senyawa organik juga menyebabkan air
14. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
memerlukan proses pengolahan air bersih yang lebih kompleks, menurunkan
kandungan oksigen, serta menyebabkan terbentuknya substansi beracun(22)
.
Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat
yang harus diketahui, yaitu(7)
:
1. Sifat Fisik
a. Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis
partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut
maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis tergantung dari
mana sumber limbah. Di samping kedua jenis padatan ini adalah padatan
terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan
tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.
Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya
terdiri dari protein, ganggang dan bakteri.
b. Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada
partikel kolidal yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan
ganggang yang terdapat dalam limbah. Kekeruhan merupakan sifat optis
larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai ekstetikanya.
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai
dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfidaatau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak yang disebabkan adanya campuran
dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang
dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan
suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.
d. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu
pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah
cair harus merupakan temperatur alami. Suhu berfungsi memperlihatkan
15. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
aktivitas kimiawi dan bilogis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan
berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidari lebih besar
daripada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan,
humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna berkaitan dengan
kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata.
Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan
tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang tidak bagus dalam
air limbah meskipun warna tidak menimbulkan racun.
2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat yang
terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan salah satu
metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode pengukuran
limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran tidak langsung dari
bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur 200 C selama 5 hari. Kalau
disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia maka seharusya pengukuran dapat
dilakukan pada lebih kurang 300 C. Pengukuran dengan COD lebih singkat tetapi
tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD
selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat
organis dengan oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat
berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari
reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan
oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan semua zat-zat organik
yang terlarut maupun sebagian tersuspensi dalam air menjadi bahan
organik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan
organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi
secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi membuat biota
lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan akibatnya
16. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin tinggi
angka BOD semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen
untuk bertahan hidup.
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran
kebutuhan oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktuya
dibandingkan dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan
kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur
adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secara biokimia. Adanya racun
atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan
pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat
meggunakan analisis COD. COD adalah sejumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis
sebagaimana pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran
air oleh zat anorganik. Semakin dekat nilai BOD terhadap COD
menunjukkan bahwa semakin sedikit bahan anorganik yang dapat
dioksidasi dengan bahan kima. Pada limbah yang mengandung logam-
logam pemeriksaan terhadap BOD tidak memberi manfaat karena tidak
ada bahan organik dioksida. Hal ini bisa jadi karena logam merupakan
racun bagi bakteri. Pemeriksaan COD lebih cepat dan sesatannya lebih
mudah mengantisipasinya.
c. Metan
Gas metan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi
anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan oleh lumpur yang membusuk
pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar.
Metan juga dapat ditemukan pada rawa-rawa dan sawah. Suatu kolam
limbah yang menghasilkan gas metan akan sedikit sekali menghasilkan
lumpur, sebab lumpur telah habis terolah menjadi gas metan dan air serta
CO2.
d. Keasaman Air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang
17. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai
akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk
keperluan biota tertentu. Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat
hidup seperti ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air korosif
terhadap bahan-bahan konstruksi besi dengan kontak air.
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat, garam-
garam hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya
10 kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.
Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk
menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran
alkalinitas air adalah pegukuran kandungan ion CaCO3, ion Mg bikarbonat
dan lain-lain.
f. Lemak dan Minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam limbah bersumber
dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung minyak. Lemak dan
minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan
bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin
tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen terlarut
dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam
perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami
banyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang
tinggi menunjukkan keadaan air semakin baik. Pada temperatur dan
tekanan udara alami kandungan oksigen dalam air alami bisa mencapai 8
mg/liter. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan kandungan
oksigen dalam air. Lumut dan sejenis ganggang menjadi sumber oksigen
karena proses fotosintesis melalui bantuan sinar matahari. Semakin banyak
ganggang semakin basar kandungan oksigennya.
h. Klorida
18. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas
berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan
ion natrium menyebabkan air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa
instalasi.
i. Phospat
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan
organisme lainnya yang dikenal dengan eutrophikasi. Ini terdapat pada
ketel uap yang berfungsi untuk mencegah kesadahan. Pengukuran
kandungan phospat dalam air limbah berfungsi untuk mencegah tingginya
kadar phospat sehingga tumbuh-tumbuhan dalam air berkurang jenisnya
dan pada gilirannya tidak merangsang pertumbuhan tanaman air.
Kesuburan tanaman ini akan menghalangi kelancaran arus air. Pada danau
suburnya tumbuh-tumbuhan air akan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut.
3. Sifat Biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir dalam
semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105
-108
organisme/ml.
Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan mampu
melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi).
Secara tradisional mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan.
Namun, keduanya sulit dibedakan. Oleh karena itu, mikroorganisme kemudian
dimasukkan kedalam kategori protista, status yang sama dengan binatang ataupun
tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam unit
pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis. Bakteri juga
berperan penting dalam mengevaluasi kualitas air.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti(1)
:
a. Gangguan Kenyamanan dan Estetika
Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,
eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia.
b. Kerusakan Harta Benda
19. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang
berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
c. Gangguan Kerusakan Tanaman dan Binatang
Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,
logam nutrien tertentu dan fosfor.
d. Gangguan Terhadap Kesehatan Manusia
Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa
kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari
bagian kedokteran gigi.
e. Gangguan Genetik dan Reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik
dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
Dalam penelitian yang dilakukan pada jurnal yang di re-view
menggunakan metode penelitian metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan
memberikan gambaran mengenai suatu pokok permasalahan menurut apa adanya,
bersifat informatif sehingga pesan yang tersurat dapat sampai kepada
pembacanya. Penulisan laporan dititik beratkan pada pengelolaan limbah cair di
rumah sakit. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah(1)
:
1. Observasi. Observasi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan
secara langsung terhadap lingkungan kerja untuk memperoleh data tentang
cara pengelolaan limbah cair di rumah sakit.
2. Teknik Wawancara. Peneliti mengadakan tanya jawab dengan baian yang
terkait yaitu bagian sanitasi serta petugas IPAL rumah sakit.
3. Dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan
mempelajari dokumen dan catatan-catatan rumah sakit yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pengolahan limbah cair rumah sakit.
4. Studi Pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur-literatur
yang berhubungan dengan data yang diperoleh dari rumah sakit untuk
20. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
memperoleh pengetahuan secara teoritis mengenai pengelolaan limbah cair
rumah sakit.
Data yang diperoleh berasal dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan tanya jawab kepada bagian
yang terkait yaitu bagian sanitasi dan petugas pengelola limbah cair di rumah
sakit. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan mempelajari
buku, laporan dan data lain yang berhubungan dengan pengelolaan limbah cair di
rumah sakit. Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif dengan
pedoman-pedoman dan standar yang ada mengenai pikiran logis dalam
pemecahan masalah yang ada, sehingga mampu memberikan gambaran dengan
jelas mengenai pengolahan limbah cair di ruma sakit pada umumnya(1)
.
2.2 Tinjauan Teoritik
2.2.1 Dasar-Dasar Ekotoksikologi
A. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel
(1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya. Selain definisi umum tersebut, terdapat juga
pengertian ekologi yang dikemukan oleh beberapa ahli, beberapa diantaranya
sebagai berikut(15)
:
Odum (1971): Ekologi adalah kajian terstruktur dan fungsi alam, tentang
struktur dan interaksi antara sesama organisme dengan lingkungannya.
Odum (1975): Ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk
flora, fauna, mikroorganisme, dan manusia yang hidup bersama dan saling
bergantung satu sama lain.
Miller (1975): Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya.
21. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Otto Soemarwoto: Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ernest Haeckel (1989): Ilmu pengetahuan yang bersangkut – paut dengan
ekonomi alam, yakni yang meneliti antar hubungan total hewan baik
dengan lingkungan anorganik dan organiknya.
Charles Elton (1927): Ilmu yang mengkaji perikehidupan alam (natural
history)secara ilmiah.
