Rangkuman dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut merupakan rencana perencanaan tempat pemrosesan akhir sampah di Kabupaten Gianyar yang dirancang menggunakan metode sanitary landfill untuk mengatasi permasalahan dari metode pembuangan terbuka sebelumnya. Rencana ini mencakup konsep, kriteria teknis, gambaran pelayanan, dan analisis data untuk merancang lokasi, persiapan lahan, pengaturan sel, blok, dan
4. Latar Belakang
Kabupaten Gianyar memiliki sebuah Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Temesi sebagai lokasi
pembuangan akhir sampah yang menggunakan metode Open Dumping. Metode dari Open Dumping ini
menyebabkan permasalahan beberapa permasalahan lingkungan meliputi pencemaran air tanah, bau,
berkembangnya vektor penyakit dan berkurangnya estetika lingkungan. Sistem tersebut juga dapat
memperpenduk umur TPA karena akibat dari timbulan sampah yang meningkat dan tidak adanya
pengolahan relevan di TPA mengakibatkan TPA akan dengan cepat penuh. Salah satu cara untuk
membantu mengurangi permasalahan sampah tersebut adalah dengan mengganti metode Open Dumping
dengan metode Sanitary Landfill. Oleh karena itu diperlukan perencanaan tempat pemrosesan akhir
sampah dengan metode sanitary landfill untuk mengurangi permasalahan sampah.
5. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan kriteria teknis perencanaan tempat pemrosesan akhir sampah?
2. Bagaimana gambaran pelayanan persampahan TPAS?
3. Bagaimana analisa data dan perencaan pra-desain TPAS?
Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi konsep dan kriteria teknis perencanaan tempat pemrosesan akhir sampah.
2. Untuk mengidentifikasi gambaran pelayanan persampahan TPAS.
3. Untuk menganalisa data dan perencaan pra-desain TPAS.
7. Rencana Tapak TPA
Rencana tapak adalah peta rencana peletakan bangunan atau kavling dengan segala unsur penunjangnya
dalam skala dan batas luas lahan tertentu. Rencana tapak TPA sampah untuk lahan urug saniter atau
sanitary landfill harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
1. Pemanfaatan lahan dibuat seoptimal mungkin sehingga tidak ada sisa lahan yang tidak dimanfaatkan.
2. Lokasi TPA harus terlindung dari jalan umum yang melintas TPA.
3. Penempatan pagar hidup di sekeliling TPA yang dapat berfungsi sebagai zona penyangga.
4. Penempatan kolam pengolahan lindi dibuat sedemikian rumpa sehingga lindi sedapat mungkin
mengalir secara grafitasi.
5. Penempatan jalan operasi harus disesuaikan dengan sel/blok penimbunan, sehingga semua tumpukan
sampah dapat dijangkau dengan mudah oleh truk dan alat besar.
8. Pemrosesan Akhir di TPA
Berdasarkan Permen PUPR No. 3 Tahun 2013, pemerosesan akhir di TPA harus
memperhatikan :
a. Sampah yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah
rumah tangga, dan residu;
b. Limbah yang dilarang diurug di TPA meliputi:
1) limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga;
2) limbah yang berkatagori bahan berbahaya dan beracun sesuai peraturan perundang-
undangan;
3) limbah medis dari pelayanan kesehatan.
c. Residu yang tidak berkategori bahan berbahaya dan beracun atau mengandung limbah
bahan berbahaya dan beracun;
9. Pemrosesan Akhir di TPA
d. Jika terdapat sampah yang berkategori bahan berbahaya dan beracun atau mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun di TPA harus disimpan di tempat penyimpanan
sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan mengenai pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun;
e. Dilarang melakukan kegiatan peternakan di TPA
10.
11. ◦ Penentuan luas lahan dan kapasitas TPA harus mempertimbangkan timbulan sampah, tingkat
pelayanan, dan kegiatan yang akan dilakukan di dalam TPA.
