Tubes Sisrek Kelompok 4 - Analisis Nilai Tambah Bendungan Sepaku Semoi sebagai PLTS Terapung.pptx
1. KELOMPOK 4
ANALISA NILAI TAMBAH
PEMBANGUNAN BENDUNGAN
SEPAKU SEMOI KAB. PANAJAM
PASER UTARA SEBAGAI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SURYA (PLTS)
Husein Syarif 2306184975
Anwar Eko Yulianto 2306291825
Elisa Primax 2306292014
Jefry Stanley Ginting 2306292216
Thanu Harry Khatulistiwa 2306185315
Yosia Suwadi Siringoringo 2306185340
2. DAFTAR
ISI
Perhitungan kelayakan dalam
proyek, mencakup LCCA, BCR,
IRR dan Payback Period
ANALISIS FINANSIAL
03
PENDAHULUAN
Gambaran umum dan tujuan
dari proyek pembangunan
Bendungan Sepaku Semoi
01
KONSEPTUAL DESAIN
Kerangka kerja dalam
penyusunan ide dalam desain
02
SUSTAINABILITY
Dasar aturan sustainablity, dan
kajian konsep desain
sustainibility pada proyek
04
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
05
4. PENDAHULUAN
Untuk memenuhi salah satu tujuan
pembangunan IKN, yaitu menjadi kota
berkelanjutan di dunia, diperlukan
infrastruktur pendukunganya. Salah satunya
adalah infrastruktur untuk memenuhi
pasokan air baku dan pengendali banjir.
Maka dari itu Indonesia sedang dalam
proses membangun Bendungan Sepaku
Semoi. Intake bendungan ini berasal dari
sungai Sepaku. Bendungan tersebut akan
mendukung pemenuhan kebutuhan air
baku kawasan rencana Ibu Kota Nusantara
(IKN).
6. PEMANFAATAN
GENANGAN
WADUK
2. OLAHRAGA AIR
3. PERIKANAN
DARATAN TERBATAS
1. PARIWISATA
4. PENGELOLAAN
SUMBER DAYA AIR
5. POTENSI
PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SURYA
Pemanfaatan Bendungan Sepaku Semoi
menjadi PLTS ini juga bisa menjadi bukti
nyata Indonesia dalam penggunaan energi
terbarukan, mengingat Indonesia
merupakan salah satu negara anggota PBB
yang berperan aktif dalam mewujudkan
komitmen global untuk pembangunan
keberlanjutan, Sustainable Development
Goals (SDGs).
7. Global Horizontal Irradiation (GHI)
PENDAHULUAN
Pemanfaatan genangan waduk pada
bendungan menjadi PLTS juga didorong
karena letak geografis Indonesia yang
berada di garis khatulistiwa.
Pada gambar di samping terlihat bahwa
sebagian besar wilayah Indonesia termasuk
Kalimantan memiliki rata-rata jangka
panjang intensitas cahaya matahari yang
potensial untuk menghasilkan listrik, yaitu
setara lebih dari 1.600 kWh/m2. Hal ini
menunjukkan bahwa potensi
pengembangan energi surya di Indonesia
memang sangat besar.
8. TUJUAN
PENULISAN
menggunakan teori
Value Engineering dan
dibuktikan dengan nilai
LCC (Life Cycle Cost)
terhadap nilai tambah
dari pembangunan PLTS
di Bendungan Sepaku
Semoi.
Menentukan nilai tambah pada
proyek pembangunan
Bendungan Sepaku Semoi di Ibu
Kota Nusantara menggunakan
benchmarking proyek yang
sudah ada.
MENGANALISA NILAI
TAMBAH BENDUNGAN
SEPAKU SEMOI
REKAYASA INVESTASI
DAN STUDI
KELAYAKAN
MENYUSUN KONSEP
PEMBANGUNAN PLTS
Konsep pembangunan
PLTS sebagai nilai tambah
dari proyek pembangunan
Bendungan Sepaku Semoi.
9. BATASAN
PERMASALAHAN
Dibatasi hanya pada nilai
LCC (Life Cycle Cost) dan
BCR (Benefit Cost Ratio).
MENINJAU PEMBANGUNAN
BENDUNGAN SEPAKU
SEMOI
MENYUSUN REKAYASA
INVESTASI DAN STUDI
KELAYAKAN
MENYUSUN KONSEP
DESAIN DAN STUDI
KELAYAKAN
Added value Pembangkit
Listrik Tenaga Surya
(PLTS).
Proses Collecting Data
sekunder dan mempelajari
studi terdahulu.
10. NOW
Bendungan Sepaku Semoi dapat menyuplai
kebutuhan air baku sebesar 2.500 liter/detik,
Kapasitas Bendungan Sepaku Semoi direncanakan
sekitar 11 juta m3 dengan luas genangan 280 hektare.
IKN Nusantara
2.000 liter/detik
Balikpapan
500 liter/detik
11. Pemanfaatan area genangan Waduk
Sepaku Semoi sebesar 20% yaitu 56
hektare genangan yang digunakan sebagai
potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS).
FUTURE
13. Merupakan suatu cara untuk mencapai value terbaik
dari proyek berdasar pada pengambilan keputusan
berbasis tim multidisiplin yang sistematis dan
terstruktur.
