Tesis ini membahas upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar di SMA Muhammadiyah 4 Bandung. Upaya-upaya tersebut meliputi meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, memberikan nasihat dan dorongan kepada warga sekolah, serta selalu melakukan supervisi terhadap para guru.
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbssman 2 mataram
The implementation of UU Number 14 Year 2005 related to Teachers and Lecturers and UU Number 20 Year 2003 about National Educational System, brought the implication that all institution related to those UU automathically should implement it according to the rules within the UU. The idea to implement the MBS approach emerged along with the application of local authonomy and educational decentralisation as a new paradigm in school operation. The fact nowadays shows that schools are only a tool for center government’s bureaucracy to conduct educational politics matters.
With the use of MBS approach, school institution as an operational unit which manage everything directly. The whole components that are principals, teachers, school committees and society should prepare themselves and actively involved in improving educational qualities.
In order to conduct school effectively, the school needs an effective leadership as well. Principals are actors who playing the most significant roles as a leader in MBS to manifest vision to be a feasible mission for improving services and schools’ qualities.
Keywords: Leadership, School-Based Management.
KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA
TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN
KARYA ILMIAH
KAJIAN TEORI SEBAGAI PESERTA DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH TINGKAT SD, SMP, SMA DAN SMK KOTA MATARAM TAHUN 2007/2008
Pengembangan kepemimpinan dalam implementasi mbssman 2 mataram
The implementation of UU Number 14 Year 2005 related to Teachers and Lecturers and UU Number 20 Year 2003 about National Educational System, brought the implication that all institution related to those UU automathically should implement it according to the rules within the UU. The idea to implement the MBS approach emerged along with the application of local authonomy and educational decentralisation as a new paradigm in school operation. The fact nowadays shows that schools are only a tool for center government’s bureaucracy to conduct educational politics matters.
With the use of MBS approach, school institution as an operational unit which manage everything directly. The whole components that are principals, teachers, school committees and society should prepare themselves and actively involved in improving educational qualities.
In order to conduct school effectively, the school needs an effective leadership as well. Principals are actors who playing the most significant roles as a leader in MBS to manifest vision to be a feasible mission for improving services and schools’ qualities.
Keywords: Leadership, School-Based Management.
KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA
TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN
KARYA ILMIAH
KAJIAN TEORI SEBAGAI PESERTA DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH TINGKAT SD, SMP, SMA DAN SMK KOTA MATARAM TAHUN 2007/2008
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH 4 BANDUNG TAHUN
PELAJARAN 2022/2023
PROPOSAL TESIS
OLEH
R ABDURRAKHIM ABUBAKAR
NIM : 2127201010800
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
INSTITUT AGAMA ISLAM AN NUR LAMPUNG
TAHUN 1444 H / 2022 M
2. LATAR BELAKANG
Pendidikan di Indonesia sampai saat ini, masih berjalan dengan lambatnya,
ibarat mobil tua yang berjalan di tengah arus lalu lintas dan di jalan bebas
hambatan, karena pendidikan di Indonesia ini masih dirundung masalah
yang sangat besar.
Masalah besar yang dihadapi oleh pendidikan di Indonesia ini menurut
Suparno, SJ meliputi: 1) Mutu pendidikan di Indonesia yang masih rendah,
2) Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah yang belum memadai, 3) Krisis
moral yang melanda masyarakat Indonesia.
mutu pendidikan adalah kualitas seorang guru baik pemahamannya atau
kemampuannya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya
dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan mutu KBM, faktor-faktor tersebut adalah: a)
Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah, b) Pengetahuan tentang belajar, c)
Pengetahuan tentang anak, d) Pengetahuan tentang kegiatan supervisi.
3. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan atau KBM sangat
diperlukan, karena kepala sekolah adalah pemimpin, supervisor
dan educator (pendidik). Dari ketiga kata tersebut, seorang
kepala sekolah harus mampu untuk meningkatkan mutu
pendidikan atau KBM.