Andrewartha (1961): Ilmu pengetahuan yang membahas penyebaran
(distribusi) dan kelimpahan organisme.
Eugene P.Odum (1963): Ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi
alam. Struktur dalam hal ini mencakup distribusi (agihan = sebaran) dan
kelimpahan makhluk hidup, sedangkan fungsi meliputi bagaimana
populasi tumbuh dan berinteraksi.
Emle (1973): Studi dari adaptasi organisma dengan lingkungannya.
Charles J. Krebs (1978): Ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi –
interaksi yang menentukan penyebaran (distribusi) dan kelimpahan
organisma – organism.
Mc Naughton dan Wolfe (1979): Studi ilmiah dari antar hubungan
organisma dengan lingkungan.
Putman dan Wratten (1984): Studi organisma dengan ligkungannya dan
hubungan timbal – balik antar keduanya.
Ehrlich dan Roughgarden (1987): Studi dari hubungan timbal balik antara
organisma dengan lingkungan fisik dan biologinya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik
antara lain suhu, air, kelembapan, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik
adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk
hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan
merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Dalam ekologi, tiga aspek
utama yang dimiliki dan berlaku dalam kajiannya adalah sebagai berikut(15)
:
Studi tentang hubungan organisme atau group dengan lingkungannya.
22. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Studi tentang hubungan antara organisme atau group organisme terhadap
lingkungannya.
Studi tentang struktur dan fungsi alam.
Prinsip-prinsip utama yang terkandung dalam ekologi antara lain:
1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme (jasad hidup), populasi
atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau
terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain,
tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul cermat.
3. Materi, Energi, Ruang, Waktu, dan Keaneka-ragaman adalah kategori
sumber alam.
4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaan sumber itu sudah
cukup tinggi, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum.
Melampaui batas maksimum ini, takkan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali
Keaneka-ragaman dan Waktu) kenaikan pengadaan sumber alam yang
melampaui batas maksimum, bahkan akan mempunyai pengaruh yang
merusak karena kesan peracunan. Ini adalah prinsip penjenuhan. Untuk
banyak fenomena sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas
maksimum.
5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya
dapat merangsang penggunaan seterusnya dan ada pula sumber alam yang
tidak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada
saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam
lingkungan yang mudah diramal.
8. Bahwa sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh
keanekaragaman takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam
lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
23. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
9. Keaneka-ragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi
produktivitasnya.
10. Perbandingan (rasio) antara biomasa dengan produktivitas (B/P) naik
dalam perjalanan waktu pada lingkungan yang stabil hingga mencapai
sebuah asimtot.
11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum
mantap (belum dewasa).
12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada
kepentingan relatifnya dalam keadaan suatu lingkungan.
13. Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya
penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap
(dewasa), yang kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14. Derajat pola keteraturan naik turun populasi bergantung kepada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan
mempengaruhi populasi itu.
B. Toksikologi
Toksikologi adalah ilmu atau pemahaman tentang pengaruh berbagai
macam zat-zat kimia yang merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Toksikologi menurut para ahli kimia merupakan ilmu yang bersangkut paut
dengan berbagai macam efek dan mekanisme kerja yang dapat merugikan dari
agen kimia terhadap binatang dan manusia. Toksikologi menurut para ahli
farmakologi adalah cabang dari farmakologi yang berhubungan dengan efek
samping zat kimia di dalam sistem biologik. Dalam toksikologi terdapat unsur –
unsur yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dengan suatu cara
tertentu sehingga dapat menimbulkan suatu respon pada sistem biologi yang dapat
menimbulkan kerusakan terhadap sistem biologi tersebut. Toksikologi merupakan
ilmu yang lebih dulu berkembang dari Farmakologi. Pengertian dan definisi
Toksikologi diantaranya sebagai berikut(13)
:
1. Istilah Toksikologi awalnya berasal dari bahasa latin yaitu “toxon” yang
artinya racun, sedangkan ilmu pengetahuan dikenal dengan kata “logos”.
Kombinasi arti ini terbitlah bidang ilmu yang diketahui umum sebagai
Toksikologi, dan dalam bahasa inggris disebut Toxicology. Secara
24. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
etimology Toksikologi terbagi dari dua kata diatas dan didefinisikan
sebagai ilmu tentang racun. Toksikologi juga didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari efek-efek merugikan dari suatu zat. (Nelwan, 2010.)
2. Ilmu yang mempelajari tentang efek negative atau efek racun dari bahan
kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme
termasuk bagaimana bahan tersebut masuk kedalam organisme. (Rand,
GM and Petrocelli, S.R. 1985. Fundamentals of Aquatic Toxicity :
Methods and Aplication, Hempsphere Public Corporation)
3. Ilmu yang mempelajari tentang efek membahayakan dari suatu
persenyawaan terhadap organisme hidup, terutama manusia
4. Ilmu yang mempelajari racun, berikut asal, efek, deteksi dan metode
pengolahannya. (Dictionary of Stientific and Technical Terms, McGraw
Hill, 1984).
5. Toksikologi adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pemahaman
mekanisme efek beracun yang dihasilkan bahan kimia pada jaringan hidup
atau organisme; studi tentang kondisi (termasuk dosis) di mana paparan
bahan kimia pada makhluk hidup berbahaya.
6. Toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme
efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologik
lainnya.
7. Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat sifat
dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk
memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia,
farmakologi, fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat
menunjang dalam mempelajari atau mendalami toksikologi.
8. Bidang kimia membuat definisi Toksikologi sebagai berikut : Toksikologi
adalah ilmu yang bersangkut paut dengan Effek-effek dan Mekanisme
Kerja yang merugikan dari agent-agent Kimia pada binatang dan manusia.
9. Bidang farmakologi mendefinisikannya sebagai berikut : Toksikologi
merupakan cabang farmakologi yang berhubungan dengan Efek samping
zat kimia didalam sistem biologik.
25. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Toksikologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat
sifat dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin lain untuk
memahaminya. Cabang cabang ilmu biologi, kimia, biokimia, farmakologi,
fisiologi dan patologi adalah ilmu ilmu yang sangat menunjang dalam
mempelajari atau mendalami toksikologi. Para ahli toksikologi (Toxicologist),
dengan tujuan dan metoda tertentu tugasnya adalah mencari/mempelajari
bagaimana bekerjanya (Harmful action) bahan bahan kimia (beracun) pada
jaringan atau tubuh. Sementara Racun sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu(13)
:
1. Menurut Taylor, Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah
tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang
menyebabkan penyakit dan kematian.
2. Menurut pengertian yang dianut sekarang, Racun adalah Suatu zat yang
bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik
selalu menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit dan
kematian.
Racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa cara, yaitu
melalui(17)
:
1. Mulut (Peroral, ingesti)
2. Saluran pernapasan (Inhalasi)
3. Suntikan (Parenteral, injeksi)
4. Kulit yang sehat/sakit
5. Dubur/vagina (Perektal/pervaginal)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pada
seseorang (17)
:
1. Jenis Racunnya
2. Dosis Racun
3. Cara masuk kedalam tubuh
4. Stabilitas racun dalam tubuh
5. Resapan racun dalam tubuh
6. Kondisi tubuh
26. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
C. Ekotoksikologi
Ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi yang mempelajari
mengenai dampak dari senyawa toksik terhadap lingkungan. Dengan memahami
ekotoksikologi, dapat melindungi manusia dari dampak negative zat-zat pencemar
lingkungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan
makluk hidup lainnya(17)
.
Beberapa definisi ekotoksikologi menurut para ahli(19)
:
1. Studi mengenai efek toksik dari bahan kimia dan fisik terhadap seluruh
makhluk hidup terutama populasi dan komunitas yang berada dalam
ekosistem termasuk jalannya transfer bahan-bahan tersebut dan interaksi
dengan lingkungan.
