UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengatur tentang sistem kepemilikan rumah susun di Indonesia yang terdiri dari pemilikan perorangan atas satuan rumah susun dan pemilikan bersama atas bagian, benda, dan tanah bersama. Dokumen ini menjelaskan persyaratan pembangunan, pemisahan, dan tanda bukti kepemilikan rumah susun berupa sertifikat hak milik.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah SusunOswar Mungkasa
Undang-undang ini mengatur tentang penyelenggaraan rumah susun di Indonesia. Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan bertingkat yang terdiri dari satuan-satuan hunian yang dapat dimiliki secara terpisah. Undang-undang ini mengatur asas, tujuan, lingkup, pembinaan, perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan rumah susun oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/k
Dokumen tersebut membahas tentang hukum perumahan dan permukiman dari perspektif pengembang. Terdapat ketentuan tentang dasar hukum, jenis rumah, bentuk rumah, pemanfaatan rumah, penghunian, hunian berimbang, dan pedoman pengikatan jual beli rumah.
Dokumen tersebut membahas tentang rumah susun (strata title) termasuk pengertian, jenis, sertifikat, dan kewajiban pemilik/penghuni rumah susun. Dibahas pula proses penerbitan sertifikat hak milik rumah susun dan jenis-jenis hak yang terkait dengan rumah susun seperti hipotek dan hak tanggungan."
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...Kota Serang
http://www.kotaserang.com/2013/12/kumpulan-perda-kota-dan-kabupaten-serang.html
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN SERTA PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH
[Ringkasan]
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 mengatur tentang perumahan dan permukiman. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan rumah sebagai hak dasar warga negara, memwujudkan perumahan dan permukiman yang sehat, aman dan teratur, serta mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. Undang-undang ini mengatur tentang prinsip, tujuan, perumahan, dan pengaturan permukiman secara terencana dan terpadu.
Undang-undang baru tentang rumah susun di Indonesia mengatur tentang definisi rumah susun, jenis-jenis rumah susun seperti rumah susun umum, khusus, negara, dan komersial, serta kewajiban pengembang untuk menyediakan rumah susun umum. Undang-undang ini juga mengatur tentang proses pembangunan dan pemilikan rumah susun.
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah SusunOswar Mungkasa
Undang-undang ini mengatur tentang penyelenggaraan rumah susun di Indonesia. Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan bertingkat yang terdiri dari satuan-satuan hunian yang dapat dimiliki secara terpisah. Undang-undang ini mengatur asas, tujuan, lingkup, pembinaan, perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan rumah susun oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/k
Dokumen tersebut membahas tentang hukum perumahan dan permukiman dari perspektif pengembang. Terdapat ketentuan tentang dasar hukum, jenis rumah, bentuk rumah, pemanfaatan rumah, penghunian, hunian berimbang, dan pedoman pengikatan jual beli rumah.
Dokumen tersebut membahas tentang rumah susun (strata title) termasuk pengertian, jenis, sertifikat, dan kewajiban pemilik/penghuni rumah susun. Dibahas pula proses penerbitan sertifikat hak milik rumah susun dan jenis-jenis hak yang terkait dengan rumah susun seperti hipotek dan hak tanggungan."
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYER...Kota Serang
http://www.kotaserang.com/2013/12/kumpulan-perda-kota-dan-kabupaten-serang.html
PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR11 TAHUN 2012 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN SERTA PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH
[Ringkasan]
Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 mengatur tentang perumahan dan permukiman. Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan rumah sebagai hak dasar warga negara, memwujudkan perumahan dan permukiman yang sehat, aman dan teratur, serta mendukung pembangunan ekonomi dan sosial. Undang-undang ini mengatur tentang prinsip, tujuan, perumahan, dan pengaturan permukiman secara terencana dan terpadu.
Undang-undang baru tentang rumah susun di Indonesia mengatur tentang definisi rumah susun, jenis-jenis rumah susun seperti rumah susun umum, khusus, negara, dan komersial, serta kewajiban pengembang untuk menyediakan rumah susun umum. Undang-undang ini juga mengatur tentang proses pembangunan dan pemilikan rumah susun.
