SlideShare a Scribd company logo
J. Appl Phycol (2011) 23:789
DOI 10.1007/s10811-010
The Commercial Red Seaweed
Rumput Laut Merah Komersial
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
J. Appl Phycol (2011) 23:789-796
010-9570-2
The Commercial Red Seaweed Kappaphycus alvarezii – an Overview on
Farming and Environment
Rumput Laut Merah Komersial Kappaphycus alvarezii – Gambaran
Budidaya dan Lingkungan
M. S. Bindu & Ira A. Levine
Diterjemahkan Oleh :
CITRA UTAMI
I1A2 15 012
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
an Overview on
Gambaran
1
1
Rumput Laut Merah Komersial Kappaphycus alvarezii – Gambaran
Budidaya dan Lingkungan
Abstrak. Budidaya komersial rumput laut merah Kappaphycus alvarezii (Doty)
telah memenuhi permintaan industri karagenan selama lebih dari 40 tahun. Selama
empat dekade terakhir, spesies ini telah diperkenalkan secara global ke banyak
negara maritim untuk budidaya eksperimental dan komersil sebagai mata
pencaharian alternatif yang berkelanjutan bagi penduduk desa pesisir. Mengawali
pendahuluan dengan keprihatinan yang meningkat atas efek spesies pada
keanekaragaman hayati ekosistem endemik. Pengenalan kultivar non-endemik
telah menghasilkan prosedur adaptasi karantina untuk meminimalkan spesies
bioinvasi tambahan. Tinjauan ini berfokus pada teknik budidaya Kappaphycus
melalui aplikasi alat bioteknologi, interaksi ekologi dengan ekosistem endemik,
potensi budidaya K. alvarezii di Asia, Afrika, dan Pasifik, serta tantangan bagi
para calon pembudidaya, yaitu, nilai pasar bahan mentah yang rendah, penyakit,
hama, dll. Pengenalan budidaya Kappaphycus ke negara-negara tropis akan terus
berlanjut karena terealisasinya nilai-nilai produksi yang tinggi, desa-desa pesisir
mencari mata pencaharian alternatif, dan meningkatkan permintaan industri global
untuk karagenan.
Kata kunci: Mata Pencaharian Alternatif, Budidaya Komersial, Pengenalan
Global, Kappaphycus alvarezii, EIA.
PENDAHULUAN
Selama empat dekade terakhir, perhatian diberikan pada rumput laut
merah, Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty (Rhodophyta, Gigartinales,
Areschaugiaceae), sebuah industri Carrageenophyte yang penting. Laporan
menyatakan bahwa budidaya rumput laut ini dimulai di Mindanao Selatan pada
pertengahan tahun kedua 1960-an di Filipina menggunakan varietas lokal yang
dipilih dari alam liar (Doty 1973a,b; Parker, 1974). Budidaya telah semakin
1
meluas ke bagian belahan dunia, misalnya Indonesia, Fiji, Micronesia, Vietnam,
China, Afrika Selatan yang ditinjau dengan baik dan didokumentasikan oleh
Ask et al. (2001) menyatakan bahwa, budidaya komersial K. alvarezii
dikembangkan bersama oleh perusahaan Marine Colloids (diambil alih oleh
perusahaan FCM pada tahun 1997, saat ini merupakan bagian dari Biopolimer;
Ask et al., 2001) dan oleh Dr. Maxwell Doty dari universitas Hawaii Botany
Department (Parker, 1974). Menyadari potensi ekstraksi komersial karagenan, K.
alvarezii diperkenalkan ke banyak negara untuk penelitian, pengembangan, dan
komersialisasi oleh para peneliti dan perusahaan Phycocolloid. Tinjauan ini
adalah upaya untuk mengkompilasi aspek-aspek yang berbeda dari perkenalan
global budidaya Kappaphycus dan keprihatinan lingkungan. Laporan perkenalan
dan pengembangan budidaya daerah setelahnya Ask et al. (2001) dikutip dalam
tinjauan ini. Seiring dengan berkembangnya kegiatan budidaya, tumbuh
kekhawatiran atas dampak dari pengenalan spesies eksotis ke lingkungan baru,
interaksi mereka dengan spesies endemik, dan efeknya terhadap keanekaragaman
hayati juga dilaporkan (Russell 1983; Woo 2000; Smith et al., 2002; Conklin dan
Smith 2005; Pereira dan Verlecar 2005; Anon 2006; Vijayalakshmi 2007;
Chandrasekaran et al., 2008). Namun, setelah empat dekade pengenalan
Kappaphycus mengakibatkan jenis Eucheumoid menjadi paling banyak
dibudidayakan secara komersil, hanya ada beberapa studi penilaian dampak
lingkungan (EIA) yang membahas dampak ekologis K. alvarezii terhadap
lingkungan (Tewari et al., 2006; Tewari 2006), Meskipun rekomendasi untuk
studi EIA telah disarankan oleh para peneliti (Woo et al., 1989; Mesia dan
Mapelamao 2006) dan organisasi (Akademi Nasional Ilmu Pertanian,
India 2003).
Pengenalan Kappaphycus Secara Global
Kappaphycus telah diperkenalkan ke lebih dari dua puluh negara dalam 35
tahun terakhir untuk pengembangan usaha budidaya. Keadaan pengenalan
Kapppaphycus terakhir ditinjau oleh Ask et al. (2001 ) dan selanjutnya informasi
baru yang berkaitan dengan pengenalannya, budidaya dan interaksi ekologi telah
2
1
dilaporkan. Tinjauan ini mencoba untuk menyoroti inisiatif budidaya
Kappaphycus baru oleh negara-negara Asia, Afrika, dan kepulauan Pasifik
Ask et al. (2001). Beberapa di antaranya termasuk strategi budidaya multitropik
(polikultur), selain itu, upaya termasuk program peningkatan kultivar
menggunakan teknik molekuler untuk: meningkatkan produktivitas, melawan
penyakit, herbivora, dan epifit (Cheney et al., 1997, 1998; De Paula et al., 2001;
Lombardi et al., 2001, 2006; Yarisn et al., 2001; Wu et al., 2003; Myusa dan
Salum 2006; Zuccarello et al., 2006; Hayashi et al., 2007, , Hayashi et al., 2008
, ; Hurtado dan Biter 2007; Rodrigueza dan Montano 2007; Yano et al., 2007).
Mempertimbangkan pentingnya lingkungan dari Kappaphycus, laporan yang
tersedia tentang interaksi ekologis dari spesies ini dengan lingkungan lokal telah
dinyatakan oleh Woo (2006); Smith et al., (2002); Oliveira dan Paula (2003);
Smith (2003); Barrios (2005); Conklin dan Smith (2005); Pereira dan Verlecar
(2005); Vijayalakshmi (2007); Chandrasekaran et al., (2008).
Negara Pulau Pasifik
Budidaya komersial Kappaphycus pulau Pasifik dimulai pada pertengahan
1970-an. Pickering dan Forbes (2003), Mate et al., (2003), Teitelbaum (2003),
Ponia (2005), Namudu dan Pickering (2006), Mesia dan Mapelamao (2006), dan
Pickering (2006) menyoroti pentingnya spesies ini ke berbagai pulau pasifik
sebagai alat penghasilan pendapatan dan pengembangan ekonomi masyarakat
pesisir. Pickering and Forbes (2002) menunjukkan bahwa usaha Kappaphycus di
Fiji dianggap sebagai konsolidasi dan diversifikasi industri akuakultur setelah
awal yang salah sebelumnya. Laporan ini menganjurkan amandemen legislatif
yang memperkuat pengawasan pemerintah terhadap akuakultur melalui
pengumpulan statistik. Selain itu, asosiasi industri akuakultur didorong untuk
mewakili kepentingan sektor swasta, berkontribusi pada pengembangan
kebijakan, dan mengadopsi persyaratan pelatihan khusus. Bersamaan dengan itu,
Teitelbaum (2003) menerbitkan buku panduan yang membantu petani rumput laut
Pasifik dalam budidaya K. alvarezii. Panduan ini menjelaskan berbagai aspek
budidaya Kappaphycus termasuk: pemilihan lokasi, pemilihan bibit, peralatan
3
1
yang relevan, metode tali dan tali rafia, pengikatan tali, pemanenan, pembuat
konstruksi pengeringan, teknik pengeringan, pembersihan, pengolahan dan
penjualan rumput laut. Panduan ini menyoroti penyebab, efek, dan solusi untuk
masalah yang biasa ditemui, seperti hama teritorial oleh herbivora, alga epifit, dan
penyakit Ice-ice. Mate et al., (2003) melaporkan pentingnya lokakarya pemerintah
Fiji tentang budidaya K. alvarezii yang diadakan pada tahun 2003. laporan
tersebut meliputi kebijakan pemerintah Fiji untuk budidaya rumput laut dan peran
petugas penyuluhan, serta ringkasan singkat dari penemuan penelitian tentang
budidaya rumput laut yang dilakukan di Fiji, Jepang. Saran untuk perlindungan
lingkungan, profitabilitas dan penambahan stok budidaya Kappaphycus di pulau-
pulau Pasifik dikemukakan oleh Ponia (2005). Keberhasilan perikanan komersial
budidaya laut musiman di laut Pasifik dilaporkan untuk dua spesies, K. alvarezii
di Kiribati, Fiji, dan Kepulauan Solomon dan Cladosiphon sp. di Tonga
(Pickering, 2006). Laporan tersebut menyatakan bahwa kawasan pasifik barat
daya adalah lingkungan yang ideal untuk budidaya rumput laut, mengatasi
tantangan jarak dari pasar utama, kerentanan terhadap fluktuasi harga dunia, dan
masalah sosial-ekonomi. Laporan ini menyimpulkan bahwa budidaya rumput laut
regional dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk menambah pendapatan
dan dorongan ekonomi yang signifikan untuk pulau-pulau terluar yang memisah
di mana ada beberapa peluang pendapatan alternatif. Penilaian inisiatif budidaya
fokus pada faktor sosial dibandingkan dengan masalah teknis dalam menentukan
keberhasilan proyek pembangunan pedesaan. Sebuah survei telah dikembangkan
memungkinkan penentuan kecocokan masyarakat untuk budidaya rumput laut;
Namudu dan Pickering (2006) melaporkan hasil teknik tinjauan sosial yang
dilakukan di antara delapan komunitas di Fiji. Meskipun dikembangkan untuk
studi kasus Fiji, survei dapat diterapkan ke daerah pedesaan Asia / Pasifik lainnya
(Namudu dan Pickering, 2006). Sekretariat komunitas pasifik pada tahun 2006
memberikan gambaran tentang budidaya ikan di Papua Nugini dan minat
pemerintah dalam uji coba. Budidaya multitrofik Kappaphycus dan teripang.
Kappaphycus dan budidaya mutiara multitropik di air tawar berpartisipasi dalam
prakarsa regional yang bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari
4
1
wilayah pesisir dan degradasi DAS dan untuk mempromosikan perikanan pesisir
yang berkelanjutan dengan menciptakan kawasan perlindungan laut di provinsi
barat pulau Solomon (Mesia dan Mapelamao, 2006). Para penulis menyarankan
pengembangan sumber daya laut yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui
pembentukan rencana pengelolaan sumber daya dalam kemitraan dengan