2. Suatu studi mengenai kontaminasi terhadap lingkungan dan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan ekologi dan konsep-konsep ekologi.
3. Suatu studi mengenai hubungan antara pengaruh dosis bahan kimia di
dalam lingkungan terhadap sistem biotik termasuk di dalamnya berbagai
tingkatan infra dan supra organisme.
4. Ilmu yang mempelajari efek negatif zat (berdiri sendiri ataud alam
campuran zat, limbah, radiasi sinar, suhu, dll) terhadap semua atau
sebagian dari tingkat organisasi biologis (komunitas, populasi, individu,
organ jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak stuktur maupun
fungsi biologis.
5. Ilmu yang mempelajari efek-efek negatif (beracun) dari toksikan, tidak
hanya pada satu spesies tetapi pada jangkauan yang luas dari spesies yang
berinteraksi dalam sistem..
Perjalanan suatu zat atau bahan di lingkungan dapat diketahui melalui
sifat fisik dan kimia dari zat atau bahan tersebut. Sifat fisika dan kimia ini terbagi
atas(16)
:
a. Berat Molekul dan Polaritas. Sifat fisik atau kimia dipengaruhi oleh
berat molekul. Pengelompokan zat kimia dibagi menjadi zat kimia yang
bersifat polar dan non-polar. Molekul yang mempunyai polaritas
bersifat hidrofilik (menyukai air), sehingga lebih terlarut dalam air.
Sedangkan molekul non-polar yang bersifat hidrofobik (tidak suka air)
27. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
lebih suka berada pada tempat-tempat yang kaya organik dan akan
teradsorbsi dengan kuat (Juli, 2009).
b. Kelarutan. Penyebaran suatu zat di lingkungan dipengaruhi oleh
kelarutan. Semakin mudah larut maka semakin luas distribusi zat
tersebut. Kelarutan suatu zat dapat digunakan untuk mengukur
pergerakan atau mobilitas suatu zat di lingkungan (Juli, 2009).
c. Volatilisasi atau Penguapan. Volatilisasi atau penguapan terjadi dari
fase gas/udara dan fase padat/tanah ke fase gas. Volatilisasi suatu zat
tergantung pada angin, ekstraksi air dan agitasi tanah oleh organisme.
Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat inheren dari zat tersebut (Juli,
2009).
Analisis pemaparan terdiri atas 3 tahapan, yaitu(18)
:
a. Sumber zat hasil dari suatu aktivitas
b. Transpor zat melalui media lingkungan yang meliputi pengenceran dan
transformasi
c. Tempat tujuan dimana zat itu akan berada
Sesungguhnya toksikologi merupakan perpaduan berbagai ilmu
sehingga untuk mempelajarinya harus dibekali dengan ilmu-ilmu yang lain. Dasar
pembagian ruang lingkup pokok kajian toksikologi adalah cara pemejanan dan
pokok atau masalah yang dikaji. Cara pemejanan dibagi atas pemejanan yang
disengaja dan pemejanan yang tidak disengaja, sedangkan pokok masalah yang
dikaji dibedakan berdasarkan bidang yang dikaji dalam toksikologi secara umum,
seperti masalah lingkungan, ekonomi dan kehakiman/forensik(26)
.
1. Toksikologi Lingkungan
Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pemejanan yang tidak
disengaja pada jaringan biologi (lebih khusus pada manusia) dengan senyawa
kimia yang pada dasarnya merupakan pencemaran lingkungan, makanan atau air.
Pada prinsipnya, toksikologi lingkungan mengkaji tentang keracunan yang terjadi
secara tidak sengaja seperti keracunan akibat makan ikan yang berasal dari teluk
minamata jepang dan mengakibatkan penyakit minamata keracunan gas akibat
aktifitas gunung berapi dan masih banyak contoh lainnya. Tujuan dari pada
toksikologi lingkungan adalah: mengurangi perlunya mencari substansi yang
28. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
aman, yang berarti harus mengetahui mekanisme bagaiman racun menyerang
organisme, mencegah terjadinya efek tang tidak di kehendaki dari racun terhadap
organisme dan kualitas lingkungan dapat membuat criteria dasar untuk
standarisasi kualitas lingkungan dapat memperbaiki cara pengolahan karena
mengetahui mekanisme terjadinya efek dan keracunan.
2. Toksikologi Ekonomi
Merupakan cabang toksikologi yang menguraikan pengaruh berbahaya zat
kimia, yang dengan segaja dipejankan pada jaringan biologi dengan maksud untuk
mencapai pengaruh atau efek khas, seperti : obat, zat tambahan makanan dan
peptisida. Pada bidang ini, keracunan bisa terjadi karena efek samping obat atau
berbagai gejala buruk yang muncul akibat adanya kandungan formalin dalam
produk mie instan dan lain sebagainya, dimana pemejanan obat atau makanan tadi
memang sengaja dilakukan untuk tujuan penyembuhan penyakit dan sebagai
bahan makanan.
3. Toksikologi Kehakiman/Forensik
Merupakan cabang toksikologi yang mengkaji aspek medis dan aspek
hukum atas pengaruh berbahaya zat kimia pada manusia. Pada bidang kajian ini,
masukknya senyawa kimia bisa terjadi karena kesengajaan untuk tujuan
pembunuhan atau secara tidak sengaja akibat kelalaian manusia. Akan tetapi,
yang jelas peristiwa keracunan yang terjadi menimbukan suatu masalah, dimana
masalah tersebut harus diselesaikan secara hukum di pengadilan. Kerja utama dari
toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari
racun dari bukti fisik dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam ungkapan
apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang
dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan.
2.2.2 Analisis Ekspose / Paparan Suatu Bahan: Partisi Bahan dalam
Berbagai Media Lingkungan, Transformasi Zat (Fotolitik, Kimiawi-
Hidrolik, Biologis)
A. Analisis Pemaparan
Pemaparan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan
bahaya. Pemaparan adalah penghubung antara bahaya dan risiko. Pemaparan
29. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
dapat terjadi karena risk agent tehirup dalam udara, tertelan bersama air atau
makanan terserap melalui kulit atau kontak langsung dalam kasus radiasi.
Tabel 2.2 Aspek-aspek yang Perlu Diperhatikan dalam Analisis Paparan
No Aspek Keterangan
1. Agent
Biologis, kimia dan fisika
Agent tunggal, berganda dan campuran
2. Sumber
Antropogenik/non antropogenik, area/titik,
bergerak/diam, indoor/outdoor.
3. Media Pembawa Udara, air, tanah, debu, makanan dan produk.
4. Jalur paparan
Menghirup udara yang terkontaminasi, makan
makanan yang terkontaminasi, menyentuh
permukaan benda
5. Konsentrasi paparan
µg/m3 (udara), mg/kg (makanan), mg/liter (air), %
berat
6. Rute paparan Inhalsi, kontak kulit, ingesti, rute berganda
7. Durasi
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun,
seumur hidup
8.
Frekuensi Kontinu, intermiten, bersiklus, acak
9. Latar paparan Pemukiman/bukan pemukiman, lngkungan
kerja/bukan lingkungan kerja, indoor/outdoor.
10. Populasi terpapar Populasi umum, sub populasi, individu
11. Lingkup geografis Tempat/sumber, spesifik, local, regional, nasional,
internasional, global
Analisis pemaparan merupakan tahap kegiatan analisis risiko yang memiliki
kepastian. Oleh karena itu pengukuran konsentrasi pemaparan akan mengurangi
ketidakpastian dalam analisis pemaparan. Dalam analisis risiko kesehatan
manusia, berbagai jalur paparan sering diintegrasikan untuk menetapkan Asupan
Harian Total (Total Daily Intake) yang dinyatakan sebagai mg/kg/hari. Analisis
pemaparan memiliki beberapa aspek, yaitu agent, sumber, media pembawa, jalur
30. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
paparan, konsentrasi paparan, rute paparan, durasi, frekuensi, populas terpapar,
lingkup geografis(3)
.
