Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005INSISTPress
Pelayaan kesehatan dasar sebagai bagian dari hak azasi manusia dan hak dasar warga negara_sehingga merupakan kewajiban negara yang tak dapat ditawar-tawar lagi_sudah menjadi keputusan politik dan hukum internasional, juga amanah konsultasi nasional.
Advokasi dibutuhkan untuk menjamin apakah pemerintah memang benar-benar telah melaksanakan kewajibannya tersebut? Jika selama ini belum, mengapa? Lalai? Korupsi? Salah-urus? Keliru cara-pandang? Sekadar kesalahan teknis, ataukah paradigmatis? Buku ini adalah panduan praktis untuk melakukan advokasi kebijakan pemerintah di sektor kesehatan masyarakat, ditulis berdasarkan dan dengan contoh-contoh pengalaman praktis selama beberapa tahun terakhir.
Sitasi: Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005.
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005INSISTPress
Pelayaan kesehatan dasar sebagai bagian dari hak azasi manusia dan hak dasar warga negara_sehingga merupakan kewajiban negara yang tak dapat ditawar-tawar lagi_sudah menjadi keputusan politik dan hukum internasional, juga amanah konsultasi nasional.
Advokasi dibutuhkan untuk menjamin apakah pemerintah memang benar-benar telah melaksanakan kewajibannya tersebut? Jika selama ini belum, mengapa? Lalai? Korupsi? Salah-urus? Keliru cara-pandang? Sekadar kesalahan teknis, ataukah paradigmatis? Buku ini adalah panduan praktis untuk melakukan advokasi kebijakan pemerintah di sektor kesehatan masyarakat, ditulis berdasarkan dan dengan contoh-contoh pengalaman praktis selama beberapa tahun terakhir.
Sitasi: Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. TRANSFORMASI KESEJAHTERAAN :
PEMENUHAN HAK EKONOMI DAN KESEHATAN SEMESTA
Tugas Writing Course (Review Buku)*
Reviewer : Muhammad Mardhan /
NIM : 17/422835/PSP/06324
A. Latar Belakang
Istilah kesejahteraan (welfare), sampai hari ini masih sering disalahartikan atau
dipersempit maknanya ke dalam suatu pemahaman yang sangat ekonomistik. Akibat pemahaman
semacam ini, pandangan yang cenderung mengandaikan bahwa kesejahteraan hanya menyangkut
urusan pendapatan per kapita, maka konsep kesejahteraan pada gilirannya mulai mendapatkan
tantangan. Beragam kritik dan pandangan tentang kesejahteraan mulai timbul, salah satunya
yakni melalui wacana tentang kesejahteraan sosial (social welfare).
Tulisan ini merupakan suatu ringkasan atas tiap bagian yang terdapat pada pembahasan
dan sub judul yang sebelumnya telah diringkas oleh Penyunting dalam buku yang berjudul
“Transformasi Kesejahteraan : Pemenuhan Hak Ekonomi dan Kesehatan Semesta”. Adapun
tujuan dari penulisan ini, adalah untuk memudahkan pembaca dalam memahami secara ringkas
isu mengenai kesejahteraan sosial, berikut kaitannya dengan bidang kesehatan.
B. Pembahasan
Persoalan kesejahteraan nampaknya selalu menarik untuk diamati dan didiskusikan. Hal
ini sebagaimana yang termuat dalam ringkasan penyunting dari buku “Transformasi
Kesejahteraan : Pemenuhan Hak Ekonomi dan Kesehatan Semesta”.
Pada bagian pertama ringkasan tersebut, penyunting menginterpretasikan konsep dan
perjalanan kesejahteraan sosial dalam kurun waktu tertentu yang bersumber dari refleksi Prof.
Dawan Rahardjo dalam tulisannya mengenai “Kebijakan Kesejahteraan Sosial Dalam Satu
Dasawarsa Terakhir”. Lalu selanjutnya, ada karya Lely Zailani tentang “Memotong Rantai
2. Kemiskinan Petani Perempuan” yang mengupas bagaimana Industrialiasasi dan Patriarki
menjadikan perempuan rentan terhadap kemiskinan. Dalam tulisannya ini, Lely berangkat dari
pengalaman bersama komunitas HAPSARI di Kulonprogo yang telah berhasil memperdayakan
kesejahteraan petani dan perempuan petani yang menjadi anggotanya.