masyarakat setempat.
Negara Afrika
Budidaya Eucheuma dan Kappaphycus berkembang dengan baik selama
pertengahan 1980-an di Tanzania dan produksi komersial dimulai di sepanjang
pantai timur Zanzibar dan pulau Pemba pada tahun 1989 dan berkembang pesat
sepanjang tahun 1990-an (Ask, 2001). Lundsor (2001) mengembangkan metode
alternatif untuk budidaya komersial E. denticulatum dan K. alvarezii di luar pantai
Paje timur Pulau Unguja, Zanzibar, Tanzania, disebut "sistem siaran" (terlepas
dari siklus pasang surut yang menghasilkan hasil yang lebih besar) yang tersusun
dari pena persegi panjang. Mtorela (2003) menyelidiki efek potensial lamun pada
produktivitas rumput laut dengan membandingkan produktivitas E. denticulatum
dan K. alvarezii di Paje (meliputi lamun rendah) dan Uroa (meliputi lamun
tinggi), Zanzibar. Laju pertumbuhan E. denticulatum di Paje adalah 20-75% lebih
rendah dari pada di Uroa yang bersifat musiman. Zanzibar E. denticulatum dan K.
alvarezii menunjukkan laju pertumbuhan yang berbeda sebagai fungsi dari
kepadatan penebaran dan durasi budidaya (Myusa dan Salum, 2006). Namun,
peningkatan produksi K. alvarezii telah terhambat dalam beberapa tahun terakhir
oleh penyakit dan predasi (Rice dan Savoie, 2005). Total produksi tahunan
Carrageenophytes di Tanzania, termasuk Zanzibar, Pemba, dan Kepulauan Mafia,
serta pantai daratan sepanjang 1.400 km melebihi 7.000 metrik ton kering pada
tahun 2002, menjadikan Tanzania sebagai produsen terbesar keenam di dunia
dengan penghasilan awal pembudidaya AS. $ 1,4 juta. Produksi Pemba dan
Kepulauan Unguja telah berkurang menjadi memproduksi ~ 5.000 ton
E. denticulatum dari masing-masing daerah pada tahun 2008 (E. Ask, per-komisi).
5
1
Nilai produksi pembudidaya rumput laut mewakili lebih dari 99% produksi
industri akuakultur di Tanzania.
Sebagai sarana untuk meningkatkan mata pencaharian desa setempat,
Budidaya komersial menggunakan bibit Eucheumoid dilakukan ditiga
lokasi berbeda di pantai Selatan Kenya menggunakan metode lepas dasar
(Wakibia et al., 2006). E. denticulatum dan K. alvarezii dengan tingkat
pertumbuhan relatif tertinggi di dataran berpasir dengan susunan tanaman bakau
(Gazi; 5,6% hari-1
), terendah di dataran intertidal (Kibuyuni; 3,2% hari-1
) dan
menengah di Laguna (Mkwiro; 4,8% hari-1
). Hasil menunjukkan bahwa budidaya
komersial Eucheumoid di Kenya layak untuk dilakukan.
Rekomendasi untuk meningkatkan budidaya K. alvarezii di Afrika
meliputi: pemakaian air dalam gaya Indonesia, metode budidaya longline dengan
jaring mengelilingi dari serangan predator, menenggelamkan stok benih ke
perairan bersalinitas lebih dalam selama musim hujan, dan untuk menangkap dan
membudidayakan ikan baronang (Siganus spp.) sebagai tambahan, predator
rumput laut di lokasi budidaya yang menyediakan alternatif pemanenan rumput
laut. (Rice dan Savoie, 2005). Bryceson (2001) melaporkan beberapa ribu
pembudidaya, kebanyakan adalah wanita yang terlibat dalam produksi dan
penjualan rumput laut, menyediakan pendapatan yang sangat dibutuhkan. Efek
lingkungan tampak minim, bahkan beberapa ikan herbivora sebenarnya
mendapatkan sumber makanan tambahan ketika berada di sekitar rumput laut
yang dibudidayakan. Konflik dengan pengguna lain dari pantai tampak dapat
dikelola ketika zonasi diterapkan pada perahu nelayan dan kegiatan wisata.
Kendala yang sering dialami adalah harga yang sangat rendah dibayarkan kepada
pembudidaya dibandingkan dengan harga yang sangat tinggi yang diambil untuk
produk-produk phycocolloid oleh industri farmasi dan makanan, keuntungan besar
yang dibuat oleh perusahaan transnasional menimbulkan pertanyaan yang penting
di era globalisasi ini (Bryceson, 2001).
6
1
Negara Asia
Kappaphycus alvarezii merupakan 80% dari ekspor rumput laut Filipina,
yang dijual sebagai bentuk segar dan kering; Meskipun rumput laut kering
memiliki permintaan yang lebih besar, rumput laut segar sangat diminati di
restoran (Hurtado, 2003). Filipina memiliki rumput laut dengan kandungan
karagenan terbesar di Asia yang mendukung pengenalan ke negara-negara Asia
lainnya, misalnya Indonesia, Malaysia, Jepang, China, India, dan Vietnam.
Budidaya terus diperkenalkan ke lokasi baru. Budidaya laut K. alvarezii di India,
yang terletak di Okha di pantai barat, dimulai pada pertengahan 1990-an untuk
produksi karagenan Kappaphycus (Mairh et al., 1995). Budidaya komersial
Kappaphycus selanjutnya didirikan di Mandapam, pantai India Tenggara, selama
1995-1997. Awalnya, budidaya dilakukan dengan menggunakan kantong dan
jaring; kemudian seorang wanita dari kelompok swadaya dan nelayan
memperkenalkan metode rakit untuk budidaya komersial. Mereka mengadopsi
sistem budidaya model Kudumpam dengan kerjasama industri dan bank yang
dinasionalisasi (Eswaran dan Jha, 2006). Eswaran et al. (2002) mengevaluasi
lapangan dari hasil biomassa K. alvarezii di laboratorium Mandapan dengan
tingkat pertumbuhan jauh lebih tinggi (hampir 3% per hari) pada bulan Desember
sampai Februari. Laporan ini menunjukkan potensi untuk upaya budidaya skala
besar lebih lanjut di wilayah Mandapam. Meninjau dampak kemasyarakatan yang
sangat jauh dari perkembangan ini, kemakmuran Dr. APJ Abdul Kalam, yang
pada waktu itu presiden India, mendorong budidaya rumput laut Kappaphycus
untuk mendukung mata pencaharian sebagai mode proyek misi masyarakat miskin
di daerah pesisir (Technology Empower the Nation-address oleh presiden
Honorble India di New Delhi pada tanggal 11 Mei 2006, hari teknologi).
Selanjutnya, eksperimental Kappaphycus dan penanaman di lapangan dimulai di
beberapa wilayah pesisir India dan hasilnya menunjukkan kemungkinan budidaya
komersial Kappaphycus skala besar di perairan India sebagai sarana penghasilan
pendapatan (Sakthivel;1999; Subba Rao et al., 2004, 2008; Abhiram 2006; Bindu
7
1
2006, 2007, 2009; Bindu dan Kumaraswamy Achary 2006; Reeta 2006; Sahoo
2006).
Dung dan Nhan (2001) melaporkan keberhasilan percobaan budidaya
K. alvarezii di Laguna Haiquan dan teluk Cat Ba, Vietnam yang memanfaatkan
rakit mengapung dan tali yang digantung. Tingkat pertumbuhan yang
direalisasikan dari laut lepas lebih tinggi dari pada yang dicapai di teluk
terlindung dan masing-masing berkisar dari 5,18-9,82% hari-1
dan 5,25-7,90%
hari-1
. Budidaya Kappaphycus alvarezii dianggap sangat efisien dalam
menghasilkan peluang pekerjaan dan sebagai penghasilan tambahan bagi orang
yang kurang mampu dalam hal ekonomi di daerah pesisir Vietnam (Nang, 2005).
Selain itu, kontribusi yang signifikan terhadap keseimbangan ekologi dan
bioremediasi pengkayaan nutrien pesisir diwujudkan melalui penggunaan metode
budidaya yang ditempatkan di dasar daerah dangkal selama musim dingin dengan
sirkulasi air yang cepat, angin kencang, dan ombak, musim panas yang cerah
dengan sirkulasi air terbatas, angin yang sedikit, dan energi gelombang.
Penurunan konsentrasi kandungan amonia, nitrit, nitrat, fosfat, dan fosfor dalam
air berkisar 10-80% (Nang, 2005). Kualitas tinggi Eucheuma yang dibudidayakan
orang Vietnam, memenuhi standar yang diperlukan untuk budidaya Eucheuma
komersial yang berkelanjutan, khususnya di perairan selatan Vietnam. Yarish et
al. (2001) melaporkan model prototipe yang dapat mengilustrasikan pentingnya
mengintegrasikan kegiatan budidaya rumput laut dalam pemeliharaan dan
kesehatan wilayah pesisir, model yang sedang dieksplorasi untuk teluk Xincun,
provinsi Hainan Tenggara, Cina. Kapasitas kekurangan nitrogen dan fosfor
tahunan Kappaphycus di teluk Xincun adalah 53,8 dan 3,7 t, masing-masing,
selama musim pertumbuhan 1999-2000. Laporan tersedia juga pada budidaya
Eucheuma dan Kappaphycus di Sabah, Malaysia di mana dua pabrik untuk
produksi Carrageenan telah ditetapkan dan melanjutkan persediaan rumput laut di
Malaysia (Phang, 2006).
8
1
Negara Amerika
Ada beberapa laporan tentang pengenalan K. alvarezii dan budidaya
komersial dari belahan bumi bagian barat dan sebagian besar upaya
berkonsentrasi pada peningkatan strain dan manipulasi genetik melalui
penggunaan teknik bioteknologi modern (Ask dan Azanza, 2002). Namun,
laporan bioinvasif dari Hawaii (Woo et al., 1989 ; Rodgers dan Cox 1999; Smith
2003; Conklin dan Smith, 2005) dan Venezuela (Barrios, 2005) telah berfokus
pada efek ekologi pengenalan Eucheumoid pada komunitas lokal.
De Paula et al. (2002) melaporkan budidaya komersial K. alvarezii sebagai
praktik yang secara teknis layak untuk teluk Ubatuba, negara Sao Paulo, Brazil
menggunakan teknologi budidaya rakit apung. Cabang-cabang yang ditumbuhkan
di laboratorium dari K. alvarezii, dengan bobot rata-rata mulai dari 2,97 hingga
4,25 g, berhasil dikembangkan untuk menghasilkan thallus dengan percabangan
yang banyak di teluk Ubatuba (Hiyashi et al., 2007a,b). Transplantasi cabang
yang diproduksi dalam budidaya rumput laut berguna untuk menghindari
risiko pengenalan spesies yang tidak diinginkan (De Paula et al., 2002).
Ask et al. (2001) prioritas penelitian yang direkomendasikan termasuk;
penggantian "sistem tie-tie", penggunaan spora/ sporelings dalam kultivasi,
percobaan multifaktorial dengan mempertimbangkan nutrisi, salinitas, cahaya, dll.
Untuk menghadapi tantangan musiman, mitigasi hama, herbivora dan penyakit,
peningkatan strain dan pengembangan transgenik, serta meningkatkan kualitas
ekstrak melalui metode penanganan pasca panen yang unggul. Rekomendasi
untuk mengeksplorasi, mempublikasikan dan memanfaatkan prosedur karantina
praktis dan efektif untuk pengenalan komersial Eucheumoids. Tiga strain warna
K. alvarezii dibudidayakan di Dzilam, Yucatan, Meksiko menggunakan metode