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanharris87an
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman secara terkoordinasi dan terpadu. Tujuannya adalah mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum serta keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Lingkupnya meliputi penyelenggaraan perumahan, kawasan permukiman, prasarana dan sarana, pemeliharaan, pencegahan kumuh,
Peraturan ini mengatur tentang sistem perjanjian pendahuluan jual beli rumah (PPJB) yang terdiri dari pemasaran dan PPJB itu sendiri. Pemasaran rumah dilakukan pelaku pembangunan dengan memberikan informasi yang jelas mengenai rencana proyek, harga, dan jadwal pembangunan. Calon pembeli dapat membatalkan pembelian bila terjadi kelalaian pelaku pembangunan dalam memenuhi jadwal. PPJB ditandatangani setelah pemasaran
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan penghunian rumah, termasuk penghunian oleh pemilik maupun bukan pemilik, serta peraturan yang mengatur penghunian perumahan di DKI Jakarta."
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Leks&Co
Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait permasalahan hukum di sektor perumahan dan properti di Indonesia, termasuk dasar hukum pertanahan, implementasi peraturan, lembaga terkait, konsep otonomi daerah, profesi yang berhubungan, hal-hal yang perlu diperhatikan bank dan pengembang, serta upaya perlindungan konsumen."
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanharris87an
1. Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia dengan tujuan memberikan rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
2. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman melalui pembinaan, perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatur tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang pembinaan, penyelenggaraan, pemeliharaan, pendanaan, dan peran masyarakat dalam penyediaan perumahan dan kawasan permukiman yang layak, sehat, aman, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Tujuannya adalah memberikan kepastian hukum dalam penyediakan perumahan dan permukiman yang layak serta terjangkau bagi masyarakat, mendukung penataan wilayah, dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Ruang lingkupnya meliputi pembinaan, penyediaan tanah, pendanaan, hak dan kewajiban, serta peran masyarakat. Pemerintah bertang
ditulis oleh Oswar Mungkasa dalam Majalah HUDMagz Edisi 4 Tahun 2013. diterbitkan oleh Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Permukiman dan Perkotaan (LP P3I)/HUD Institute
Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukimaninfosanitasi
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang dilakukan melalui pembinaan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Tujuannya untuk memberikan hak atas perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat dalam lingkungan yang sehat, aman, dan teratur.
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang dilakukan melalui pembinaan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Tujuannya adalah memberikan hak atas perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat dalam lingkungan yang sehat, aman, dan teratur.
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
Dokumen tersebut membahas syarat dan ketentuan pembangunan berbagai jenis bangunan seperti gedung, perumahan, rumah susun, pusat perbelanjaan, kawasan industri, dan perkantoran. Terdapat beberapa tahapan seperti izin lokasi, rencana kota, izin penggunaan tanah, status hak atas tanah, serta perizinan seperti IMB yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pembangunan.
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukimanmuhfidzilla
Peraturan Daerah ini mengatur tentang penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari pengembang kepada pemerintah daerah Kabupaten Karawang untuk menjamin pemeliharaan dan pengelolaannya. Pengembang wajib menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai rencana tapak yang disetujui dan penyerahannya dapat dilakukan secara bertahap.
Pp no 14 2016 penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukimanharris87an
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman secara terkoordinasi dan terpadu. Tujuannya adalah mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum serta keadilan bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Lingkupnya meliputi penyelenggaraan perumahan, kawasan permukiman, prasarana dan sarana, pemeliharaan, pencegahan kumuh,
Peraturan ini mengatur tentang sistem perjanjian pendahuluan jual beli rumah (PPJB) yang terdiri dari pemasaran dan PPJB itu sendiri. Pemasaran rumah dilakukan pelaku pembangunan dengan memberikan informasi yang jelas mengenai rencana proyek, harga, dan jadwal pembangunan. Calon pembeli dapat membatalkan pembelian bila terjadi kelalaian pelaku pembangunan dalam memenuhi jadwal. PPJB ditandatangani setelah pemasaran
Dokumen tersebut membahas tentang pengaturan penghunian rumah, termasuk penghunian oleh pemilik maupun bukan pemilik, serta peraturan yang mengatur penghunian perumahan di DKI Jakarta."