REKAYASA NILAI
Hubungan Fungsi Terhadap Biaya :
FUNGSI (F)
BIAYA (C)
NILAI (V) =
Dari hubungan tersebut diartikan nilai (V)
dapat meningkat bila :
1. Fungsi Meningkat Biaya Tetap
2. Fungsi Meningkat Biaya Meningkat
3. Fungsi Tetap Biaya Turun
4. Fungsi Meningkat Biaya Turun
Mengacu pada SAVE,
Rekayasa Nilai adalah
suatu penerapan
metodologi nilai pada
suatu proyek atau layanan
yang telah di rencakanan
dan dikonsepkan untuk
mencapai peningkatan
nilai.
14. FAST
DIAGRAM
FAST (Funtion Analysis System Tehnique) Diagram adalah metode unik yang digunakan sebagai cara
pendefinisian fungsi dasar dan pelengkap menurut logika how dan why. FAST Diagram membagi lingkup yaitu
desain dan konstruksi, fase desain menjelaskan bagaimana cara penyelesaian masalah dan fase konstruksi
menjelaskan bagaimana cara penyelesaiain masalah yang timbul.
BASIC DESIGN FAST DIAGRAM.
Terdapat klasifikasi dalam FAST Diagram yakni :
1. Higher Order Function : Fungsi utama pada sebuah
produk. Engineer mengumpulkan fungsi-fungsi
bertujuan realisasi fungsi ini.
2. Basic Function : Fungsi yang menjelaskan tindakan
utama dan alasan pertama adanya fungsi tersebut.
3. Dependent Function : Fungsi yang bergantung
pada higher order function
4. Independent Function : Fungsi yang tidak
bergantung pada fungsi lain
5. Lower Order Function : Fungsi yang memberi solusi
fungsi pada higher order, basic, independent dan
dependent function.
15. FUNGSI DASAR
BENDUNGAN
Berdasarkan aturan Menteri PUPR Nomor 27/PRT/2015
Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, batu
dan beton yang dibangun untuk menahan dan menampung air
dapat pula dibangun untuk menanhan dan menampung limbah
tambang atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Selain itu, bendungan adalah bangunan penting pada bidang
sumber daya air. Bendungan memiliki fungsi menyimpan air
yang dapat difungsikan sebagai :
1. Air Iriigasi
2. Air Baku
3. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
4. Pengendali Banjir
5. Perikanan
6. Pariwisata
7. Konservasi
16. DASAR
ANALISIS
FINANSIAL
LCCA adalah proses untuk
pengendalian biaya awal
dan biaya masa depan
proyek.
NPV adalah selish antara nilai
sekarang dari arus kas masuk
yang diharapkan dimasa depan
dengan arus kas keluar yang
disesuaikan dengan suku bunga
dan harga pembelian awal
IRR adalah suatu perhitungan untuk
mendapatkan nilai bunga yang dapat
menyamakan total nilai penerimaan
arus kas yang diharapkan dengan total
nilai sekarang yang diperlukan untuk
investasi
NET PRESENT
VALUE (NPV)
INTERNAL RATE OF
RETURN (IRR)
LIFE CYCLE COST
ANALYSIS (LCCA)
BENEFIT COST RATIO
BCR adalah nilai untuk
menentukan layak atau
tidaknya suatu proyek.
BCR > 1 Layak
BCR < 1 Tidak Layak
PAYBACK PERIOD
Payback Period adalah periode lama
waktu untuk pengembalian nilai
investasi melalui penerimaan-
penerimaan yang dihasilkan proyek
17. PROJECT
BENCH MARKING
Terletak di Sungai Volta
Ghana Tenggara (Afrika)
dengan kapasitas energi
listrik FPV sebesar 420
MW
Terletak di Kabupaten
Purwakarta, Jawa Barat dengan
kapasitas PLTS sebesar 145 MW.
Terletak di Madiun, Jawa
Timur dengan kapasitas
PLTS sebesar 983,43 MWh
Waduk
Cirata
Potensi Waduk
Bening/Widas
Akosombo
Dam (Ghana)
1
Universitas
Diponegoro
Terletak di Semarang,
Jawa Tengah dengan
kapasitas listrik 255,530
kWh (HOMER) / 272,800
kWh (PVSyst)
2
3
4
18. Gambaran Sederhana Sistem PLTS
Kebutuhan Pasokan Listrik IKN Hingga Tahun 2030
Uraian 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
MVA 191 249 434 509 640 652 652
GWh 382 499 868 1017 1280 1303 1303
KONSEP DESAIN
Di Indonesia pemanfaatan energi surya masih sangat
minim hanya sebesar 10 MW. Pada Provinsi
Kalimantan Timur terdapat potensi energi surya
sebesar 13,48 GW atau sekitar 6,5% dari total potensi
energi surya dan peringkat ketiga di Indonesia.
Adanya potensi ini menjadi acuan pemanfaatan
energi surya dengan pembangunan PLTS.
Terdapat permasalahan di Indonesia terkait ketersediaan lahan
untuk membangun PLTS. Utamanya di kota seperti Jakarta dan
lainnya serta dalam hal ini IKN akan menjadi kendala karena
pembebasan lahan.
Oleh karena itu, pemanfaatan lahan bisa dilakukan diatas
genangan dengan PLTS secara terapung diatas danau atau waduk
agar tidak mengganggu lahan perkotaan.