budidaya rakit apung yang ditentukan untuk menentukan kelayakan teknis dari
produksi rumput laut ini secara komersial di perairan tropis Semenanjung Yucatan
(Munoz et al., 2004). Studi ini menggambarkan bahwa K. alvarezii dapat tumbuh
selama musim kemarau dan musim hujan, serta menyimpulkan bahwa budidaya
rumput laut dapat dicoba sebagai kegiatan alternatif di daerah tersebut. Bulboa
9
1
dan De Paula (2005) membandingkan tingkat pertumbuhan in vitro K. alvarezii
dan K. striatum, di bawah intensitas cahaya matahari dan temperatur yang berbeda
di laut lepas pantai Tenggara Ubatuba, Sao Paulo, Brazil. K. alvarezii secara
fisiologis berbeda dan tumbuh lebih cepat dari pada K. striatum. Selain itu, karena
risiko propagasi Kappaphycus yang tidak terkontrol merupakan hal yang sangat
memprihatinkan, produksi lapangan K. striatum dihentikan setelah upaya
pemantauan, mengungkapkan produksi tetraspores yang dapat bertahan hidup.
K. alvarezii sudah menjadi spesies yang lebih menguntungkan dan ekologis lebih
aman untuk kegiatan budidaya lokal.
Budidaya Polikultur dan Multitropik
Solusi untuk tuntutan yang saling bertentangan antara pengembangan
budidaya laut intensif dan perlindungan lingkungan laut dapat bergantung pada
interaksi budidaya (polikultur) multitrofik antara produsen utama dan konsumen
(Wu et al., 2003). Sejumlah laporan menunjukkan potensi K.alvarezii sebagai
kandidat spesies untuk praktek budidaya (polikultur) multitropik (Lombardi et al.,
2006; Namudu dan pickering, 2006). Wu et al., (2003) menyatakan bahwa, efek
hasil mutiara kualitas premium dari tiram polikultur yang dibudidayakan dengan
K. alvarezii lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan tiram monokultur.
Mesia dan Mapelamao (2006) melaporkan di Provinsi Barat pulau Solomon,
terdapat kegiatan budidaya Kappaphycus dengan mutiara multitropik, budidaya
udang putih di laut Pasifik dengan menggunakan keramba jaring apung., budidaya
Litopenaeus vannamei dan K. alvarezii di perairan laut terbuka telah
dipublikasikan oleh penelitian akuakultur pusat, lembaga perikanan negara di
Ubatuba, Sao Paulo, brazil (Lombardi et al., 2001) dan hasil yang didukung
menggunakan polikultur apung yang menyediakan tempat berlindung, naungan,
dan dasar untuk organisme tambahan, agar dapat meningkatkan pakan alami,
pasokan untuk udang. Sebuah laporan baru-baru ini (Lombardi et al., 2006)
Menunjukkan tingkat produksi udang putih Litopaneaus vannamei pasifik setinggi
3,23 kg m2
y-1
dan tingkat produksi K. alvarezii 23,70 kg m2
y-1
menggunakan
10
1
kurungan percobaan dengan tambahan tiram / PVC ukuran tertentu, di PVC
keramba apung dalam uji coba budidaya di Brazil.
Genetika molekuler dan manipulasi
Upaya untuk menghasilkan strain baru Eucheumoid komersial melalui
hibridisasi somatik dan mutagenesis di bidang budidaya dengan tingkat
pertumbuhan yang memiliki karakteristik biokimia yang lebih baik, dinyatakan
oleh Cheney et al, (1997, 1998). Sebagai hasilnya, kemajuan dalam teknik fusi
protoplas dan fusi sel-sel, strain baru E. denticulatum dan K. alvarezii,
menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat secara signifikan (hingga
14% per hari) dalam uji coba lapangan yang luas. Menggunakan teknik fusi
sel-sel hibrida antara E. denticulatum dan K. alvarezii yang diproduksi,
menunjukkan komposisi karagenan baru (Cheney et al., 1998). Laporan ini juga
menjelaskan beberapa teknik baru yang dikembangkan di laboratorium
bioteknologi rumput laut dari Universitas Noertheastern, yang telah membuat
produksi budidaya rumput laut merah yang diperbaiki secara genetik dan juga
praktis. Peningkatan strain K. alvarezii dengan memanfaatkan kultur jaringan dan
micropropagasi yang dikembangkan untuk optimasi budidaya in vitro
(Hayashi et al., 2008a, b). Serangkaian budidaya dan pengujian bentuk
pengenalan ditandai dengan (warna coklat dan hijau, tetrasporophytes merah,
gametofit coklat, dan tetraspores mulai tumbuh). Sampel tetraspore mulai tumbuh
menunjukkan persentase tertinggi dari eksplan membentuk kalus dan potensi
regenerasi dalam larutan 50% von stosch, dan potensi mikropropagasi yang tinggi.
Asam indole-3-asetat dan benzylaminopurine serta penambahan colchicine dapat
menstimulasi proses regenerasi untuk menghasilkan eksplan potensial regenerasi
yang tinggi.
Sistematika dan taksonomi yang dilibatkan oleh plastisitas morfologi
rumput laut Kappaphycus dan Eucheuma (Areschougiaceae), kurangnya karakter
identifikasi khusus yang memadai, dan manfaat nama-nama komersial. Variasi
genetik dan hubungan taksonomi dari sampel komersial, liar, dan herbarium
11
1
ditentukan dengan menggunakan berbagai alat molekuler (Giuseppe et al., 2006).
Mitokondria cox2-3 dan Rubisco spacer menyatakan digastidal diurutkan dengan
perbedaan genetik yang jelas antara K. alvarezii ("Cottonii") dan K. striatum
("Sacol"). K. alvarezii di Hawaii dan Afrika juga ditemukan berbeda secara
genetis. Giuseppe et al. (2006) melaporkan semua yang saat ini dipelihara.
K. alvarezii memiliki mitokondria haploid yang serupa. Sampel Afrika dari
E. deticulatum ("sponosum") tampaknya berbeda secara genetik. Data
menunjukkan bahwa E. denticulatum yang dibudidayakan saat ini mungkin telah
“diaklimatisasi” beberapa kali, dibandingkan dengan K. alvarezii yang
dibudidayakan. Kiberly et al., (2009) menggunakan tiga penanda molekuler
(rRNA 28S nuklir parsial, plastida parsial 23S rRNA, dan mitochondrial 5 'COI),
dan mengikuti pendekatan barcoding seperti DNA untuk mengidentifikasi sampel
Eucheuma dan Kappaphycus, Hawaiian, Amerika Serikat. Analisis batas-
bergabung adalah kongruen dalam pemisahan Eucheuma dan Kappaphycus, dan
rangkaian yang dihasilkan konsisten dengan yang terungkap untuk perbandingan
global dengan spacer mitokondria cox2-3 dan data GenBank.
Intetrasi ekologi dan laporan bioinvasi
Pengenalan global K. alvarezii ke ekosistem baru telah menciptakan
kekhawatiran atas sifatnya yang non-endemik, berdampak pada keanekaragaman
hayati, dan alternatif kesehatan serta keseimbangan ekologi masyarakat lokal.
Pengenalan budidaya invasif komersial adalah mengumpulkan perhatian dan
pertimbangan sebagai salah satu tantangan potensial untuk budidaya rumput laut
sebagai mesin pengembangan ekonomi bagi masyarakat nelayan di wilayah
pesisir. Interaksi ekologi spesies ini pertama kali dilaporkan dari pulau Hawaii
(Woo et al. 1989) dan laporan berikutnya dari Rodgers and Cox (1999), Smith
(2003), Barrios (2005), dan Chandrasekaran et al. (2008) menyatakan sebagai
spesies invasif , tampaknya, tidak ada laporan praktis dari negara-negara di mana
rumput laut telah dilibatkan untuk tujuan budidaya (Ask et al. 2001) dan praktik
budidaya masih terus memberikan penghasilan bagi ribuan keluarga.
12
1
Woo et al., (1989) menentukan peran herbivora (hama) pada kelimpahan
K. striatum dengan intensitas yang disimpulkan rendah dan tidak dapat
mempengaruhi biomassa rumput laut. Sebaliknya, percakapan baru-baru ini
dengan nelayan Kappaphycus di India menunjukkan bahwa sekitar 30% biomassa
rumput laut berkurang dari serangan hama. Woo et al., (1989) menyatakan
penelitian tambahan untuk menilai kemampuan rumput laut bereproduksi secara
vegetatif, serta penilaian kualitatif dari kemungkinan dampak pertumbuhan
rumput laut berlebihan pada karang hidup, untuk memperkirakan penyebaran
lebih lanjut, perubahan habitat, dan dampak ekologis. Penyebaran K. alvarezii,
K. striatum, dan Gracilaria salicornia diukur pada karang penghalang, pecahan
karang, dan karang tepi di teluk Kaneohe, Oahu, Hawaii oleh Rodgers dan Cox
(1999). Laporan ini menilai sejauh mana rumput laut di teluk ini dapat
menentukan tingkat penyebarannya dengan survei papan manta tow. Kelimpahan
dari spesies ini ditentukan oleh transek karang yang terdapat di teluk pusat. Smith
(2003) mengemukakan beberapa bukti kuantitatif pertama dari yang negatif secara
signifikan pada rumput laut non indigenous di perairan tropis. Interaksi antara
K. alvarezii dan kelimpahan karang diperiksa menggunakan fotoquadrat dan hasil
menunjukkan bahwa pertumbuhan karang yang berlebihan akan menyebabkan
rumput laut mengalami kematian. Conklin dan Smith (2005) melakukan penelitian
untuk mengukur kelimpahan Kappaphycus spp. baik secara spasial atau temporal,
dan untuk menyelidiki kontrol pertumbuhan termasuk penghapusan manual dan
penggunaan biocontrol. Para peneliti di teluk Kaneohe, Hawaii, AS yang
merekomendasikan bahwa tindakan manajemen yang cepat harus dilakukan untuk
mencegah kerusakan dan penyebaran lebih lanjut pada bagian terumbu karang,
Hawaiian, Amerika Serikat.
Barrios (2005) menyatakan bahwa, jaringan vegetatif K. alvarezii
tersimpan sebagai lapisan dari sel-sel kecil yang disusun secara radial dengan
medulla penghubung sel besar dengan filamen rhizoidal. Kurangnya struktur
K. alvarezii membatasi Pencegahan pertumbuhan thallus ketika berbudidaya di
perairan terbuka dapat menimbulkan risiko penyebaran rumput laut ke lingkungan
13
1
sekitarnya. Tingkat pertumbuhan yang tinggi, kapasitas reproduksi aseksual
melalui fragmentasi, resistensi terhadap hama dan kolonisasi oleh organisme
pencemar membuat Kappaphycus menjadi dominan potensial di lingkungan baru.
Chandrasekaran et al., (2008) melaporkan bioinvasi dari K. alvarezii ke terumbu
karang (Acropora sp.) di pulau Kurusadai, biosfer teluk laut Mannar, India
Selatan. Laporan ini mengkuantifikasi invasi K. alvarezii dan pembentukan
karang hidup dan mati, pecahan-pecahan karang, menghasilkan gambaran yang
signifikan dalam pembentukan koloni karang.
