Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ilham Mustafa
UU ini mengatur ketentuan pokok Kepolisian Negara Indonesia sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas memelihara keamanan dalam negeri. Kepolisian bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Menteri yang menguasai Kepolisian. UU ini mengatur tugas, organisasi, wewenang dan hubungan Kepolisian dengan instansi terkait untuk menjalankan fungsi keamanan.
UU ini mengatur tentang pokok-pokok kesehatan di Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat melalui pencegahan penyakit, pengobatan, pendidikan kesehatan, dan pengembangan tenaga kesehatan. UU ini juga mengatur tentang peran swasta dalam bidang kesehatan serta ketentuan peralihan dari peraturan sebelumnya.
UU ini mengatur tentang sensus penduduk di Indonesia. Sensus dilakukan untuk mengumpulkan data demografi dan sosial ekonomi masyarakat. UU ini menetapkan Biro Pusat Statistik sebagai lembaga pelaksana sensus dan mengatur wewenang petugas sensus dalam mengumpulkan data. UU ini juga mengatur kewajiban masyarakat untuk memberikan informasi kepada petugas sensus serta sanksi bagi yang menghalangi pelaksanaan sensus.
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Ilham Mustafa
Undang-undang ini menetapkan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara untuk menghargai kesetiaan dan jasa luar biasa anggota Kepolisian dan warga negara Indonesia non-Kepolisian dalam melaksanakan tugas Kepolisian. Bintang Bhayangkara terdiri dari tiga kelas dan dianugerahkan kepada anggota Kepolisian atau warga negara yang menunjukkan keberanian dan ketabahan melampaui panggilan tugas. Undang-undang ini juga
Ketentuan ketentuan pokok_kepolisian_(uu_12_thn_1_12Ilham Mustafa
UU ini mengatur ketentuan pokok Kepolisian Negara Indonesia sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas memelihara keamanan dalam negeri. Kepolisian bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Menteri yang menguasai Kepolisian. UU ini mengatur tugas, organisasi, wewenang dan hubungan Kepolisian dengan instansi terkait untuk menjalankan fungsi keamanan.
UU ini mengatur tentang pokok-pokok kesehatan di Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat kesehatan rakyat melalui pencegahan penyakit, pengobatan, pendidikan kesehatan, dan pengembangan tenaga kesehatan. UU ini juga mengatur tentang peran swasta dalam bidang kesehatan serta ketentuan peralihan dari peraturan sebelumnya.
UU ini mengatur tentang sensus penduduk di Indonesia. Sensus dilakukan untuk mengumpulkan data demografi dan sosial ekonomi masyarakat. UU ini menetapkan Biro Pusat Statistik sebagai lembaga pelaksana sensus dan mengatur wewenang petugas sensus dalam mengumpulkan data. UU ini juga mengatur kewajiban masyarakat untuk memberikan informasi kepada petugas sensus serta sanksi bagi yang menghalangi pelaksanaan sensus.
Tanda kehormatan bintang_bhayangkara_(uu_14_thn_1_14Ilham Mustafa
Undang-undang ini menetapkan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara untuk menghargai kesetiaan dan jasa luar biasa anggota Kepolisian dan warga negara Indonesia non-Kepolisian dalam melaksanakan tugas Kepolisian. Bintang Bhayangkara terdiri dari tiga kelas dan dianugerahkan kepada anggota Kepolisian atau warga negara yang menunjukkan keberanian dan ketabahan melampaui panggilan tugas. Undang-undang ini juga
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perkoperasian di Indonesia. Undang-undang ini mencabut Undang-undang sebelumnya dan menetapkan landasan, fungsi, organisasi, dan ketentuan umum tentang koperasi berdasarkan semangat Orde Baru dan Pancasila.
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perbankan di Indonesia. Undang-undang ini mengatur jenis dan macam lembaga perbankan seperti bank sentral, bank umum, bank tabungan, bank pembangunan milik negara dan swasta serta syarat pendirian dan pengurusannya."