Namun, pemanfaatan genangan maksimal 20% dari luas
genangan diatur oleh Permen PUPR No.7 tahun 2023
19. KONSIDISI
EKSISTING
BENDUNGAN
SEPAKU
SEMOI
Tipe Bendungan
Urugan Tanah
Homogen
Panjang Sungai (hulu-waduk) 9,3 km
Luas catchment area sungai 153,68 km2
Luas catchment area waduk 77,47 km2
Luas daerah genangan waduk 2208 km2
Muka Air Tinggi (MAT) +27,38 El.m
Muka Air Normal (MAN) +23,00 El.m
Kapasitas Tampungan Bruto 11,56 x 106 m3
Kapasitas Tampungan Efektif 11,52 x 106 m3
Suplai Air Baku 2,36 m3/dt
Elevasi Dasar Bendungan +9,00 El.m
Elevasi Puncak Bendungan +28,13 El.m
Tinggi Bendungan
19,13 m
(tidak termasuk pondasi)
Lebar Puncak Bendungan 7,0 m
Kemiringan Hulu 1:3
Kemiringan Hilir 1:3
Panjang Bendungan 450 m
Debit Banjir Rancangan Q 1000 th 792,199 m3/detik
Debit banjir rancangan Q PMF 1662,478 m3/detik
Bendungan Sepaku Semoi direncakanan berkapasitas 11 juta m3 dan luas genangan 280 hektar serta menyuplai
kebutuhan Air Baku 2000 liter/detik untuk IKN Nusantara dan 500 liter/detik untuk Balikpapan.
23. • PLTS Terapung terhadap keamanan bendungan
• PLTS Terapung terhadap operasi & pemeliharaan
waduk
mencakup dinamika dan perubahan fisik serta
lingkungan waduk
PERSYARATAN
PEMANFAATAN
AREA
GENANGAN
Analisis Dampak
• Elev. Muka Air Normal (MAN)
• Elev. Muka Air Rendah
• Elev. Muka Air Banjir (MAB)
Efektivitas Fungsi Waduk
Keberlanjutan antara pemanfaatan
waduk dan konservasi lingkungan
Pengaruh Timbal Balik
25. KOMPONEN PLTS SEPAKU SEMOI
MERCURY
VENUS
MARS
SATURN
Despite being red,
Mars is a cold place,
not hot. It’s full of
iron oxide dust
Mercury is the closest
planet to the Sun and
the smallest one in
the Solar System
Venus has a beautiful
name and is the
second planet from
the Sun
Solar Panel
HDPE Poonton
Inverter
• Sebagai pelampung untuk menopang solar panel di atas air
• Berbahan dasar HDPE yang ringan
• Terdapat 2 jenis ponton yaitu poonton fender/barrier & poonton
penopang solar panel
• Pengubah arus DC dari solar panel menjadi arus AC
• Arus AC nantinya dapat digunakan untuk kebutuhan listrik rumah tangga
• Dimensi panel 2,54 x 1,26 m2
• Daya maksimum per panel 250 Wp
• Sebagai penerima panas matahari dan menghasilkan arus listrik DC
26. KOMPONEN PLTS SEPAKU SEMOI
MERCURY
VENUS
MARS
SATURN
Despite being red,
Mars is a cold place,
not hot. It’s full of
iron oxide dust
Mercury is the closest
planet to the Sun and
the smallest one in
the Solar System
Venus has a beautiful
name and is the
second planet from
the Sun
Battery
Anchor Accessories
• Komponen anchoring system terdiri dari profil baja ringan, pemberat /
anchor , pengait, dan tali
• Anchor ditanam di dasar genangan & menghubungkan modul
• Dipasang untuk kestabilan modul & panel terhadap arus
Berfungsi untuk menyimpan kelebihan daya yang didapat saat panel surya bekerja
(saat masih ada sinar matahari) agar Ketika malam hari panel surya masih dapat
bekerja
Anchorage Systems
27. Perhitungan Daya PLTS PV Terapung Sepaku Semoi
No Perhitungan Nilai Satuan
1. 2.800.000 m2
2. 1 x 20% 560.000 m2
3.
a. panel surya 2.500 unit
b. pontoon 2.601 unit
c. inverter 11 unit
d. total luas 1 modul 8.000 m2
4. 2/3d 70 unit
5. 250 Wp
6. (5 x 3a)/1000 625 kWp
7. 98,8 %
8. 6 x (7/100) 618 kWp
9. 4,78 kWh/m2/hari
DAYA PLTS SEPAKU SEMOI
Item
1 Modul PLTS terdiri dari:
Luas Genangan Ijin (20%)
Luas Genangan Bendungan Sepaku Semoi
Kebutuhan jumlah modul Sepaku Semoi
Radiasi (Kalimantan Timur), k
Daya max/modul (AC)
Efisiensi Inverter
Daya max/modul (DC)
Daya max/panel
28. Perhitungan Daya PLTS PV Terapung Sepaku Semoi
No Perhitungan Nilai Satuan
1. 2.800.000 m2
2. 1 x 20% 560.000 m2
3.