4. HIPOTESIS
Bagaimana Upaya-upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu kegiatan belajar mengajar dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan, memberikan nasihat dan
dorongan kepada warga sekolah, melaksanakan model
pembelajaran yang menarik, menggunakan waktu belajar
secara efektif di sekolah, selalu memberikan
supervisi/pengawasan kepada para tenaga kependidikan
5. JUDUL TESIS
UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
MUHAMMADIYAH 4 BANDUNG TAHUN
PELAJARAN 2022/2023
6. Rumusan Masalah
Bagaimanakah upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di SMA Muhammadiyah 4 Bandung?
Faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat dalam meningkatkan mutu
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMA
Muhammadiyah 4 Bandung?
7. Tujuan Penelitian
Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu Kegiatan Belajar Mengajar di SMA
Muhammadiyah 4 Bandung.
Faktor yang mendukung dan menghambat
dalam meningkatkan mutu Kegiatan Belajar
Mengajar di SMA Muhammadiyah 4 Bandung.
8. Manfaat Penelitian
Dapat memberi gambaran tentang profil dan karakteristik kepemimpinan
kepala Sekolah yang efektif dalam upaya meningkatkan mutu Kegiatan Belajar
Mengajar di SMA Muhammadiyah 4 Bandung Khususnya, sehingga dapat dijadikan
acuan bagi Pembina dan penyelenggaraan Sma Muhammadiyah 4 Bandung dalam
mengambil kebijakan.
Dapat menjadi masukan bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen
Agama dalam membina untuk meningkatkan mutu Pendidikan
Dapat menjadikan masukan bagi kepala SMA Muhammadiyah 4 Bandung untuk
meningkatkan mutu Kegiatan Belajar Mengajar.
Dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya secara lebih mendalam.
Dapat memperkaya teori-teori tentang kepemimpinan kepala Sekolah
9. KAJIAN TEORITIS
Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Secara sederhana kepala sekolah didefinisikan sebagai ”seorang tenaga
fungsional guru diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana
diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antar
guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.
Keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seorang
yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah, bahkan lebih jauh tersebut
menyimpulkan bahwa keberhasilan kepala sekolah adalah keberhasilan kepala
sekolah.
10. Syarat-syarat Kepala Sekolah
Dalam peraturan yang berlaku dilingkungan Depdikbud untuk setiap tingkatan dan
jenis sekolah sudah ditetapkan syarat-syaratnya untuk pengangkatan kepala sekolah.
Seperti telah kita ketahui bahwa untuk menjadi kepala sekolah TK dan SD serendah-
rendahnya berijazah sarjana muda BI. Karena jenis SMP maupun SMA itu
macam (SMP
, SMA, SMK, dll), maka ijazah yang diperlukan bagi seorang kepala
sekolah hendaknya sesuai dengan jurusan/jenis sekolah yang dipimpinnya.
Dalam Permendikbudristek tercatat melingkupi syarat, mekanisme, jangka
waktu penugasan, sistem penilaian kinerja kepala sekolah, beban kerja kepala
pembinaan karir kepala sekolah dan pemberhentian kepala sekolah.
Dalam Permendikbudristek ini menjelaskan pada pasal 8 bahwa kepala sekolah pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah menjabat paling lama 4
periode dan jangka 1 periode adalah empat tahun.
Sementara untuk kepala sekolah pada satuan administrasi pangkal yang sama paling
lama bertugas dalam jangka 2 periode atau sama saja delapan tahun dan paling
singkat adalah selama dua tahun.
11. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi bagi calon kepala sekolah atau guru yang
diberi penugasan sebagai kepala sekolah adalah tercantum dalam pasal 2 Permendikbud
ini. Rinciannya sebagai berikut :
Pendidikan paling rendah Sarjana (S-1) atau Diploma empat (D-IV) dari perguruan
tinggi dan program studi yang terakreditasi
Memiliki sertifikat pendidik dan sertifikat guru penggerak
Memiliki pangkat paling rendah penata muda tingkat I atau golongan ruang III/b bagi
Guru yang berstatus sebagai PNS
Memiliki jenjang jabatan paling rendah Guru ahli pertama bagi Guru pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja
Memiliki hasil penilaian kinerja Guru dengan sebutan paling rendah Baik selama dua
tahun terakhir untuk setiap unsur penilaian
Memiliki pengalaman manajerial paling singkat dua tahun di satuan pendidikan,
organisasi pendidikan, dan/ atau komunitas pendidikan
Sehat jasmani, rohani, dan bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif iainnya
berdasarkan surat keterangan dari rumah sakit pemerintah
Tidak pernah dikenai hukuman disiplin sedang dan/atau berat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Tidak sedang menjadi tersangka, terdakwa, atau tidak pernah menjadi terpidana
Berusia paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada saat diberi penugasan sebagai
Kepala Sekolah.