B. Analisis Resiko
IPCS (2004) mendefinisikan analisis risiko sebagai proses yang
dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan risiko pada suatu organism
sasaran, sistem atau populasi, termasuk identifikasi ketidakpastian-ketidakpastian
yang menyertainya, setelah terpapar oleh agent tertentu, dengan memperhatikan
karakteristik yang melekat pada agent yang menjadi perhatian dan karakteristik
sistem sasaran yang spesifik. Risiko itu sendiri didefinisakan sebagai probabilitas
suatu efek yang merugikan pada suatu organisme, sistem atau populasi yang
disebabkan oleh pemaparan suatu agent dalam keadaan tertentu.
Analisis risiko digunakan untuk menilai dan menaksir risiko kesehatan
manusia yang disebabkan oleh paparan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat
yang melekat pada suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi
menimbulkan efek merugikan jika suatu organism, sitem atau populasi terpapar
oleh risk agent itu. Bahaya lingkungan terdiri dari tiga risk agent yaitu chemical
agent (bahan-bahan kimia), physical agent (energy berbahaya) dan biological
agents(makhluk hidup atau organism). Analisis risiko bisa dilakukan untuk
pemaparan bahaya lingkungan yang telah lampau, dengan efek yang merugikan
sudah atau belum terjadi, bisa juga dilakukan sebagai suatu prediksi risiko untuk
pemaparan yang akan datang(18)
.
C. Transformasi Zat
Transformasi zat adalah suatu proses tahapan dimana pada udara ambien
gas-gas yang berterbangan secara bebas bertemu sehingga membentuk suatu
reaksi tertentu sehingga menggubah sifat kimianya. Sebagai contoh diudara
banyak terdapat gas-gas dan zat-zat yang bebas berterbangan termasuk
didalamnya adalah butir air atau H2O. adanay kontak antara SO2 dan H2O selama
bergerak diudara akan memungkinkan sebagian zat SO2 mengalami transformasi
menjadi H2SO4. Adapun perbedaan transfor zat dengan transformasi zat dapat
terlihat pada tabel berikut:
31. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Tabel 2.3 Perbedaan Transfor dengan Transformasi
Transfor Tranformasi
Dapat terjadi pada :
Udara Udara
Air Air
Tanah Tanah
Organisme Organisme
Rantai makanan Rantai makanan
Tidak terjadi perubahan struktur Terjadi perubahan strukur
Transformasi Fotolitik
Transformasi fotolitik adalah suatu tahap absorbsi energi zat yang
mengabsorbsi energi pada spektrum cahaya ultra ungu dan visibel menghasilkan
molekul tereksitasi transformasi ini memiliki beberapa proses. Proses primer
adalah jika molekul tereksitasi tadi tidak kembali ketingkat energi aslinya,
molekul zat itu akan menjalani reaksi kimia yang dapat merupakan pemecahan
(fragmentasi) misalnya pembentukan radikal bebas, penyusunan kembali atau
ionisasi. Dan proses akhir akan menghasilkan bentuk aktif zat (misalnya : radikal
bebas) bereaksi dengan zat lain dalam medium seperti oksigen dan air. Secara
kuantitatif transformasi fisik fotolitik diformulasikan sebagai proses tingkat 2
jenis II yaitu variabel dengan konsentrasi 2 faktor berikut :
-
dC
dt
=kf x C x I
Keterangan :
dC/dt = negatif kehilangan konsentrasi zat tinjauan persatuan waktu
kf = konstante kecepatan reaksi fotokimia
C = konsentrasi zat tinjauan
I = intensitas sinar
Transformasi Fisis Kimiawi Hidrolitik
Secara kuantitatif hidrolisis diformulasikan sebagai proses tingkat 1 yaitu
variabel dengan konsentrasi zat. Persamaannya sebagai berikut :
-
dC
dt
=kh x C
Keterangan:
32. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
dC/dt = negatif (kehilangan) konsentrasi zat tinjauan persatuan waktu.
kh = konstante kecepatan reaksi hidrolisis
C = konsentrasi zat tinjauan
Transformasi Biotik/ Biologis
Transformasi biologis adalah proses trasnfosmasi degradasi secara
mikrobiologis. Mikrobia mampu melakukan proses biotransformasi zat jika
produk biotransformasi (metabolit) bersifat kurang beracun dibanding zat asal
maka prosesnya dikenal sebagai biodetoksifikasi. Sebaliknya jika metabolit lebih
beracun dibanding asalnya maka terjadi bioaktivasi. Secara kuantitatif proses
transformasi biologis diformulasikan sebagai proses tingkat 1. Secara metematis
dapat dilihat sebagai berikut :
-
dC
dt
=kb x C
Dimana :
dC/dt = kehilangan konsentrasi zat tinjauan persatuan waktu.
Kb = konstanta kecepatan reaksi biologis
C = konsentrasi zat tinjauan
2.2.3 Prediksi Konsentrasi Zat Atau Bahan Dalam Ekosistem (Prediksi
Berbasis Sumber : Model RLTEC, Model Dilusi, Model Fugacity
Multimedia, Model ENPART)
A. Model RLTEC (Release from the Technosphere)
Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai
media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi,
produksi dan konsumsi. Sumber zat yang diidentifikasi meliputi :
1. Kuantitas zat, jenis zat, jumlah zat dan kecepatan pemaparan
2. Lokasi
Jalannnya racun di Lingkungan bergantung pada :
1. Sumbernya
Berdasarkan sumbernya zat/bahan terbagi atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Sumber alami atau buatan. Hal yang membedakan jenis racun di klasifikasi
ini dengan jenis racun pada klasifikasi lainnya ialah racun jenis ini
merupakan jenis racun asli yang berasal dari makhluk hidup seperti flora
33. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
dan fauna, dan kontaminasi yang terjadi ketika suatu organisme mengalami
kontak langsung dengan berbagai macam racun yang berasal dari
lingkungan, seperti bahan baku (mentah) suatu industri yang mengandung
racun ataupun hasil buangan dari industry tersebut yang beracun serta bahan
sintetis yang beracun.
b. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi sumber racun
berbentuk titik, area, dan bergerak seperti ini biasanya digunakan untuk
melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah
dikendalikan daripada sumber area dan bergerak. Berdasarkan
klasifikasi jenis racun titik, area, dan bergerak kita dapat menentukan
racun tersebut termasuk racun yang distributif (tersebar) atau non-
distributif (tidak tersebar). Dimana sumber yang distributif merupakan
sumber yang terdistribusi atau penyebarannya tidak merata ke berbagai
arah dan dapat bergerak maupun berupa sumber area. Contoh dari
sumber distributif diantaranya ialah sumber yang berasal dari berbagai
proses pembakaran (domestik) dan pertanian (penyemprotan insektisida
didaerah pertanian, daerah endemis penyakit bawaan vector/insekta)
serta perumahan. Sedangkan sumber non-distributif merupakan sumber
yang berupa sumber titik, seperti halnya cerobong asap suatu pabrik,
akhir dari pipa IPAL industri.
c. Sumber domestik, komersial, dan industri yang lokasi sumber, sifat dan
jenisnya berbeda. Buangan domestik pada umumnya dapat kita
temukan didaerah permukiman dan pada umumnya buangan domestic
ini tidak terlalu beracun dan kebanyakan memiliki sifat organik, kecuali
buangan ini terkontaminasi oleh buangan insektisida sisa obat dan lain-
lain. Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan
buangan industri. Buangan dalam kategori ini dapat berwujud gas,
cairan, maupun padatan. Klasifikasi ini tidak dapat dipisah secara
sempurna, karena buangan domestik akan tercampur di dalam buangan
komersial dan industri
2. Media Transpor
34. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan tersebut
bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini berupa udara, air,
tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain. Media ini dapat berfungsi secara
kontinu atau tidak kontinu, cepat atau lambat, jauh atau dekat, utuh atau tidak utuh
serta teratur dan tidak teratur. Sehingga dekat atau tidaknya suatu zat dari
lingkungan bergantung pada faktor di lingkungan yang mempengaruhinya. Pada
dasarnya terdapat 4 kompartemen yang menentukan lokasi dan interaksi zat atau
bahan di dalam lingkungan yaitu kompartemen air, tanah atau sedimen, udara atau
atmosfer dan biota atau mikroorganisme. Dimana dalam setiap kompartemen
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnnya. Tanah mengandung udara
yang terdiri atas air (hujan), tanah atau partikel. Sehingga, apabila suatu zat
dilepaskan ke lingkungan, maka lingkungan akan mendistribusikannya ke
berbagai kompartemen seperti air, tanah, udara dan biota. Distribusi ini terjadi
dengan kompartemen terdekat seperti fase padat, cair dan gas dengan fase cair
yang menyebabkan terjadinya kelarutan ; fase padat dan gas dengan fase gas
menyebabkan volatisasi serta fase cair dengan padat menyebabkan adsorpsi.