a. panel surya 2.500 unit
b. pontoon 2.601 unit
c. inverter 11 unit
d. total luas 1 modul 8.000 m2
4. 2/3d 70 unit
5. 250 Wp
6. (5 x 3a)/1000 625 kWp
7. 98,8 %
DAYA PLTS SEPAKU SEMOI
Item
1 Modul PLTS terdiri dari:
Luas Genangan Ijin (20%)
Luas Genangan Bendungan Sepaku Semoi
Kebutuhan jumlah modul Sepaku Semoi
Efisiensi Inverter
Daya max/modul (DC)
Daya max/panel
4. 2/3d 70 unit
5. 250 Wp
6. (5 x 3a)/1000 625 kWp
7. 98,8 %
8. 6 x (7/100) 618 kWp
9. 4,78 kWh/m2/hari
10
a. 1 modul/hari 8 x 9 2.952 kWh
b. 70 modul/hari 4 x 10a 206.616 kWh
c. 70 modul/tahun 10b x 365 75.414.658 kWh
d. 70 modul/tahun 10c/1000 75.415 MWh
11. 1.303.000 MWh
12. 5,788 %
Kebutuhan jumlah modul Sepaku Semoi
Kapasitas produksi listrik PLTS terhadap IKN
Kebutuhan Listrik IKN (max pada 2030)
Perhitungan Energi
Radiasi (Kalimantan Timur), k
Daya max/modul (AC)
Efisiensi Inverter
Daya max/modul (DC)
Daya max/panel
30. 1. ANALISIS LIFE-CYCLE COST
Total biaya siklus hidup (Life Cycle Cost) pada proyek ini untuk mengestimasi
manfaat dan biaya dari pembangunan proyek ini. Analisa yang dilakukan adalah
dengan menhitung B/C ratio untuk dilanjutkan perhitungan LCCA untuk Nilai
Tambah Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi Kab. Penajam Paser Utara
Sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan biaya investasi awal, ini adalah biaya yang timbul sebelum
kepemilikan fasilitas.
2. Menentukan biaya operasional yang akan terjadi pada masa depan, biaya
operasional ini diambil dari perhitungan alir kas (cash flow) yang sudah dilakukan.
Biaya yang operasional ini adalah biaya tahunan termasuk biaya pemeliharaan
/maintenance yang diambil dengan asumsi yang terjadi.
3. Menentukan Return Value, hal ini diperlukan untuk mengantisipasi pengeluaran
untuk membangun komponen utama sistem yang diperlukan untuk
mempertahankan operasional fasilitas.
31. DAFTAR ASUMSI
1. Penurunan kapasitas daya yang dihasilkan PLTS terapung sebesar 5% per tahun.
2. Proyeksi tahun yang dilakukan adalah selama 20 tahun.
3. Biaya investasi yang kemudian menjadi cost terdiri dari biaya Pembangunan dan instalasi
fasilitas PLTS Terapung.
4. Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri dari biaya gaji karyawan dan biaya pemeliharaan
setelah selama 20 tahun setelah konstruksi.
5. Nilai sisa dari proyek ini adalah positif pada akhir tahun ke 20
6. Periode evaluasi meliputi periode konstruksi selama satu tahun pada tahun 2023 , Tahun 2024
hingga 2025 dilakukan proses pengisian waduk (Impounding), maka rentang periode analisis
dilakukan mulai dari tahun 2026 –2045 (n = 20 tahun).
7. WACC untuk PLTS sebesar 10%.
8. Revenue dihitung per tahun mulai dari tahun pertama setelah pekerjaan pemasangan PLTS
Terapung selesai. tarif pajak penghasilan sebesar 25% per tahun.
32. 1. INITIAL COST
Asumsi yang digunakan untuk menyusun
Initial Cost adalah :
1. Biaya Initial Cost diperoleh dari hasil
benchmarking PLTS Waduk Bening dan
rencana pembangunan PLTS pada
kampus UNDIP.
No Jenis Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Jumlah Harga Keterangan
1
1 Modul (2.500 buah Panel
Surya YGE 72 CELL)
Modul 70 6.497.500.000
Rp 454.825.000.000
Rp
Harga dari Perencanaan
PLTS UNDIP
2 Struktur Dudukan panel Surya Ls 70 1.000.000.000
Rp 70.000.000.000
Rp Asumsi
3 Inverter Unit 910 33.020.000
Rp 30.048.200.000
Rp
Harga dari Perencanaan
PLTS UNDIP
554.873.200.000
Rp
I Benevit Kontraktor (10%) Ls 1 55.487.320.000
Rp
610.360.520.000
Rp
II PPN (11%) Ls 1 67.139.657.200
Rp
677.500.177.200
Rp
Total Biaya Bahan
Total Biaya bahan dan Jasa
Total Biaya
ANALISIS LIFE-CYCLE COST
33. 2. CASH FLOW
Berdasarkan tabel daya PLTS Bendungan Sepaku Semoi
75.414.658 kWh pada tahun pertama. Maka penghasilan PLTS
pada tahun pertama sebesar 75.414.658 kWh x Rp. 2.480/kWh =
Rp. 187.028.351.840 asumsi penurunan kapasitas daya yang
dihasilkan modul PLTS Terapung diasumsi sebesar 5% per tahun.