12. Selain daripada syarat diatas dijelaskan pula terkait beban
kerja kepala sekolah yakni untuk melaksanakan tugas
pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan
supervisi kepada Guru dan tenaga kependidikan. Hal ini
dijelaskan pada pasal 12.
Demikian informasi terkait Permendikbudristek Nomor 40
Tahun 2021 tentang penugasan guru sebagai kepala
sekolah.
13. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah Sebagai Pejabat
Kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu: kepemimpinan formal (formal
leadership) dan kepemimpinan informal (informal leadership). Kepemimpinan formal
terjadi apabila dilingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam organisasi
tersebut diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses seleksi.
Sedangkan informal terjadi dimana, kedudukan pemimpin dalam suatu orangisasi
diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena
kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimiliknya dirasakan mampu
memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan dari anggota
organisasi yang bersangkutan.
14. Ada 4 macam peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan, yaitu:
1. Entrepreneur. Melakukan perbaikan penampilan sekolah dalam berbagai
macam program-program baru
2. Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler).
3. Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allcater)
4. A Negotiator Roles. Menjalin hubungan dengan pihak luar atau musyawarah
mengenai kelulusan dan sebagainya. Selanjutnya, kepala sekolah juga sebagai
manajer, pemimpin, supervisor dan educator
Kepala Sekolah sebagai Manajer
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan usaha anggota-anggota serta pendayagunaan seluruh sumberdaya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada tiga hal
penting yang perlu diperhatikan dari definisi tersebut:
Proses adalah suatu cara yang sistematik dalam mengerjakan sesuatu.
Sumberdaya suatu sekolah.
Mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
15. Peranan kepala sekolah sebagai manajer sangat memerlukan ketiga macam
keterampilan:
Technical Skills. Menguasai pengetahuan tentang metode proses prosedur
dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. Kemampuan
untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana peralatan yang
diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut.
Human Skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dan proses
kerjasama. Kemampuan untuk memahami isi hati sikap dan motifasi orang
lain, mengapa mereka berkata dan berperilaku. Kemampuan untuk
berkomunikasi secara jelas dan efektif. Kemampuan untuk menciptakan
kerjasama yang efektif, kooperatif, praktis dan diplomatis.
Conceptual Skills Kemampuan analisis, kemampuan berpikir rasional, ahli
dan cakap dalam berbagai macam konsepsi M.Ngalim Purwanto, Op.Cit,
Hlm. 27
16. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan
kriteria berikut:
Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
dengan baik lancar dan produktif.
Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat
melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan
pendidikan.
Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah.
Bekerja dengan tim manajemen.
Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan
17. Kepala sekolah sebagai educator (Pendidik)
Sebagai seorang educator, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan
sedikitnya empat macam nilai, yaitu:
Pembinaan mental; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini kepala sekolah harus menciptakan iklim yang kondukdif
agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pembinaan Moral; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
ajaran baik-buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing- masing
tenaga kependidikan.
Pembinaan Fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang ha-hal yang berkaitan dengan
kondisi jaSMAni atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriyah.
Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
manusia terhadap seni dan keindahan.
Dengan adanya pembinaa-pembinaan tersebut, maka tenaga kependidikan akan dapat bekerja dengan
baik.
18. Kepala sekolah sebagai supervisor
Di dalam buku adminsitrasi dan supervisi pendidikan, terdapat
rumusan-rumusan mengenai apa yang dimaksudkan dengan
supervisi adalah sebagai berikut:
Supervisi merupakan bantuan untuk mengembangkan
belajar mengajar yang lebih baik.
Supervisi merupakan kegiatan untuk membantu dan
guru agar mereka dapat melaksanakan tugasnya lebih baik.
Supervisi adalah proses peningkatan pengajaran.