Permasalahan Hukum di Sektor Perumahan/Properti di Indonesia dan Upaya Pengua...Leks&Co
Dokumen tersebut membahas berbagai topik terkait permasalahan hukum di sektor perumahan dan properti di Indonesia, termasuk dasar hukum pertanahan, implementasi peraturan, lembaga terkait, konsep otonomi daerah, profesi yang berhubungan, hal-hal yang perlu diperhatikan bank dan pengembang, serta upaya perlindungan konsumen."
Uu no 1 2011 tentang perumahan dan kawasan permukimanharris87an
1. Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia dengan tujuan memberikan rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.
2. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman melalui pembinaan, perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatur tentang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang pembinaan, penyelenggaraan, pemeliharaan, pendanaan, dan peran masyarakat dalam penyediaan perumahan dan kawasan permukiman yang layak, sehat, aman, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Tujuannya adalah memberikan kepastian hukum dalam penyediakan perumahan dan permukiman yang layak serta terjangkau bagi masyarakat, mendukung penataan wilayah, dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Ruang lingkupnya meliputi pembinaan, penyediaan tanah, pendanaan, hak dan kewajiban, serta peran masyarakat. Pemerintah bertang
ditulis oleh Oswar Mungkasa dalam Majalah HUDMagz Edisi 4 Tahun 2013. diterbitkan oleh Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Permukiman dan Perkotaan (LP P3I)/HUD Institute
Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukimaninfosanitasi
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang dilakukan melalui pembinaan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Tujuannya untuk memberikan hak atas perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat dalam lingkungan yang sehat, aman, dan teratur.
Undang-undang ini mengatur tentang perumahan dan kawasan permukiman di Indonesia. Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang dilakukan melalui pembinaan oleh pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Tujuannya adalah memberikan hak atas perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat dalam lingkungan yang sehat, aman, dan teratur.
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
Dokumen tersebut membahas syarat dan ketentuan pembangunan berbagai jenis bangunan seperti gedung, perumahan, rumah susun, pusat perbelanjaan, kawasan industri, dan perkantoran. Terdapat beberapa tahapan seperti izin lokasi, rencana kota, izin penggunaan tanah, status hak atas tanah, serta perizinan seperti IMB yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pembangunan.
Perda nomor 9 tahun 2009 tentang sarpras, utilitas perumahan dan permukimanmuhfidzilla
Peraturan Daerah ini mengatur tentang penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman dari pengembang kepada pemerintah daerah Kabupaten Karawang untuk menjamin pemeliharaan dan pengelolaannya. Pengembang wajib menyerahkan prasarana, sarana, dan utilitas sesuai rencana tapak yang disetujui dan penyerahannya dapat dilakukan secara bertahap.
2. TUJUAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN
Pasal 3
Penyelenggaraan rumah susun bertujuan untuk:
a. menjamin terwujudnya rumah susun yang layak huni dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan
serta menciptakan permukiman yang terpadu guna membangun
ketahanan ekonomi, sosial, dan budaya;
b. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dan tanah,
serta menyediakan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan dalam
menciptakan kawasan permukiman yang lengkap serta serasi dan
seimbang dengan memperhatikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan;
c. mengurangi luasan dan mencegah timbulnya perumahan dan
permukiman kumuh;
3. d. mengarahkan pengembangan kawasan perkotaan yang serasi, seimbang, efisien,
dan produktif;
e. memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi yang menunjang kehidupan
penghuni dan masyarakat dengan tetap mengutamakan tujuan pemenuhan
kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak, terutama bagi MBR;
f. memberdayakan para pemangku kepentingan di bidang pembangunan rumah
susun;
g. menjamin terpenuhinya kebutuhan rumah susun yang layak dan terjangkau,
terutama bagi MBR dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan dalam suatu sistem tata kelola perumahan dan permukiman
yang terpadu; dan
h. memberikan kepastian hukum dalam penyediaan, kepenghunian, pengelolaan,
dan kepemilikan rumah susun.
4. Rumah Susun
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama
5. Satuan Rumah Susun
Satuan rumah susun yang selanjutnya disebut sarusun adalah
unit rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara
terpisah dengan fungsi utama sebagai tempat hunian dan
mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
6. Bagian-bersama
Bagian bersama adalah bagian rumah susun yang
dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-
satuan rumah susun.