CAPEX OPEX
Penurunan
Kapasitas
Nilai
Penurunan
Daya (kWh) Revenue Non Pajak
2025 0 677.500.177.200
Rp
2026 1 15.663.624.467
Rp 0% - 75.414.658 187.028.351.840
Rp
2027 2 15.663.624.467
Rp 5% 3.770.733 71.643.925 177.676.934.248
Rp
2028 3 15.663.624.467
Rp 10% 3.582.196 68.061.729 168.793.087.536
Rp
2029 4 15.663.624.467
Rp 14% 3.403.086 64.658.642 160.353.433.159
Rp
2030 5 15.663.624.467
Rp 19% 3.232.932 61.425.710 152.335.761.501
Rp
2031 6 15.663.624.467
Rp 23% 3.071.286 58.354.425 144.718.973.426
Rp
2032 7 15.663.624.467
Rp 26% 2.917.721 55.436.704 137.483.024.755
Rp
2033 8 15.663.624.467
Rp 30% 2.771.835 52.664.868 130.608.873.517
Rp
2034 9 15.663.624.467
Rp 34% 2.633.243 50.031.625 124.078.429.841
Rp
2035 10 15.663.624.467
Rp 37% 2.501.581 47.530.044 117.874.508.349
Rp
2036 11 15.663.624.467
Rp 40% 2.376.502 45.153.542 111.980.782.931
Rp
2037 12 15.663.624.467
Rp 43% 2.257.677 42.895.864 106.381.743.785
Rp
2038 13 15.663.624.467
Rp 46% 2.144.793 40.751.071 101.062.656.596
Rp
2039 14 15.663.624.467
Rp 49% 2.037.554 38.713.518 96.009.523.766
Rp
2040 15 15.663.624.467
Rp 51% 1.935.676 36.777.842 91.209.047.578
Rp
2041 16 15.663.624.467
Rp 54% 1.838.892 34.938.950 86.648.595.199
Rp
2042 17 15.663.624.467
Rp 56% 1.746.947 33.192.002 82.316.165.439
Rp
2043 18 15.663.624.467
Rp 58% 1.659.600 31.532.402 78.200.357.167
Rp
2044 19 15.663.624.467
Rp 60% 1.576.620 29.955.782 74.290.339.308
Rp
2045 20 15.663.624.467
Rp 62% 1.497.789 28.457.993 70.575.822.343
Rp
990.772.666.532
Rp 2.399.626.412.282
Rp
Tahun
Total
PPH (25%) Revenue After Tax NPV WACC (10%) Cashflow Cashflow Accumulative
677.500.177.200
-Rp 677.500.177.200
-Rp
46.757.087.960
Rp 140.271.263.880
Rp 127.519.330.800
Rp 124.607.639.413
Rp 552.892.537.787
-Rp
44.419.233.562
Rp 133.257.700.686
Rp 242.286.728.520
Rp 117.594.076.219
Rp 435.298.461.567
-Rp
42.198.271.884
Rp 126.594.815.652
Rp 345.258.588.141
Rp 110.931.191.185
Rp 324.367.270.382
-Rp
40.088.358.290
Rp 120.265.074.869
Rp 437.327.544.979
Rp 104.601.450.403
Rp 219.765.819.980
-Rp
38.083.940.375
Rp 114.251.821.126
Rp 519.326.459.662
Rp 98.588.196.659
Rp 121.177.623.321
-Rp
36.179.743.356
Rp 108.539.230.069
Rp 592.032.164.015
Rp 92.875.605.603
Rp 28.302.017.718
-Rp
34.370.756.189
Rp 103.112.268.566
Rp 656.168.981.783
Rp 87.448.644.099
Rp 59.146.626.382
Rp
32.652.218.379
Rp 97.956.655.138
Rp 712.412.037.364
Rp 82.293.030.671
Rp 141.439.657.053
Rp
31.019.607.460
Rp 93.058.822.381
Rp 761.390.364.933
Rp 77.395.197.914
Rp 218.834.854.967
Rp
29.468.627.087
Rp 88.405.881.262
Rp 803.689.829.652
Rp 72.742.256.795
Rp 291.577.111.762
Rp
27.995.195.733
Rp 83.985.587.199
Rp 839.855.871.986
Rp 68.321.962.732
Rp 359.899.074.494
Rp
26.595.435.946
Rp 79.786.307.839
Rp 870.396.085.513
Rp 64.122.683.372
Rp 424.021.757.866
Rp
25.265.664.149
Rp 75.796.992.447
Rp 895.782.638.007
Rp 60.133.367.980
Rp 484.155.125.846
Rp
24.002.380.941
Rp 72.007.142.824
Rp 916.454.545.038
Rp 56.343.518.358
Rp 540.498.644.204
Rp
22.802.261.894
Rp 68.406.785.683
Rp 932.819.804.771
Rp 52.743.161.217
Rp 593.241.805.420
Rp
21.662.148.800
Rp 64.986.446.399
Rp 945.257.402.168
Rp 49.322.821.932
Rp 642.564.627.353
Rp
20.579.041.360
Rp 61.737.124.079
Rp 954.119.190.313
Rp 46.073.499.612
Rp 688.638.126.965
Rp
19.550.089.292
Rp 58.650.267.875
Rp 959.731.656.138
Rp 42.986.643.409
Rp 731.624.770.374
Rp
18.572.584.827
Rp 55.717.754.481
Rp 962.397.577.405
Rp 40.054.130.015
Rp 771.678.900.389
Rp
17.643.955.586
Rp 52.931.866.757
Rp 962.397.577.405
Rp 37.268.242.291
Rp 808.947.142.679
Rp
599.906.603.070
Rp 1.799.719.809.211
Rp 808.947.142.679
Rp
ANALISIS LIFE-CYCLE COST
34. 3. BENEFIT COST RATIO
Indikator B/C Ratio adalah :
• Jika B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk
dilaksanakan atau alternatif investasi atau proyek
tersebut dikategorikan layak (feasible) / diterima.
