SlideShare a Scribd company logo
Cindy Ghina Lestari
150610110115
Industri Perbenihan
PENGEMBANGAN PERBENIHAN SAYURAN
Prospek Bisnis Perbenihan Sayuran Di Indonesia
Soeroto (2004) menjelaskan kebijakan umum pengembangan perbenihan
hortikultura memberikan kesempatan sepenuhnya bagi masyarakat untuk penyediaan
benih bermutu melalui pengusaha swasta, penangkar, koperasi dan BUMN.
Pemerintah mempunyai tugas penelitian untuk pengembangan teknologi, pembinaan
dan pengawasan. Berangkat dari penjelasan ini, peranan swasta dalam pengadaan
benih sayuran di masa depan diharapkan semakin berkembang.
Ketersediaan benih sayuran bervariasi tergantung pada jenis sayurannya.
Beberapa jenis sayuran ketersediaan benihnya masih sangat terbatas sedangkan
beberapa jenis sayuran yang lain benihnya sudah tersedia dalam jumlah
yang memadai. Ketersediaan benih buncis, bayam, wortel dan terung baru mencapai
sepertiga dari total kebutuhan benih sedangkan untuk cabai, sawi dan tomat sudah
tersedia lebih dari separuhnya. Sebagian dari kebutuhan benih sayuran dipenuhi dari
benih yang diproduksi sendiri oleh petani atau dari sumber tidak resmi lainnya. Dari
sisi bisnis perbenihan, hal tersebut merupakan peluang untuk terus mengembangkan
indutri benih sayuran.
Jika dilihat dari lokasi usaha, kebanyakan produsen benih sayuran yang
ada terkonsentrasi di pulau Jawa. Kenyataan menunjukkan di Indonesia terdapat
keragaman agroklimat yang sangat tinggi diantara pulau-pulau yang ada. Keragaman
agroklimat tersebut menuntut pengembangan benih yang spesifik lokasi, yang
kemungkinan tidak dapat diperoleh dengan mengkonsentrasikan kegiatan usaha di
pulau Jawa. Pengembangan industri benih di luar pulau Jawa untuk menjawab
pengembangan benih unggul spesifik lokasi merupakan peluang bisnis yang besar.
Permasalahan dan Pengembangan
Beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai faktor pendukung pengembangan
industri benih sayuran di Indonesia, antara lain :
a. Telah diberlakukannya Undang-undang No. 29 th 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman.
b. Jumlah perusahaan benih swasta aktif yang relatif masih sedikit sehingga
mengakibatkan masih rendahnya tingkat kompetisi antar perusahaan.
c. Jumlah varietas unggul lokal yang belum digarap penyediaan benihnya masih
banyak.
d. Telah berkembangnya usaha on farm agribisnis hortikultura dan semakin
majunya pola pikir petani sehingga muncul kesadaran tentang pentingnya
penggunaan benih bermutu.
e. Munculnya pasar baru bagi sayuran organik dan sayuran eksotik yang hampir
seluruh kebutuhan benihnya masih diimpor.
Untuk merealisasikan potensi bisnis benih sayuran di Indonesia, usaha untuk
mengatasi berbagai tantangan yang ada baik dari dalam maupun dari luar perusahaan
perlu dilakukan. Soeroto (2004) telah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang
terkait dengan pengembangan perbenihan sayuran di Indonesia, antara lain :
a. Terbatasnya jumlah varietas komersial hasil pemuliaan atau introduksi yang
telah dilepas.
b. Varietas yang telah dilepas umumnya tidak dapat berkembang karena kurang
memenuhi selera masyarakat.
c. Sertifikasi benih dan pengawasan mutu masih belum memadai dari sisi
sumber daya manusia dan teknologi,
d. Institusi perbenihan belum dimanfaatkan secara optimal.
e. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan masih
terbatas.
Faktor eksternal perusahaan yang menghambat pengembangan bisnis
perbenihan tanaman sayuran seringkali terkait dengan kebijakan pemerintah
yang tidak konsisten dan terkesan berlebihan. Sebagai contoh, tarif untuk
pemeriksaan benih sayuran untuk tujuan ekspor ditetapkan sebesar Rp 1.000,- per kg
sedangkan untuk benih impor Rp 2.000,- per kg. (BKP 2002). Kebijakan yang tidak
pernah berubah semenjak tahun 90-an ini pada tahun 2002 diganti dengan
kebijakan baru yang menaikkan tarif pemeriksaan benih 10 kali lipat dari tarif awal
yang menjadi sangat memberatkan produsen benih. Meskipun pada akhirnya
setelah melalui beberapa kali pertemuan antara BKP dan pengusaha perbenihan tarif
tersebut telah disetujui untuk direvisi kembali pada akhir tahun 2003, kebijakan baru
tersebut sempat berpotensi menjadi penghalang pengembangan industri benih sayuran