Contoh: Pondasi, kolom, balok, dinding,
tangga, lift, selasar, jaringan listrik, dsb
7. Benda Bersama
Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian
rumah susun melainkan bagian yang dimiliki bersama secara
tidak terpisah untuk pemakaian bersama.
8. Tanah Bersama
Tanah bersama adalah sebidang tanah hak atau
tanah sewa untuk bangunan yang digunakan atas
dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di
atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan izin mendirikan
bangunan
9. Macam Rumah Susun
Menurut UU No. 20 Tahun 2011
Rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah susun khusus adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.
Rumah susun negara adalah rumah susun yang dimiliki
negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian,
sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan
tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.
Rumah susun komersial adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan
10. Dalam sistem Rumah Susun terdapat 2 elemen
pokok dalam sistem pemilikannya, yaitu:
i. Pemilikan yang bersifat perorangan yang
dapat dinikmati secara terpisah;
ii. Pemilikan bersama yang tidak dapat
dimiliki secara perorangan tetapi dimiliki
bersama dan dinikmati bersama
11. Nilai Perbandingan Proporsional
Pasal 1 angka 13
Nilai perbandingan proporsional yang selanjutnya
disebut NPP adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara sarusun terhadap hak atas bagian
bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang
dihitung berdasarkan nilai sarusun yang bersangkutan
terhadap jumlah nilai rumah susun secara keseluruhan
pada waktu pelaku pembangunan pertama kali
memperhitungkan biaya pembangunannya secara
keseluruhan untuk menentukan harga jualnya
12. Nilai Perbandingan Proporsional
Pengertian : Pasal 1 ayat (7) PP No. 4 Tahun 1988
Hubungan antara satuan-satuan rumah susun dengan benda
bersama, bagian bersama dan tanah bersama, dapat dilihat pada
Nilai Perbandingan Proporsional. Angka inilah yang menunjukkan
seberapa besarnya hak dan kewajiban dari seorang pemegang Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun terhadap hak-hak bersamanya.
Nilai Perbandingan Proporsional ini dapat dihitung berdasarkan
luas bangunan atau nilai rumah susun secara keseluruhan pada saat
pertama kali memperhitungkan biaya pembangunan secara
keseluruhan untuk menentukan harga jualnya.
13. Pertelaan
Agar kita bisa melihat keseluruhan sistem rumah susun dari segi hak dan
kewajiban dari pemegang hak atas satuan rumah susun tersebut, maka
Penyelenggara Pembangunan harus menampilkannya dalam apa yang
dinamakan Pertelaan, yang berisi uraian dalam bentuk tulisan dan gambar
yang memperjelas batas-batas masing-masing satuan rumah susun, baik
batas-batas horisontal maupun vertikal, bagian bersamanya, benda-benda
bersamanya dan tanah bersamanya serta uraian nilai perbandingan
proporsional masing-masing satuan rumah susunnya.
Pertelaan ini harus disahkan oleh Bupati/Walikota, kecuali di Daerah Khusus
Ibukota Jakarta disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
Pertelaan ini mempunyai arti penting dalam sistem rumah susun, karena dari
sinilah titik awal dimulainya proses hak milik atas satuan rumah susun. Dari
pertelaan ini akan muncul satuan-satuan rumah susun yang terpisah secara
hukum melalui proses pembuatan Akta Pemisahan.
14. Akta Pemisahan
Adalah tanda bukti pemisahan rumah susun atas satuan satuan rumah susun, bagian
bersama, benda bersama dan tanah bersama dengan pertelaan yang jelas dalam
bentuk gambar, uraian dan batas batasnya dalam arah vertikal dan horizontal yang
mengandung nilai perbandingan proporsional.
Pasal 25 UURS jo Pasal 39 PP No. 4 Tahun 1988 mewajibkan penyelenggara
rumah susun untuk mengadakan pemisahan rumah susun atas satuan-satuan rumah
susun yang meliputi bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama dalam
pertelaan yang jelas dalam bentuk gambar, uraian dan batas-batasnya.
Pemisahan tersebut dilakukan dengan akta yang bentuk dan isinya ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 Tahun 1989 tentang
Bentuk dan Tatacara Pengisian serta Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun.