• B/C < 1 , maka proyek tidak layak (not go) untuk
dilaksanakan, atau alternatif investasi atau proyek
tersebut dikategorikan tidak layak (not feasible).
ANALISIS LIFE-CYCLE COST
Benefit
Biaya Pembangunan O&M Cost Revenue After Tax
A B C
2025 0 677.500.177.200
Rp
2026 1 15.663.624.467
Rp 140.271.263.880
Rp
2027 2 15.663.624.467
Rp 133.257.700.686
Rp
2028 3 15.663.624.467
Rp 126.594.815.652
Rp
2029 4 15.663.624.467
Rp 120.265.074.869
Rp
2030 5 15.663.624.467
Rp 114.251.821.126
Rp
2031 6 15.663.624.467
Rp 108.539.230.069
Rp
2032 7 15.663.624.467
Rp 103.112.268.566
Rp
2033 8 15.663.624.467
Rp 97.956.655.138
Rp
2034 9 15.663.624.467
Rp 93.058.822.381
Rp
2035 10 15.663.624.467
Rp 88.405.881.262
Rp
2036 11 15.663.624.467
Rp 83.985.587.199
Rp
2037 12 15.663.624.467
Rp 79.786.307.839
Rp
2038 13 15.663.624.467
Rp 75.796.992.447
Rp
2039 14 15.663.624.467
Rp 72.007.142.824
Rp
2040 15 15.663.624.467
Rp 68.406.785.683
Rp
2041 16 15.663.624.467
Rp 64.986.446.399
Rp
2042 17 15.663.624.467
Rp 61.737.124.079
Rp
2043 18 15.663.624.467
Rp 58.650.267.875
Rp
2044 19 15.663.624.467
Rp 55.717.754.481
Rp
2045 20 15.663.624.467
Rp 52.931.866.757
Rp
677.500.177.200
Rp 313.272.489.332
Rp 1.799.719.809.211
Rp
990.772.666.532
Rp
1.799.719.809.211
Rp
1,82
Tahun
Cost
B/C
Total Cost
Total Benefit
Total
35. 4. IRR dan Payback Period
• Jika IRR > WACC, maka proyek layak (go) untuk
dilaksanakan atau alternatif investasi atau
proyek tersebut dikategorikan layak (feasible)
/diterima.
• Jika IRR < WACC, maka proyek tidak layak (not
go) untuk dilaksanakan, atau alternatif
investasi atau proyek tersebut dikategorikan
tidak layak (not feasible).
ANALISIS LIFE-CYCLE COST
CAPEX OPEX Revenue After Tax NPV WACC (10%) Cashflow Cashflow Accumulative
2025 0 677.500.177.200
Rp 677.500.177.200
-Rp 677.500.177.200
-Rp
2026 1 15.663.624.467
Rp 140.271.263.880
Rp 127.519.330.800
Rp 124.607.639.413
Rp 552.892.537.787
-Rp
2027 2 15.663.624.467
Rp 133.257.700.686
Rp 242.286.728.520
Rp 117.594.076.219
Rp 435.298.461.567
-Rp
2028 3 15.663.624.467
Rp 126.594.815.652
Rp 345.258.588.141
Rp 110.931.191.185
Rp 324.367.270.382
-Rp
2029 4 15.663.624.467
Rp 120.265.074.869
Rp 437.327.544.979
Rp 104.601.450.403
Rp 219.765.819.980
-Rp
2030 5 15.663.624.467
Rp 114.251.821.126
Rp 519.326.459.662
Rp 98.588.196.659
Rp 121.177.623.321
-Rp
2031 6 15.663.624.467
Rp 108.539.230.069
Rp 592.032.164.015
Rp 92.875.605.603
Rp 28.302.017.718
-Rp
2032 7 15.663.624.467
Rp 103.112.268.566
Rp 656.168.981.783
Rp 87.448.644.099
Rp 59.146.626.382
Rp
2033 8 15.663.624.467
Rp 97.956.655.138
Rp 712.412.037.364
Rp 82.293.030.671
Rp 141.439.657.053
Rp
2034 9 15.663.624.467
Rp 93.058.822.381
Rp 761.390.364.933
Rp 77.395.197.914
Rp 218.834.854.967
Rp
2035 10 15.663.624.467
Rp 88.405.881.262
Rp 803.689.829.652
Rp 72.742.256.795
Rp 291.577.111.762
Rp
2036 11 15.663.624.467
Rp 83.985.587.199
Rp 839.855.871.986
Rp 68.321.962.732
Rp 359.899.074.494
Rp
2037 12 15.663.624.467
Rp 79.786.307.839
Rp 870.396.085.513
Rp 64.122.683.372
Rp 424.021.757.866
Rp
2038 13 15.663.624.467
Rp 75.796.992.447
Rp 895.782.638.007
Rp 60.133.367.980
Rp 484.155.125.846
Rp
2039 14 15.663.624.467
Rp 72.007.142.824
Rp 916.454.545.038
Rp 56.343.518.358
Rp 540.498.644.204
Rp
2040 15 15.663.624.467
Rp 68.406.785.683
Rp 932.819.804.771
Rp 52.743.161.217
Rp 593.241.805.420
Rp
2041 16 15.663.624.467
Rp 64.986.446.399
Rp 945.257.402.168
Rp 49.322.821.932
Rp 642.564.627.353
Rp
2042 17 15.663.624.467
Rp 61.737.124.079
Rp 954.119.190.313
Rp 46.073.499.612
Rp 688.638.126.965
Rp
2043 18 15.663.624.467
Rp 58.650.267.875
Rp 959.731.656.138
Rp 42.986.643.409
Rp 731.624.770.374
Rp
2044 19 15.663.624.467
Rp 55.717.754.481
Rp 962.397.577.405
Rp 40.054.130.015
Rp 771.678.900.389
Rp
2045 20 15.663.624.467
Rp 52.931.866.757
Rp 962.397.577.405
Rp 37.268.242.291
Rp 808.947.142.679
Rp
990.772.666.532
Rp 1.799.719.809.211
Rp 808.947.142.679
Rp
Tahun
Total
990.772.666.532
Rp
1.799.719.809.211
Rp
1,82%
10%
Payback Periode Pada Tahun 2031
808.947.142.679
Rp
12%
WACC
IRR
NPV
Total Cost Outflow
Total revenue After Taxes
Benefit/Cost
37. Sustainability adalah kemampuan untuk
meneruskan, mengikuti, mempertahankan, dan
memberlanjutkan suatu keadaan tertentu.
