Dokumen ini membahas peran perempuan dalam dunia bisnis di Indonesia. Jumlah perempuan yang bekerja terus meningkat setiap tahunnya, namun kebanyakan hanya menduduki posisi manajemen menengah ke bawah. Data menunjukkan bahwa hanya 25% perusahaan yang memiliki perempuan dalam posisi manajemen senior seperti CEO atau direktur. Dokumen ini kemudian membahas perlunya affirmative action dan pendidikan mengenai gender untuk melawan stereotipe
2. Dunia bisnis lekat sekali dengan kaum adam. Namun setelah muncul
fenomena dimana istri mulai bekerja di tahun 1980an mulai banyak
kaum hawa yang ikut andil dalam perkembangan dunia bisnis hingga
saat ini. Data statistik BPS selalu menunjukan kenaikan jumlah
perempuan bekerja yaitu rata-rata naik 2.5% tiap tahunnya. Hingga
tahun 2018, hampir 80% perempuan di Indonesia bekerja dan terlibat
dalam dunia bisnis. Fenomena seperti ini dirasa sangat bagus mengingat
hal ini membuktikan bahwa hak perempuan dalam berekonomi yang
semakin luas telah diakomodir.
3. Walaupun begitu, ternyata jumlah perempuan bekerja tidak serta merta
menjamin mereka memiliki jabatan tinggi dalam pekerjaan tersebut.
Rata-rata jabatan yang dimiliki oleh perempuan tidak terlepas dari
jabatan formal di middle atau bahkan lower management. Kebanyakan
pekerja perempuan diberikan jabatan berdasarkan gender stereotipe
seperti menjadi sekretaris, kerja di bagian keadministrasian dan
marketing. Masih sedikit sekali jumlah perempuan yang bisa memasuki top
management.
4. • Data dari Catalyst pada tahun 2018 menyebutkan bahwa 75% bisnis
memiliki paling tidak 1 perempuan yang bekerja di sektor senior
(top) management. Dalam kata lain, ada sebanyak 25% bisnis
dimana perempuan tidak menjabat dalam top management seperti
menjadi CEO, Direktur ataupun Manajer.
5. Jaman semakin berkembang, banyak orang mengklaim diri mereka
semakin open-minded dan memiliki kualitas Sumber Daya Manusia yang
baik. Namun data masih menunjukan tingginya pengaruh gender stereotipe
dalam dunia kerja khususnya bagi perempuan. Apakah kita masih
memerlukan affirmative action untuk perempuan tidak hanya dalam
bidang pendidikan dan politik namun juga dalam bidang ekonomi? Atau
apakah kita memerlukan pendidikan yang benar mengenai gender in the
workforce?