Surat edaran ini membahas tentang kewajiban penyelenggaraan rekam medis elektronik oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang harus terinteroperabel dengan platform SATUSEHAT. Rekam medis elektronik perlu disesuaikan dengan standar nasional dan internasional serta protokol HL7 FHIR. Semua fasilitas harus mengimplementasikan rekam medis elektronik paling lambat 31 Desember 2023 yang akan berpengaruh terhadap hasil akreditasi
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis bahwa perkembangan teknologi digital dalam masyarakat mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan sehingga rekam medis perlu diselenggarakan secara elektronik dengan prinsip keamanan dan kerahasiaan data dan informasi.
Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis.
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.pdfMuh Saleh
Permenkes No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis bahwa perkembangan teknologi digital dalam masyarakat mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan sehingga rekam medis perlu diselenggarakan secara elektronik dengan prinsip keamanan dan kerahasiaan data dan informasi.
Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis.
Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME
Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME Aspek Hukum dan Etika RME
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Surat Edaran Dirjen Yankes ttg Penyelenggaraan RME yang Terinteroperabilitas dengan Platform SATUSEHAT.pdf
1. Yth.
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di seluruh Indonesia
SURAT EDARAN
NOMOR HK.02.02/D/7093/2023
TENTANG
PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS ELEKTRONIK YANG
TERINTEROPERABILITAS DENGAN PLATFORM SATUSEHAT
Rekam medis sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran merupakan berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien, rekam medis sendiri menjadi hal yang wajib
dibuat oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya perkembangan teknologi digital dalam masyarakat
mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan. Transformasi digital
kesehatan akan terfokus pada pengembangan data kesehatan, pengembangan aplikasi
layanan kesehatan, dan peningkatan ekosistem teknologi kesehatan yang
berkelanjutan berbasis platform. Tujuan transformasi digital adalah untuk meningkatkan
mutu data beserta kebijakannya serta meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan.
Transformasi digital kesehatan akan mengubah arah pelayanan kesehatan menjadi
lebih sederhana dan mudah digunakan oleh masyarakat, meningkatkan efisiensi
penggunaan rekam medis yang mudah diakses, berkualitas dan lengkap.
Untuk mendukung transformasi digital salah satunya di bidang Rekam Medis,
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun
2022 tentang Rekam Medis, dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatur salah
satunya adalah kewajiban menyelenggarakan rekam medis elektronik bagi setiap
fasilitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip keamanan dan kerahasian
data dan informasi. Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan
menggunakan sistem elektronik yang diperuntukan bagi penyelenggaraan Rekam
Medis.
Surat edaran ini dimaksudkan agar penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik
disetiap fasilitas pelayanan kesehatan untuk terinteroperabilitas dengan platform
SATUSEHAT.
Mengingat ketentuan:
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
2. - 2 -
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 83);
4. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 182);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan
Satu Data Bidang Kesehatan Melalui Sistem Informasi Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 956);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 829);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1423/2022 tentang
Pedoman Variabel dan Meta Data Pada Penyelenggaraan Rekam Medis
Elektronik;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1559/2022 tentang
Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Bidang Kesehatan dan
Strategi Transformasi Digital Kesehatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini disampaikan beberapa ketentuan
sebagai upaya terhadap penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik disetiap fasilitas
pelayanan kesehatan untuk terinteroperabilitas dengan platform SATUSEHAT sebagai
berikut:
1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang wajib menyelenggarakan Rekam Medis
Elektronik terdiri atas:
a. Tempat praktik mandiri dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan
lainnya;
b. Pusat kesehatan masyarakat;
c. Klinik;
d. Rumah sakit;
e. Apotek;
f. Laboratorium kesehatan;
g. Balai; dan
h. Fasilitas pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, wajib
menyelenggarakan rekam medis elektronik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik dilakukan dengan sistem
elektronik yang dikembangkan oleh:
1) Kementerian Kesehatan;
2) Fasilitas pelayanan kesehatan; atau
3) Penyelenggaraan sistem elektronik melalui kerja sama.
b. Sistem rekam medis elektronik wajib mengikuti standar seperti:
1) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1423/2022
tentang Pedoman Variabel dan Meta Data Pada Penyelenggaraan
Rekam Medis Elektronik;
2) Internasional Clasification of Disease and Revision Clinical Modification
(ICD-9 CM);
3. - 3 -
3) International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems (ICD-10);
4) Systematized Nomenclature of Medicine–Clinical Terms (SNOMED-
CT);
5) Logical Observation Identifiers Name and Codes (LOINC);
6) Kamus Farmasi dan Alat Kesehatan (KFA); dan
7) Terminologi Health Level Seven Fast Health Interoperability Resources
(HL7 FHIR).
c. harus memiliki kemampuan interoperabilitas dengan Platform SATUSEHAT.
3. Melakukan interoperabilitas sistem rekam medis elektronik ke Platform
SATUSEHAT dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan dan penyelenggara sistem rekam medis
elektronik dapat melakukan uji coba dan registrasi interopabilitas data
melalui portal https://satusehat.kemkes.go.id/platform dengan petunjuk
teknis yang tercantum dalam portal.
b. Standar protokol integrasi/interoperabilitas data menggunakan HL7 FHIR.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, diharapkan
untuk segera menyelenggarakan rekam medis elektronik paling lambat tanggal 31
Desember 2023, bagi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
menyelenggarakan rekam medis elektronik sampai dengan waktu yang telah
ditentukan, maka akan berpengaruh terhadap hasil penilaian akreditasi.
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di jakarta
Pada tanggal 4 Mei 2023
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN,
AZHAR JAYA