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengubah Pasal 18 Undang-undang Kewarganegaraan tahun 1958 untuk memberikan kesempatan kepada orang Indonesia yang kehilangan kewarganegaraan karena tidak dapat melaporkan diri akibat situasi di luar kendali mereka untuk memperoleh kembali kewarganegaraan dengan melapor ke perwakilan Indonesia dan menyatakan kesetiaan pada negara.
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengatur tentang struktur dan organisasi pengadilan di Indonesia, mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah Agung. Undang-undang ini menetapkan tugas dan wewenang para hakim dan aparat peradilan lainnya serta ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian, dan pemberhentian sementara hakim.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penerbitan Perjudian menyatakan bahwa perjudian bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat. Undang-undang ini memperketat sanksi pidana untuk perjudian dan memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur penertiban perjudian sampai dihapuskan.
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya mengatur ketentuan umum mengenai lalu lintas jalan, pengemudi, penomoran kendaraan bermotor, pengujian kendaraan, kendaraan tidak bermotor, jalan, peranan pemerintah dalam pengangkutan jalan raya, dan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor. Undang-undang ini mencabut peraturan sebelumnya dan memberikan wewenang kepada pemerintah p
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ilham Mustafa
Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 menetapkan ketentuan-ketentuan pokok tentang peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Tujuannya adalah meningkatkan produksi ternak untuk meningkatkan taraf hidup peternak dan memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat secara merata. Undang-undang ini mengatur berbagai aspek peternakan seperti bentuk usaha, perkembangbiakan ternak, pewilayahan, industri, perdagangan
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
[Ringkasan]
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan di Indonesia. Undang-undang ini membagi bahan galian menjadi tiga golongan yaitu strategis, vital, dan yang tidak termasuk kedua golongan sebelumnya. Undang-undang ini juga mengatur tentang bentuk perusahaan yang dapat melakukan usaha pertambangan, persyaratan untuk mendapatkan izin pertambangan, dan larangan tertentu dalam melakukan kegiatan
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ilham Mustafa
Undang-undang ini menetapkan ketentuan-ketentuan pokok mengenai kekuasaan kehakiman di Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang ini mengatur tentang lingkup kekuasaan kehakiman, pengadilan sebagai alat revolusi, hak dan kewajiban hakim, dan hubungan pengadilan dengan pemerintah dan masyarakat.
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengatur tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara. BPK berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara serta menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-undang ini juga mengatur tentang susunan, tugas, dan wewenang BPK.
Pokokpokok perkoprasian (uu_12_thn_1967)_12Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perkoperasian di Indonesia. Undang-undang ini mencabut Undang-undang sebelumnya dan menetapkan landasan, fungsi, organisasi, dan ketentuan umum tentang koperasi berdasarkan semangat Orde Baru dan Pancasila.
Pokokpokok perbankan (uu_14_thn_1967)_14Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 mengatur tentang pokok-pokok perbankan di Indonesia. Undang-undang ini mengatur jenis dan macam lembaga perbankan seperti bank sentral, bank umum, bank tabungan, bank pembangunan milik negara dan swasta serta syarat pendirian dan pengurusannya."
Perubahan pasal 18__nomor_62_tahun_1958_tentang_k_3Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengubah Pasal 18 Undang-undang Kewarganegaraan tahun 1958 untuk memberikan kesempatan kepada orang Indonesia yang kehilangan kewarganegaraan karena tidak dapat melaporkan diri akibat situasi di luar kendali mereka untuk memperoleh kembali kewarganegaraan dengan melapor ke perwakilan Indonesia dan menyatakan kesetiaan pada negara.
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengatur tentang struktur dan organisasi pengadilan di Indonesia, mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah Agung. Undang-undang ini menetapkan tugas dan wewenang para hakim dan aparat peradilan lainnya serta ketentuan mengenai pengangkatan, pemberhentian, dan pemberhentian sementara hakim.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penerbitan Perjudian menyatakan bahwa perjudian bertentangan dengan agama, kesusilaan, dan moral Pancasila serta membahayakan masyarakat. Undang-undang ini memperketat sanksi pidana untuk perjudian dan memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur penertiban perjudian sampai dihapuskan.