di Indonesia. Contoh kebijakan pemerintah yang sifatnya menghambat
pengembangan industri benih sayuran di Indonesia adalah peraturan dalam UU
No. 12 tahun 1992. Dalam UU No. 12 tahun 1992 ditetapkan semua benih bina
yang diperdagangkan harus disertifikasi tanpa memperhatikan skala
komersialisasinya.
Lambannya pembahasan dan penerapan dari peraturan perundangan yang
dibuat juga berpotensi menjadi faktor penghambat pengembangan industri benih
sayuran di Indonesia. Hal ini dapat diilustrasikan dengan pembahasan dan penerapan
UU No. 16. Pada tahun 1992, UU No. 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan
Tumbuhan telah diterbitkan. Tetapi Peraturan Pemerintah tentang Karantina
Tumbuhan yang merupakan pedoman pelaksanaan dari UU No. 16 baru diterbitkan
sepuluh tahun kemudian yaitu PP No. 14 tahun 2002. Undang-undang
Perlindungan Varietas Tanaman yang diundangkan pada tahun 2000 hampir
menghadapi masalah yang sama. Meskipun saat ini PP sebagai pedoman pelaksanaan
dari UU tentang perlindungan varietas tanaman telah diterbitkan, masih banyak
pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas jawabannya terkait dengan penerapan
undang-undang tersebut dalam prakteknya.
Di lain pihak Sumarno (2002) menyatakan hambatan dan kendala yang
berpotensi memperlambat kemajuan usaha hortikultura dan yang secara langsung
berpengaruh terhadap permintaan dan penggunaan benih, yaitu
a) Skala usaha dan modal usaha yang relatif kecil, sehingga kebutuhan
benihnya secara kuantitas relatif sedikit.
b) Harga jual produk dan keuntungan petani produsen rendah, sehingga petani
produsen memilih meng- gunakan benih yang harganya murah.
c) Usaha hortikultura lokasinya tersebar, beberapa di antaranya mengalami
kesulitan sarana transportasi, sehingga petani produsen cenderung
menggunakan benih asalan.
d) Harga benih bermutu produksi perusahaan benih formal masih dirasakan
terlalu mahal oleh petani produsen, sehingga petani produsen cenderung
menggunakan benih hasil seleksi dari pertanamannya sendiri. Hal ini bisa
berdampak pada menurunnya kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang
dipanen.
Perspektif Kebijakan Pengembangan Sistem Perbenihan Sayuran
Sehubungan dengan hal ini, isu sertifikat kesehatan (phytosanitary certificate -
PC) dapat digunakan negara tertentu sebagai pengganti tariff barriers atau untuk
melindungi komoditas pertanian negara yang bersangkutan. Maddox (1997)
mengidentifikasi bahwa persyaratan PC di beberapa negara kadangkala tidak
didasarkan pada pertimbangan ilmiah dan seringkali tidak adil. Sebagai contoh, di
Mexico sebelum tahun 1991 tidak ada mensyaratkan PC bagi benih sayuran yang
berasal dari USA. Tetapi pada tahun 1994 diterapkan peraturan baru yang
menyangkut sekitar 60 patogen, sehingga benih sayuran yang diimpor dari USA
perlu dilampiri dengan PC. Setelah dipelajari lebih lanjut persyaratan PC dari
pemerintah Mexico oleh peneliti di USA, diketahui ternyata 10 dari 60 patogen yang
harus dicek keberadaannya pada benih komersial diketahui tidak menyebar melalui
benih, delapan dari 60 patogen diketahui merupakan patogen yang juga
dijumpai ada di Mexico, dua patogen yang disyaratkan merupakan patogen yang
diketahui tidak ada di USA dan delapan patogen lainnya diketahui tidak mempunyai
dampak negatif terhadap pertanaman (tidak merusak secara ekonomis) di seluruh
dunia.
Dari ilustrasi tersebut dapat diketahui peraturan untuk melampirkan PC dari
60 patogen oleh pemerintah Mexico terhadap benih-benih impor dari USA
merupakan peraturan yang tidak didasarkan pada pertimbangan ilmiah. Pengalaman
dari Mexico ini harus menjadi perhatian dalam membangun sub-sektor
perbenihan sayuran di Indonesia yang tidak saja harus dapat menjamin ketersediaan
benih bermutu di dalam negeri tetapi juga mampu melindungi sektor pertanian dari
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dengan aturan yang bijak dan
teruji secara ilmiah.
Daftar Pustaka :
Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih
Sayuran Oleh Aswaldi Anwar, Sudarsono dan Satriyas Ilyas. (Diakses di
https://www.academia.edu/6327906/Indonesian_Vegetable_Seeds_Current_Conditio
n_and_Prospects_in_Business_of_Vegetable_Seeds pada Minggu, 8 September
2014)