Studi Penilaian Dampak Lingkungan
Meskipun kekhawatiran tentang pengalihan dan pengenalan K. alvarezii
semakin meningkat, studi-studi mengenai dampak lingkungan untuk mengatasi
masalah ini sangat kecil. AMDAL dilakukan pada budidaya komersial
Kappaphycus di India yang membahas dengan mengacu pada skenario global oleh
Tewari et al., (2006 a,b). Masalah kontroversial termasuk pertumbuhan rumput
laut yang tidak terkontrol, invasif dan fragmentasi melalui spora, kerusakan
karang, dan kekurangan nutrisi. Studi penilaian dampak lingkungan India telah
menunjukkan bahwa budidaya komersial Kappaphycus memiliki banyak dampak
positif dan beberapa dampak negatif lingkungan. Pembudidayaan yang
direncanakan, mencakup pemantauan rutin terhadap lingkungan, yang dapat
mengurangi dampak negatif. Dampak budidaya Kappaphycus akan berbeda dari
lingkungan ke lingkungan hidup lainnya. Oleh karena itu, dampak negatif yang
dialami oleh satu lingkungan belum tentu dialami di lingkungan lain. Budidaya
komersial K. alvarezii di India tidak dianggap berbahaya bagi lingkungan.
Sebagai alternatif, Percira dan Verlecar (2005) mengemukakan K. alvarezii
condong menjadi invasif di India Selatan dan penyebarannya di Teluk Mannar.
Akademi nasional ilmu pertanian, budidaya rumput laut di India dan catatan
kebijakan pemanfaatan (2009) mengembangkan budidaya komersial makroalga
dan rekomendasi pengolahan serta menyatakannya sebagai prioritas nasional.
Prioritas penelitian dan pengembangan di India meliputi; Pembuatan basis data
taksonomi dasar rumput laut; Pembentukan tempat plasma nutfah dan herbarium;
14
1
Program improvisme strain klasik dan molekuler; Diversifikasi produk rumput
laut; dan Studi ekologi serta AMDAL yang berkaitan dengan pengenalan spesies
eksotis.
Berdasarkan literatur yang tersedia dari laporan yang telah diverifikasi,
tinjauan ini menyimpulkan bahwa pengenalan budidaya Kappaphycus ke lokasi
baru akan berlanjut untuk masa mendatang di negara-negara tropis karena
terealisasinya nilai produksi yang tinggi, sebagai mata pencaharian alternatif
desa-desa pesisir, dan peningkatan permintaan industri global untuk karagenan.
15
Kosa Kata
Abudance = Kelimpahan
Accompanying = Mengawali
Achieved = Mencapai
Activity = Kegiatan
Actually = Sebenarnya
Additionally = Selain itu
Addressing = Berbicara
Adequate = Memadai
Adjunct = Tambahan
Adopt = Mengambil
Advancements= Kemajuan
Advocated = Menganjurkan
Affect = Mempengaruhi
Aimed = Tujuan/ maksud
Along = Sepanjang
Alteration = Perubahan
Among = di antara
Annual = Tahunan
Appear = Tampak
Appear = Tampak
Apprehensions = Kekhawatiran
Assessment = Penilaian/
kemungkinan
Assist = Membantu
Attempt = Upaya
Available = Tersedia
Avoids = Menghindari
Bag = Kantong
Balance = Keseimbangan
Barrier = Penghalang
bays = Teluk
Began = Mulai
Between = Antara
Biodiversity = Keanekaragaman
hayati
Boats = Perahu
Borne = Tersimpan
Bottom = Bawah
Branch = Cabang
Brief = Laporan singkat
Broadcast = Siaran
Cages = Keramba
Capture = Menangkap
Carried = Mengatasi
Cause = Sebab
Challenge = Tantangan
Cited = Dikutip
Cleaning = Pembersihan
Clusters = Rangkaian/gugus
Coast = Pantai
Coastal = Pesisir
Comlicated = Melibatkan
Commonly = Umumnya
Comparing = Perbandingan
Concern = Kekhawatiran/
keprihatinan
Concluded = Menyimpulkan
Conducted = Melakukan
16
1
Conflicting = Bertentangan
Considering = Mempertimbangkan
Consisting = Terdiri
Content = Kadar
Convenience = Manfaat
Conversations = Percakapan
Conversely = Sebaliknya
Corporation = Perusahaan
Countries = Negara
Coverage = Cakupan
Crop = Panen
Crust = Lapisan/ permukaan
keras
Cucumber = Tenang
Cultivation = Budidaya/penanaman
Currently = Sekarang/saat ini
Damage = Kerusakan
Demand = Permintaan
Demonstrated = Menunjukkan
Densities = Kepadatan
Deployed = Menyebarkan
Determination = Kebulatan tekad
Determine = Menentukan
Determined = Menentukan
Developed = Dikembangkan
Development = Merkembangan
Different = Berbeda
Discontinued = Dihentikan
Diseases = Penyakit
Distance = jarak
Distinct = berbeda
Distinctions = perbedaan
Drying = pengeringan
During = Selama
e.g = Misalnya
Each = Masing-masing
Earlier = Sebelumnya
East = Timur
Ecological = Ekologi
efficient = Efisien
Efforts = Upaya
EIA = AMDAL
Enabling = Memungkinkan
Encountered = Mengalami
encouraged = Mendorong
Engaged = Terlibat
Enhancement = Peningkatan
Enormous = Besar
Enrichment = Pengkayaan
Equipment = Peralatan
Established = Didirikan
Establishment = Pembentukan
Evidence = Bukti
Examined = Diperiksa
Exceeded = Melebihi
excellency = Kemakmuran
Exhibited = Menunjukkan
Exist = Ada
Expanded = Mengembangkan
Experienced = pengalaman/ yang
telah dialami
Experimental = percobaan
17
1
Explored = eksplorasi/
menyelidiki
Extension = perpanjangan
Extensive = luas
Extent = jangkauan
Extremely = Sangat
Fact = fakta/ kebenaran
Factories = Pabrik
False = Salah
Farming = budidaya
Farming = Budidaya
far-reaching = Sangat jauh
Faster = Lebih cepat
Feasible = Layak
Fetched = Mengambil
Few = Beberapa/ golongan
kecil
Field = lapangan
findings = penemuan
Fishermen = nelayan
Flat = dataran
Floating = apung
Floating = Mengapung
Forming = membentuk
Fouling = mencemari
Found = ditemukan
Frames = bingkai/membuat
Fresh = segar
Fringing = penyebar
Further = Lebih Lanjut
Future = Masa Depan
Gain = mendapatkan
Gathering = mengumpulkan
gave = lihat
generating = menghasilkan
Germinated = mulai tumbuh/
bercabang
Grazing = merumput (hama)
Greater = lebih besar
Growth = pertumbuhan
Half = Sebagian
Hampered = Terhambat
Handling = Penanganan
Hanging = Gantung
Harmful = Berbahaya
held = Diadakan
Hemisphere = Belahan bumi
Higher = tinggi
Highlight = Menyoroti
However = Namun
i.e = yaitu
Impact = Dampak
Importance = pentingnya
Improvement = peningkatan
Includes = Memasukkan
Including = termasuk
Income = pendapatan
Increase = Meningkat
increased = Peningkatan
Increasing = Peningkatan
Independent = lepas/bebas
Indicated = Menunjukkan
18
1
initiated = dimulai
Initiative = inisiatif
Interest = perhatian/ minat
Intermediate = Menengah
Invader = Penyerang
Inventory = Persediaan
Islands = pulau
isolated = memisahkan/isolasi
Knot = simpul/ikat
Lack = kekurangan
Large = besar
Limiting = membatas
Livelihood = Mata Pencaharian
locaties = Lokasi
Lower = rendah
main = secara keseluruhan
Mainland = daratan
Maintenance = pemeliharaan
Manageable = dapat dikelola
Manipulation = manipulasi
markets = pasar
May = dapat
Mean = rata
Means = sarana
Measured = diukur
Meet = menghadapi
Meeting = memenuhi
Memperluas
Mitigate = mengurangi
Monitoring = pemantauan
Most = Paling
Nations = Negara/bangsa
Nearly = hampir
Needed = membutuhkan
Netting = kelambu/jaring
Novel = baru
Offered = penawaran
outer = terluar
Outplanting = tunas
Over = Atas/Berakhir
overcoming = mengatasi/
menanggulangi
Oversight = kelalaian
overview = gambaran
Particularly = khususnya
Patch = penempel
Pearl = mutiara
Peninsula = semenanjung
pertaining = berkaitan
Pests = hama
Piloting = memantu
Point = menunjukkan
poor = miskin
possibility = kemungkinan
Preventing = pencegahan
Price = harga
Profitable = menguntungkan
Promote = menaikkan
Propagation = penyebaran
Protection = perlindungan
Providing = memberikan
Purchased = Dibeli
19
1
Purposes = Tujuan
Quantifies = mengukur
Rabbitfish = ikan baronang
Raft = rakit
Ragional = daerah
Raise = Menimbulkan
Ranged = berkisar
Rapid = cepat
Rate = tingkat
Raw = Mentah
Realized =mewujudkan
Recent = belakangan
Rectangular = persegi panjang
Reductions = penurunan
Reference = mengacu
Regimes = rezim/aturan
Region = wilayah
Relating = Berhubungan
Rely = bergantung
Removal = kehilangan/
kekurangan
Replacement = penggantian
Replenishment= perlengkapan/
penambahan
Represents = mewakili
Required = diperlukan
Requirements = Persyaratan
Resist = Menolak/ Melawan
Resource = sumber penghasilan
respectively = masing-masing
Resulted = Menghasilkan
Results = hasil
Revealed = mengungkapkan
Revealed = menyatakan
Review = Tinjauan
Risk = Risiko
Role = Peran
Rope = Tali
Rubble = Puing
Rural = Pedesaan
Safer = aman
Sandy = pasir
Satisfying = Memenuhi
Seagrass = lamun
Seasonal = musiman
Seed = benih
Seeded = diunggulkan
Seedling = bibit
Selected = Memilih
Self-help = Swadaya
Sequenced = Diurutkan
Several = Beberapa
Shade = naungan
shallow = dangkal
sheltered = terlindung
Shown = Menunjukkan
Similar = Serupa
Simultaneously = Serentak
Site = Lokasi
societal = kemasyarakatan
Sold = Terjual
Solution = Larutan
20
1
Some = Beberapa
Source = Sumber
Southeastern = Tenggara
Southerm = Selatan
Spread = penyebaran
State = Negara Bagian
Still = Masih
Strengthening = penguatan
Submerging = menenggelamkan
Subsequently = Kemudian
Successfully = berhasil
Suggested = Disarankan
Suggestions = saran/ usul
Summary = ringkasan
sunny = cerah
Superior = unggul
supplemental = tambahan
support = mendukung
Surrounding = sekitar
Survey = peninjauan
Sustainable = berkelanjuatan
Techniques = Teknik
Term = mengatakan
Than = dari
Though = Meskipun
Tidal = pasang surut
Tools = alat
Tourist = wisata
Training = latihan
trials = uji coba
Unable = tidak dapat
Uncontrolled = tidak terkontrol
Under = bawah
Unwanted = tidak diinginkan
up to = hingga
Use = penggunaan
Using = menggunakan
Utilizing = Memanfaatkan
Value = Nilai
Ventures = usaha
Viability = kelangsungan hidup
Viable = dapat bertahan hidup
village = desa
Villager = Penduduk Desa
Vulnerability = kerentanan
waves = ombak/gelombang
Weights = bobot
Well = Baik
Were = Adalah
west = barat
Wet = basah/hujan
Widely = Secara Luas
Wild = Alam liar
Wind = angin
Yields = hasi
21
Terjemahan Jurnal 1

