Rumah betang merupakan rumah tradisional suku Dayak di Kalimantan Tengah. Rumah berbentuk panggung yang panjangnya mencapai 150 meter dan tinggi 3-5 meter, dibangun di atas tiang-tiang kayu untuk menghindari banjir dan binatang buas. Rumah terdiri dari beberapa ruangan seperti kamar tidur, dapur, dan ruang untuk menyimpan hasil pertanian. Strukturnya menggunakan unsur-unsur kayu seperti j
2. Karakteristik Wilayah
Alam Kalimantan Tengah umumnya berupa hutan
lebat
Sungai berfungsi sebagai jalur komunikasi dan
transportasi (karena jalur darat melalui hutan
dianggap lebih berbahaya) maka
perkampungan menurut pola aliran sungai
Daerah pemukiman didirikan di tepi sungai secara
linear
Di belakang rumah ditanami tanaman pohon buah
(kelapa, rambutan, durian, dll) dan pohon karet
sumber penghasilan
4. Latar Belakang Kebudayaan
Masyarakat Dayak (ngaju) tergolong mudah
menyerap kebudayaan lain)
Budaya yang mempengaruhi kehidupan
mereka yaitu pengaruh Hindu, Islam, bangsa
Barat, dan terbentuknya NKRI)
Mata pencaharian umumnya pertanian,
berladang dan mencari hasil hutan
5. Karakteristik Betang
Panjang 30-150 m, lebar 10-30 kaki, tinggi tiap lantai 3-5 m
Material utama : kayu besi
Orientasi terhadap sungai (Katingan)
Berbentuk rumah panggung
Tujuan : - Simbolik
(ada 3 tingkatan kehidupan : bawah neraka,
tengah tempat manusida beraktivitas, atas
nirwana)
- Menghindari musuh hewan buas
- Menghindari Banjir
- Agar dapat bekerja leluasa di bawah Betang , misal
menumbuk padi, mengelola hasil hutan)
- Agar kalau ada serangan musuh, dengan mudah dapat
dibasmi dari atas
6. Maksud dari panjangnya rumah betang : agar
seluruh sanak saudara dan famili dapat
berkumpul di satu tempat, sehingga serangan
dapat dihadapi bersama-sama
Ruangan-ruangan yang ada : kamar tidur, ruang
los tempat tamu menginap, dapur, karayan
sebagai tempat menyimpan sementara atau
beristirahat
dapur digunakan bergantian
Material utama bangunan yaitu kayu, terutama
tabalien/ besi karena kekuatannya dan
ketersediaan di alam sekitar
7. Karayan : tempat
menyimpan hasil
buruan dan hewan
peliharaan
Dapur :
digunakan
bersama
Kamar tidur :
dipisahkan sekat/
partisi
Ruang los
:tempat tamu
menginap
8. Tampak A ( memanjang )
Penutup atap
sirap
Dinding papan kayu
Kolom kayu
Jendela (sesuai
jumlah ruang)
Pintu masuk
9. Tampak B ( Memendek )
Dapur dan
karayan
Wilayah
peralihan
(terbuka)
Bangunan utama
13. Jihi (kolom utama,
sekaligus penopang
atap)
Tungket (kolom
penunjang)
Bahat (serupa
fungsinya
dengan balok
induk)
Gahagan
(serupa fungsi
dengan balok
anak)
Penutup lantai
papan kayu
15. Elemen Arsitektural
Ukir dawen pangiter
Dawen = daun, pangiter = penghindar
Filosofi : dibuat untuk menghindar sifat iri,
dengki, guna-guna, dll
Biasa terdapat berupa ukiran di ujung pasak
16. Ukir Pating Antang
Antang : burung elang, pemakan ayam, dan
ahli dalam mengintai
Berbentuk relief di rumah bagian atas
Fungsinya yaitu untuk tujuan estetis
memperindah bangunan
17. Ukir Hampatung Haramaung
Hampatung = patung. Haramaung = harimau
Berbentuk ukiran harimau utuh, diukir
langusng di atas tiang besar
Filosofi : harimau sebagai lambang keberanian
dan siap menghadapi mangsa dan
ditempatkan di garis terdepan (di tiang utama
depan)
20. tangga
terbuat dari kayu bulat dan di buat beruas-ruas
Biasanya berjumlah ganjil (filosofis: ketika
memasuki rumah adalah langkah genap akan
berdampak baik)
Terdapat patung / anak tangga bergambar
wajah (filosofis: penghalau roh jahat)
21. Lantai
Material papan kayu berukuran 6 m x 30cm
dengan pengolahannya sederhana
Sistem penyusunan konstruksi lantai :
Pemasangan setelah bangunan berdiri. Sistem
sendi mudah perbaikan ketika terjadi
kerusakan
22. dinding
Material dua lapis yaitu bagian dalam dengan
kayu ulin dan bagian luar menggunakan kulit
kayu
Dinding bagian dalam berupa partisi
Adanya guntung (setiap 1 m) dan
habantang dinding (horizontal)
sebagai “rangka” dinding
23. kolom
Material kayu besi kuat
Ukuran kolom tidak sama
Secara umum, ada 2 jenis kolom : jihi (Lebih
besar dan ikut menahan balok tarik atap) dan
tungket (lebih kecil, lebih banyak, hanya
menahan lantai dasar)
jihi
tungke
t
26. Pintu dan Jendela
Pintu 1, di tengah
Jendela 1 tiap bilik
Ukuran pintu : wanita sebagai tolok ukur
(tinggi pintu wanita berdiri dan mengangkat
tangan, lebar pintu wanita berselonjor)