Sustainability juga bisa dipandang sebagai arah
bagaimana manusia harus berusaha dalam jangka
waktu yang panjang.
SUSTAINABILITY
38. SUSTAINABILITY
Konsep sustainability yang akan
dibahas di sini yaitu tentang segala
isu global yang meliputi perubahan
iklim, polusi, degradasi lingkungan,
kekurangan sumber pangan, air, dan
kebutuhan pokok lainnya.
Permasalahan diatas memerlukan
penanganan secara global agar
keberlangsungan kehidupan manusia
di bumi kedepannya bisa berkualitas.
Isu global tersebut dirangkum
menjadi 3 pilar utama yaitu
Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi
(Reference:Barbier, 1987)
39. SDGs
September 2015 Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk
sebuah komitmen pengembangan
keberlangsungan yang bernama
Sustainable Development Goals atau
disingkat SDGs. SDGs sendiri adalah
pengembangan komitmen global dari
Millennium Development Goals atau
disingkat MDGs yang dijalankan pada
tahun 2000-2015.
Di dalam SDGs terumuskan 17 tujuan
global yang harus dicapai dari tahun
2015 s.d. 2030 oleh negara-negara
anggota PBB, termasuk Indonesia.
40. PROGRESS
SDGs
s.d.
2023
Sampai tahun 2023 (midpoint), progress SDGs secara global sudah cukup signifikan. Namun terdapat beberapa
tujuan yang mengalami stagnan, contoh pada Tujuan ke-8 dan ke 14. Di kedua tujuan tersebut pemasukan datanya
sudah 100% namun proses realisasinya masih terhambat di angka kurang lebih 40%.
41. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 111 Tahun 2022
tentang Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
PERATURAN DI
INDONESIA
42. PERPRES
NO.
111
TAHUN
2022
PROGRAM
• Menyusun dan menetapkan
pemutakhiran Peta Jalan
TPB/SDGs Tahun 2017-2030;
• Mengoordinasikan penyusunan
dan menetapkan Rencana Aksi
Nasional TPB/SDGs sampai
dengan Tahun 2024
LAMPIRAN PERATURAN
Berisi penjabaran lebih detail dari
SDGs yang ditargetkan di kerjakan
oleh Indonesia dalam targetnya
Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) 2024
43. Penerapan peraturan yang terkait dengan komitmen
global SDGs di Indonesia adalah dengan
dibangunnya Bendungan Sepaku Semoi. Bendungan
ini akan rampung pada tahun 2024 dan nantinya
akan menjadi pemasok air baku untuk Kawasan
Balikpapan dan Ibu Kota Nusantara (IKN)
PENERAPAN
44. PENERAPAN
BENDUNGAN
DAN
PLTS
SEPAKU
SEMOI
Bendungan Sepaku Semoi direncanakan
dapat memasok air baku sebesar 2500
liter/detik. Pasokan itu akan memenuhi
kebutuhan suplai air baku sebesar 2000
liter/detik untuk Ibu Kota Nusantara dan 500
liter/detik untuk kota Balikapan. Manfaat itu
nantinya akan menjadi bukti sumbangsih
Indonesia untuk tujuan global SDGs: Goal 6
Selain untuk memenuhi kebutuhan air baku
dan pengendalian banjir sebagaimana
menjadi fungsi utama sebuah bendungan,
melalui Tugas Besar ini penulis ingin
memberikan ide untuk pengembangan
manfaat waduk genangan Bendungan
Sepaku Semoi. Pemanfaatannya adalah PLTS
Terapung yang direncanakan akan
memenuhi pasokan listrik di IKN. Manfaat itu
nantinya akan menjadi bukti sumbangsih
Indonesia untuk tujuan global SDGs: Goal 7
Pemenuhan Air Baku
Energi Terbarukan
45. Dalam pemenuhan komitmen global,
SDGs, Indonesia juga dapat belajar dari
regulasi-regulasi dari negara-negara maju
anggota PBB yang lainnya. Berikut
benchmark dari Singapura dan Jerman.
