Ajaran ahlussunah wal jamaah di bidang aqidah syariat dan syariatSaifGhofur
Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah meliputi tiga ruang lingkup yaitu : Lingkup Aqidah, Syari’at dan Akhlak Tasawuf. Selanjutnya, untuk membedakan lingkup-lingkup lain, perlu ditegaskan dengan menyebut masing-masingnya menjadi Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, Syari’at (ibadah) Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Akhlak Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Pertama, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapun dalam bidang akidah, yang memenuhi kriteria Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang dikenal dengan nama Asy’ariyah (pengikut Iman Abu Hasan al-Asy’ari) dan Maturidiyah (pengikut Imam Abu Manshur al-Maturidi). Merekalah golongan mayoritas dari masa ke masa. Pandangan mereka dalam akidah adalah sama persis dengan pandangan ulama salaf, hanya saja sesuai tuntutan zaman, mereka memberikan hujjah dengan argumen-argumen rasional sehingga aqidah yang kuat dari sisi naql(periwayatan) dan juga kuat dari sisi ‘aql (akal). Tak heran sejarah membuktikan bahwa hanya akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah yang tahan uji menghadapi berbagai tantangan dari kelompok lain.
Kedua, Syariat (fiqh) Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dalam konteks historis, institusi fiqh yang sejarah dengan konteks substansial paham Ahlussunnah Wal Jama’ah ialah empat madzhab besar dalam fikih islam, madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.
Ketiga, Akhlak/Tasawuf Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapun lingkup yang ketiga ini, paham Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti wacana yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti imam al-Ghazali, al-Junaidi dan tokoh-tokoh lainnya yang sepaham termasuk Abu Yazid al-Bustami, pemikiran akhlak mereka ini memang tidak melembaga menjadi madzhab tersendiri sebagaimana dalam lingkup akidah dan fikih, namun wacana mereka itu sejalan dengan substansi paham Ahlussunnah Wal Jama’ah serta banyak diterima oleh mayoritas umat islam
Ajaran ahlussunah wal jamaah di bidang aqidah syariat dan syariatSaifGhofur
Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah meliputi tiga ruang lingkup yaitu : Lingkup Aqidah, Syari’at dan Akhlak Tasawuf. Selanjutnya, untuk membedakan lingkup-lingkup lain, perlu ditegaskan dengan menyebut masing-masingnya menjadi Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, Syari’at (ibadah) Ahlussunnah Wal Jama’ah, dan Akhlak Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Pertama, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapun dalam bidang akidah, yang memenuhi kriteria Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang dikenal dengan nama Asy’ariyah (pengikut Iman Abu Hasan al-Asy’ari) dan Maturidiyah (pengikut Imam Abu Manshur al-Maturidi). Merekalah golongan mayoritas dari masa ke masa. Pandangan mereka dalam akidah adalah sama persis dengan pandangan ulama salaf, hanya saja sesuai tuntutan zaman, mereka memberikan hujjah dengan argumen-argumen rasional sehingga aqidah yang kuat dari sisi naql(periwayatan) dan juga kuat dari sisi ‘aql (akal). Tak heran sejarah membuktikan bahwa hanya akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah yang tahan uji menghadapi berbagai tantangan dari kelompok lain.
Kedua, Syariat (fiqh) Ahlussunnah Wal Jama’ah. Dalam konteks historis, institusi fiqh yang sejarah dengan konteks substansial paham Ahlussunnah Wal Jama’ah ialah empat madzhab besar dalam fikih islam, madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.
Ketiga, Akhlak/Tasawuf Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapun lingkup yang ketiga ini, paham Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti wacana yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti imam al-Ghazali, al-Junaidi dan tokoh-tokoh lainnya yang sepaham termasuk Abu Yazid al-Bustami, pemikiran akhlak mereka ini memang tidak melembaga menjadi madzhab tersendiri sebagaimana dalam lingkup akidah dan fikih, namun wacana mereka itu sejalan dengan substansi paham Ahlussunnah Wal Jama’ah serta banyak diterima oleh mayoritas umat islam
Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab ‘Asma’= nama dan ‘al-husna’= indah / baik.
Jadi Asmaul husna = nama-nama Allah yang baik
Asmaul yang di pelajari pada Bab ini antara lain :
1. Al-Karim
2. Al-Mu’min
3. Al-Wakil
4. Al-Matin
5. Al-Jami'
6. Al-'Adl
7. Al-Akhir
Dan juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
3. PENGERTIAN
AL-KARIM
Al-Karim yang berarti maha mulia
Allah yang memaafkan sekehendakNya,
memenuhi janji bila berjanji, dan
berlebihan bila memberi.
4. DALIL / AYAT AL-QUR’AN AL-KARIM
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar
zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat
gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar
5. Artinya : Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa
yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia (27:40)
6. Artinya : Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu
(berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah (82:6)
Artinya : Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah
(96:3)
7. BUKTI ALLAH MEMILIKI SIFAT AL-KARIM
Allah tidak memperhatikan berapa banyak yang diberikan atau
siapa yang diberi.
Allah tidak rela bila ada kebutuhan yang dimohonkan kepada
selainNya.
Jika Allah diperlukan dengan buruk, Allah akan marah, namun
tidak mengharapkan balasan.
Siapapun yang memohon bantuan dan perlindungan kepadaNya,
dia tidak akan rugi, sementara manusia dapat saja menolak
permohonan dan perantara.
Allah SWT tidak mengabaikan siapapun yang menuju dan
berlindung padanya.
8. PRILAKU KITA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SEBAGAI REFLEKSI DARI SIFAT AL-KARIM
Selalu memaafkan kesalahan orang lain
Menepati janji
Memiliki sifat pemurah