More Related Content

What's hot

Produksi, sertifikasi, peredaran benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
Produksi, sertifikasi, peredaran  benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...Produksi, sertifikasi, peredaran  benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
Produksi, sertifikasi, peredaran benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
Hari Prasetyo
 
Budidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiramBudidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiram
Ruth Sigalingging
 
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiramProposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Mbel Gedhez Gedhez
 
Pkb
PkbPkb
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
Cecep khoer Affandi
 
Ppt kel #2
Ppt kel #2Ppt kel #2
Ppt kel #2
Indri Chayou
 
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
badunkartvomit
 
Stfkasidanwaedarbenih2017
Stfkasidanwaedarbenih2017Stfkasidanwaedarbenih2017

What's hot (9)

Produksi, sertifikasi, peredaran benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
Produksi, sertifikasi, peredaran  benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...Produksi, sertifikasi, peredaran  benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
Produksi, sertifikasi, peredaran benih hortikultura (permentan no. 48 tahun ...
 
Budidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiramBudidaya jamur tiram
Budidaya jamur tiram
 
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiramProposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
Proposal pengembangan usaha budidaya jamur tiram
 
Pkb
PkbPkb
Pkb
 
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
(Bahan 16) BPSBTPH Hortikultura Kadistanhut 2016
 
Ppt kel #2
Ppt kel #2Ppt kel #2
Ppt kel #2
 
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
 
Stfkasidanwaedarbenih2017
Stfkasidanwaedarbenih2017Stfkasidanwaedarbenih2017
Stfkasidanwaedarbenih2017
 
Proposal jamur
Proposal jamurProposal jamur
Proposal jamur
 

Viewers also liked

Communication skills
Communication skillsCommunication skills
Communication skills
Clara Fuderanan
 
Ppt unit overview
Ppt   unit overviewPpt   unit overview
Ppt unit overview
reneeelearning
 
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1. Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
Виктор Крысов (Viktor Krysov)
 
книжка 2000
книжка 2000книжка 2000
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
Виктор Крысов (Viktor Krysov)
 
Tugas 6 metlit
Tugas 6 metlitTugas 6 metlit
Tugas 6 metlit
Cindy Ghina Lestari
 

Viewers also liked (6)

Communication skills
Communication skillsCommunication skills
Communication skills
 
Ppt unit overview
Ppt   unit overviewPpt   unit overview
Ppt unit overview
 
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1. Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
Трейвиш. А.И. Страноведение. Лекция 8, часть1.
 
книжка 2000
книжка 2000книжка 2000
книжка 2000
 
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
Трейвиш А.И. Страноведение. Лекция 5.
 