Lalu lintas angkutan_jalan_raya_(uu_3_thn_1965)_3Ilham Mustafa
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya mengatur ketentuan umum mengenai lalu lintas jalan, pengemudi, penomoran kendaraan bermotor, pengujian kendaraan, kendaraan tidak bermotor, jalan, peranan pemerintah dalam pengangkutan jalan raya, dan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor. Undang-undang ini mencabut peraturan sebelumnya dan memberikan wewenang kepada pemerintah p
Ketentuanketentuan pokok peternakan_kesehatan_hew_6Ilham Mustafa
Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 menetapkan ketentuan-ketentuan pokok tentang peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Tujuannya adalah meningkatkan produksi ternak untuk meningkatkan taraf hidup peternak dan memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat secara merata. Undang-undang ini mengatur berbagai aspek peternakan seperti bentuk usaha, perkembangbiakan ternak, pewilayahan, industri, perdagangan
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
[Ringkasan]
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan di Indonesia. Undang-undang ini membagi bahan galian menjadi tiga golongan yaitu strategis, vital, dan yang tidak termasuk kedua golongan sebelumnya. Undang-undang ini juga mengatur tentang bentuk perusahaan yang dapat melakukan usaha pertambangan, persyaratan untuk mendapatkan izin pertambangan, dan larangan tertentu dalam melakukan kegiatan
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ilham Mustafa
Undang-undang ini menetapkan ketentuan-ketentuan pokok mengenai kekuasaan kehakiman di Indonesia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Undang-undang ini mengatur tentang lingkup kekuasaan kehakiman, pengadilan sebagai alat revolusi, hak dan kewajiban hakim, dan hubungan pengadilan dengan pemerintah dan masyarakat.
Badan pemeriksa keuangan_(uu_5_thn_1973)_5Ilham Mustafa
Undang-undang ini mengatur tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga tinggi negara yang independen dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara. BPK berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara serta menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-undang ini juga mengatur tentang susunan, tugas, dan wewenang BPK.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 4 Fase B Kurikulum merdeka
Tenaga kesehatan (uu_6_thn_1963)
1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 1963
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
Perlu ditetapkan Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan;
Mengingat:
a.
Pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 ayat 1 Undang-undang Dasar;
b.
Pasal 10 Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan (Undang-undang tahun 1960 No. 9;
Lembaran-Negara tahun 1960 No. 131);
c.
Undang-undang tentang Wajib Kerja Sarjana (Undang-undang tahun 1961 No. 8; LembaranNegara tahun 1961 No. 207);
d.
Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian (Undang-undang tahun 1961
No. 18; Lembaran-Negara tahun 1961 No. 263);
e.
Undang-undang tentang Perguruan Tinggi (Undang-undang tahun 1961 No. 22; Lembaran-Negara
tahun 1961 No. 302);
f.
Undang-undang tentang Wajib Militer (Undang-undang tahun 1958 No. 66; Lembaran-Negara
tahun 1958 No. 117);
Dengan Persetujuan:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG
MEMUTUSKAN:
I.
Membatalkan:
1.
Ketentuan-ketentuan dalam Het Reglement op den Dienst der Folksgezondheid mengenai
Tenaga Kesehatan;
2. 2.
Undang-undang tentang pembagian tenaga dokter, dokter gigi dan bidan secara rasionil
(Undang-undang tahun 1951 No. 9);
3.
Undang-undang tentang mengatur tenaga dokter partikelir dalam keadaan genting (Undangundang tahun 1951 No. 10);
II.
Menetapkan:
Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan.
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
Maksud dan tujuan undang-undang ini ialah untuk menetapkan ketentuan-ketentuan dasar mengenai
Tenaga Kesehatan.
BAB II
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
Yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan dalam undang-undang ini, ialah:
I.
Tenaga Kesehatan sarjana, yaitu:
a.
b.
dokter-gigi;
c.
apoteker;
d.