Kehadiran dan konsentrasi zat pada setiap kompartemen digunakan untuk
memprediksi perilaku dan jalannya zat kimia di lingkungan. Apabila terjadi reaksi
antara suatu zat dengan zat lainnya maka akan membentuk suatu senyawayang
akan mengalami transpor dan transformasi.Transpor tergantung pada daya larut
zat, koefisien partisi antar kompartemen lingkungan, koefisien dissosiasi, formasi
kompleks, leaching, up take oleh organisme, adsorptivitas dan sifat mudah atau
tidaknya menguap maka transformasi tergantung dari ada atau tidaknya spesies
lain.
Prediksi dan perilaku zat di lingkungan terbagi atas 3 kemungkinan,
yaitu :
1) Zat/bahan tetap berada pada tempat dimana zat tersebut mulai masuk
atau dilepaskan
2) Zat atau bahan masuk ke lingkungan melalui media (air, tanah, udara,
dan sedimen)
3) Zat atau bahan bertransformasi atau terurai melalui proses kimia, fisik
atau biologi.
35. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
3. Proses Transpor
a. Transpor dalam air
Adveksi adalah pergerakan bulk yang diakibatkan oleh aliran.
Difusi terjadi karena perbedaan konsentrasi, difusi ini terbagi atas :
o Difusi molekuler, disebabkan karena adanya pergerakan
molekul secara acak
o Difusi turbulen (pengadukan)
Dispersi adalah pengadukan yang terjadi dalam air tanah ketika
adveksi terjadi dalam kecepatan rendah yang tidak mengakibatkan
turbulensi.
Kelas Penggunaan & Dispersi Zat
b. Transpor pada partikel
c. Transport dalam tanah
d. Transport dalam air tanah
e. Transport dalam udara
B. Model Dilusi
Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk ke dalam analisis
ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan pencemar
(bahan beracun) di lingkungan. Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi
ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Model
dilusi juga dikenal dengan pengenceran. Pengenceran disini, misalnya air limbah
pada suatu pabrik sebelum dibuang ke badan-badan air, seperti selokan atau
sungai, diencerkan, hingga konsentrasi pencemar yang ada di dalam limbah tadi
mencapai konsentrasi yang cukup rendah(8)
. Tujuan pengenceran pada air limbah
pabrik tersebut agar konsentrasi toksik yang ada di dalam limbah tersebut turun
dan dapat dibuang ke badan-badan air. Namun, model dilusi ini memiliki
beberapa kekurangan. seiring bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan
manusia ssaat ini, maka bertambah pula jumlah air limbah yang harus dibuang ke
badan-badan air, ini berarti jumlah air untuk melakukan pengenceran juga
meningkat, sehingga cara ini tidak dapat digunakan terus menerus. Selain itu,
kerugian dari model dilusi ini masih adanya bahaya kontaminasi atau racun dari
air limbah yang dibuang terhadap badan-badan air dan terjadinya pendangakalan
36. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
pada badan-badan air. Contoh badan-badan air yang biasanya digunakan untuk
pembuangan air limbah yakni selokan, sungai, danau dan sejenisnya, yang
kemudian akan menimbulkan masalah baru, seperti banjir(2)
.
Dilusi-ventilasi merupakan salah satu contoh penggunaan dilusi dalam
suatu industri. Tujuan dari dilusi-ventuilasi ini adalah untuk memgurangi
konsentrasi zat toksi atau pencemar yang ada di udara. Adapun mekanisme dari
dilusi-ventilasi adalah sebagai berikut, udara yang tercemar (terkontaminasi) atau
gas flammable (gas yang mudah terbakar) diencerkan dengan meniupkan udara ke
tempat kerja (ruangan pekerja) lalu dikeluarkan kembali melalui saluran buang.
agar ventilasi pengenceran udara lebih efektif dalam penggunaannya, exhaust fan
diletakkan dekat dengan pekerja yang terpapar dan udara yang yang diolah
(makeup) terletak di belakang pekerja, sehingga udara yang terkontaminan akan
jauh dari zona pernapasan pekerja(2)
.
C. Model Fufacity Multimedia
Model sederhana untuk kondisi lingkungan dapat berguna untuk
mengevaluasi keseimbangan distribusi bahan kimia antara fase lingkungan (udara,
air, tanah). Bahan kimia yang biasanya masuk ke fase tertentu dari lingkungan dan
dapat bermigrasi ke fase lainnya, dapat diprediksi dengan pendekatan
kesetimbangan termodinamika. Meskipun sistem lingkungan tidak bisa mencapai
keseimbangan yang benar, model keseimbangan sederhana dapat digunakan
sebagai alat untuk rencana pengembangan sampel, mungkin dengan analisa jalur
paparan, penilaian kelayakan strategi remediasi, dan penilaian potensi kondisi
bahan kimia di lingkungan baru. Model Fugasitas Multimedia adalah model
dalam kimia lingkungan yang merangkum proses mengendalikan perilaku kimia
dalam media lingkungan dengan mengembangkan dan menerapkan pernyataan
matematika atau "model" kondisi kimia. Sebagian besar bahan kimia memiliki
potensi untuk bermigrasi dari media ke media lain. Model Multimedia Fugasitas
yang digunakan adalah untuk mempelajari dan memprediksi perilaku bahan kimia
dalam lingkup lingkungan yang berbeda(2)
.
Model-model tersebut dirumuskan dengan menggunakan konsep
Fugasitas, yang diperkenalkan oleh GN Lewis pada tahun 1901 sebagai kriteria
keseimbangan dan metode yang mudah untuk menghitung multimedia
37. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
kesetimbangan partisi. Fugasitas bahan kimia adalah pernyataan matematis yang
menggambarkan tingkat dimana bahan kimia menyebar, atau diangkut antar fase.
Laju perpindahan sebanding dengan perbedaan fugasitas yang ada antara sumber
dan tujuan fase. Untuk membangun model, langkah awal yang diambil adalah
membuat sebuah persamaan keseimbangan massa untuk setiap fase tersebut yang
mencakup fugasitas, konsentrasi, fluks dan jumlah. Nilai-nilai penting adalah
konstanta proporsionalitas, disebut kapasitas fugasitas dinyatakan sebagai nilai Z
(Satuan SI: mol/m3 Pa) untuk berbagai media, dan parameter transportasi
dinyatakan sebagai nilai D (SI unit : mol / Pa h) untuk proses seperti adveksi,
reaksi dan transportasi intermedia. Nilai Z dihitung dengan menggunakan
koefisien kesetimbangan partisi dari bahan kimia, hukum Henry konstan dan sifat
fisik-kimia terkait lainnya(2)
.