Supervisi berusaha meningkatkan hasil belajar murid
melalui gurunya.
19. Upaya-upaya Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Mutu Kegiatan Belajar Mengajar
Upaya-upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar
adalah: meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, memberikan nasihat
dan dorongan kepada warga sekolah, melaksanakan model pembelajaran yang
menarik, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, selalu memberikan
supervisi/pengawasan kepada para tenaga kependidikan.
Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan.
Memberikan nasihat dan dorongan kepada warga sekolah.
Melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah
Selalu memberikan supervisi/pengawasan kepada para tenaga kependidikan.
20. Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan di Indonesia
Masalah-masalah tersebut meliputi:
1. Mutu pendidikan di Indonesia yang masih rendah,
2. Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah yang belum memadai,
3. Krisis moral yang melanda masyarakat Indonesia.
Pengertian Mutu Pendidikan
mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
yang tersirat.
21. Mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan yang dilandasi
oleh suatu perubahan terencana. Peningkatan mutu pendidikan diperoleh
melalui dua strategi, yaitu peningkatan mutu pendidikan yang berorientasi
akademis untuk memberi dasar minimal dalam perjalanan yang harus
ditempuh mencapai mutu pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntunan
zaman, dan mutu pendidikan yang berorientasi pada keterampilan hidup
yang esensial yang dicakupi oleh pendidikan yang berlandasan luas, nyata
dan bermakna.
Mutu Kegiatan Belajar Mengajar di Indonesia
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani
era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri.
22. Pengertian Belajar Mengajar
Mengajar adalah meruapakan suatu aktivitas
atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi belajar
mengajar.
Menurut Muh. Uzer USMAn USMAn, Proses belajar mengajar
adalah:
“Suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”
Jadi, mengajar pada hakikatnya adalah melakukan kegiatan
belajar, sehingga proses belajar dapat berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
23. METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
penelitian ini berusaha untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan mendalam
mengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu KBM. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana Suharsimi
Arikunto menyatakan Penelitian kualitatif adalah penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic”
menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa
adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya,
menekankan pada deskripsi secara alami.
Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang
tersembunyi di balik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk
diketahui atau dipahami, pendekatan ini juga diharapkan mampu memberikan penjelasan
secara utuh dan terperinci tentang fenomena yang menjadi fokus penelitian penulis.
24. Jenis Penelitian
Apabila ditinjau dari sudut kemampuan atau kemungkinan suatu penelitian
dapat memberikan informasi, yakni “menjelaskan/menggambarkan saat
terjadinya variabel, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif yakni data yang dikumpulkan
kata-kata,gambar, dan bukan angka-angka.
Peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu KBM, baik dari segi pelaksanaan upaya
kepala sekolah, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
peningkatkan mutu KBM secara komprehensif. Langkah umumnya, data-
tentang upaya kepala sekolah dalam meningkatkan mutu KBM yang
disimpulkan, disusun, dijelaskan, kemudian dibahas menurut realitas yang
sebenarnya secara berurutan. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), Hlm. 6.
25. Pengecekan Keabsahan Temuan
Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya. Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori
26. Sumber Data
1. Kepala Sekolah
2. Waka Kurikulum
3. Guru
Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data Melalui Wawancara
2. Observasi (Pencatatan Data atau Informasi Hasil Pengumpulan Data)
3. Dokumentasi
27. Teknik Analisis Data
Dari rumusan diatas dapat penulis simpulkan bahwa analisis data
pertama-tama mengorganisasikan data, yaitu: pengumpulan identifikasi,
klasifikasi, interpretasi, dan penyimpulan. Sebagaimana diungkapkan oleh
Suharsimi Arikunto, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa
laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang
sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu data
dikumpulkkan dengan kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.Yang
bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai mengapa, alasan apa,
bagaimana terjadinya Suharsimi Arikunto, Op. Cit., Hlm. 6.
28. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkenaan
proses pelaksanaan penelitian. Sebagaimana yang dikutip Moleong, penelitian
kualitatif dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap Pra lapangan, tahap
lapangan, dan tahap analisis data.
Tahap Pra Lapangan
Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap Analisis Data