Sementara itu, pada bagian kedua, berisi tentang pembahasan yang dimuat dalam
beberapa sub-topik, di mana masing-masing topik tersebut memaparkan tentang betapa
pentingnya pembangunan kesehatan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ruang lingkup
kesejahteraan sosial. Adapun beberapa dari sub topik tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
Pertama, melalui tulisan yang berjudul “Menuju Indonesia Sehat: Cerita Inovatif dari Kota
Kupang”, dr. I W. Ari Wijana S. Putra dan Victoria Fanggidae yang menggambarkan peranan
Dinas Kesehatan di Kota Kupang dalam meningkatkan akses pemenuhan hak kesehatan dan
layanan yang berkualitas secara merata melalui program-program inovatif. Ada 3 program utama
dalam hal ini, yakni : (1) Jaminan Kesehatan Masyarakat Daerah (JAMKESDA) yang kini telah
dinikmati oleh 59 persen penduduk di sana, (2) Puskesmas Reformasi, yang berupaya
menyediakan pelayanan inklusif, (3) Brigade Kupang Sehat (BKS) yang ditujuakn untuk
mempermudah layanan kesehatan darurat tanpa dipungut biaya. Ketiga program inovatif ini telah
dianggap sukses karena dalam 5 tahun terakhir secara signifikan dapat mengurangi Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Kupang.
Sementara itu, dalam tulisan Tuminah Wiratnoko mengenai “Penurunan Angka
Kematian Ibu: Peran dan Tantangan Bidang”, berisi gambaran tentang peranan penting para
Bidan di Indonesia dalam penurunan AKI dan ABI. Tulisan ini juga memuat sejumlah persoalan
mengenai Kebidanan seperti: masalah perlindungan hukum, ketersediaan akses pendidikan
kebidanan dan distribusi pelayanan yang lebih merata.
Selanjutnya adalah, tulisan Ah Muftuchan mengenai “Negara Kikir dan Pembangunan
(Kesehatan) yang Sakit” yang berisi kritik tentang kebijakan dan implementasi pembangunan
kesehatan di Indonesia yang cenderung mengabaikan orang sakit terutama yang berasal dari
kelompok masyarakat miskin. Oleh sebab itu, menurutnya dibutuhkan peranan ekstra dari negara
dalam menangani masalah tersebut.
3. Tulisan berikutnya merupakan karya Adnan Saleh (Gubernur Provinsi Sulawesi Barat)
mengenai “Pembiayaan Jaminan Kesehatan Berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Barat” yang
berisi pengalaman inspiratif mengenai Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Berkelanjutan
di Provinsi Sulawesi Barat.
Lalu terakhir, tulisan mengenai “Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan:Pelajaran
Kebijakan dari Kamboja dan Kabupaten Takalar” karya Victoria Fanggidae. Melalui tulisannya
ini Victoria menekankan tingginya angka kematian ibu di negara-negara berkembang yang
kontras dengan rendahnya kematian ibu di negara-negaraa maju. Namun sayangnya, dalam
ringkasan pada bagian ini, tidak dimuat gambaran nyata mengenai bentuk kebijakan yang ada di
Kamboja dan Kabupaten Takalar.
C. Kesimpulan
Tulisan ini dibuat berdasarkan hasil ringkasan yang sebelumnya telah dibuat oleh
penyunting dalam tulisan yang berjudul “Tranformasi Kesejahteraan: Pemenuhan Hak Ekonomi
dan Kesehatan Semesta Kebutuhan”. Dalam tulisan tersebut, terdiri dari dua bagian yakni:
Pertama, mengenai “kesejahteraan sosial” yang berisi refleksi Prof.Dawam Rahardjo tentang
perjalanan kesejahteraan sosial dalam kurun waktu satu Dasawarsa terakhir, dan tulisan Lely
Zailani tentang peran kelompok HAPSARI dalam pemberdayaan perempuan petani di
Kulonprogo. Selanjutnya, pada bagian kedua tulisan tersebut, berisi lima sub topik mengenai
Pembangunan di Bidang Kesehatan, di mana masing-masing sub topik tersebut mengulas
berbagai pelajaran tentang bagaimana pentingnya pembangunan di bidang kesehatan sebagai
suatu bagian yang tak terpisahkan dari ranah kesejahteraan sosial.
Namun demikian, menurut penulis, terdapat beberapa kekurangan dari hasil ringkasan
yang dibuat oleh penyunting, salah satunya, yaitu pada bagian pembahasan mengenai “Kebijakan
di Kamboja dan Kabupaten Takalar” yang sama sekali tidak menunjukkan apa-apa tentang
bentuk kebijakan di dua daerah tersebut.