Dalam penyiapan model fugasitas, ada beberapa langkah / strategi
yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Tentukan unit dunia (Unit World) (DW), menentukan semua dimensi UW
yang relevan dan perlengkapan
2. Hitung volume fase untuk semua kompartemen relevan dan sub
kompartemen (m3
)
3. Pilih tingkat model fugasitas (I – IV)
4. Memperkirakan sifat fisik perlengkapan, misalnya KH, Koc, Kdoc, Kb dan
lain-lainnya
5. Menghitung konstanta Z untuk semua kompartemen yang relevan dan sub
kompartemen
6. Menghitung koefisien tranpostasi massa untuk semua batas antar muka yang
relevan (untuk tingkat III dan IV model saja
7. Menentukan tingkat emisi polutan organik (mol/jam)
8. Menghitung semua konstanta laju degradasi yang relevan untuk polutan
(tingkat II-IV) (1/hari)
9. Mengatur worksheet
10. Menghitung fugasitas (berlaku untuk tingkat I dan II), untuk tingkat III fase
fugasitas harus diselesaikan melalui semua kesetimbangan.
11. Menghitung konsentasi lingkungan dan persentase mol
38. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
D. Model ENPART
Enpart model atau disebut juga environmental partitioning model
adalah salah satu model yang dikembangkan oleh United State Environmental
Protec Agent (US EPA) sebagai tingkat pertama alat skrining untuk bahan kimia
organik baru maupun yang telah ada. Enpart model merupakan model Fugasitas
yaitu model yang berbasis perkiraan keseimbangan keadaan stabil atau partisi
dinamis kimia organik diantara kompartemen lingkungan. Model ini
mengidentifikasi jalur dominan dan kekosongan data, dan memperkirakan
persistensi kimia dan potensi biokonsentrasi. Enpart model memprediksi distribusi
zat organik dalam media lingkungan zat kontinyu, media tertentu. Model ini
menggunakan koefisien partisi untuk udara, tanah, sedimen dan biota air sebagai
fase umum.
Kelebihan dari pemodelan ini yaitu:
Dapat mengetahui informasi tentang transportasi dan nasib bahan kimia di
lebih dari satu media
Mudah Digunakan
Hanya diperlukan sedikit data
Dapat diselesaikan dengan perhitungan manual
Kekurangan dari pemodelan ini yaitu:
Dapat mengahsilkan hasil matematis yang salah
Hanya digunakan untuk tujuan Skrinning
Tidak dapat digunakan untuk perhitungan senyawa kompleks
2.2.4. Analisis Efek Uji Toksisitas
Uji toksisitas merupakan uji yang dilakukan untuk menentukan tingkat
toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan untuk pemantauan
rutin suatu limbah. Sehingga dapat dikatakan uji ekotoksisitas merupakan
pengujian toksikan pada konsentrasi yang menghasilkan efek negatif terhadap
biota. Uji ekotoksisitas juga merupakan salah satu metode penilaian kualitas
lingkungan baik pada organisme perairan maupun organisme terestrial. Hasil uji
toksisitas dapat dijadikan pedoman analisa kualitas lingkungan lebih jauh pada
39. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
distribusi zat-zat pencemar dalam suatu ekosistem. Selanjutnya, dampak zat-zat
pencemar yang ada dalam lingkungan dapat dicegah atau diminimalkan tingkat
paparannya terhadap kesehatan manusia. Uji toksisitas dilakukan untuk menilai
efek akut, sub kronis dan kronis. Uji tersebut berdsarkan atas waktu ( lama
pengujian ). Uji toksisitas dapat dilakukan dalam skala laboratorium yang
bertujuan untuk mencari dosis aman bagi manusia atau mencari kriteria untuk
standarisasi kualitas lingkungan(16)
.
Tahap awal dalam uji toksisikologi adalah seleksi atau screening.
Dalam uji hayati skrining yang digunakan biasanya adalah skrining fitokimia yang
termasuk dalam toksisitas tingkat satu (akut). Adapula metode yang digunakan
pada kasus mengenai toksisitas dari daging buah pare dengan mengembangkan uji
lebih lanjut pada tanaman pare untuk mengetahui kandungan senyawa yang
berpotensi sebagai agen anti kanker. Salah satu metode yang digunakan untuk
menguji potensi bioaktif suatu senyawa kimia sebagai agen anti kanker adalah uji
kematian larva udang, dimana metode ini merupakan uji skrining awal untuk
senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai agen anti kanker yang mana dalam
pengujian digunakan larva udang Artemia salina Leach yang berumur 48 jam ( 2
hari ). Selanjutnya dari data tersebut akan diolah dan disajikan dengan analisis
statistic. Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk
mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena
pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung
tumbuhan yang sedang kita uji/teliti(16)
.
Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki
persyaratan(18)
:
metodenya sederhana dan cepat
peralatan yang digunakan sesedikit mungkin
selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu
dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa
tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.
Parameter pengujian limbah cair sebagai berikut.
1. Temperatur
40. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis,
kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, serta tegangan
permukaan. Suhu limbah cair yang dihasilkan dari proses pencetakan tahu 30°C-
35°C dan sekitar 80°C-100°C dari air bekas merebus kedelai.
2. pH
Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman
(konsentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14; kisaran nilai
pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah
kondisi netral.
3. TSS (Total Suspended Solid)
Padatan-padatan tersuspensi/TSS (Total Suspended Solid) digunakan
untuk menentukan kepekatan air limbah, efisiensi proses dan beban unit proses.
Pengukuran yang bervariasi terhadap konsentrasi residu diperlukan untuk
menjamin kemantapan proses kontrol.
4. BOD dan COD
Kebutuhan oksigen dalam air limbah ditunjukkan melalui BOD dan COD.
BOD (Biological Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri)
untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. COD
(Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi
secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD karena
kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara
biologi.
2.2.5 Penerapan Ekotoksikologi dalam Penerapan Baku Mutu Kualitas
Lingkungan, Rekayasa Teknologi dan Biomonitoring
Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan
polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat
menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan
tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme,
41. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
perubahan populasi, komposisi komunitas, dan fungsi ekosistem. Perubahan
biokimiawi sampai dengan ekosistem menunjukkan adanya peningkatan waktu
respon terhadap bahan kimia, peningkatan kesulitan untuk mengetahui hubungan
respon dengan bahan kimia spesifik, dan increasing importance (Puspito,2004).
Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di udara,
air, tanah maupun dalam tubuh organisme (merupakan bagian utama penyususn
ekosfer bumi) sangat dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia bahan tersebut. Perilaku
serta pengaruh bahan toksik di lingkungan berhubungan dengan dinamika
keempat bagian utama penyusun ekosfer tersebut. Bahan toksik yang ada di
lingkungan pada umumnya mengalami perpindahan dari satu bagian utama
ekosfer ke bagian utama ekosfer lainnya. Perpindahan atau transformasi bahan
toksik di lingkungan dapat berupa transformasi fisik, kimia dan biologik(4)
.
Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang
terjadi secara fisik antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik,
pengambilan biologik, penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan.
Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi,
sedangkan transformasi biologik berlangsung melalui proses biotransformasi.
Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian dan
aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air,
sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan konsentrasi
bahan toksik. (Connel dan Miller, 1995). Dalam ekotosikologi diketahui bahan
bahan toksik yang berupa senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau
menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara lain: protein,
karbohidrat, lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan
pestisida organik. Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap organisme
perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia,
kualitas fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama
organisme terpapar senyawa kimia tersebut.
Berikut ini adalah bahan-bahan senyawa kimia organic dan efeknya
terhadap lingkungan :
Protein
42. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Kehadiran senyawa protein di dalam badan perairan berasal dari sampah
domestik dan buangan industri. Beberapa jenis industri yang mengeluarkan
buangan mengandung protein antara lain: industri susu, mentega, keju,
pengolahan makanan/minuman, tekstil, penyamakan kulit dan industri
pertanian. Kehadiran protein di lingkungan perairan umumnya tidak langsung
bersifat toksik tetapi dapat menimbulkan pengaruh atau efek negatif, antara
lain terbentuknya media pertumbuhan berbagai organisme patogen,
menimbulkan bau tidak sedap dan meningkatkan kebutuhan BOD
(Biological Oxygen Demand).
Karbohidrat
Selain berasal dari sampah domestik, karbohidrat juga dapat berasal dari
buangan industri. Masuknya karbohidrat ke dalam air dapat menyebabkan
peningkatan BOD dan menimbulkan warna pada air.
Lemak dan minyak
Buangan yang mengandung lemak dan minyak dapat berasal dari berbagai
kegiatan industri. Perairan laut juga dapat kemasukan minyak yang berasal
dari pengoperasian kapal, kilang minyak, sisa pembakaran bahan bakar
minyak di atmosfer yang jatuh bersama air hujan, buangan industri, limbah
perkotaan, kecelakaan kapal tanker serta pecah atau bocornya sumber minyak
lepas pantai. Seperti halnya dampak masuknya senyawa protein dan
karbohidrat ke dalam lingkungan perairan, senyawa lemak dan minyak juga
dapat berpengaruh negatip terhadap kehidupan akuatik. Adanya lemak dan
minyak dalam badan air dapat menyebabkan peningkatan turbiditas air
sehingga mengurangi ketersediaan cahaya yang sangat diperlukan organisme
fotosintetik di dalam air. Disamping itu, molekul lemak dan minyak
berukuran besar akan mengendap di dasar perairan sehingga dapat
mengganggu aktivitas serta merusak kehidupan bentos dan daerah pemijahan
ikan (spawning ground) dan meningkatkan BOD.
Pewarna
Terdapatnya pewarna dalam suatu perairan antara lain berasal dari buangan
industri (tekstil, penyamakan kulit, kertas dan industri bahan kimia). Menurut
Santaniello (1971) warna air yang Iebih dari 50 unit akan membatasi aktivitas
43. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
organisme fotosintetik sehingga akan mengurangi kandungan oksigen terlarut
atau DO (Dissolved Oxygen) serta mengganggu kehidupan berbagai
organisme air.
Asam-asam organik
Asam-asam organik berada dalam air antara lain dapat berasal dari buangan
industri (bahan kimia dan industri pertanian). Keberadaan senyawa asam
organik dapat menyebabkan penurunan derajat keasaman (pH) air dan pada
nilai pH tertentu (acid dead point) dapat mengakibatkan kematian ikan
maupun organisme air lainnya.
Fenol
Fenol dapat terkandung dalam limbah berbagai industri seperti: industri
tekstil, bahan kimia, petrokimia, minyak dan industri metalurgi.
Deterjen
Terdapatnya deterjen dalam suatu perairan dapat berasal dari buangan rumah
tangga dan industri (susu, mentega, keju, tekstil, dan industri pertanian).
Nickless (1975) menyatakan bahwa sebagian besar deterjen dapat
menimbulkan dampak negatip terhadap ekosistem perairan yaitu dapat
menghambat aktivitas atau bahkan membunuh berbagai jenis
mikroorganisme. Selain itu, deterjen juga menyebabkan pengkayaan nutrien
pada suatu badan air sehingga dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi
yang sangat merugikan lingkungan perairan.
Pestisida organic
Pestisida organik yang masuk ke dalam lingkungan air dapat berasal dari
aktivitas pertanian, perkebunan dan dari buangan industri pengolahan
makanan/ minuman. Diantara sejumlah besar pestisida yang diproduksi dan
diperdagangkan, yang paling banyak digunakan masyarakat yaitu pestisida
yang termasuk golongan organoklorin dan organoposfat. Pestisida
organoklorin sangat berbahaya karena mempunyai toksisitas bersifat kronik,
stabil, dan tahan urai dalam lingkungan. Salah satu contoh organoklorin yang
sangat berbahaya yaitu DDT (Dichloro-Diphenyl-Trichloro-ethane). Jenis
pestisida yang pertama kali dibuat oleh Zeidler pada tahun 1874 tersebut
apabila berada dalam air mempunyai waktu paruh antara 2,5-5 tahun tetapi
44. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
residunya dapat bertahan hingga lebih dari 25 tahun. Pestisida yang tahan urai
seperti DDT dapat terakumulasi dalam rantai makanan (biomagnification)
sehingga dalam tubuh udang dan ikan dapat mengandung konsentrasi
pestisida sebanyak 1000-10.000 kali lebih besar daripada yang terkandung
dalam perairan di sekelilingnya. Hewan yang di dalam rantai makanan
mempunyai arcs trofik (trophic level) lebih tinggi seperti burung, anjing laut,
dan lumba-lumba dapat mengandung hingga 55 ppm DDT dalam jaringan
Iemaknya. Berdasarkan penelitian menunjukkan kandungan DDT dalam
jaringan lemak tubuh manusia di berbagai negara besarnya sangat bervariasi,
misalnya: di Inggris lebih kurang 1 ppm, di Amerika Serikat lebih kurang 2
ppm, dan di India dapat lebih tinggi dari 10 ppm.
Apabila pada suatu saat ada industri yang membuang limbahnya ke
lingkungan dan telah memenuhi baku mutu lingkungan, tetapi kualitas lingkungan
tersebut mengganggu kehidupan manusia, maka yang dipersalahkan bukan
industrinya. Apabila hal tersebut terjadi, maka baku mutu lingkungannya yang
perlu dilihat kembali, hal ini mengingat penjelasan dari Undang-undang No. 4
Tahun 1984 Pasal 15, seperti tersebut di atas. Adapun langkah-langkah
penyusunan baku mutu lingkungan(1)
:
1) Identifikasi dari penggunaan sumber daya atau media ambien yang harus
dilindungi (objektif sumber daya tersebut tercapai).
2) Merumuskan formulasi dari kriteria dengan menggunakan kumpulan dan
pengolahan dari berbagai informasi ilmiah.
3) Merumuskan baku mutu ambien dari hasil penyusunan kriteria.
4) Merumuskan baku mutu limbah yang boleh dilepas ke dalam lingkungan
yang akan menghasilkan keadaan kualitas baku mutu ambien yang telah
ditetapkan.
5) Membentuk program pemantauan dan penyempurnaan untuk menilai apakah
objektif yang telah ditetapkan tercapai.
45. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sampel RSUD Banjarbaru
No. Parameter Satuan Hasil Analisis Baku mutu
1 pH 6.24 6-9
2 TSS Mg/L 25 30
3 BOD Mg/L 7.31 50
4 COD Mg/L 18.81 80
3.2 Pembahasan
Pengambilan sampel dilkakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah RSUD
Banjarbaru. Metode pengambilan sample dilakukan disatu titik.Tititk
pengambilan tersebut berada di awal keluarnya air dari instalasi pengolahan. Saat
pengambilan sample, air tidak diaduk dan hanya mengambil air yang berada
dipermukaan dengan menggunakan botol bekas air mineral berukuran 1,5L.
Sampel yang telah diambil dan dirasa cukup kemudian diuji kandungan COD,
BOD, pH dan TSS. Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium perikanan
UNLAM.
Data hasil laboratorium seperti itu dikarenakan sampel yang kami ambil
telah melalui proses pengolahan. Sehingga hasil tersebut sudah memenuhi standar
baku mutu KEPMENLH RI No. 58/MENLH/12/1995(11)
.
3.2.1 Uji pH Sampel Rumah Sakit
Pengukuran nilai pH pada sampel menggunakan pH meter yang mana
sebelum alat ini digunakan dilakukan kalibrasi pH meter terlebih dahulu dengan
larutan penyangga. Dengan cara mencelupkan elektode ke dalam larutan buffer
pH 4 dan pH 7. Pada saat mencelupkan elektrode ke dalam larutan buffer pH 4,
nilai pH pada pH meter juga harus sesuai dengan pH larutan buffer, begitu juga
pada larutan buffer pH 7. Kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan
pengukuran.
Diketahui prinsip utama pH meter adalah pengukuran arus listrik yang
tercatat pada sensor pH akibat suasana ionik di larutan. Stabilitas sensor harus
selalu dijaga dan caranya adalah dengan kalibrasi pH meter. Larutan penyangga
46. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
berfungsi mempertahankan pH pada nilai tertentu. Dari pengujian laboratorium
untuk nilai pH didapatkan nilai sebesar 6,24 mg/L.
3.2.2 Uji TSS (Total Suspended Solid)
Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat
dalam contoh uji air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk
penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan
dekomposisi garam mineral. Uji ini menggunakan rangkaian vakum dan kertas
saring sebagai penyaring agar polutan yang ada di sampel dapat tersaring. Kertas
saring yang ditimbang sebelum proses penyaringan (W0), setelah proses
penyaringan kemudian dilakukan pendinginan terhadap sampel di dalam
desikator. Setelah itu, kertas saring yang telah dimasukkan ke dalam oven dan di
timbang lagi (W1).
Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat
konstan (berat konstan maksimal 0,5g) pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC.
Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Pada hasil uji
analisa kami di laboratorium menunjukan angka untuk uji TSS sebesar 25 mg/L.
3.2.3 Uji BOD (Biological Oxygen Demand)
Pelaksanaan pengujian BOD dilakukan dengan memasukkan contoh
kedalam 2 botol BOD. Kadar oksigen terlarut dalam botol I segera ditetapkan.
Penetapan ini dapat dilakukan dengan cara Elektrometri atau dengan cara titrasi
Winkler (Pada pengamatan ini kami menggunakan cara titrasi winkler). Kadar
oksigen sebelum inkubasi ini biasanya disebut DO0. Selanjutnya contoh dalam
botol II diinkubasikan (biasanya pada 20O
C selama 5 hari). Setelah masa inkubasi
kadar oksigen pada contoh dalam botol II tersebut ditetapkan (sebagai DO5). Dari
pengujian laboratorium untuk nilai BOD didapatkan nilai sebesar 7.31 mg/L.
3.2.4 Uji COD (Chemical Oxygen Demand )
Uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan – bahan organik yang terdapat dalam air. Penetapan ini dapat
dilakukan dengan cara titrasi permanganat. (Pada pengamatan ini kami
menggunakan cara titrasi permanganat). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Dari pengujian laboratorium untuk
nilai COD didapatkan nilai sebesar 18.81 mg/L.
47. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
Dari hasil analisa kami, dapat dilihat beberapa parameter-parameter
memenuhi kriteria kualitas air yang baik. Maka dari itu kami menggunakan
standar baku mutu air untuk keperluan Rumah Sakit sebagai acuan perbandingan
dengan hasil pengamatan kami. Sehingga hasil pengamatan air sampel kami akan
diperuntukkan pada sektor Rumah Sakit. Berikut tabel standar baku mutu air
untuk Rumah Sakit :
Tabel 3.2 Standar Baku Mutu Rumah Sakit
Parameter Kadar
Maksimum
Fisika
Suhu 30˚C
Kimia
pH 6-9
BOD5 50 mg/L
COD 80 mg/L
TSS 30 mg/L
NH,Bebas 0.1 mg/L
PO 2 mg/L
Mikrobiologik
MPN-Kuman
Golongan Koli/100mL
10.000
Radioaktivitas
32
P 7 x 103
Bq/L
35
S 2 x 103
Bq/L
45
Ca 3 x 103
Bq/L
53
Cr 7 x 103
Bq/L
47
Ga 1 x 103
Bq/L
45
Sr 4 x 103
Bq/L
90
Mo 7 x 103
Bq/L
113
Sn 3 x 103
Bq/L
123
I 1 x 103
Bq/L
131
I 7 x 103
Bq/L
192
Ir 1 x 103
Bq/L
201
TI 1 x 103
Bq/L
48. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah :
1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungannya dan yang lainnya, Toksikologi adalah ilmu yang
menerapkan batas aman dari bahan kimia. Toksikologi juga mempelajari
kerusakan atau cedera, efek dan kerja kimia suatu materi substansi atau
energi, serta racun pada organisme, Ekotoksikologi adalah ilmu yang
mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan
interaksi dengan lingkungan
2. karakteristik limbah cair rumah sakit terbagi menjadi 3 jenis sifat yang
harus diketahui, yaitu
sifat fisik
sifat kimia
sifat biologi
3. Nilai parameter setelah uji laboratorium adalah pH 6.24 , TSS 25 mg/L,
BOD 7.31 mg/L, COD 18.81mg/L.
4.2 Saran
Saran yang dapat diambil pada penelitian ini adalah :
1. Hendaknya dalam penelitian pH langsung pada pengambilan sampel agar
kondisi air tetap stabil dan hasil penelitian lebih tepat.
2. Praktikan lebih teliti dalam proses titrasi dalam penentuan BOD.
49. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
DAFTAR PUSTAKA
1) Alamsyah, Bestari. 2007. Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Pupuk Kaltim
Bontang Untuk Memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Universitas
Diponegoro, Semarang.
2) Arief, Muhammad. 2012. Dilusi Ventilasi. Jakarta. Universitas Esa Unggul
http://www.scribd.com/doc/196817552/DILUSI-VENTILASI
Diakses pada tanggal 20 April 2015
3) BPOM. 2001. Manajemen Risiko, Direktorat Pengawasan Produk da Bahan
Berbahaya. Percetakan Negara 23, Jakarta.
4) Chandara, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
5) Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Bandung. Institut Teknologi Bandung.
6) Darliana, Ina. 2009. Fitoremediasi Sebagai Teknologi Alternatif Perbaikan
Lingkungan. Universitas Bandung Raya : Bandung
7) Dewi, Ratna Ayuningtyas. 2009. Proses Pengolahan Limbah Cair di RSUD
Surakarta.Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
8) Diharto. 2013. Studi Perencanaan TPA Buluminug Kabupaten Penajam
Paser Utara dengan Sistem Sanitary Landfill. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
9) Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
10) Fakhrudin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
11) Kep.Men.L.H. No.KEP-50 / MENLH / 11 / 1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan. Jakarta.
12) Kusmoputranto, H., Dewi Susanna. 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.
13) Mukono, H.J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Airlangga Universitas,
Surabaya.
14) Mustafa, Alwathan. 2012. Pemanfaatan Sludge Hasil Pengolahan Limbah
Cair Rumah Sakit Sebagai Bahan Baku Pembuatan Biogas.
Politeknik Negeri Samarinda, Samarinda.
50. EKOTOKSIKOLOGI PADA RUMAH SAKIT
15) Naniek, Ratni. - . Toksikologi Lingkungan.
www.scribd.com/doc/215846574/Bab-1-sd-6-Toksikologi
Diakses pada tanggal 20 April 2015
16) Nugroho, Andika. 2004. Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Universitas
Gajah Mada: Yogjakarta.
17) Puspito, Andhikan. 2004. Ekotoksikologi. Universitas Gajah Mada:
Yogjakarta.
18) Setyono, Prabang, dkk. 2008. Biomonitoring Degradasi Ekosistem Akibat
Limbah CPO di Muara Sungai Mentaya Kalimantan Tengah
dengan Metode Elektromorf Isozim Esterase. Jurnal Biodiversitas.
Vol. 9 (3) : 232-236
19) Soemirat, J. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
20) Staf Pengajar departemen Farmakologi Fak. Kedoteran Universitas
Brawijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi : Edisi 2 . 2009 .
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
21) Sudarmaji. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 Dan Dampaknya Terhadap
Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Januari
130 2006:129-142. Universitas Airlangga. Surabaya
22) Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. EGC. Jakarta.
23) Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa, Bandung.
24) Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
25) U.S EPA. 2003. Integrated Risk Information System Toxicity Summary for
Hidrogen Sulfide.
26) Wirasuta, I Made Agus Gelgel. 2009. Analisis Toksikologi Forensik. Bali.
Universitas Udayana.