◦ Umur teknis TPA paling sedikit 10 (sepuluh) tahun
◦ Prasarana dan sarana TPA meliputi:
a. fasilitas dasar, terdiri dari jalan masuk; jalan operasional; listrik atau genset; drainase; air
bersih; pagar; dan kantor.
b. fasilitas perlindungan lingkungan, terdiri dari lapisan kedap air; saluran pengumpul lindi;
instalasi pengolahan lindi; zona penyangga; sumur uji atau pantau; dan penanganan gas.
c. fasilitas operasional, terdiri dari alat berat; truk pengangkut tanah; dan tanah.
Sarana, Prasarana dan Fasilitas di TPA
12. d. fasilitas penunjang, terdiri dari bengkel; garasi; tempat pencucian alat angkut dan alat berat;
alat pertolongan pertama pada kecelakaan; jembatan timbang; laboratorium; dan tempat
parkir.
e. TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendauran ulang, pengomposan, dan atau gas bio
Sarana, Prasarana dan Fasilitas di TPA
13. Desain TPA Temesi ini dirancang dengan menggunakan konsep Sanitary Landfill. Desain TPA dirancang
untuk masa operasi 20 tahun. Rancangan desain ini meliputi :
1. Perencanaan Tapak Rencana Lokasi
Rencana lokasi Tempat Pembuangan Akhir Temesi ini berada di wilayah administratif Kabupaten
Gianyar, tepatnya di Desa Temesi, Kecamatan Gianyar.
2. Persiapan Lahan
Beberapa kegiatan persiapan lahan antara meliputi :
Penutupan lapisan kedap air dengan lapisan tanah setempat yang dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kerusakan atas lapisan tersebut akibat operasi alat berat di atasnya. Umumnya diperlukan
lapisan tanah setebal 50 cm yang dipadatkan di atas lapisan kedap air tersebut
Persediaan tanah penutup perlu disiapkan di dekat lahan yang akan dioperasikan untuk membantu
kelancaran penutupan tanah, terutama bila operasional dilakukan secara sanitary landfill. Pelatakan
tanah harus memperhatikan kemampuan operasi alat berat yang ada.
Desain TPA Temesi
14. 3. Pengaturan Lahan
Agar lahan TPA dapat dimanfaatkan secar efisien, maka perlu dilakukan pengaturan yang baik
yang mencakup:
a) Pengaturan Sel
Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu periode
operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary landfill, periode
operasi terpendek adalah harian yang berarti bahwa satu sel adalah bagian dari lahan yang
digunakan untuk menampung sampah selama satu hari. Sementara untuk control landfill satu
sel adalah untuk menampung sampah selama 3 hari, atau 1 minggu atau periode operasi
terpendek yang dimungkinkan. Dianjurkan periode operasi adalah 3 hari berdasarkan
pertimbangan waktu penetasan telur lalat yang rata-rata mencapai 5 hari dan asumsi bahwa
sampah telah berumur 2 hari saat ada di TPS sehingga sebelum menetas perlu ditutup tanah
agar telur/larva muda segera mati.
15. Untuk pengaturan sel perlu diperhatikan beberapa faktor :
Lebar sel sebaiknya berkisar antara 1,5 - 3 lebar blade alat berat agar manuver alat
berat dapat lebih efisien.
Ketebalan sel sebaiknya antara 2 - 3 meter. Ketebalan terlalu besar akan
menurunkan stabilitas permukaan, sementara terlalu tipis akan menyebabkan
pemborosan tanah penutup
Panjang sel dihitung berdasarkan volume sampah padat dibagi dengan lebar dan
tebal sel.
Sebagai contoh bila volume sampah padat adalah 150 m³/hari, tebal sel
direncanakan 2 m, lebar sel direncanakan 3 m, maka panjang sel adalah 150/(3x2) =
25 m.
Batas sel harus dibuat jelas dengan pemasangan patok-patok dan tali agar operasi
penimbunan sampah dapat berjalan dengan lancar.
16. b) Pengaturan Blok
Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk penimbunan
sampah selama periode operasi menegah misalnya 1 atau 2 bulan. Karenanya luas
blok akan sama sengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi menengah
dan pendek.
c) Pengaturan Zona
Zona operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu
panjang,misal 1-3 tahun, sehingga luas zona operasi akan sama dengan luas blok
operasi dikalikan dengan perbandingan periode operasi panjang dan menegah.