Tugas 6 metlit
Tugas 6 metlitTugas 6 metlit
Tugas 6 metlit
 

Similar to Tugas 2 benih

Kertas diskusi transgenik indonesia
Kertas diskusi transgenik indonesiaKertas diskusi transgenik indonesia
Kertas diskusi transgenik indonesiaWahyu Yuns
 
Merebut kembali benih petani
Merebut kembali benih petaniMerebut kembali benih petani
Merebut kembali benih petaniTitis Priyowidodo
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
Saniati Goa
 
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.pptKEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
eeqra
 
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuranpola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
Veronica Silalahi II
 
1. defenisi
1. defenisi1. defenisi
1. defenisi
siswapanjanghernosa
 
Kenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjayaKenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjaya
Universiti Utara Malaysia
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmannia
rizky hadi
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
Repository Ipb
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Irt Elims
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
arzaka
 
Usaha tani kelompok
Usaha tani kelompokUsaha tani kelompok
Usaha tani kelompok
Nabilussalam Saifullah Ma'sum
 
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahantantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
Febrina Tentaka
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
Josua Sitorus
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Firman Ali Tatag
 
Taklimat Mardi Taaveekun
Taklimat Mardi TaaveekunTaklimat Mardi Taaveekun
Taklimat Mardi Taaveekun
Zaini Ithnin
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
Eka Kurniati
 

Similar to Tugas 2 benih (20)

Uu 29 2000 Pjls
Uu 29 2000 PjlsUu 29 2000 Pjls
Uu 29 2000 Pjls
 
Kertas diskusi transgenik indonesia
Kertas diskusi transgenik indonesiaKertas diskusi transgenik indonesia
Kertas diskusi transgenik indonesia
 
Merebut kembali benih petani
Merebut kembali benih petaniMerebut kembali benih petani
Merebut kembali benih petani
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.pptKEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
KEBIJAKAN_PERLINDUNGAN_TANAMAN.ppt
 
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuranpola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
pola pembiayaan usaha kecil pada tanaman sayuran
 
3. bab 12345
3. bab 123453. bab 12345
3. bab 12345
 
1. defenisi
1. defenisi1. defenisi
1. defenisi
 
Kenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjayaKenapa pertanian thailand berjaya
Kenapa pertanian thailand berjaya
 
Rizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmanniaRizky hadi rahmannia
Rizky hadi rahmannia
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)
 
VARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptxVARIETAS TANAMAN.pptx
VARIETAS TANAMAN.pptx
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Usaha tani kelompok
Usaha tani kelompokUsaha tani kelompok
Usaha tani kelompok
 
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahantantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
tantangan dan peluang bisnis tanaman buah - buahan
 
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYAINTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
INTERAKSI HAMA LALAT BUAH IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIANNYA
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
 
Taklimat Mardi Taaveekun
Taklimat Mardi TaaveekunTaklimat Mardi Taaveekun
Taklimat Mardi Taaveekun
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 

Recently uploaded

Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
IrfanAudah1
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
TriSutrisno48
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
nurfaridah271
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptxmodul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
modul 1.4 Desiminasi-Budaya-Positif.pptx.pptx
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMPPerencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
Perencanaan Berbasis Data Satuan Pendidikan Jenjang SMP
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdfTugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
Tugas_Rasianto-Refleksi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK.pdf
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 