II.
dokter;
sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan;
Tenaga Kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah:
a.
b.
III.
dibidang farmasi : asisten-apoteker dan sebagainya;
dibidang kebidanan: bidan dan sebagainya;
c.
dibidang perawatan: perawat, physio-terapis dan sebagainya;
a.
dibidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain-lain;
b.
dibidang-bidang kesehatan lain.
3. BAB III
SYARAT UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN DOKTER/ DOKTER-GIGI/APOTEKER
Pasal 3
Syarat untuk melakukan pekerjaan sebagai dokter/dokter-gigi ialah:
a.
Yang bersangkutan memiliki ijazah dokter/dokter-gigi menurut peraturan yang berlaku;
b.
Yang bersangkutan memiliki ijazah dokter/dokter-gigi diluar negeri yang sederajat dengan
Universitas Negara menurut peraturan yang berlaku.
Pasal 4
Syarat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker:
a.
Yang bersangkutan memiliki ijazah apoteker menurut peraturan yang berlaku;
b.
Yang bersangkutan telah melakukan pekerjaan kefarmasian/ sebagai apoteker menurut undangundang yang berlaku;
c.
Yang bersangkutan memiliki ijazah apoteker diluar negeri, yang menurut peraturan yang berlaku
dinyatakan sederajat dengan ijazah apoteker di Indonesia.
BAB IV
IZIN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN DOKTER/DOKTER-GIGI/APOTEKER
Pasal 5
Untuk melakukan pekerjaan, baik pada Pemerintah, pada badan-badan Swasta maupun secara Swasta
perseorangan, tenaga kesehatan yang dimaksud dalam pasal 3 dan pasal 4 harus memperoleh izin
Menteri.
Pasal 6
(1)
Pada izin yang dimaksud dalam pasal ditetapkan (tempat), jangka waktu dan syarat-syarat lain,
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam pasal 10 ayat (2), (3) dan (4) Undang- undang tentang
Pokok-pokok Kesehatan.
(2)
Hal-hal mengenai daerah (tempat), jangka waktu dan syarat-syarat lain yang dimaksud dalam ayat
(1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
4. BAB V
TUGAS PEKERJAAN TENAGA KESEHATAN SARJANA-MUDA, MENENGAH DAN RENDAH
Pasal 7
(1)
Tugas pekerjaan tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah ditetapkan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya.
(2)
Pendidikan yang dimaksudkan dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah atau Peraturan
Menteri Kesehatan.
Pasal 8
(1)
Tenaga kesehatan sarjana-muda, menengah dan rendah melakukan pekerjaannya dibawah
pengawasan dokter/dokter-gigi/ apoteker/sarjana lain yang dimaksud pasal 2 nomor 1.
(2)
Kepada tenaga kesehatan tertentu dapat diberikan wewenang terbatas untuk menjalankan
pekerjaan tanpa pengawasan langsung sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1).
(3)
Ketentuan-ketentuan dalam pasal 5 dan 6 berlaku juga untuk melakukan pekerjaan tenaga
kesehatan yang dimaksud dalam ayat (2).
BAB VI
TENAGA PENGOBATAN BERDASARKAN ILMU DAN/ATAU CARA LAIN DARI PADA ILMU
KEDOKTERAN
Pasal 9
(1)
Menteri Kesehatan memberi bimbingan dan pengawasan kepada mereka yang melakukan usahausaha pengobatan berdasarkan ilmu dan atau cara lain dari pada ilmu kedokteran.
(2)
Bimbingan dan pengawasan yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturanperaturan pelaksanaan.
BAB VII
BIMBINGAN PEMERINTAH
5. Pasal 10
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang tentang Pokok -pokok Kesehatan
(Undang-undang tahun 1960 No. 9; Lembaran-Negara tahun 1960 No. 131), Menteri Kesehatan
mengatur, membimbing dan mengawasi tenaga kesehatan dalam melakukan tugas pekerjaannya, baik
yang dijalankan sebagai perseorangan maupun yang merupakan aktivitas-aktivitas secara kolektip.
BAB VIII
TINDAKAN-TINDAKAN ADMINISTRATIP
Pasal 11
(1)
Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan
Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap tenaga kesehatan dapat dilakukan
tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai berikut :
a.
melalaikan kewajiban;
b.
melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
c.
d.
(2)
mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan,
melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
Tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1)dapat diambil oleh Pejabat Kesehatan
Tertinggi di Daerah tingkat I dan/atau Menteri Kesehatan, setelah diadakan pemeriksaan yang
teliti.
Pasal 12
(1)
Jika tindakan-tindakan dalam pasal 11 ayat (1) yang diambil oleh Pejabat Kesehatan Tertinggi di
Daerah Tingkat I tidak diterima oleh tenaga kesehatan yang bersangkutan, maka ia dapat
memajukan perkaranya kepada Menteri Kesehatan.
(2)
Menteri Kesehatan mengambil tindakan-tindakan yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1) atau
dalam hal yang dimaksud dalam pasal ini ayat (1), setelah mendengar pertimbangan Dewan
Pelindung Susila Kedokteran dan bilamana perlu badan-badan- lain.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
6. Pasal 13
Hal-hal yang tidak, belum atau belum cukup diatur dengan Undang-undang ini, diatur dengan Peraturan
Pemerintah atau Peraturan Menteri Kesehatan.
Pasal 14
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-undang ini
dengan penempatan dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 12 Juli 1963
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUKARNO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 22 Juli 1963
SEKRETARIS NEGARA,
Ttd.
MOHD. ICHSAN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1966 NOMOR 79
7. PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 6 TAHUN 1963
TENTANG
TENAGA KESEHATAN
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Undang-undang ini menetapkan ketentuan-ketentuan yang bersifat khas (spesifik) mengenai petugaspetugas kesehatan, maka dari itu Undang-undang ini dapat berlaku disamping Undang-undang lain
seperti Undang-undang Pokok Kepegawaian perihal Pegawai Negeri, Undang-undang Wajib kerja
Sarjana mengenai para Sarjana. Undang-undang Wajib Militer mengenai Warga Negara yang harus
melakukan dinas Wajib Militer.
Pasal 2
Tenaga Kesehatan Sarjana, termasuk golongan Sarjana pada umumnya pendidikannya diselenggarakan
oleh Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan.
Tenaga Kesehatan lainnya yang bertingkat Sarjana Muda, Menengah dan Rendah (non-akademikus)
pendidikannya diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dalam bidang Kesehatan.
Yang dimaksud dengan Sarjana Muda adalah tingkatan semi-akademis.
Pasal 3
Ijazah-ijazah dokter, dokter-gigi, apoteker dan Sarjana-sarjana lain ini diatur dalam rangka pelaksanaan
Undang-undang Perguruan Tinggi, yang juga akan mengatur soal-soal gelar, sebutan, wewenang dan
sebagainya secara keseluruhan.
Pasal 4
Yang dimaksud pada sub b ialah : assisten-apoteker yang mendapat izin memimpin sebuah "Apotik
Darurat" menurut Undang-undang No. 18 tahun 1959.
Pasal 5
Dengan "melakukan
dokter/dokter-gigi".
pekerjaan secara swasta perseorangan" dimaksud
:
"praktek partikulir
8. Dengan pasal ini Menteri Kesehatan dapat mengetahui keadaan seluruh tenaga dokter/doktergigi/apoteker dimanapun juga mereka bekerja.
Pasal 6
(1)
Menteri Kesehatan memberikan izin dengan memperhatikan kepentingan rakyat dan Negara
(umpamanya distribusi Tenaga Kesehatan secara merata diseluruh wilayah Negara), penetapan
jangka waktu untuk melakukan pekerjaan dokter/dokter-gigi/apoteker disuatu daerah tidak
mengurangi daya laku wewenang ijazah sebagaimana ditetapkan (diakui) dalam pasal 3 dan 4.
Menteri Kesehatan menetapkan syarat-syarat lain dengan memperhatikan fungsi sosial seorang
dokter/dokter-gigi/apoteker, keadaan fisik (umpamanya tidak buta-tuli, tidak buta-warna) dan
sebagainya.
(2)
Dalam melaksanakan ketentuan dalam ayat (1), Menteri Kesehatan memperhatikan segala sesuatu
mengenai daerah (tempat), jangka waktu syarat-syarat lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 7
(1)
Sebagai contoh tugas pekerjaan tenaga kesehatan dimaksud dalam pasal ini adalah sebagai
berikut:
a.
b.
Tugas pekerjaan Tenaga Kesehatan perawat pada pokoknya adalah merawat penderita sakit
dan membantu dokter dalam hal mengobatinya;
c.
(2)
Tugas pekerjaan Tenaga Bidan yang berdasarkan pendidikannya, adalah terutama memberi
pertolongan pada persalinan normal;
Tugas pekerjaan asisten-apoteker adalah melakukan kefarmasian
berdasarkan pendidikannya dan membantu pekerjaan apoteker.
yang
terbatas
Sebutan dari pada Tenaga-tenaga Kesehatan itu diatur dengan Peraturan Pemerintah atau
Peraturan Menteri.
Pasal 8
(1)
Oleh sebab Tenaga Kesehatan bukan Sarjana melakukan pekerjaan dibawah pengawasan
atasan-atasan yang bersangkutan, maka pertanggungan-jawab medis dari pada pekerjaannya
terletak pada atasan-atasan tersebut.
(2)
Adalah suatu kenyataan, bahwa didaerah-daerah dimana tidak ada seorang dokter, maka Tenaga
Kesehatan non-akademis tertentu melakukan pekerjaannya dengan memikul pertanggunganjawab sepenuhnya.
Agar kenyataan ini dapat dikuasai sebaik-baiknya, maka ditetapkan disini bahwa Tenaga
Kesehatan non-akademis tersebut perlu diberi wewenang yang terbatas.
9. (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ketentuan dalam pasal ini bersandar pada pasal 14 ayat (4) Undang-undang Pokok Kesehatan yang
mengatakan, bahwa : "Usaha-usaha pengobatan berdasarkan ilmu dan/atau cara lain dari pada ilmu
kedokteran, diawasi oleh Pemerintah agar tidak membahayakan masyarakat".
Dengan demikian tenaga pengobatan secara "Timur" (dukun, dukun bayi dan sebagainya) dapat diatur
dan dimana mungkin diikut-sertakan didalam usaha memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
rakyat.
Dalam membimbing dan mengawasi cara pengobatan tersebut, Departemen Kesehatan bekerja-sama
dengan Departemen-departemen lain, diantaranya Departemen Agama.
Pasal 10
Perjalanan perkembangan masyarakat dan Negara kearah Masyarakat Sosialis dibimbing, dengan
adanya "pimpinan" disegala bidang (demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan seterusnya), maka
dalam rangka kenyataan ini dengan tegas diterangkan bahwa dalam melaksanakan tugas pekerjaan
Tenaga Kesehatan berada dibawah pimpinan Menteri Kesehatan.
Pemerintah memberi kesempatan agar Tenaga Kesehatan non-akademikus dapat mencapai tingkat yang
lebih tinggi dengan jalan pendidikan-pendidikan dari kursus-kursus tambahan.
Pasal 11
(1)
Cukup jelas.
(2)
Dalam melaksanakan pemeriksaan yang dimaksud dalam ayat ini, Pejabat Kesehatan Tertinggi
Daerah tingkat I memperhatikan pertimbangan Pemerintah Daerah Tingkat I.
Pasal 12
Dengan ketentuan ini seorang tenaga Kesehatan yang merasa diperlakukan tidak menurut norma-norma
keadilan dapat "naik banding keinstansi yang lebih tinggi". Dengan demikian kepentingan seorang
Tenaga Kesehatan mempunyai perlindungan hukum yang sewajarnya.
Pasal 13
Cukup jelas.