BENCHMARK
46. Pada tahun 2021 Singapura membentuk Green
Plan 2023. Green Plan 2023 bertujuan untuk
menjadi tolak ukur/komitmen program yang
dijalankan Pemerintah Singapura untuk ikut serta
dalam mencapai tujuan SDGs. Komitmen ini di
gerakan oleh 5 kementerian yaitu: Ministries of
Sustainability and the Environment (MSE),
Ministries of Trade and Industry (MTI), Ministries
of Transport (MOT), Ministries of National
Development (MND), and Ministries of Education
(MOE). Dalam penerapannya, terdapat 5 pilar
yang membentuk Green Plan 2023 ini
Green Plan 2023
SINGAPURA
47. GREEN
PLAN
2023
(SINGAPURA)
• Expand the Nature Park
Network;
• Intensify nature in
gardens and parks;
• Restore nature into the
urban landscape;
• Strengthen connectivity
between Singapore’s
green spaces;
• Enhance veterinary care
and animal management.
• Green Energy;
• Green Transport;
• Green Building.
• A Zero Waste Nation
and a Circular
Economy;
• Eco Stewardship
Programme;
• Green Commutes.
Energy Reset Sustainable Living
City in Nature
• Economic Development
Board;
• Dana Efisiensi Energi dari
National Environment
Agency.
Green Economy
• Shoring up our coastal
and flood defences;
• Strengthen food
security;
• Keep Singapore Cool.
Resilient Future
48. Didasarkan pada berbagai
undang-undang, regulasi,
pedoman, dan sertifikasi yang
bertujuan untuk mendukung
praktik berkelanjutan, peraturan
dan standar keberlanjutan
konstruksi Jerman.
Sustainability di Jerman
JERMAN
49. SUSTAINABILITY
DI
JERMAN
Sistem Manajemen sustainability
Untuk melacak dan meningkatkan
kinerja sustainability mereka, banyak
proyek konstruksi di Jerman menerapkan
sistem manajemen berkelanjutan seperti
ISO 14001 (Manajemen Lingkungan) dan
ISO 50001 (Manajemen Energi).
Standar Bahan Bangunan
Jerman memiliki peraturan tentang
penggunaan bahan bangunan dengan
konsep sustainability. Peraturan ini
mencakup penggunaan kayu yang
dikelola dengan baik, material daur
ulang, dan bahan dengan emisi rendah.
Kode Bangunan sustainable
Jerman telah menetapkan standar
bangunan sustainability seperti KfW 55,
KfW 40, dan KfW 40 Plus, yang berfokus
pada rumah pasif dan menggunakan
teknologi energi terbarukan
Sertifikasi DGNB
DGNB (Deutsche Gesellschaft für
Nachhaltiges Bauen) adalah lembaga
sertifikasi yang menilai aspek sustainable
bangunan dan lingkungannya. DGNB
memberikan sertifikasi berdasarkan
kriteria lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Sertifikasi BREEAM dan LEED
Beberapa proyek di Jerman dapat
mendapatkan pengakuan keberlanjutan
lingkungan internasional seperti sertifikasi
BREEAM (Building Research Establishment
Environmental Assessment Method) atau LEED
(Leadership in Energy and Environmental
Design).
Transportasi Sustainable
Aksesibilitas dan transportasi berkelanjutan
adalah faktor penting dalam proyek
konstruksi Jerman. Ini termasuk perencanaan
yang baik untuk infrastruktur transportasi
publik dan akses yang mudah untuk sepeda
dan pejalan kaki.
50. Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi
dan studi kasus dari penulis tentang
penambahan pemanfaatan waduk
genangan menjadi PLTS Terapung adalah
bukti nyata Indonesia dalam upaya
mendukung tujuan SDGs global yaitu
Tujuan ke-6: Air Bersih dan Sanitasi Layak,
dan ke-7: Energi Bersih dan Terjangkau
PENINGKATAN SUSTAINABILITY
DI INDONESIA
53. KESIMPULAN
Berdasar perhitungan Analisis Finansial, didapatkan :
● BCR Proyek = 1,82 BCR > 0 , Layak secara investasi
● IRR Proyek = 12 % IRR > MARR (10%), Layak secara investasi
● NPV Proyek Rp. 808 Milyar , NPV > 0, Layak secara investasi
Dengan potensi geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa menyebabkan
intensitas paparan surya yang tinggi, maka peningkatan nilai tambah Bendungan Sepaku
Semoi dengan memanfaatkan 20% dari area genangan waduk sebagai PLTS Terapung
dipandang sebagai alternatif peningkatan nilai tambah dari rencana eksisting Bendungan
yang inline dengan Konsep Sustainability pada Tujuan ke-6: Air Bersih dan Sanitasi Layak,
dan ke-7: Energi Bersih dan Terjangkau.
55. SARAN
Dari proses penilitian yang dilakukan, beberapa hal yang menjadi catatan penulis adalah :
a) Mengkaji lebih lanjut terkait luas genangan riil efektif pada saat pasca
penggenangan waduk untuk membandingkan dengan data rencana. Karena
mempengaruhi seberapa besar potensi luasan genangan yang dapat
dimanfaatkan sebagai areal PLTS terapung. Dalam konteks penyusunan
laporan ini, penulis mengambil acuan dari informasi umum dari data sertifikasi
desain.
b) Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap penempatan posisi panel surya
terapung sesuai dengan lokasi genangan pasca bendungan sudah beroperasi.
Dalam konteks penyusunan laporan ini, penulis mengambil acuan dari data
rencana genangan yang belum tergenang (masih dalam tahapan konstruksi
fisik) dari data sertifikasi desain.