Akta ini harus disahkan oleh Bupati/Walikota kecuali untuk DKI Jakarta oleh
Gubernur dan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan setempat dengan
melampirkan sertipikat hak atas tanah, izin layak huni, izin mendirikan bangunan
dan warkah-warkah lainnya. Akta pengesahan berikut lampiran-lampirannya
digunakan sebagai dasar bagi penerbitan sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun.
15. Sertifikat Laik Fungsi
Pasal 39
(1) Pelaku pembangunan wajib mengajukan permohonan sertifikat laik
fungsi kepada bupati/walikota setelah menyelesaikan seluruh atau
sebagian pembangunan rumah susun sepanjang tidak bertentangan
dengan IMB.
(2) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, permohonan sertifikat laik
fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Gubernur.
(3) Pemerintah daerah menerbitkan sertifikat laik fungsi setelah
melakukan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan rumah susun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16. Izin Layak Huni
Sistem rumah susun memerlukan persyaratan khusus dalam
masalah keselamatan para penghuninya, sehingga dipersyaratkan
pula bahwa setelah selesainya pembangunan rumah susun harus
ada Izin Layak Huni lebih dahulu sebelum diterbitkan
sertipikatnya atau sebelum diperjualbelikan.
Izin Layak Huni akan dikeluarkan bilamana pelaksanaan
pembangunan rumah susun dari segi arsitektur, konstruksi,
instalasi dan perlengkapan bangunan lainnya telah benar-benar
sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ditentukan dalam
IMB yang bersangkutan (Penjelasan Pasal 35 PP No. 4 Tahun
1988).
Izin Layak Huni merupakan salah satu syarat untuk penerbitan
sertipikat hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan.
17. Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun (PPPSRS)
Para pemilik sarusun diwajibkan membentuk
Perhimpunan Pemilik dan Penghuni (PPPSRS). PPPSRS
yang diberi kedudukan sebagai badan hukum ini
berkewajiban mengurus kepentingan para pemilik
dan penghuni yang berkaitan dengan pengelolaan
kepemilikan benda bersama, bagian bersama, tanah
bersama, dan penghunian
Selain bertugas mengelola dan memelihara rumah
susun beserta lingkungannya, perhimpunan penghuni
juga bertugas mengatur tata tertib penghuniannya,
sehingga dapat diwujudkan ketertiban, ketentraman
dan keserasian dalam lingkungan rumah susun yang
bersangkutan.
18. Hak atas Tanah
untuk Pembangunan Rumah Susun
Pasal 17
Rumah susun dapat dibangun di atas tanah:
a. hak milik;
b. hak guna bangunan atau hak pakai atas tanah negara; dan
c. hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan.
Pasal 22 ayat (3)
Dalam hal pembangunan rumah susun dilakukan di atas tanah hak
guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf c, pelaku pembangunan wajib
menyelesaikan status hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak
pengelolaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebelum menjual sarusun yang bersangkutan
19. Pasal 18
Selain dibangun di atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17, rumah susun umum
dan/atau rumah susun khusus dapat dibangun
dengan:
a. pemanfaatan barang milik negara/daerah berupa
tanah; atau
b. pendayagunaan tanah wakaf
20. Hak atas tanah bersama sangat menentukan dapat
tidaknya seseorang memiliki Hak Milik atas Satuan
Rumah Susun
Apabila seseorang/badan hukum yang karena
hukum tidak boleh mempunyai hak atas tanah
dengan Hak Milik atau Hak Guna Bangunan, maka
UURS juga menetapkan bahwa orang/badan
hukum tersebut juga tidak dapat memiliki Hak
Milik atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan.
21. PERSYARATAN
PEMBANGUNAN
Pasal 23
(1) Pembangunan rumah susun dilakukan melalui
perencanaan teknis, pelaksanaan, dan
pengawasan teknis.
(2) Perencanaan teknis, pelaksanaan, dan
pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang–undangan.
22. Pasal 24
Persyaratan pembangunan rumah susun meliputi:
a. persyaratan administratif;
b. persyaratan teknis; dan
c. persyaratan ekologis.