More Related Content

Similar to Terjemahan Jurnal 1

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
sukmawati024
 
abalon.pdf
abalon.pdfabalon.pdf
abalon.pdf
nursyahran1
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Tata Naipospos
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
aryati97
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Abida Muttaqiena
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
Saniati Goa
 
1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx
DinarWahyuAjiSantoso1
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
KasimMansyur1
 
Bahan Alam Kelautan
Bahan Alam KelautanBahan Alam Kelautan
Bahan Alam Kelautan
Annisa Listyaindra
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
restii_sulaida
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Fathur Fathur
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Dian631634
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Didi Sadili
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
lala arf
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAinal Chaza
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
SalbiaBia
 
Filsafat harlianti
Filsafat harliantiFilsafat harlianti
Filsafat harlianti
Operator Warnet Vast Raha
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdfEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
Dian631634
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
riasniaudin24
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
Saniati Goa
 

Similar to Terjemahan Jurnal 1 (20)

Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
abalon.pdf
abalon.pdfabalon.pdf
abalon.pdf
 
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
Pembangunan Kerangka Sistim Kesehatan Hewan Akuatik - Direktorat Kesehatan Ik...
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx1. Perspective_CCRF.pptx
1. Perspective_CCRF.pptx
 
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
Lampiran 2. jurnal pertumbuhan dan sintasan karang hasil transplantasi di lap...
 
Bahan Alam Kelautan
Bahan Alam KelautanBahan Alam Kelautan
Bahan Alam Kelautan
 
Terjemahan Jurnal
Terjemahan JurnalTerjemahan Jurnal
Terjemahan Jurnal
 
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docxEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili-converted (3).docx
 
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari MantaStatus Perlindungan Penuh Pari Manta
Status Perlindungan Penuh Pari Manta
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 5 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUTLAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
LAPORAN MANAJEMEN AKUAKULTUR LAUT
 
Filsafat harlianti
Filsafat harliantiFilsafat harlianti
Filsafat harlianti
 
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdfEkosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
Ekosistem_padang_lamun_Manfaat_Fungsi_dan_Rehabili.pdf
 
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur LautLaporan Manajemen Akuakultur Laut
Laporan Manajemen Akuakultur Laut
 
Laporan mal 2018
Laporan mal 2018Laporan mal 2018
Laporan mal 2018
 

Recently uploaded

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 

Recently uploaded (20)

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 

Terjemahan Jurnal 1

  • 1. J. Appl Phycol (2011) 23:789 DOI 10.1007/s10811-010 The Commercial Red Seaweed Rumput Laut Merah Komersial JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN J. Appl Phycol (2011) 23:789-796 010-9570-2 The Commercial Red Seaweed Kappaphycus alvarezii – an Overview on Farming and Environment Rumput Laut Merah Komersial Kappaphycus alvarezii – Gambaran Budidaya dan Lingkungan M. S. Bindu & Ira A. Levine Diterjemahkan Oleh : CITRA UTAMI I1A2 15 012 JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018 an Overview on Gambaran
  • 2. 1
  • 3. 1 Rumput Laut Merah Komersial Kappaphycus alvarezii – Gambaran Budidaya dan Lingkungan Abstrak. Budidaya komersial rumput laut merah Kappaphycus alvarezii (Doty) telah memenuhi permintaan industri karagenan selama lebih dari 40 tahun. Selama empat dekade terakhir, spesies ini telah diperkenalkan secara global ke banyak negara maritim untuk budidaya eksperimental dan komersil sebagai mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan bagi penduduk desa pesisir. Mengawali pendahuluan dengan keprihatinan yang meningkat atas efek spesies pada keanekaragaman hayati ekosistem endemik. Pengenalan kultivar non-endemik telah menghasilkan prosedur adaptasi karantina untuk meminimalkan spesies bioinvasi tambahan. Tinjauan ini berfokus pada teknik budidaya Kappaphycus melalui aplikasi alat bioteknologi, interaksi ekologi dengan ekosistem endemik, potensi budidaya K. alvarezii di Asia, Afrika, dan Pasifik, serta tantangan bagi para calon pembudidaya, yaitu, nilai pasar bahan mentah yang rendah, penyakit, hama, dll. Pengenalan budidaya Kappaphycus ke negara-negara tropis akan terus berlanjut karena terealisasinya nilai-nilai produksi yang tinggi, desa-desa pesisir mencari mata pencaharian alternatif, dan meningkatkan permintaan industri global untuk karagenan. Kata kunci: Mata Pencaharian Alternatif, Budidaya Komersial, Pengenalan Global, Kappaphycus alvarezii, EIA. PENDAHULUAN Selama empat dekade terakhir, perhatian diberikan pada rumput laut merah, Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty (Rhodophyta, Gigartinales, Areschaugiaceae), sebuah industri Carrageenophyte yang penting. Laporan menyatakan bahwa budidaya rumput laut ini dimulai di Mindanao Selatan pada pertengahan tahun kedua 1960-an di Filipina menggunakan varietas lokal yang dipilih dari alam liar (Doty 1973a,b; Parker, 1974). Budidaya telah semakin
  • 4. 1 meluas ke bagian belahan dunia, misalnya Indonesia, Fiji, Micronesia, Vietnam, China, Afrika Selatan yang ditinjau dengan baik dan didokumentasikan oleh Ask et al. (2001) menyatakan bahwa, budidaya komersial K. alvarezii dikembangkan bersama oleh perusahaan Marine Colloids (diambil alih oleh perusahaan FCM pada tahun 1997, saat ini merupakan bagian dari Biopolimer; Ask et al., 2001) dan oleh Dr. Maxwell Doty dari universitas Hawaii Botany Department (Parker, 1974). Menyadari potensi ekstraksi komersial karagenan, K. alvarezii diperkenalkan ke banyak negara untuk penelitian, pengembangan, dan komersialisasi oleh para peneliti dan perusahaan Phycocolloid. Tinjauan ini adalah upaya untuk mengkompilasi aspek-aspek yang berbeda dari perkenalan global budidaya Kappaphycus dan keprihatinan lingkungan. Laporan perkenalan dan pengembangan budidaya daerah setelahnya Ask et al. (2001) dikutip dalam tinjauan ini. Seiring dengan berkembangnya kegiatan budidaya, tumbuh kekhawatiran atas dampak dari pengenalan spesies eksotis ke lingkungan baru, interaksi mereka dengan spesies endemik, dan efeknya terhadap keanekaragaman hayati juga dilaporkan (Russell 1983; Woo 2000; Smith et al., 2002; Conklin dan Smith 2005; Pereira dan Verlecar 2005; Anon 2006; Vijayalakshmi 2007; Chandrasekaran et al., 2008). Namun, setelah empat dekade pengenalan Kappaphycus mengakibatkan jenis Eucheumoid menjadi paling banyak dibudidayakan secara komersil, hanya ada beberapa studi penilaian dampak lingkungan (EIA) yang membahas dampak ekologis K. alvarezii terhadap lingkungan (Tewari et al., 2006; Tewari 2006), Meskipun rekomendasi untuk studi EIA telah disarankan oleh para peneliti (Woo et al., 1989; Mesia dan Mapelamao 2006) dan organisasi (Akademi Nasional Ilmu Pertanian, India 2003). Pengenalan Kappaphycus Secara Global Kappaphycus telah diperkenalkan ke lebih dari dua puluh negara dalam 35 tahun terakhir untuk pengembangan usaha budidaya. Keadaan pengenalan Kapppaphycus terakhir ditinjau oleh Ask et al. (2001 ) dan selanjutnya informasi baru yang berkaitan dengan pengenalannya, budidaya dan interaksi ekologi telah 2
  • 5. 1 dilaporkan. Tinjauan ini mencoba untuk menyoroti inisiatif budidaya Kappaphycus baru oleh negara-negara Asia, Afrika, dan kepulauan Pasifik Ask et al. (2001). Beberapa di antaranya termasuk strategi budidaya multitropik (polikultur), selain itu, upaya termasuk program peningkatan kultivar menggunakan teknik molekuler untuk: meningkatkan produktivitas, melawan penyakit, herbivora, dan epifit (Cheney et al., 1997, 1998; De Paula et al., 2001; Lombardi et al., 2001, 2006; Yarisn et al., 2001; Wu et al., 2003; Myusa dan Salum 2006; Zuccarello et al., 2006; Hayashi et al., 2007, , Hayashi et al., 2008 , ; Hurtado dan Biter 2007; Rodrigueza dan Montano 2007; Yano et al., 2007). Mempertimbangkan pentingnya lingkungan dari Kappaphycus, laporan yang tersedia tentang interaksi ekologis dari spesies ini dengan lingkungan lokal telah dinyatakan oleh Woo (2006); Smith et al., (2002); Oliveira dan Paula (2003); Smith (2003); Barrios (2005); Conklin dan Smith (2005); Pereira dan Verlecar (2005); Vijayalakshmi (2007); Chandrasekaran et al., (2008). Negara Pulau Pasifik Budidaya komersial Kappaphycus pulau Pasifik dimulai pada pertengahan 1970-an. Pickering dan Forbes (2003), Mate et al., (2003), Teitelbaum (2003), Ponia (2005), Namudu dan Pickering (2006), Mesia dan Mapelamao (2006), dan Pickering (2006) menyoroti pentingnya spesies ini ke berbagai pulau pasifik sebagai alat penghasilan pendapatan dan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir. Pickering and Forbes (2002) menunjukkan bahwa usaha Kappaphycus di Fiji dianggap sebagai konsolidasi dan diversifikasi industri akuakultur setelah awal yang salah sebelumnya. Laporan ini menganjurkan amandemen legislatif yang memperkuat pengawasan pemerintah terhadap akuakultur melalui pengumpulan statistik. Selain itu, asosiasi industri akuakultur didorong untuk mewakili kepentingan sektor swasta, berkontribusi pada pengembangan kebijakan, dan mengadopsi persyaratan pelatihan khusus. Bersamaan dengan itu, Teitelbaum (2003) menerbitkan buku panduan yang membantu petani rumput laut Pasifik dalam budidaya K. alvarezii. Panduan ini menjelaskan berbagai aspek budidaya Kappaphycus termasuk: pemilihan lokasi, pemilihan bibit, peralatan 3
  • 6. 1 yang relevan, metode tali dan tali rafia, pengikatan tali, pemanenan, pembuat konstruksi pengeringan, teknik pengeringan, pembersihan, pengolahan dan penjualan rumput laut. Panduan ini menyoroti penyebab, efek, dan solusi untuk masalah yang biasa ditemui, seperti hama teritorial oleh herbivora, alga epifit, dan penyakit Ice-ice. Mate et al., (2003) melaporkan pentingnya lokakarya pemerintah Fiji tentang budidaya K. alvarezii yang diadakan pada tahun 2003. laporan tersebut meliputi kebijakan pemerintah Fiji untuk budidaya rumput laut dan peran petugas penyuluhan, serta ringkasan singkat dari penemuan penelitian tentang budidaya rumput laut yang dilakukan di Fiji, Jepang. Saran untuk perlindungan lingkungan, profitabilitas dan penambahan stok budidaya Kappaphycus di pulau- pulau Pasifik dikemukakan oleh Ponia (2005). Keberhasilan perikanan komersial budidaya laut musiman di laut Pasifik dilaporkan untuk dua spesies, K. alvarezii di Kiribati, Fiji, dan Kepulauan Solomon dan Cladosiphon sp. di Tonga (Pickering, 2006). Laporan tersebut menyatakan bahwa kawasan pasifik barat daya adalah lingkungan yang ideal untuk budidaya rumput laut, mengatasi tantangan jarak dari pasar utama, kerentanan terhadap fluktuasi harga dunia, dan masalah sosial-ekonomi. Laporan ini menyimpulkan bahwa budidaya rumput laut regional dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk menambah pendapatan dan dorongan ekonomi yang signifikan untuk pulau-pulau terluar yang memisah di mana ada beberapa peluang pendapatan alternatif. Penilaian inisiatif budidaya fokus pada faktor sosial dibandingkan dengan masalah teknis dalam menentukan keberhasilan proyek pembangunan pedesaan. Sebuah survei telah dikembangkan memungkinkan penentuan kecocokan masyarakat untuk budidaya rumput laut; Namudu dan Pickering (2006) melaporkan hasil teknik tinjauan sosial yang dilakukan di antara delapan komunitas di Fiji. Meskipun dikembangkan untuk studi kasus Fiji, survei dapat diterapkan ke daerah pedesaan Asia / Pasifik lainnya (Namudu dan Pickering, 2006). Sekretariat komunitas pasifik pada tahun 2006 memberikan gambaran tentang budidaya ikan di Papua Nugini dan minat pemerintah dalam uji coba. Budidaya multitrofik Kappaphycus dan teripang. Kappaphycus dan budidaya mutiara multitropik di air tawar berpartisipasi dalam prakarsa regional yang bertujuan untuk mengidentifikasi akar penyebab dari 4
  • 7. 1 wilayah pesisir dan degradasi DAS dan untuk mempromosikan perikanan pesisir yang berkelanjutan dengan menciptakan kawasan perlindungan laut di provinsi barat pulau Solomon (Mesia dan Mapelamao, 2006). Para penulis menyarankan pengembangan sumber daya laut yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui pembentukan rencana pengelolaan sumber daya dalam kemitraan dengan masyarakat setempat. Negara Afrika Budidaya Eucheuma dan Kappaphycus berkembang dengan baik selama pertengahan 1980-an di Tanzania dan produksi komersial dimulai di sepanjang pantai timur Zanzibar dan pulau Pemba pada tahun 1989 dan berkembang pesat sepanjang tahun 1990-an (Ask, 2001). Lundsor (2001) mengembangkan metode alternatif untuk budidaya komersial E. denticulatum dan K. alvarezii di luar pantai Paje timur Pulau Unguja, Zanzibar, Tanzania, disebut "sistem siaran" (terlepas dari siklus pasang surut yang menghasilkan hasil yang lebih besar) yang tersusun dari pena persegi panjang. Mtorela (2003) menyelidiki efek potensial lamun pada produktivitas rumput laut dengan membandingkan produktivitas E. denticulatum dan K. alvarezii di Paje (meliputi lamun rendah) dan Uroa (meliputi lamun tinggi), Zanzibar. Laju pertumbuhan E. denticulatum di Paje adalah 20-75% lebih rendah dari pada di Uroa yang bersifat musiman. Zanzibar E. denticulatum dan K. alvarezii menunjukkan laju pertumbuhan yang berbeda sebagai fungsi dari kepadatan penebaran dan durasi budidaya (Myusa dan Salum, 2006). Namun, peningkatan produksi K. alvarezii telah terhambat dalam beberapa tahun terakhir oleh penyakit dan predasi (Rice dan Savoie, 2005). Total produksi tahunan Carrageenophytes di Tanzania, termasuk Zanzibar, Pemba, dan Kepulauan Mafia, serta pantai daratan sepanjang 1.400 km melebihi 7.000 metrik ton kering pada tahun 2002, menjadikan Tanzania sebagai produsen terbesar keenam di dunia dengan penghasilan awal pembudidaya AS. $ 1,4 juta. Produksi Pemba dan Kepulauan Unguja telah berkurang menjadi memproduksi ~ 5.000 ton E. denticulatum dari masing-masing daerah pada tahun 2008 (E. Ask, per-komisi). 5
  • 8. 1 Nilai produksi pembudidaya rumput laut mewakili lebih dari 99% produksi industri akuakultur di Tanzania. Sebagai sarana untuk meningkatkan mata pencaharian desa setempat, Budidaya komersial menggunakan bibit Eucheumoid dilakukan ditiga lokasi berbeda di pantai Selatan Kenya menggunakan metode lepas dasar (Wakibia et al., 2006). E. denticulatum dan K. alvarezii dengan tingkat pertumbuhan relatif tertinggi di dataran berpasir dengan susunan tanaman bakau (Gazi; 5,6% hari-1 ), terendah di dataran intertidal (Kibuyuni; 3,2% hari-1 ) dan menengah di Laguna (Mkwiro; 4,8% hari-1 ). Hasil menunjukkan bahwa budidaya komersial Eucheumoid di Kenya layak untuk dilakukan. Rekomendasi untuk meningkatkan budidaya K. alvarezii di Afrika meliputi: pemakaian air dalam gaya Indonesia, metode budidaya longline dengan jaring mengelilingi dari serangan predator, menenggelamkan stok benih ke perairan bersalinitas lebih dalam selama musim hujan, dan untuk menangkap dan membudidayakan ikan baronang (Siganus spp.) sebagai tambahan, predator rumput laut di lokasi budidaya yang menyediakan alternatif pemanenan rumput laut. (Rice dan Savoie, 2005). Bryceson (2001) melaporkan beberapa ribu pembudidaya, kebanyakan adalah wanita yang terlibat dalam produksi dan penjualan rumput laut, menyediakan pendapatan yang sangat dibutuhkan. Efek lingkungan tampak minim, bahkan beberapa ikan herbivora sebenarnya mendapatkan sumber makanan tambahan ketika berada di sekitar rumput laut yang dibudidayakan. Konflik dengan pengguna lain dari pantai tampak dapat dikelola ketika zonasi diterapkan pada perahu nelayan dan kegiatan wisata. Kendala yang sering dialami adalah harga yang sangat rendah dibayarkan kepada pembudidaya dibandingkan dengan harga yang sangat tinggi yang diambil untuk produk-produk phycocolloid oleh industri farmasi dan makanan, keuntungan besar yang dibuat oleh perusahaan transnasional menimbulkan pertanyaan yang penting di era globalisasi ini (Bryceson, 2001). 6
  • 9. 1 Negara Asia Kappaphycus alvarezii merupakan 80% dari ekspor rumput laut Filipina, yang dijual sebagai bentuk segar dan kering; Meskipun rumput laut kering memiliki permintaan yang lebih besar, rumput laut segar sangat diminati di restoran (Hurtado, 2003). Filipina memiliki rumput laut dengan kandungan karagenan terbesar di Asia yang mendukung pengenalan ke negara-negara Asia lainnya, misalnya Indonesia, Malaysia, Jepang, China, India, dan Vietnam. Budidaya terus diperkenalkan ke lokasi baru. Budidaya laut K. alvarezii di India, yang terletak di Okha di pantai barat, dimulai pada pertengahan 1990-an untuk produksi karagenan Kappaphycus (Mairh et al., 1995). Budidaya komersial Kappaphycus selanjutnya didirikan di Mandapam, pantai India Tenggara, selama 1995-1997. Awalnya, budidaya dilakukan dengan menggunakan kantong dan jaring; kemudian seorang wanita dari kelompok swadaya dan nelayan memperkenalkan metode rakit untuk budidaya komersial. Mereka mengadopsi sistem budidaya model Kudumpam dengan kerjasama industri dan bank yang dinasionalisasi (Eswaran dan Jha, 2006). Eswaran et al. (2002) mengevaluasi lapangan dari hasil biomassa K. alvarezii di laboratorium Mandapan dengan tingkat pertumbuhan jauh lebih tinggi (hampir 3% per hari) pada bulan Desember sampai Februari. Laporan ini menunjukkan potensi untuk upaya budidaya skala besar lebih lanjut di wilayah Mandapam. Meninjau dampak kemasyarakatan yang sangat jauh dari perkembangan ini, kemakmuran Dr. APJ Abdul Kalam, yang pada waktu itu presiden India, mendorong budidaya rumput laut Kappaphycus untuk mendukung mata pencaharian sebagai mode proyek misi masyarakat miskin di daerah pesisir (Technology Empower the Nation-address oleh presiden Honorble India di New Delhi pada tanggal 11 Mei 2006, hari teknologi). Selanjutnya, eksperimental Kappaphycus dan penanaman di lapangan dimulai di beberapa wilayah pesisir India dan hasilnya menunjukkan kemungkinan budidaya komersial Kappaphycus skala besar di perairan India sebagai sarana penghasilan pendapatan (Sakthivel;1999; Subba Rao et al., 2004, 2008; Abhiram 2006; Bindu 7
  • 10. 1 2006, 2007, 2009; Bindu dan Kumaraswamy Achary 2006; Reeta 2006; Sahoo 2006). Dung dan Nhan (2001) melaporkan keberhasilan percobaan budidaya K. alvarezii di Laguna Haiquan dan teluk Cat Ba, Vietnam yang memanfaatkan rakit mengapung dan tali yang digantung. Tingkat pertumbuhan yang direalisasikan dari laut lepas lebih tinggi dari pada yang dicapai di teluk terlindung dan masing-masing berkisar dari 5,18-9,82% hari-1 dan 5,25-7,90% hari-1 . Budidaya Kappaphycus alvarezii dianggap sangat efisien dalam menghasilkan peluang pekerjaan dan sebagai penghasilan tambahan bagi orang yang kurang mampu dalam hal ekonomi di daerah pesisir Vietnam (Nang, 2005). Selain itu, kontribusi yang signifikan terhadap keseimbangan ekologi dan bioremediasi pengkayaan nutrien pesisir diwujudkan melalui penggunaan metode budidaya yang ditempatkan di dasar daerah dangkal selama musim dingin dengan sirkulasi air yang cepat, angin kencang, dan ombak, musim panas yang cerah dengan sirkulasi air terbatas, angin yang sedikit, dan energi gelombang. Penurunan konsentrasi kandungan amonia, nitrit, nitrat, fosfat, dan fosfor dalam air berkisar 10-80% (Nang, 2005). Kualitas tinggi Eucheuma yang dibudidayakan orang Vietnam, memenuhi standar yang diperlukan untuk budidaya Eucheuma komersial yang berkelanjutan, khususnya di perairan selatan Vietnam. Yarish et al. (2001) melaporkan model prototipe yang dapat mengilustrasikan pentingnya mengintegrasikan kegiatan budidaya rumput laut dalam pemeliharaan dan kesehatan wilayah pesisir, model yang sedang dieksplorasi untuk teluk Xincun, provinsi Hainan Tenggara, Cina. Kapasitas kekurangan nitrogen dan fosfor tahunan Kappaphycus di teluk Xincun adalah 53,8 dan 3,7 t, masing-masing, selama musim pertumbuhan 1999-2000. Laporan tersedia juga pada budidaya Eucheuma dan Kappaphycus di Sabah, Malaysia di mana dua pabrik untuk produksi Carrageenan telah ditetapkan dan melanjutkan persediaan rumput laut di Malaysia (Phang, 2006). 8
  • 11. 1 Negara Amerika Ada beberapa laporan tentang pengenalan K. alvarezii dan budidaya komersial dari belahan bumi bagian barat dan sebagian besar upaya berkonsentrasi pada peningkatan strain dan manipulasi genetik melalui penggunaan teknik bioteknologi modern (Ask dan Azanza, 2002). Namun, laporan bioinvasif dari Hawaii (Woo et al., 1989 ; Rodgers dan Cox 1999; Smith 2003; Conklin dan Smith, 2005) dan Venezuela (Barrios, 2005) telah berfokus pada efek ekologi pengenalan Eucheumoid pada komunitas lokal. De Paula et al. (2002) melaporkan budidaya komersial K. alvarezii sebagai praktik yang secara teknis layak untuk teluk Ubatuba, negara Sao Paulo, Brazil menggunakan teknologi budidaya rakit apung. Cabang-cabang yang ditumbuhkan di laboratorium dari K. alvarezii, dengan bobot rata-rata mulai dari 2,97 hingga 4,25 g, berhasil dikembangkan untuk menghasilkan thallus dengan percabangan yang banyak di teluk Ubatuba (Hiyashi et al., 2007a,b). Transplantasi cabang yang diproduksi dalam budidaya rumput laut berguna untuk menghindari risiko pengenalan spesies yang tidak diinginkan (De Paula et al., 2002). Ask et al. (2001) prioritas penelitian yang direkomendasikan termasuk; penggantian "sistem tie-tie", penggunaan spora/ sporelings dalam kultivasi, percobaan multifaktorial dengan mempertimbangkan nutrisi, salinitas, cahaya, dll. Untuk menghadapi tantangan musiman, mitigasi hama, herbivora dan penyakit, peningkatan strain dan pengembangan transgenik, serta meningkatkan kualitas ekstrak melalui metode penanganan pasca panen yang unggul. Rekomendasi untuk mengeksplorasi, mempublikasikan dan memanfaatkan prosedur karantina praktis dan efektif untuk pengenalan komersial Eucheumoids. Tiga strain warna K. alvarezii dibudidayakan di Dzilam, Yucatan, Meksiko menggunakan metode budidaya rakit apung yang ditentukan untuk menentukan kelayakan teknis dari produksi rumput laut ini secara komersial di perairan tropis Semenanjung Yucatan (Munoz et al., 2004). Studi ini menggambarkan bahwa K. alvarezii dapat tumbuh selama musim kemarau dan musim hujan, serta menyimpulkan bahwa budidaya rumput laut dapat dicoba sebagai kegiatan alternatif di daerah tersebut. Bulboa 9
  • 12. 1 dan De Paula (2005) membandingkan tingkat pertumbuhan in vitro K. alvarezii dan K. striatum, di bawah intensitas cahaya matahari dan temperatur yang berbeda di laut lepas pantai Tenggara Ubatuba, Sao Paulo, Brazil. K. alvarezii secara fisiologis berbeda dan tumbuh lebih cepat dari pada K. striatum. Selain itu, karena risiko propagasi Kappaphycus yang tidak terkontrol merupakan hal yang sangat memprihatinkan, produksi lapangan K. striatum dihentikan setelah upaya pemantauan, mengungkapkan produksi tetraspores yang dapat bertahan hidup. K. alvarezii sudah menjadi spesies yang lebih menguntungkan dan ekologis lebih aman untuk kegiatan budidaya lokal. Budidaya Polikultur dan Multitropik Solusi untuk tuntutan yang saling bertentangan antara pengembangan budidaya laut intensif dan perlindungan lingkungan laut dapat bergantung pada interaksi budidaya (polikultur) multitrofik antara produsen utama dan konsumen (Wu et al., 2003). Sejumlah laporan menunjukkan potensi K.alvarezii sebagai kandidat spesies untuk praktek budidaya (polikultur) multitropik (Lombardi et al., 2006; Namudu dan pickering, 2006). Wu et al., (2003) menyatakan bahwa, efek hasil mutiara kualitas premium dari tiram polikultur yang dibudidayakan dengan K. alvarezii lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan tiram monokultur. Mesia dan Mapelamao (2006) melaporkan di Provinsi Barat pulau Solomon, terdapat kegiatan budidaya Kappaphycus dengan mutiara multitropik, budidaya udang putih di laut Pasifik dengan menggunakan keramba jaring apung., budidaya Litopenaeus vannamei dan K. alvarezii di perairan laut terbuka telah dipublikasikan oleh penelitian akuakultur pusat, lembaga perikanan negara di Ubatuba, Sao Paulo, brazil (Lombardi et al., 2001) dan hasil yang didukung menggunakan polikultur apung yang menyediakan tempat berlindung, naungan, dan dasar untuk organisme tambahan, agar dapat meningkatkan pakan alami, pasokan untuk udang. Sebuah laporan baru-baru ini (Lombardi et al., 2006) Menunjukkan tingkat produksi udang putih Litopaneaus vannamei pasifik setinggi 3,23 kg m2 y-1 dan tingkat produksi K. alvarezii 23,70 kg m2 y-1 menggunakan 10
  • 13. 1 kurungan percobaan dengan tambahan tiram / PVC ukuran tertentu, di PVC keramba apung dalam uji coba budidaya di Brazil. Genetika molekuler dan manipulasi Upaya untuk menghasilkan strain baru Eucheumoid komersial melalui hibridisasi somatik dan mutagenesis di bidang budidaya dengan tingkat pertumbuhan yang memiliki karakteristik biokimia yang lebih baik, dinyatakan oleh Cheney et al, (1997, 1998). Sebagai hasilnya, kemajuan dalam teknik fusi protoplas dan fusi sel-sel, strain baru E. denticulatum dan K. alvarezii, menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat secara signifikan (hingga 14% per hari) dalam uji coba lapangan yang luas. Menggunakan teknik fusi sel-sel hibrida antara E. denticulatum dan K. alvarezii yang diproduksi, menunjukkan komposisi karagenan baru (Cheney et al., 1998). Laporan ini juga menjelaskan beberapa teknik baru yang dikembangkan di laboratorium bioteknologi rumput laut dari Universitas Noertheastern, yang telah membuat produksi budidaya rumput laut merah yang diperbaiki secara genetik dan juga praktis. Peningkatan strain K. alvarezii dengan memanfaatkan kultur jaringan dan micropropagasi yang dikembangkan untuk optimasi budidaya in vitro (Hayashi et al., 2008a, b). Serangkaian budidaya dan pengujian bentuk pengenalan ditandai dengan (warna coklat dan hijau, tetrasporophytes merah, gametofit coklat, dan tetraspores mulai tumbuh). Sampel tetraspore mulai tumbuh menunjukkan persentase tertinggi dari eksplan membentuk kalus dan potensi regenerasi dalam larutan 50% von stosch, dan potensi mikropropagasi yang tinggi. Asam indole-3-asetat dan benzylaminopurine serta penambahan colchicine dapat menstimulasi proses regenerasi untuk menghasilkan eksplan potensial regenerasi yang tinggi. Sistematika dan taksonomi yang dilibatkan oleh plastisitas morfologi rumput laut Kappaphycus dan Eucheuma (Areschougiaceae), kurangnya karakter identifikasi khusus yang memadai, dan manfaat nama-nama komersial. Variasi genetik dan hubungan taksonomi dari sampel komersial, liar, dan herbarium 11
  • 14. 1 ditentukan dengan menggunakan berbagai alat molekuler (Giuseppe et al., 2006). Mitokondria cox2-3 dan Rubisco spacer menyatakan digastidal diurutkan dengan perbedaan genetik yang jelas antara K. alvarezii ("Cottonii") dan K. striatum ("Sacol"). K. alvarezii di Hawaii dan Afrika juga ditemukan berbeda secara genetis. Giuseppe et al. (2006) melaporkan semua yang saat ini dipelihara. K. alvarezii memiliki mitokondria haploid yang serupa. Sampel Afrika dari E. deticulatum ("sponosum") tampaknya berbeda secara genetik. Data menunjukkan bahwa E. denticulatum yang dibudidayakan saat ini mungkin telah “diaklimatisasi” beberapa kali, dibandingkan dengan K. alvarezii yang dibudidayakan. Kiberly et al., (2009) menggunakan tiga penanda molekuler (rRNA 28S nuklir parsial, plastida parsial 23S rRNA, dan mitochondrial 5 'COI), dan mengikuti pendekatan barcoding seperti DNA untuk mengidentifikasi sampel Eucheuma dan Kappaphycus, Hawaiian, Amerika Serikat. Analisis batas- bergabung adalah kongruen dalam pemisahan Eucheuma dan Kappaphycus, dan rangkaian yang dihasilkan konsisten dengan yang terungkap untuk perbandingan global dengan spacer mitokondria cox2-3 dan data GenBank. Intetrasi ekologi dan laporan bioinvasi Pengenalan global K. alvarezii ke ekosistem baru telah menciptakan kekhawatiran atas sifatnya yang non-endemik, berdampak pada keanekaragaman hayati, dan alternatif kesehatan serta keseimbangan ekologi masyarakat lokal. Pengenalan budidaya invasif komersial adalah mengumpulkan perhatian dan pertimbangan sebagai salah satu tantangan potensial untuk budidaya rumput laut sebagai mesin pengembangan ekonomi bagi masyarakat nelayan di wilayah pesisir. Interaksi ekologi spesies ini pertama kali dilaporkan dari pulau Hawaii (Woo et al. 1989) dan laporan berikutnya dari Rodgers and Cox (1999), Smith (2003), Barrios (2005), dan Chandrasekaran et al. (2008) menyatakan sebagai spesies invasif , tampaknya, tidak ada laporan praktis dari negara-negara di mana rumput laut telah dilibatkan untuk tujuan budidaya (Ask et al. 2001) dan praktik budidaya masih terus memberikan penghasilan bagi ribuan keluarga. 12
  • 15. 1 Woo et al., (1989) menentukan peran herbivora (hama) pada kelimpahan K. striatum dengan intensitas yang disimpulkan rendah dan tidak dapat mempengaruhi biomassa rumput laut. Sebaliknya, percakapan baru-baru ini dengan nelayan Kappaphycus di India menunjukkan bahwa sekitar 30% biomassa rumput laut berkurang dari serangan hama. Woo et al., (1989) menyatakan penelitian tambahan untuk menilai kemampuan rumput laut bereproduksi secara vegetatif, serta penilaian kualitatif dari kemungkinan dampak pertumbuhan rumput laut berlebihan pada karang hidup, untuk memperkirakan penyebaran lebih lanjut, perubahan habitat, dan dampak ekologis. Penyebaran K. alvarezii, K. striatum, dan Gracilaria salicornia diukur pada karang penghalang, pecahan karang, dan karang tepi di teluk Kaneohe, Oahu, Hawaii oleh Rodgers dan Cox (1999). Laporan ini menilai sejauh mana rumput laut di teluk ini dapat menentukan tingkat penyebarannya dengan survei papan manta tow. Kelimpahan dari spesies ini ditentukan oleh transek karang yang terdapat di teluk pusat. Smith (2003) mengemukakan beberapa bukti kuantitatif pertama dari yang negatif secara signifikan pada rumput laut non indigenous di perairan tropis. Interaksi antara K. alvarezii dan kelimpahan karang diperiksa menggunakan fotoquadrat dan hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan karang yang berlebihan akan menyebabkan rumput laut mengalami kematian. Conklin dan Smith (2005) melakukan penelitian untuk mengukur kelimpahan Kappaphycus spp. baik secara spasial atau temporal, dan untuk menyelidiki kontrol pertumbuhan termasuk penghapusan manual dan penggunaan biocontrol. Para peneliti di teluk Kaneohe, Hawaii, AS yang merekomendasikan bahwa tindakan manajemen yang cepat harus dilakukan untuk mencegah kerusakan dan penyebaran lebih lanjut pada bagian terumbu karang, Hawaiian, Amerika Serikat. Barrios (2005) menyatakan bahwa, jaringan vegetatif K. alvarezii tersimpan sebagai lapisan dari sel-sel kecil yang disusun secara radial dengan medulla penghubung sel besar dengan filamen rhizoidal. Kurangnya struktur K. alvarezii membatasi Pencegahan pertumbuhan thallus ketika berbudidaya di perairan terbuka dapat menimbulkan risiko penyebaran rumput laut ke lingkungan 13
  • 16. 1 sekitarnya. Tingkat pertumbuhan yang tinggi, kapasitas reproduksi aseksual melalui fragmentasi, resistensi terhadap hama dan kolonisasi oleh organisme pencemar membuat Kappaphycus menjadi dominan potensial di lingkungan baru. Chandrasekaran et al., (2008) melaporkan bioinvasi dari K. alvarezii ke terumbu karang (Acropora sp.) di pulau Kurusadai, biosfer teluk laut Mannar, India Selatan. Laporan ini mengkuantifikasi invasi K. alvarezii dan pembentukan karang hidup dan mati, pecahan-pecahan karang, menghasilkan gambaran yang signifikan dalam pembentukan koloni karang. Studi Penilaian Dampak Lingkungan Meskipun kekhawatiran tentang pengalihan dan pengenalan K. alvarezii semakin meningkat, studi-studi mengenai dampak lingkungan untuk mengatasi masalah ini sangat kecil. AMDAL dilakukan pada budidaya komersial Kappaphycus di India yang membahas dengan mengacu pada skenario global oleh Tewari et al., (2006 a,b). Masalah kontroversial termasuk pertumbuhan rumput laut yang tidak terkontrol, invasif dan fragmentasi melalui spora, kerusakan karang, dan kekurangan nutrisi. Studi penilaian dampak lingkungan India telah menunjukkan bahwa budidaya komersial Kappaphycus memiliki banyak dampak positif dan beberapa dampak negatif lingkungan. Pembudidayaan yang direncanakan, mencakup pemantauan rutin terhadap lingkungan, yang dapat mengurangi dampak negatif. Dampak budidaya Kappaphycus akan berbeda dari lingkungan ke lingkungan hidup lainnya. Oleh karena itu, dampak negatif yang dialami oleh satu lingkungan belum tentu dialami di lingkungan lain. Budidaya komersial K. alvarezii di India tidak dianggap berbahaya bagi lingkungan. Sebagai alternatif, Percira dan Verlecar (2005) mengemukakan K. alvarezii condong menjadi invasif di India Selatan dan penyebarannya di Teluk Mannar. Akademi nasional ilmu pertanian, budidaya rumput laut di India dan catatan kebijakan pemanfaatan (2009) mengembangkan budidaya komersial makroalga dan rekomendasi pengolahan serta menyatakannya sebagai prioritas nasional. Prioritas penelitian dan pengembangan di India meliputi; Pembuatan basis data taksonomi dasar rumput laut; Pembentukan tempat plasma nutfah dan herbarium; 14
  • 17. 1 Program improvisme strain klasik dan molekuler; Diversifikasi produk rumput laut; dan Studi ekologi serta AMDAL yang berkaitan dengan pengenalan spesies eksotis. Berdasarkan literatur yang tersedia dari laporan yang telah diverifikasi, tinjauan ini menyimpulkan bahwa pengenalan budidaya Kappaphycus ke lokasi baru akan berlanjut untuk masa mendatang di negara-negara tropis karena terealisasinya nilai produksi yang tinggi, sebagai mata pencaharian alternatif desa-desa pesisir, dan peningkatan permintaan industri global untuk karagenan. 15
  • 18. Kosa Kata Abudance = Kelimpahan Accompanying = Mengawali Achieved = Mencapai Activity = Kegiatan Actually = Sebenarnya Additionally = Selain itu Addressing = Berbicara Adequate = Memadai Adjunct = Tambahan Adopt = Mengambil Advancements= Kemajuan Advocated = Menganjurkan Affect = Mempengaruhi Aimed = Tujuan/ maksud Along = Sepanjang Alteration = Perubahan Among = di antara Annual = Tahunan Appear = Tampak Appear = Tampak Apprehensions = Kekhawatiran Assessment = Penilaian/ kemungkinan Assist = Membantu Attempt = Upaya Available = Tersedia Avoids = Menghindari Bag = Kantong Balance = Keseimbangan Barrier = Penghalang bays = Teluk Began = Mulai Between = Antara Biodiversity = Keanekaragaman hayati Boats = Perahu Borne = Tersimpan Bottom = Bawah Branch = Cabang Brief = Laporan singkat Broadcast = Siaran Cages = Keramba Capture = Menangkap Carried = Mengatasi Cause = Sebab Challenge = Tantangan Cited = Dikutip Cleaning = Pembersihan Clusters = Rangkaian/gugus Coast = Pantai Coastal = Pesisir Comlicated = Melibatkan Commonly = Umumnya Comparing = Perbandingan Concern = Kekhawatiran/ keprihatinan Concluded = Menyimpulkan Conducted = Melakukan 16
  • 19. 1 Conflicting = Bertentangan Considering = Mempertimbangkan Consisting = Terdiri Content = Kadar Convenience = Manfaat Conversations = Percakapan Conversely = Sebaliknya Corporation = Perusahaan Countries = Negara Coverage = Cakupan Crop = Panen Crust = Lapisan/ permukaan keras Cucumber = Tenang Cultivation = Budidaya/penanaman Currently = Sekarang/saat ini Damage = Kerusakan Demand = Permintaan Demonstrated = Menunjukkan Densities = Kepadatan Deployed = Menyebarkan Determination = Kebulatan tekad Determine = Menentukan Determined = Menentukan Developed = Dikembangkan Development = Merkembangan Different = Berbeda Discontinued = Dihentikan Diseases = Penyakit Distance = jarak Distinct = berbeda Distinctions = perbedaan Drying = pengeringan During = Selama e.g = Misalnya Each = Masing-masing Earlier = Sebelumnya East = Timur Ecological = Ekologi efficient = Efisien Efforts = Upaya EIA = AMDAL Enabling = Memungkinkan Encountered = Mengalami encouraged = Mendorong Engaged = Terlibat Enhancement = Peningkatan Enormous = Besar Enrichment = Pengkayaan Equipment = Peralatan Established = Didirikan Establishment = Pembentukan Evidence = Bukti Examined = Diperiksa Exceeded = Melebihi excellency = Kemakmuran Exhibited = Menunjukkan Exist = Ada Expanded = Mengembangkan Experienced = pengalaman/ yang telah dialami Experimental = percobaan 17
  • 20. 1 Explored = eksplorasi/ menyelidiki Extension = perpanjangan Extensive = luas Extent = jangkauan Extremely = Sangat Fact = fakta/ kebenaran Factories = Pabrik False = Salah Farming = budidaya Farming = Budidaya far-reaching = Sangat jauh Faster = Lebih cepat Feasible = Layak Fetched = Mengambil Few = Beberapa/ golongan kecil Field = lapangan findings = penemuan Fishermen = nelayan Flat = dataran Floating = apung Floating = Mengapung Forming = membentuk Fouling = mencemari Found = ditemukan Frames = bingkai/membuat Fresh = segar Fringing = penyebar Further = Lebih Lanjut Future = Masa Depan Gain = mendapatkan Gathering = mengumpulkan gave = lihat generating = menghasilkan Germinated = mulai tumbuh/ bercabang Grazing = merumput (hama) Greater = lebih besar Growth = pertumbuhan Half = Sebagian Hampered = Terhambat Handling = Penanganan Hanging = Gantung Harmful = Berbahaya held = Diadakan Hemisphere = Belahan bumi Higher = tinggi Highlight = Menyoroti However = Namun i.e = yaitu Impact = Dampak Importance = pentingnya Improvement = peningkatan Includes = Memasukkan Including = termasuk Income = pendapatan Increase = Meningkat increased = Peningkatan Increasing = Peningkatan Independent = lepas/bebas Indicated = Menunjukkan 18
  • 21. 1 initiated = dimulai Initiative = inisiatif Interest = perhatian/ minat Intermediate = Menengah Invader = Penyerang Inventory = Persediaan Islands = pulau isolated = memisahkan/isolasi Knot = simpul/ikat Lack = kekurangan Large = besar Limiting = membatas Livelihood = Mata Pencaharian locaties = Lokasi Lower = rendah main = secara keseluruhan Mainland = daratan Maintenance = pemeliharaan Manageable = dapat dikelola Manipulation = manipulasi markets = pasar May = dapat Mean = rata Means = sarana Measured = diukur Meet = menghadapi Meeting = memenuhi Memperluas Mitigate = mengurangi Monitoring = pemantauan Most = Paling Nations = Negara/bangsa Nearly = hampir Needed = membutuhkan Netting = kelambu/jaring Novel = baru Offered = penawaran outer = terluar Outplanting = tunas Over = Atas/Berakhir overcoming = mengatasi/ menanggulangi Oversight = kelalaian overview = gambaran Particularly = khususnya Patch = penempel Pearl = mutiara Peninsula = semenanjung pertaining = berkaitan Pests = hama Piloting = memantu Point = menunjukkan poor = miskin possibility = kemungkinan Preventing = pencegahan Price = harga Profitable = menguntungkan Promote = menaikkan Propagation = penyebaran Protection = perlindungan Providing = memberikan Purchased = Dibeli 19
  • 22. 1 Purposes = Tujuan Quantifies = mengukur Rabbitfish = ikan baronang Raft = rakit Ragional = daerah Raise = Menimbulkan Ranged = berkisar Rapid = cepat Rate = tingkat Raw = Mentah Realized =mewujudkan Recent = belakangan Rectangular = persegi panjang Reductions = penurunan Reference = mengacu Regimes = rezim/aturan Region = wilayah Relating = Berhubungan Rely = bergantung Removal = kehilangan/ kekurangan Replacement = penggantian Replenishment= perlengkapan/ penambahan Represents = mewakili Required = diperlukan Requirements = Persyaratan Resist = Menolak/ Melawan Resource = sumber penghasilan respectively = masing-masing Resulted = Menghasilkan Results = hasil Revealed = mengungkapkan Revealed = menyatakan Review = Tinjauan Risk = Risiko Role = Peran Rope = Tali Rubble = Puing Rural = Pedesaan Safer = aman Sandy = pasir Satisfying = Memenuhi Seagrass = lamun Seasonal = musiman Seed = benih Seeded = diunggulkan Seedling = bibit Selected = Memilih Self-help = Swadaya Sequenced = Diurutkan Several = Beberapa Shade = naungan shallow = dangkal sheltered = terlindung Shown = Menunjukkan Similar = Serupa Simultaneously = Serentak Site = Lokasi societal = kemasyarakatan Sold = Terjual Solution = Larutan 20
  • 23. 1 Some = Beberapa Source = Sumber Southeastern = Tenggara Southerm = Selatan Spread = penyebaran State = Negara Bagian Still = Masih Strengthening = penguatan Submerging = menenggelamkan Subsequently = Kemudian Successfully = berhasil Suggested = Disarankan Suggestions = saran/ usul Summary = ringkasan sunny = cerah Superior = unggul supplemental = tambahan support = mendukung Surrounding = sekitar Survey = peninjauan Sustainable = berkelanjuatan Techniques = Teknik Term = mengatakan Than = dari Though = Meskipun Tidal = pasang surut Tools = alat Tourist = wisata Training = latihan trials = uji coba Unable = tidak dapat Uncontrolled = tidak terkontrol Under = bawah Unwanted = tidak diinginkan up to = hingga Use = penggunaan Using = menggunakan Utilizing = Memanfaatkan Value = Nilai Ventures = usaha Viability = kelangsungan hidup Viable = dapat bertahan hidup village = desa Villager = Penduduk Desa Vulnerability = kerentanan waves = ombak/gelombang Weights = bobot Well = Baik Were = Adalah west = barat Wet = basah/hujan Widely = Secara Luas Wild = Alam liar Wind = angin Yields = hasi 21