Dokumen tersebut membahas tentang relevansi Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam penataan ruang dan pengelolaan hutan. TGHK merupakan kesepakatan untuk menentukan alokasi dan fungsi kawasan hutan, sedangkan RTRW merupakan acuan pembangunan daerah yang mencakup pengaturan kawasan hutan. Diperlukan harmonisasi antara UU TGHK dan RTRW baik
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanRaflis Ssi
Ketidakpastian kawasan hutan didesain sedemikian rupa dan berpotensi membuka ruang transaksi untuk melakukan korupsi. Disisi lain digunakan untuk merampas hak hak masyarakat atas dasar hak menguasai negara yang dimaknai secara sempit dan keliru.
Korupsi dan kepastian hukum kawasan hutanRaflis Ssi
Ketidakpastian kawasan hutan didesain sedemikian rupa dan berpotensi membuka ruang transaksi untuk melakukan korupsi. Disisi lain digunakan untuk merampas hak hak masyarakat atas dasar hak menguasai negara yang dimaknai secara sempit dan keliru.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. Relevansi TGHK dan RTRW
dalam Tata Ruang dan
Pengolahan Hutan
Kelompok 1
Fahmi Hamid 1606110580
Jefrico 1606111068
Reni Destira 1606110656
Sari Ayu 1606110622
T. Aisyah Asyari 1606123656
Wanti Norisa Andini 1606111679
2. Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)
TGHK adalah kesepakatan bersama
para pemangku kepentingan di tingkat
Provinsi untuk menentukan alokasi ruang
kawasan hutan berikut fungsinya yang
diwujudkan dengan membubuhkan tanda
tangan di atas peta.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
merupakan salah satu atau bahkan satu-satunya
peluang untuk mencapai pembangunan rendah
emisi. Sebagai suatu institusi (rule of game),
RTRW tidak terlepas dari permasalahan
mendasar yang melandasi proses
pembentukannya. Hal inilah yang membuat
RTRW sebagai suatu dokumen legal sering kali
gagal menjadi acuan pembangunan daerah.
RTRW tidak hanya sebatas ijin dan legalisasi
pemanfaatan dan pembagian ruang atas
sumberdaya alam (SDA) namun lebih dari itu
karena pada setiap sumberdaya alam melekat
manfaat yang berbeda-beda.
4. Dasar Hukum
Pelaksanaan penataan ruang kawasan
hutan diatur oleh UU No. 41/1999 tentang
Kehutanan yang lebih dikenal dengan
istilah “Tata Guna Hutan Kesepakatan
(TGHK)”. Adapun penataan ruang wilayah
provinsi (RTRWP) secara keseluruhan
dalam pelak-sanaannya diatur dalam UU
No. 26/2007, yang di dalamnya termasuk
pengaturan terhadap kawasan hutan.
5. Oleh karenanya diperlukan adanya
suatu harmonisasi atau paduserasi antara
UU 41/1999 (TGHK) dengan UU Nomor
26/2007 (RTRWP), baik dalam ketentuan
peraturan pelaksanaan dibawahnya
maupun detail di dalam implementasinya
6. TGHK DALAM TATA RUANG DAN
PENGELOLAAN HUTAN
TGHK dibutuhkan sebagai acuan dasar
tentang bagaimana alokasi peruntukan
suatu kawasan hutan. Dengan adanya
TGHK ini pengelolaan suatu kawasan
hutan bisa lebih terarah, sehingga
menjadi salah satu dasar dalam
pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RT/RW) baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten.
7. TGHK DALAM TATA RUANG DAN
PENGELOLAAN HUTAN
TGHK hanyalah membagi hutan
berdasarkan fungsinya saja, sedangkan
pembagian hutan berdasarkan
kepemilikan dan peruntukan tidak
dilaksanakan oleh TGHK
TGHK berusaha untuk memetakan
kawasan hutan di tiap provinsi seluruh
Indonesia berdasarkan hasil kesepakatan
antar instansi terkait.
8. TGHK DALAM TATA RUANG DAN
PENGELOLAAN HUTAN
Memberikan kerangka acuan bagi setiap
instansi untuk melakukan perencanaan
dan pemanfaatan ruang serta mencegah
atau mengurangi terjadinya konflik lahan.
9. TGHK sendiri mencakup kawasan:
Hutan lindung,
Hutan suaka alam, hutan wisata
Hutan produksi terbatas
Hutan produksi konversi
Hutan negara bebas
Areal penggunaan lain, dan
Kawasan perairan
10. Dalam pengambilan pertimbangan
perumusan TGHK terdapat beberapa
pertimbangan yang digunakan, diantaranya:
Letak dan kondisi hutan (potensi hutan,
termasuk pula jenis dan keadaan flora dan
fauna)
Topografi wilayah
Keadaan dan sifat tanah
Iklim
kondisi sosial masyarakat
pertimbangan lain untuk kebutuhan lebih
lanjut
11. Permasalahan Dalam Penataan Ruang
Kawasan Hutan
Dari hasil evaluasi sampai dengan saat
ini terhadap beberapa usulan revisi RTRWP
khususnya provinsi di luar Pulau Jawa,
sebagian besar mengusulkan perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan.
12. Sebagai gambaran umum permasalahan
permasalahan dalam proses persetujuan
substansi kehutanan atas usulan revisi
RTRWP,diantaranya:
1. Tuntutan perubahan tata ruang yang
sangat kuat seiring dengan maraknya
pemekaran wilayah.
2. Perubahan kawasan hutan yang
diusulkan terjadi karena adanya
kecenderungan untuk mengakomodasi
3. Usulan perubahan peruntukan kawasan
hutan menjadi Areal Penggunaan Lain
(APL)
13. 4. Banyaknya perijinan perkebunan dan
perijinan lain yang terlanjur diterbitkan
oleh pemda setempat didaerah yang
berada dalam kawasan hutan yang tidak
atau belum sesuai dengan mekanisme
dan ketentuan UU Nomor 41/1999
5. Adanya tumpang tindih penggunaan
kawasan hutan
14. Strategi Penyelesaian Permasalahan
Penataan Ruang
Dari hasil kajian yang dilakukan ada
beberapa strategi yang dapat dilakukan
berkaitan dengan permasalahan penataan
ruang nasional dalam revisi RTRWP, yaitu:
1. Perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan
2. Percepatan kerja tim terpadu perubahan
peruntukan dan fungsi kawasan hutan
3. Pelaksanaan audit pemanfaatan ruang
kawasan hutan
4. Menerapkan prinsip dan arahan dalam
audit kawasan hutan.