Tugas 2 benih

  • 1. Cindy Ghina Lestari 150610110115 Industri Perbenihan PENGEMBANGAN PERBENIHAN SAYURAN Prospek Bisnis Perbenihan Sayuran Di Indonesia Soeroto (2004) menjelaskan kebijakan umum pengembangan perbenihan hortikultura memberikan kesempatan sepenuhnya bagi masyarakat untuk penyediaan benih bermutu melalui pengusaha swasta, penangkar, koperasi dan BUMN. Pemerintah mempunyai tugas penelitian untuk pengembangan teknologi, pembinaan dan pengawasan. Berangkat dari penjelasan ini, peranan swasta dalam pengadaan benih sayuran di masa depan diharapkan semakin berkembang. Ketersediaan benih sayuran bervariasi tergantung pada jenis sayurannya. Beberapa jenis sayuran ketersediaan benihnya masih sangat terbatas sedangkan beberapa jenis sayuran yang lain benihnya sudah tersedia dalam jumlah yang memadai. Ketersediaan benih buncis, bayam, wortel dan terung baru mencapai sepertiga dari total kebutuhan benih sedangkan untuk cabai, sawi dan tomat sudah tersedia lebih dari separuhnya. Sebagian dari kebutuhan benih sayuran dipenuhi dari benih yang diproduksi sendiri oleh petani atau dari sumber tidak resmi lainnya. Dari sisi bisnis perbenihan, hal tersebut merupakan peluang untuk terus mengembangkan indutri benih sayuran. Jika dilihat dari lokasi usaha, kebanyakan produsen benih sayuran yang ada terkonsentrasi di pulau Jawa. Kenyataan menunjukkan di Indonesia terdapat keragaman agroklimat yang sangat tinggi diantara pulau-pulau yang ada. Keragaman agroklimat tersebut menuntut pengembangan benih yang spesifik lokasi, yang kemungkinan tidak dapat diperoleh dengan mengkonsentrasikan kegiatan usaha di pulau Jawa. Pengembangan industri benih di luar pulau Jawa untuk menjawab pengembangan benih unggul spesifik lokasi merupakan peluang bisnis yang besar. Permasalahan dan Pengembangan Beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai faktor pendukung pengembangan industri benih sayuran di Indonesia, antara lain : a. Telah diberlakukannya Undang-undang No. 29 th 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.
  • 2. b. Jumlah perusahaan benih swasta aktif yang relatif masih sedikit sehingga mengakibatkan masih rendahnya tingkat kompetisi antar perusahaan. c. Jumlah varietas unggul lokal yang belum digarap penyediaan benihnya masih banyak. d. Telah berkembangnya usaha on farm agribisnis hortikultura dan semakin majunya pola pikir petani sehingga muncul kesadaran tentang pentingnya penggunaan benih bermutu. e. Munculnya pasar baru bagi sayuran organik dan sayuran eksotik yang hampir seluruh kebutuhan benihnya masih diimpor. Untuk merealisasikan potensi bisnis benih sayuran di Indonesia, usaha untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada baik dari dalam maupun dari luar perusahaan perlu dilakukan. Soeroto (2004) telah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terkait dengan pengembangan perbenihan sayuran di Indonesia, antara lain : a. Terbatasnya jumlah varietas komersial hasil pemuliaan atau introduksi yang telah dilepas. b. Varietas yang telah dilepas umumnya tidak dapat berkembang karena kurang memenuhi selera masyarakat. c. Sertifikasi benih dan pengawasan mutu masih belum memadai dari sisi sumber daya manusia dan teknologi, d. Institusi perbenihan belum dimanfaatkan secara optimal. e. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan masih terbatas. Faktor eksternal perusahaan yang menghambat pengembangan bisnis perbenihan tanaman sayuran seringkali terkait dengan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan terkesan berlebihan. Sebagai contoh, tarif untuk pemeriksaan benih sayuran untuk tujuan ekspor ditetapkan sebesar Rp 1.000,- per kg sedangkan untuk benih impor Rp 2.000,- per kg. (BKP 2002). Kebijakan yang tidak pernah berubah semenjak tahun 90-an ini pada tahun 2002 diganti dengan kebijakan baru yang menaikkan tarif pemeriksaan benih 10 kali lipat dari tarif awal yang menjadi sangat memberatkan produsen benih. Meskipun pada akhirnya setelah melalui beberapa kali pertemuan antara BKP dan pengusaha perbenihan tarif tersebut telah disetujui untuk direvisi kembali pada akhir tahun 2003, kebijakan baru tersebut sempat berpotensi menjadi penghalang pengembangan industri benih sayuran di Indonesia. Contoh kebijakan pemerintah yang sifatnya menghambat pengembangan industri benih sayuran di Indonesia adalah peraturan dalam UU No. 12 tahun 1992. Dalam UU No. 12 tahun 1992 ditetapkan semua benih bina
  • 3. yang diperdagangkan harus disertifikasi tanpa memperhatikan skala komersialisasinya. Lambannya pembahasan dan penerapan dari peraturan perundangan yang dibuat juga berpotensi menjadi faktor penghambat pengembangan industri benih sayuran di Indonesia. Hal ini dapat diilustrasikan dengan pembahasan dan penerapan UU No. 16. Pada tahun 1992, UU No. 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan telah diterbitkan. Tetapi Peraturan Pemerintah tentang Karantina Tumbuhan yang merupakan pedoman pelaksanaan dari UU No. 16 baru diterbitkan sepuluh tahun kemudian yaitu PP No. 14 tahun 2002. Undang-undang Perlindungan Varietas Tanaman yang diundangkan pada tahun 2000 hampir menghadapi masalah yang sama. Meskipun saat ini PP sebagai pedoman pelaksanaan dari UU tentang perlindungan varietas tanaman telah diterbitkan, masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum jelas jawabannya terkait dengan penerapan undang-undang tersebut dalam prakteknya. Di lain pihak Sumarno (2002) menyatakan hambatan dan kendala yang berpotensi memperlambat kemajuan usaha hortikultura dan yang secara langsung berpengaruh terhadap permintaan dan penggunaan benih, yaitu a) Skala usaha dan modal usaha yang relatif kecil, sehingga kebutuhan benihnya secara kuantitas relatif sedikit. b) Harga jual produk dan keuntungan petani produsen rendah, sehingga petani produsen memilih meng- gunakan benih yang harganya murah. c) Usaha hortikultura lokasinya tersebar, beberapa di antaranya mengalami kesulitan sarana transportasi, sehingga petani produsen cenderung menggunakan benih asalan. d) Harga benih bermutu produksi perusahaan benih formal masih dirasakan terlalu mahal oleh petani produsen, sehingga petani produsen cenderung menggunakan benih hasil seleksi dari pertanamannya sendiri. Hal ini bisa berdampak pada menurunnya kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dipanen. Perspektif Kebijakan Pengembangan Sistem Perbenihan Sayuran Sehubungan dengan hal ini, isu sertifikat kesehatan (phytosanitary certificate - PC) dapat digunakan negara tertentu sebagai pengganti tariff barriers atau untuk melindungi komoditas pertanian negara yang bersangkutan. Maddox (1997) mengidentifikasi bahwa persyaratan PC di beberapa negara kadangkala tidak didasarkan pada pertimbangan ilmiah dan seringkali tidak adil. Sebagai contoh, di Mexico sebelum tahun 1991 tidak ada mensyaratkan PC bagi benih sayuran yang
  • 4. berasal dari USA. Tetapi pada tahun 1994 diterapkan peraturan baru yang menyangkut sekitar 60 patogen, sehingga benih sayuran yang diimpor dari USA perlu dilampiri dengan PC. Setelah dipelajari lebih lanjut persyaratan PC dari pemerintah Mexico oleh peneliti di USA, diketahui ternyata 10 dari 60 patogen yang harus dicek keberadaannya pada benih komersial diketahui tidak menyebar melalui benih, delapan dari 60 patogen diketahui merupakan patogen yang juga dijumpai ada di Mexico, dua patogen yang disyaratkan merupakan patogen yang diketahui tidak ada di USA dan delapan patogen lainnya diketahui tidak mempunyai dampak negatif terhadap pertanaman (tidak merusak secara ekonomis) di seluruh dunia. Dari ilustrasi tersebut dapat diketahui peraturan untuk melampirkan PC dari 60 patogen oleh pemerintah Mexico terhadap benih-benih impor dari USA merupakan peraturan yang tidak didasarkan pada pertimbangan ilmiah. Pengalaman dari Mexico ini harus menjadi perhatian dalam membangun sub-sektor perbenihan sayuran di Indonesia yang tidak saja harus dapat menjamin ketersediaan benih bermutu di dalam negeri tetapi juga mampu melindungi sektor pertanian dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dengan aturan yang bijak dan teruji secara ilmiah. Daftar Pustaka : Perbenihan Sayuran di Indonesia: Kondisi Terkini dan Prospek Bisnis Benih Sayuran Oleh Aswaldi Anwar, Sudarsono dan Satriyas Ilyas. (Diakses di https://www.academia.edu/6327906/Indonesian_Vegetable_Seeds_Current_Conditio n_and_Prospects_in_Business_of_Vegetable_Seeds pada Minggu, 8 September 2014)