23. TANDA BUKTI KEPEMILIKAN
Pasal 47
(1) Sebagai tanda bukti kepemilikan atas sarusun di atas tanah hak milik, hak guna
bangunan, atau hak pakai di atas tanah negara, hak guna bangunan atau hak pakai di
atas tanah hak pengelolaan diterbitkan SHM sarusun.
(2) SHM sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan bagi setiap orang yang
memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah.
(3) SHM sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang terdiri atas:
a. salinan buku tanah dan surat ukur atas hak tanah bersama sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
b. gambar denah lantai pada tingkat rumah susun bersangkutan yang menunjukkan sarusun
yang dimiliki; dan
c. pertelaan mengenai besarnya bagian hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama bagi yang bersangkutan.
(4) SHM sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh kantor pertanahan
kabupaten/kota.
(5) SHM sarusun dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.
24. Pasal 48
(1) Sebagai tanda bukti kepemilikan atas sarusun di atas barang milik negara/daerah berupa
tanah atau tanah wakaf dengan cara sewa, diterbitkan SKBG sarusun.
(2) SKBG sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan yang terdiri atas:
a. salinan buku bangunan gedung;
b. salinan surat perjanjian sewa atas tanah;
c. gambar denah lantai pada tingkat rumah susun yang bersangkutan yang menunjukkan
sarusun yang dimiliki; dan
d. pertelaan mengenai besarnya bagian hak atas bagian bersama dan benda bersama yang
bersangkutan.
(3) SKBG sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh instansi teknis
kabupaten/kota yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang bangunan gedung.
(4) SKBG sarusun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dijadikan jaminan utang
dengan dibebani fidusia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) SKBG sarusun yang dijadikan jaminan utang secara fidusia harus didaftarkan ke
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.
25. Pasal 12 UU No. 16/1985
(1) Rumah susun berikut tanah tempat bangunan
itu berdiri serta benda lainnya yang
merupakan atau kesatuan dengan tanah
tersebut dapat dijadikan jaminan hutang
dengan :
a. dibebani hipotik, jika tanahnya tanah
hak milik atau hak guna bangunan;
b. dibebani fidusia, jika tanahnya tanah
hak pakai atas tanah Negara.
(2) Hipotik atau fidusia dapat juga dibebankan atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
beserta rumah susun yang akan dibangun
sebagai jaminan pelunasan kredit yang
dimaksudkan untuk membiayai pelaksanaan
pembangunan rumah susun yang telah
direncanakan di atas tanah yang
bersangkutan dan yang pemberian kreditnya
dilakukan secara bertahap sesuai dengan
pelaksanaan pembangunan rumah susun
tersebut.
RUMAH SUSUN SBG. JAMINAN HUTANG
26. Pasal 13 UU No. 16/1985
(HMSRS-SBG JAMINAN HUTANG)
Hak milik atas satuan rumah
susun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) dapat
dijadikan jaminan hutang
dengan :
a) Dibebani hipotik, jika
tanahnya tanah Hak Milik
atau Hak Guna Bangunan;
b)dibebani fidusia, jika
tanahnya tanah Hak Pakai
atas tanah Negara.
27. Roya Parsial
Pasal 2 UUHT: Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat
dibagi-bagi, kecuali jika diperjanjikan dalam APHT.
Ada lembaga baru dalam UU Rumah Susun yang memungkinkan
penjualan satuan rumah susun dengan menggunakan Kredit
Pemilikan Satuan Rumah Susun, walaupun Rumah Susun itu sendiri
sedang dijaminkan untuk kredit konstruksi.
Dengan dilakukannya pelunasan, maka satuan rumah susun yang
harganya telah dilunasi dan telah digunakan untuk membayar
angsuran tersebut, terbebas dari HT yang semula membebaninya,
sehingga HT hanya membebani sisa obyek HT untuk menjamin sisa
utang yang belum dilunasi.
28. Apabila Hak Tanggungan hapus karena sebab-
sebab tertentu maka perlu ada penghapusan Hak
Tanggungan (roya).
Dengan berlakunya UU Rumah Susun
dimungkinkan dilakukan penghapusan Hak
Tanggungan sebagian (Roya Parsial) dengan
syarat harus diperjanjikan terlebih dahulu
dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT)