SlideShare a Scribd company logo
Bab.1

A.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh rokok , seperti asap rokok
yang mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun
dan 43 jenis lainnya yang dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat
yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida , asap rokok yang
baru mati di asbak juga sangat berbahaya karena mengandung tiga kali lipat bahan
pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan
pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap
melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat
yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet . Maka dari itu ,
pemerintah kota Pontianak meluncurkan PERATURAN

DAERAH NO 10

TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK .

Perda ini juga dibuat untuk menciptakan udara yang bersih juga memberikan
perlindungan efektif dari bahaya asap rokok bagi orang di sekitarnya .Yang
dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah tempat atau ruangan
tertutup

yang

dinyatakan

dilarang,orang untuk

merokok,

menjual

dan

mengiklankan di kawasan tersebut terutama di dalam gedung sehingga jika ingin
merokok harus berada di luar area KTR. Kemudian , kawasan yang termasuk
tanpa rokok sesuai Perda tersebut di antaranya tempat umum , tempat kerja,
tempat ibadah, tempat bermain anak-anak , angkutan umum, lingkungan tempat
proses belajar mengajar, dan sarana kesehatan.

1
Dengan adanya Perda terkait kawasan tanpa rokok ini , diharapkan seluruh
kalangan mampu untuk mematuhinya demi menjaga generasi – generasi penerus
bangsa dari ancaman dan bahaya rokok serta melindungi segenap masyarakat kota
Pontianak dari pengaruh dan dampak negative yang ditumbulkan oleh rokok dan
dengan ini pula masyarakat di harapkan dapat hidup lebih sehat . Namun
seringkali terjadi ketidak sesuaian antara tujuan awal dengan realisasi di lapangan
. Maka dari itu , saya memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap
implementasi perda tentang kawasan tanpa rokok di kota Pontianak tersebut ,
khususnya melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso.

B.

Batasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya topik yang akan diteliti, maka penulis
membatasi

permasalahan

yang

akan

diteliti

sebagai

berikut

:

1. Penelitian hanya akan dilakukan di kawasan Rumah Sakit Umum Daerah
Soedarso Pontianak.

2 .penelitian bersifat kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut :

Pengamatan langsung

3 . Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada masalah implementasi
perda tentang kawasan tanpa rokok serta sosialisasinya di tempat yang dipilih oleh
peneliti

2
C.

Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas , maka penelitian ini difokuskan pada
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NO 10
TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI RUMAH SAKIT
UMUM DOKTER SOEDARSO PONTIANAK .
D.

Rumusan Permasalahan

Dalam penelitian ilmiah ini, penulis akan mencoba merumuskan persoalan
dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah ada sosialisasi PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG
KAWASAN TANPA ROKOK di kawasan Rumah Sakit Umum Daerah
Soedarso Pontianak?
2. Apakah PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA
ROKOK

dikawasan Rumah Sakit Umum Doktor Soedarso Pontianak

Implementasikan sesuai dengan konsep yang ada pada perda tersebut ?
3. Bagaimana pengaruh di luncurkannya PERDA NO 10 TAHUN 2010
TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK di kawasan

Rumah Sakit

Umum Dokter Soedarso Pontianak?

3
E.

TujuanPenelitian

Penelitian ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana bentuk sosialisasi PERDA NO 10 TAHUN 2010
TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK yang efektif dan efisien menurut
Dokter dan Pasien Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh diluncurkannya PERDA NO 10
TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK dikawasan Rumah
Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak .
3. Mengetahui dan menganalisis implementasi PERDA NO 10 TAHUN 2010
TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK kawasan Rumah Sakit Umum
Dokter Soedarso Pontianak .

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ilmiah yang akan dilakukan penulis ini mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah
keilmuan, khususnya bagi yang mengambil focus penelitian pada kebijakan ,
terkait mengenai implementasi suatu kebijakan yang telah dibuat .

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat:

4
a. Bagi Dokter/Perawat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada Dokter,
Perawat, yaitu mensosialisasikan bahaya rokok dan bagian – bagiannya .
b. Bagi Orang Tua/keluarga/masyarakat
Penelitian ini diharapkan supaya orang tua, keluarga atau masyarakat
mampu memberikan perhatian yang lebih, sehubungan dengan bahaya rokok bagi
perokok aktif maupun perokok pasif .
c. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan
bagi peneliti sehingga mampu mendeskripsikan mengenai bahaya rokok dan Perda
Kota Pontianak no 10 tahun 2010 Tentang Kawasan Tanpa Rokok .

5
Bab. II

A.

KAJIAN TEORI

Teori
Kebijakan merupakan suatu proses, yaitu meliputi formulasi, implementasi,

dan evaluasi.
Kebijakan Publik oleh R. dye sebagaimana dikutip Thoha (2008:107)
didefinisikan “sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
ataupun untuk tidak dilakukan (whatever government choose to do or not to do)”.
Dalam pengertian seperti ini, maka pusat perhatian dari kebijakan publik tidak
hanya pada apa saja yang dilakukan oleh pemerintah Daerah, melainkan termasuk
juga apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah.
Adapun menurut Carl Friedrich (Pandji 2008:35) kebijakan publik sebagai
seperangkat tindakan yang dilakukan pemerintah Daerah dengan suatu tujuan dan
diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan”.
Ahli Ilmu Politik lainnya, David Easton (sebagaimana dikutip dalam Thoha,
2008:107) “Adapun alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat, akan
tetapi hanya pemerintah-lah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh
masyarakat.Dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah Daerah untuk dikerjakan
atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai tersebut”.
Sedangkan James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan
pengertian kebijakan publik, “sebagai serangakaian kegiatan yang mempunyai
maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau
sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal

6
yang diperhatikan. Konsep kebijakan ini menitik beratkan kepada apa yang
sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan atau dimaksud dan hal
inilah yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan
diantara beberapa alternatif yang ada.
Kebijakan Publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai suatu
aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat
seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot
pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh
lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.
Dengan demikian, kebijakan publik merupakan rangkaian keputusan yang
mengandung konsekuensi moral yang didalamnya ada keterikatan akan
kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat di
mana yang bersangkutan berada.
Keberhasilan suatu kebijakan ditentukan atau dipengaruhi pula oleh proses
kebijakan itu sendiri. Adapun proses kebijakan dimaksudkan sebagai rangkaian
kegiatan di dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan suatu
kebijakan.
Menurut Mustopadidjaja (dalam Tachjan, 2006:20-21), pada garis besarnya
suatu kebijakan terdiri dari tiga hal pokok, yaitu : (1) perumusan kebijakan, (2)
implementasi kebijakan, dan (3) pengawasan dan penilaian (hasil) pelaksanaan
kebijakan”.
Sedangkan menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (sebagaimana
dikutip Tachjan, 2006:57-59) variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya

7
tujuan-tujuan

formal

pada

keseluruhan

proses

implementasi

dapat

di

klasifikasikan menjadi tiga kategori, sebagai berikut :
1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap/dikendalikan, dengan
indikator :
a. Kesukaran-kesukaran teknis
b. Keragaman perilaku kelompok sasaran
c. Prosentase kelompok sasaran sebanding jumlah penduduk
d. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan
2. Kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat
proses implementasinya, dengan indikator :
a. Kejelasan dan konsistensi tujuan
b. Digunakannya teori kausal yang memadai
c. Ketepatan alokasi sumber dana
d. Keterpaduan hierarki dalam dan diantara lembaga pelaksana
e. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana
f. Rekruitmen pejabat pelaksana
g. Akses formal pihak formal
3. Pengaruh langsung berbagai variabel yang termuat dalam keputusan
kebijakan tersebut, dengan indikator :
a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi
b. Dukungan publik
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok
d. Dukungan dari pejabat atasan
e. Komitmen
pelaksana.

dan

kemampuan

kepemimpinan

pejabat-pejabat

Melihat dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan, dalam meningkatkan
tingkat keberhasilan suatu implementasi, maka perlu adanya sinergitas antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat dimana, setiap pilar mempunyai peran
masing-masing yang sangat berkaitan.

8
Kesinergissan antara pilar-pilar tersebut juga merupakan suatu awal untuk
menciptakan Pemerintahan yang baik.Sedangkan syarat bagi terciptanya
Pemerintahan yang baik itu sendiri, adalah dengan memenuhi beberapa prinsip
dasar, meliputi partisipatoris, rule of law (penegakkan hukum), transparansi,
responsiveness (daya tanggap), konsensus, persamaan hak, efektivitas dan
efisiensi, dan akuntabilitas.
Diantara beberapa faktor diatas, partisipasi dan transparansi-lah yang lebih
dominan dalam cara mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Karena, saat
ini kepemerintahan di Indonesia menganut asas demokrasi, yang berarti untuk
membangun suatu bangsa yang makmur dan sejahtera maka perlu adanya peran
aktif rakyat serta keterbukaan akses informasi publik terhadap rakyat bangsa
tersebut.
Pengertian partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses
atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan
sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.
Partisipasi juga merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan
komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan
manfaat (Verhangen sebagaimana telah dikutip dalam Mardikanto, 2003:83).
Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau
keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan
tertentu.Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat

9
pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan (Theodorson
sebagaimana telah dikutip Mardikanto, 2003:84).
Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan
seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam
kegiatan

masyarakatnya,

di

luar

pekerjaan

atau

profesinya

sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya
partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan.
Conyers (dikutip oleh Ibrahim, 2009:78) juga menyebutkan tiga alasan
mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu :
Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh
informasi

mengenai

kondisi,

kebutuhan,

dan

sikap

masyarakat,

tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek
atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan
akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut.
Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara
karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Suatu partisipasi tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat tidak
mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan
suatu roda Pemerintah Daerah. Maka, disinilah diperlukannya proses transparansi
oleh pemerintah, khususnya dalam hal akses informasi publik.
Transparansi

berarti

terbukanya

akses

bagi

semua

pihak

yang

berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan

10
perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah Daerah dengan biaya yang
minimal.
Transparansi harusdibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang
memadai disediakan untuk dipahami dan (untuk kemudian) dapat dipantau.
Transparansi menurut Jones (sebagaimana dikutip Robbins, 2006:115)
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,yakni informasi
tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang
dicapai.
Transparansi jelas mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses
pengambilan

keputusan

dan

implementasi

kebijakan

publik.

Sebab,

penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki
pemerintah

dapat

memberikan

kesempatan

kepada

berbagai

komponen

masyarakat untuk turut mengambil keputusan.
Dalam partisipasi itu sendiri, koordinasi juga diperlukan koordinasi yang
baik dan efektif guna menciptakan suatu sistem administrasi publik yang dapat
memajukan bangsa Indonesia dari keterpurukan birokrasi selama ini.Serta
membangun sinergitas di antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Menurut G.R..Terry (sebagaimana dikutip Robbins, 2006:35) koordinasi
adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu
yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan
yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

11
Sedangkan menurut E.F.L. Brech (sebagaimana dikutip Robbins, 2006, 36)
koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan
lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar
kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para
anggota itu sendiri.
Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan
kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena
satu sama lain saling mempengaruhi. (sebagaimana dikutip Robbins, 2006 : 41)
Derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang
tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubahubah serta saling ketergantungan adalah tinggi.

B.

Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian belum mendapatkan hasil penelitian yang relevan dan benar-

benar sejenis yang dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian mengenai
PARTISIPASI

MASYARAKAT

DALAM

IMPLEMENTASIKAN

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NO 10 TAHUN 2010
TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK

12
C.

Kerangka Pikir
Suatu Kebijakan merupakan suatu bidang kajian yang sangat menarik,
karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Dua faktor utama
dikenal sebagai determinan sifat dinamika kehidupan kota yang sangat tinggi
yaitu faktor kesehatan.
Bertambahnya angka kematian penduduk di kota yang dipicu oleh
meningkatnya jumlah perokok dan penderita penyakit pernafasan yang
diakibatkan oleh rokok dalam kehidupan masyarakat, telah mengakibatkan
meningkatnya angka pasien penderita TBC. Konsekuensi tersebut sangat jelas
yaitu sehingga Pemerintah Daerah membuat Perda No.10 Tahun 2010
Partisipasi masyarakat dalam implementasi Perda kota Pontianak No.10
Tahun 2010 tentang kawasan bebas rokok khususnya di Rumah Sakit Umum
Dokter Soedarso dan juga menurut Teori George Edward harus adanya suatu
proses yaitu;
Komunikasi
Sumberdaya
Disposisi
Struktur Birokrasi

13
D.

Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian yang ingin peneliti ungkapkan dalam

penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Apakah implementasi Perda kota Pontianak No 10 Tahun 2010 sudah
sesuai dengan yang diinginkan Pemerintah Daerah ?
2. Dampak dari Perda No 10 Tahun 2010 tentang kawasan bebas Rokok
3. Sejauh mana peran serta masyarakat dan Dokter serta Pasien Rumah Sakit
Dokter Soedarso?
4. Factor-factor lain apa saja yang mendorong serta menghambat
implementasi Perda kota Pontianak No 10 Tahun 2010 Tentang Kawasan
Bebas Rokok
5. Bagaimana solusi yang tepat, sehingga dinilai mampu membantu
implementasi Peraturan Daerah No 10 Tahun 2010 Tentang Kawasan
Bebas Rokok.

14
Bab. III
A.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Untuk melakukan suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai

dengan gejala yang diteliti. Agar nantinya, dapat memecahkan masalah secara
sistematis (metode ilmiah) dan berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan masalah tersebut. Sehingga, metode yang ditentukan harus sesuai dengan
bagaimana data tersebut diperoleh. Adapun, metode penelitian yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.
Menurut Hadari Nawawi (1990:63) metode deskriptif adalah “proses
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat, dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tempat sebagaimana
adanya”.
Dari definisi diatas, maka dapat diambil suatu penegasan bahwa jenis
penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh di
lapangan kemudian menganalisanya sesuai dengan kenyataan yang ada untuk
menarik suatu kesimpulan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai
berikut :
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengambil data dan informasi dari
berbagai literatur (kepustakaan) baik itu teori-teori maupun dari berbagai

15
penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain sebelumnya, agar dapat
dijadikan landasan dalam membahas penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan terutama untuk memperoleh data primer
maupun sekunder.Selain mengadakan pengamatan langsung pada objek
penelitian, juga mempelajari dan mencatat setiap gejala yang tampak
sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso

Peneliti mengambil lokasi penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan yaitu,
“Terdapatnya permasalahan yang menyangkut proses Implementasi Kebijakan.
Disekitar lokasi Rumah Sakit yang masih belum Sadar dan Mentaati Perda No 10
Tahun 2010 Tentang Kawasan Bebas Rokok tersebut.

C.

Subjek dan Objek Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini, harus mengumpulkan data sebagai dasar

kesimpulan berdasarkan informasi dari subjek penelitian (informan) dengan
menggunakan metode purposive sampling, peneliti langsung memilih informan
sebagai subjek penelitian dengan menggunakan pertimbangan bahwa sumber
tersebut mengetahui secara pasti informasi yang peneliti perlukan.

16
D.

Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berarti, instrumen

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti
harus mengumpulkan data yang valid dan akurat dengan terlibat langsung dengan
masyarakat serta untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti juga dilengkapi
dengan alat-alat pengumpul data yang telah disiapkan sebelumnya.

E.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi dalam penelitian ini, yaitu dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk memperoleh data
yang sebenarnya. Dalam hal ini, peneliti akan terlibat langsung dalam
prosesnya (participant-observation).

b.Alat Pengumpulan data
1. Check List
Daftar yang berisikan subjek dan objek yang akan di observasi
berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti. Penelitian ini

menggunakan catatan-catatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data dari informan dengan teknik wawancara dan dokumen resmi,
sebagai penunjang peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan
valid.

17
F.

Teknik Analisa Data
Menurut Miles dan Huberman (1992 : 15) hal-hal yang terdapat dalam

analisis kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan berupa
rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai cara
(observasi, wawancara, dokumen) dan diproses sebelum digunakan melalui
pencatatan dan pengetikan tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata
yang disusun kedalam teks yang diperluas.
Tujuan analisis data pada dasarnya adalah untuk menyederhanakan data
dalam bentuk yang mudah dipahami.Analisis data dalam penelitian kualitatif
adalah induksi terpretatif yaitu usaha pengambilan keputusan berdasarkan dan
perkiraan logis atas data perkiraan yang diperoleh.Pendekatan interpretatif dalam
ilmu sosial dimulai dengan pemahaman intelektual yang dibangun berdasarkan
empiris sensual dan empiris logic theory (brya Fat dalam Lexy Moleong, 67-72).

Adapun langkah-langkah dalam proses penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut :
1. Membaca dan mempelajari data yang terkumpul sampai dikuasainya
sepenuhnya sambil memikirkan untuk mencari apakah ada pola-pola
yang menarik.
2. Melihat berbagai konsep yang ditimbulkan informan.
3. Menerangkan sejumlah data dan metode untuk mengungkapkan
karakteristik kategori data tertentu.

18
4. Mencari hubungan antar konsep dalam usaha mengembangkan suatu
teori.
Setelah melalui langkah-langkah tersebut, maka data yang telah diperoleh,
dikumpulkan, disusun, di-interpretasikan untuk selanjutnya ditarik suatu
kesimpulan secara umum.

G.

Teknik Keabsahan Data (Uji Validitas)
Data hasil penelitian adalah data empirik (teramati), sehingga diperlukannya

suatu pengujian terhadap objek penelitian agar mendapatkan data yang valid.
Untuk mencapai kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik :
1. Saturasi Data
Saturasi data atau kejenuhan data, dicapai apabila data atau informasi
yang dikumpulkan oleh peneliti telah menunjukkan ketetapan (tidak
berubah). Sehingga memungkinkan peneliti untuk tidak menambahkan
data baru, karena hasilnya akan sama dengan data yang sudah diperoleh
peneliti sebelumnya.
2. Feedback
Adalah upaya untuk meningkatkan kredibilitas data hasil penelitian
dengan cara mendapatkan masukan baik dari rekan sejawat sesama
peneliti maupun para pakar atau stakeholders. Masukkan, sumbang
saran atau curah pendapat yang diberikan oleh pihak luar tersebut sangat
berguna dalam upaya menyempurnakan hasil penelitian.

19
Daftar Pustaka

http://www.kotalayakanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id=
918:pemkot-pontianak-luncurkan-perda-kawasan-tanparokok&catid=51:pontianak&Itemid=65 tanggal 14mei 2013 jam 9.19

http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/11/07/01/lnnjxm-say-no-tono-smoking-anggota-dprd-kalbar-sepakat-tolak-larangan-merokok-dalam-ruangan
tgl 14mei 2013jam 9.54

http://www.pontianakkota.go.id/?q=news/perokok-bukan-kategori-orang-miskin
tgl 30 des 2011 jam 10.06

http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok tgl 14mei 2013jam 10.21

http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatan-tubuh-manusiaakibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dan-dosa

tgl

14mei

2013jam, 10.26

Pemerintah Daerha Kota Pontianak

, Peraturan Daerah No 10 tahun 2010

TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

20

More Related Content

Similar to Praktikum 2

Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01
Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01
Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01markisa8
 
Bahaya merokok bagi kesehatan
Bahaya merokok bagi kesehatanBahaya merokok bagi kesehatan
Bahaya merokok bagi kesehatan
Septian Muna Barakati
 
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdfHIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
taty38478
 
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CS
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CSLaporan Residensi Mahasiswa Choirn CS
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CSSaenun Sugiyo
 
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixPkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixWegiarti Sikalak
 
Makalah p.sat kel3
Makalah p.sat kel3Makalah p.sat kel3
Makalah p.sat kel3
zainal509
 
Kebijakan publik 1
Kebijakan publik 1Kebijakan publik 1
Kebijakan publik 1
Nadiv Sky
 
Kawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokKawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokArif Pradana
 
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptxHenny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
HennyKarmila
 
Kebijakan pencemaran-udara
Kebijakan pencemaran-udaraKebijakan pencemaran-udara
Kebijakan pencemaran-udaraotnawrup
 
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
henrifayol2
 
Kawasan Tanpa Asap Rokok
Kawasan Tanpa Asap RokokKawasan Tanpa Asap Rokok
Kawasan Tanpa Asap RokokMagfirah Amir
 
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
EkaOnwardana
 
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptxKTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
Irhariandi20
 
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
noviheryanti
 
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
Andri Riyatno
 
Buku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakauBuku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakau
Coky Fauzi Alfi
 
Workshop Penelutuan Kemenristekdikti
Workshop Penelutuan KemenristekdiktiWorkshop Penelutuan Kemenristekdikti
Workshop Penelutuan Kemenristekdikti
Prayudi
 
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptxPPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
MayvitaInnaniTaqwa
 

Similar to Praktikum 2 (20)

Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01
Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01
Kebijakan pencemaran-udara-120904020434-phpapp01
 
Bahaya merokok bagi kesehatan
Bahaya merokok bagi kesehatanBahaya merokok bagi kesehatan
Bahaya merokok bagi kesehatan
 
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdfHIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
HIRES_15x21 PETUNJUK TEKNIS KAWASAN TANPA ROKOK (KTR).pdf
 
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CS
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CSLaporan Residensi Mahasiswa Choirn CS
Laporan Residensi Mahasiswa Choirn CS
 
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fixPkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
Pkm gt-2013-undip-vifta-smoking effect video fix
 
Makalah p.sat kel3
Makalah p.sat kel3Makalah p.sat kel3
Makalah p.sat kel3
 
Kebijakan publik 1
Kebijakan publik 1Kebijakan publik 1
Kebijakan publik 1
 
Kawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokokKawasan bebas asap rokok
Kawasan bebas asap rokok
 
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptxHenny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
Henny Karmila_TUGAS EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN(1).pptx
 
Kebijakan pencemaran-udara
Kebijakan pencemaran-udaraKebijakan pencemaran-udara
Kebijakan pencemaran-udara
 
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
Implementasi Hukum Adminstrasi Pelayanan Publik dalam OSS RBA.
 
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
Jurnal Borneo Administrator, Vol. 8 No. 2 Tahun 2012
 
Kawasan Tanpa Asap Rokok
Kawasan Tanpa Asap RokokKawasan Tanpa Asap Rokok
Kawasan Tanpa Asap Rokok
 
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
2_AMDAL and ANDAL Procedures and criterias
 
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptxKTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
KTR MASOHNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNI.pptx
 
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
IKM ROKOK ( Upaya Pencegahan Penyakit Kanker Akibat Merokok)
 
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
alat pendeteksi asap rokok at89s52 in"UNSIQ 2012
 
Buku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakauBuku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakau
 
Workshop Penelutuan Kemenristekdikti
Workshop Penelutuan KemenristekdiktiWorkshop Penelutuan Kemenristekdikti
Workshop Penelutuan Kemenristekdikti
 
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptxPPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
PPT Seminar Proposal Nur Aprilia Innani T. 203014780.pptx
 

More from RAMASYAFARADI

Implementaasi perubahan kebijakan terminal
Implementaasi perubahan kebijakan terminalImplementaasi perubahan kebijakan terminal
Implementaasi perubahan kebijakan terminalRAMASYAFARADI
 
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
RAMASYAFARADI
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHRAMASYAFARADI
 
Publik relations tentang humas pendidikan
Publik relations tentang humas pendidikan Publik relations tentang humas pendidikan
Publik relations tentang humas pendidikan RAMASYAFARADI
 
makalah karakateristik dalam perilaku organisasi
makalah karakateristik dalam perilaku organisasimakalah karakateristik dalam perilaku organisasi
makalah karakateristik dalam perilaku organisasiRAMASYAFARADI
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
RAMASYAFARADI
 
Perilaku organisasi(makalah)
Perilaku organisasi(makalah)Perilaku organisasi(makalah)
Perilaku organisasi(makalah)RAMASYAFARADI
 

More from RAMASYAFARADI (10)

Lembar pengesahan
Lembar pengesahanLembar pengesahan
Lembar pengesahan
 
Implementaasi perubahan kebijakan terminal
Implementaasi perubahan kebijakan terminalImplementaasi perubahan kebijakan terminal
Implementaasi perubahan kebijakan terminal
 
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
Strategi kebijakan tentang keberadaan terminal angkutan kota rawa bangun di k...
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Praktikum 2
Praktikum 2Praktikum 2
Praktikum 2
 
Cover praktikum
Cover praktikum Cover praktikum
Cover praktikum
 
Publik relations tentang humas pendidikan
Publik relations tentang humas pendidikan Publik relations tentang humas pendidikan
Publik relations tentang humas pendidikan
 
makalah karakateristik dalam perilaku organisasi
makalah karakateristik dalam perilaku organisasimakalah karakateristik dalam perilaku organisasi
makalah karakateristik dalam perilaku organisasi
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
 
Perilaku organisasi(makalah)
Perilaku organisasi(makalah)Perilaku organisasi(makalah)
Perilaku organisasi(makalah)
 

Praktikum 2

  • 1. Bab.1 A. PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh rokok , seperti asap rokok yang mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya yang dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida , asap rokok yang baru mati di asbak juga sangat berbahaya karena mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet . Maka dari itu , pemerintah kota Pontianak meluncurkan PERATURAN DAERAH NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK . Perda ini juga dibuat untuk menciptakan udara yang bersih juga memberikan perlindungan efektif dari bahaya asap rokok bagi orang di sekitarnya .Yang dimaksud dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah tempat atau ruangan tertutup yang dinyatakan dilarang,orang untuk merokok, menjual dan mengiklankan di kawasan tersebut terutama di dalam gedung sehingga jika ingin merokok harus berada di luar area KTR. Kemudian , kawasan yang termasuk tanpa rokok sesuai Perda tersebut di antaranya tempat umum , tempat kerja, tempat ibadah, tempat bermain anak-anak , angkutan umum, lingkungan tempat proses belajar mengajar, dan sarana kesehatan. 1
  • 2. Dengan adanya Perda terkait kawasan tanpa rokok ini , diharapkan seluruh kalangan mampu untuk mematuhinya demi menjaga generasi – generasi penerus bangsa dari ancaman dan bahaya rokok serta melindungi segenap masyarakat kota Pontianak dari pengaruh dan dampak negative yang ditumbulkan oleh rokok dan dengan ini pula masyarakat di harapkan dapat hidup lebih sehat . Namun seringkali terjadi ketidak sesuaian antara tujuan awal dengan realisasi di lapangan . Maka dari itu , saya memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap implementasi perda tentang kawasan tanpa rokok di kota Pontianak tersebut , khususnya melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso. B. Batasan Masalah Untuk menghindari melebarnya topik yang akan diteliti, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Penelitian hanya akan dilakukan di kawasan Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak. 2 .penelitian bersifat kualitatif yang menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : Pengamatan langsung 3 . Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada masalah implementasi perda tentang kawasan tanpa rokok serta sosialisasinya di tempat yang dipilih oleh peneliti 2
  • 3. C. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas , maka penelitian ini difokuskan pada IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM DOKTER SOEDARSO PONTIANAK . D. Rumusan Permasalahan Dalam penelitian ilmiah ini, penulis akan mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah ada sosialisasi PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK di kawasan Rumah Sakit Umum Daerah Soedarso Pontianak? 2. Apakah PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK dikawasan Rumah Sakit Umum Doktor Soedarso Pontianak Implementasikan sesuai dengan konsep yang ada pada perda tersebut ? 3. Bagaimana pengaruh di luncurkannya PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK di kawasan Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak? 3
  • 4. E. TujuanPenelitian Penelitian ilmiah ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana bentuk sosialisasi PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK yang efektif dan efisien menurut Dokter dan Pasien Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh diluncurkannya PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK dikawasan Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak . 3. Mengetahui dan menganalisis implementasi PERDA NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK kawasan Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak . F. Manfaat Penelitian Penelitian ilmiah yang akan dilakukan penulis ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya bagi yang mengambil focus penelitian pada kebijakan , terkait mengenai implementasi suatu kebijakan yang telah dibuat . 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 4
  • 5. a. Bagi Dokter/Perawat Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada Dokter, Perawat, yaitu mensosialisasikan bahaya rokok dan bagian – bagiannya . b. Bagi Orang Tua/keluarga/masyarakat Penelitian ini diharapkan supaya orang tua, keluarga atau masyarakat mampu memberikan perhatian yang lebih, sehubungan dengan bahaya rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif . c. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi peneliti sehingga mampu mendeskripsikan mengenai bahaya rokok dan Perda Kota Pontianak no 10 tahun 2010 Tentang Kawasan Tanpa Rokok . 5
  • 6. Bab. II A. KAJIAN TEORI Teori Kebijakan merupakan suatu proses, yaitu meliputi formulasi, implementasi, dan evaluasi. Kebijakan Publik oleh R. dye sebagaimana dikutip Thoha (2008:107) didefinisikan “sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan ataupun untuk tidak dilakukan (whatever government choose to do or not to do)”. Dalam pengertian seperti ini, maka pusat perhatian dari kebijakan publik tidak hanya pada apa saja yang dilakukan oleh pemerintah Daerah, melainkan termasuk juga apa saja yang tidak dilakukan oleh pemerintah. Adapun menurut Carl Friedrich (Pandji 2008:35) kebijakan publik sebagai seperangkat tindakan yang dilakukan pemerintah Daerah dengan suatu tujuan dan diarahkan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan”. Ahli Ilmu Politik lainnya, David Easton (sebagaimana dikutip dalam Thoha, 2008:107) “Adapun alokasi nilai yang otoritatif untuk seluruh masyarakat, akan tetapi hanya pemerintah-lah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat.Dan semuanya yang dipilih oleh pemerintah Daerah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari alokasi nilai tersebut”. Sedangkan James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian kebijakan publik, “sebagai serangakaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal 6
  • 7. yang diperhatikan. Konsep kebijakan ini menitik beratkan kepada apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan atau dimaksud dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada. Kebijakan Publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. Dengan demikian, kebijakan publik merupakan rangkaian keputusan yang mengandung konsekuensi moral yang didalamnya ada keterikatan akan kepentingan rakyat banyak dan keterikatan terhadap tanah air atau tempat di mana yang bersangkutan berada. Keberhasilan suatu kebijakan ditentukan atau dipengaruhi pula oleh proses kebijakan itu sendiri. Adapun proses kebijakan dimaksudkan sebagai rangkaian kegiatan di dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan suatu kebijakan. Menurut Mustopadidjaja (dalam Tachjan, 2006:20-21), pada garis besarnya suatu kebijakan terdiri dari tiga hal pokok, yaitu : (1) perumusan kebijakan, (2) implementasi kebijakan, dan (3) pengawasan dan penilaian (hasil) pelaksanaan kebijakan”. Sedangkan menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (sebagaimana dikutip Tachjan, 2006:57-59) variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya 7
  • 8. tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi dapat di klasifikasikan menjadi tiga kategori, sebagai berikut : 1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap/dikendalikan, dengan indikator : a. Kesukaran-kesukaran teknis b. Keragaman perilaku kelompok sasaran c. Prosentase kelompok sasaran sebanding jumlah penduduk d. Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan 2. Kemampuan keputusan kebijakan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya, dengan indikator : a. Kejelasan dan konsistensi tujuan b. Digunakannya teori kausal yang memadai c. Ketepatan alokasi sumber dana d. Keterpaduan hierarki dalam dan diantara lembaga pelaksana e. Aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana f. Rekruitmen pejabat pelaksana g. Akses formal pihak formal 3. Pengaruh langsung berbagai variabel yang termuat dalam keputusan kebijakan tersebut, dengan indikator : a. Kondisi sosio-ekonomi dan teknologi b. Dukungan publik c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok d. Dukungan dari pejabat atasan e. Komitmen pelaksana. dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat Melihat dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan, dalam meningkatkan tingkat keberhasilan suatu implementasi, maka perlu adanya sinergitas antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dimana, setiap pilar mempunyai peran masing-masing yang sangat berkaitan. 8
  • 9. Kesinergissan antara pilar-pilar tersebut juga merupakan suatu awal untuk menciptakan Pemerintahan yang baik.Sedangkan syarat bagi terciptanya Pemerintahan yang baik itu sendiri, adalah dengan memenuhi beberapa prinsip dasar, meliputi partisipatoris, rule of law (penegakkan hukum), transparansi, responsiveness (daya tanggap), konsensus, persamaan hak, efektivitas dan efisiensi, dan akuntabilitas. Diantara beberapa faktor diatas, partisipasi dan transparansi-lah yang lebih dominan dalam cara mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Karena, saat ini kepemerintahan di Indonesia menganut asas demokrasi, yang berarti untuk membangun suatu bangsa yang makmur dan sejahtera maka perlu adanya peran aktif rakyat serta keterbukaan akses informasi publik terhadap rakyat bangsa tersebut. Pengertian partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill. Partisipasi juga merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat (Verhangen sebagaimana telah dikutip dalam Mardikanto, 2003:83). Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat 9
  • 10. pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan (Theodorson sebagaimana telah dikutip Mardikanto, 2003:84). Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Conyers (dikutip oleh Ibrahim, 2009:78) juga menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu : Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Suatu partisipasi tidak akan berjalan dengan baik apabila masyarakat tidak mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka dalam menjalankan suatu roda Pemerintah Daerah. Maka, disinilah diperlukannya proses transparansi oleh pemerintah, khususnya dalam hal akses informasi publik. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait, seperti berbagai peraturan dan 10
  • 11. perundang-undangan, serta kebijakan pemerintah Daerah dengan biaya yang minimal. Transparansi harusdibangun atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai disediakan untuk dipahami dan (untuk kemudian) dapat dipantau. Transparansi menurut Jones (sebagaimana dikutip Robbins, 2006:115) adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi jelas mengurangi tingkat ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan publik. Sebab, penyebarluasan berbagai informasi yang selama ini aksesnya hanya dimiliki pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada berbagai komponen masyarakat untuk turut mengambil keputusan. Dalam partisipasi itu sendiri, koordinasi juga diperlukan koordinasi yang baik dan efektif guna menciptakan suatu sistem administrasi publik yang dapat memajukan bangsa Indonesia dari keterpurukan birokrasi selama ini.Serta membangun sinergitas di antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Menurut G.R..Terry (sebagaimana dikutip Robbins, 2006:35) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. 11
  • 12. Sedangkan menurut E.F.L. Brech (sebagaimana dikutip Robbins, 2006, 36) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi. (sebagaimana dikutip Robbins, 2006 : 41) Derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubahubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian belum mendapatkan hasil penelitian yang relevan dan benar- benar sejenis yang dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian mengenai PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASIKAN PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NO 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK 12
  • 13. C. Kerangka Pikir Suatu Kebijakan merupakan suatu bidang kajian yang sangat menarik, karena kompleksitas permasalahan yang dimilikinya. Dua faktor utama dikenal sebagai determinan sifat dinamika kehidupan kota yang sangat tinggi yaitu faktor kesehatan. Bertambahnya angka kematian penduduk di kota yang dipicu oleh meningkatnya jumlah perokok dan penderita penyakit pernafasan yang diakibatkan oleh rokok dalam kehidupan masyarakat, telah mengakibatkan meningkatnya angka pasien penderita TBC. Konsekuensi tersebut sangat jelas yaitu sehingga Pemerintah Daerah membuat Perda No.10 Tahun 2010 Partisipasi masyarakat dalam implementasi Perda kota Pontianak No.10 Tahun 2010 tentang kawasan bebas rokok khususnya di Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso dan juga menurut Teori George Edward harus adanya suatu proses yaitu; Komunikasi Sumberdaya Disposisi Struktur Birokrasi 13
  • 14. D. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan penelitian yang ingin peneliti ungkapkan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : 1. Apakah implementasi Perda kota Pontianak No 10 Tahun 2010 sudah sesuai dengan yang diinginkan Pemerintah Daerah ? 2. Dampak dari Perda No 10 Tahun 2010 tentang kawasan bebas Rokok 3. Sejauh mana peran serta masyarakat dan Dokter serta Pasien Rumah Sakit Dokter Soedarso? 4. Factor-factor lain apa saja yang mendorong serta menghambat implementasi Perda kota Pontianak No 10 Tahun 2010 Tentang Kawasan Bebas Rokok 5. Bagaimana solusi yang tepat, sehingga dinilai mampu membantu implementasi Peraturan Daerah No 10 Tahun 2010 Tentang Kawasan Bebas Rokok. 14
  • 15. Bab. III A. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Untuk melakukan suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dengan gejala yang diteliti. Agar nantinya, dapat memecahkan masalah secara sistematis (metode ilmiah) dan berdasarkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut. Sehingga, metode yang ditentukan harus sesuai dengan bagaimana data tersebut diperoleh. Adapun, metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1990:63) metode deskriptif adalah “proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga masyarakat, dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tempat sebagaimana adanya”. Dari definisi diatas, maka dapat diambil suatu penegasan bahwa jenis penelitian yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan kemudian menganalisanya sesuai dengan kenyataan yang ada untuk menarik suatu kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dimaksudkan untuk mengambil data dan informasi dari berbagai literatur (kepustakaan) baik itu teori-teori maupun dari berbagai 15
  • 16. penelitian yang sudah dilakukan oleh orang lain sebelumnya, agar dapat dijadikan landasan dalam membahas penelitian ini. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan dilakukan terutama untuk memperoleh data primer maupun sekunder.Selain mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian, juga mempelajari dan mencatat setiap gejala yang tampak sesuai dengan permasalahan yang diteliti. B. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Peneliti mengambil lokasi penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan yaitu, “Terdapatnya permasalahan yang menyangkut proses Implementasi Kebijakan. Disekitar lokasi Rumah Sakit yang masih belum Sadar dan Mentaati Perda No 10 Tahun 2010 Tentang Kawasan Bebas Rokok tersebut. C. Subjek dan Objek Penelitian Peneliti dalam penelitian ini, harus mengumpulkan data sebagai dasar kesimpulan berdasarkan informasi dari subjek penelitian (informan) dengan menggunakan metode purposive sampling, peneliti langsung memilih informan sebagai subjek penelitian dengan menggunakan pertimbangan bahwa sumber tersebut mengetahui secara pasti informasi yang peneliti perlukan. 16
  • 17. D. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berarti, instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti harus mengumpulkan data yang valid dan akurat dengan terlibat langsung dengan masyarakat serta untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti juga dilengkapi dengan alat-alat pengumpul data yang telah disiapkan sebelumnya. E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dalam penelitian ini, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk memperoleh data yang sebenarnya. Dalam hal ini, peneliti akan terlibat langsung dalam prosesnya (participant-observation). b.Alat Pengumpulan data 1. Check List Daftar yang berisikan subjek dan objek yang akan di observasi berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan catatan-catatan yang digunakan untuk mengumpulkan data dari informan dengan teknik wawancara dan dokumen resmi, sebagai penunjang peneliti untuk memperoleh data yang akurat dan valid. 17
  • 18. F. Teknik Analisa Data Menurut Miles dan Huberman (1992 : 15) hal-hal yang terdapat dalam analisis kualitatif adalah data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan berupa rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen) dan diproses sebelum digunakan melalui pencatatan dan pengetikan tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang disusun kedalam teks yang diperluas. Tujuan analisis data pada dasarnya adalah untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah dipahami.Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah induksi terpretatif yaitu usaha pengambilan keputusan berdasarkan dan perkiraan logis atas data perkiraan yang diperoleh.Pendekatan interpretatif dalam ilmu sosial dimulai dengan pemahaman intelektual yang dibangun berdasarkan empiris sensual dan empiris logic theory (brya Fat dalam Lexy Moleong, 67-72). Adapun langkah-langkah dalam proses penelitian kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Membaca dan mempelajari data yang terkumpul sampai dikuasainya sepenuhnya sambil memikirkan untuk mencari apakah ada pola-pola yang menarik. 2. Melihat berbagai konsep yang ditimbulkan informan. 3. Menerangkan sejumlah data dan metode untuk mengungkapkan karakteristik kategori data tertentu. 18
  • 19. 4. Mencari hubungan antar konsep dalam usaha mengembangkan suatu teori. Setelah melalui langkah-langkah tersebut, maka data yang telah diperoleh, dikumpulkan, disusun, di-interpretasikan untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan secara umum. G. Teknik Keabsahan Data (Uji Validitas) Data hasil penelitian adalah data empirik (teramati), sehingga diperlukannya suatu pengujian terhadap objek penelitian agar mendapatkan data yang valid. Untuk mencapai kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik : 1. Saturasi Data Saturasi data atau kejenuhan data, dicapai apabila data atau informasi yang dikumpulkan oleh peneliti telah menunjukkan ketetapan (tidak berubah). Sehingga memungkinkan peneliti untuk tidak menambahkan data baru, karena hasilnya akan sama dengan data yang sudah diperoleh peneliti sebelumnya. 2. Feedback Adalah upaya untuk meningkatkan kredibilitas data hasil penelitian dengan cara mendapatkan masukan baik dari rekan sejawat sesama peneliti maupun para pakar atau stakeholders. Masukkan, sumbang saran atau curah pendapat yang diberikan oleh pihak luar tersebut sangat berguna dalam upaya menyempurnakan hasil penelitian. 19
  • 20. Daftar Pustaka http://www.kotalayakanak.org/index.php?option=com_content&view=article&id= 918:pemkot-pontianak-luncurkan-perda-kawasan-tanparokok&catid=51:pontianak&Itemid=65 tanggal 14mei 2013 jam 9.19 http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/11/07/01/lnnjxm-say-no-tono-smoking-anggota-dprd-kalbar-sepakat-tolak-larangan-merokok-dalam-ruangan tgl 14mei 2013jam 9.54 http://www.pontianakkota.go.id/?q=news/perokok-bukan-kategori-orang-miskin tgl 30 des 2011 jam 10.06 http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok tgl 14mei 2013jam 10.21 http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatan-tubuh-manusiaakibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dan-dosa tgl 14mei 2013jam, 10.26 Pemerintah Daerha Kota Pontianak , Peraturan Daerah No 10 tahun 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK 20