Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Dokumen tersebut membahas latar belakang pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di Desa Tunggulsari oleh mahasiswa keperawatan. Tujuannya adalah menerapkan proses keperawatan komunitas untuk mengidentifikasi karakteristik dan masalah kesehatan masyarakat serta merencanakan penanganannya. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan membantu puskesmas mengetah
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pertolongan pertama, termasuk definisi, tujuan, prinsip, dan peralatan dasar yang dibutuhkan. Ia menjelaskan bahwa pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban, mencegah cacat, dan memberikan rasa nyaman. Prinsip utama meliputi menjaga keselamatan diri sendiri, mengenali masalah yang mengancam nyawa, dan meminta bantuan. Peralatan dasar yang direkomendas
Dokumen tersebut membahas tentang sistem triase dalam penanganan korban bencana. Sistem triase digunakan untuk menentukan prioritas perawatan korban berdasarkan tingkat keparahannya dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dibahas pula pengertian kegawatdaruratan, kasus yang dapat terjadi, prinsip triase, dan penanganan prioritas berdasarkan pengkajian primer ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Dokumen tersebut membahas tentang peran dan fungsi perawat, di mana peran perawat meliputi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Sedangkan fungsi perawat terdiri dari fungsi independen, dependen dan interdependen.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan mengenai strategi pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa untuk beberapa gangguan jiwa seperti perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga diri rendah, halusinasi, defisit perawatan diri, waham, dan resiko bunuh diri. Strategi pelaksanaan tersebut terdiri dari beberapa tahap seperti orientasi, kerja, dan terminasi dengan tujuan mengidentifikasi masalah, melakukan latihan, dan
Dokumen tersebut membahas latar belakang pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di Desa Tunggulsari oleh mahasiswa keperawatan. Tujuannya adalah menerapkan proses keperawatan komunitas untuk mengidentifikasi karakteristik dan masalah kesehatan masyarakat serta merencanakan penanganannya. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan membantu puskesmas mengetah
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang pertolongan pertama, termasuk definisi, tujuan, prinsip, dan peralatan dasar yang dibutuhkan. Ia menjelaskan bahwa pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan jiwa korban, mencegah cacat, dan memberikan rasa nyaman. Prinsip utama meliputi menjaga keselamatan diri sendiri, mengenali masalah yang mengancam nyawa, dan meminta bantuan. Peralatan dasar yang direkomendas
Dokumen tersebut membahas tentang sistem triase dalam penanganan korban bencana. Sistem triase digunakan untuk menentukan prioritas perawatan korban berdasarkan tingkat keparahannya dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dibahas pula pengertian kegawatdaruratan, kasus yang dapat terjadi, prinsip triase, dan penanganan prioritas berdasarkan pengkajian primer ABC (Airway, Breathing, Circulation).
Dokumen tersebut membahas tentang peran dan fungsi perawat, di mana peran perawat meliputi pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Sedangkan fungsi perawat terdiri dari fungsi independen, dependen dan interdependen.
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus di Desa Muara Buaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman warga desa tentang cara menangani diare, pentingnya KB dan imunisasi, serta pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Dibahas pula definisi keperawatan komunitas, tujuannya, sasarannya, prinsip-prinsipnya, sistem rujukan kesehatan, dan lingkungan hid
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Dokumen tersebut membahas tentang pertolongan pertama, yaitu memberikan pertolongan medis dasar kepada korban sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah cacat, dan memberikan rasa nyaman pada korban. Dokumen tersebut juga menjelaskan tindakan-tindakan dasar pertolongan pertama seperti mengamankan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinasi penanganan gawat darurat yang bersifat multi sektor dan multi profesi. Sistem ini meliputi tahapan pra rumah sakit, dalam rumah sakit, hingga rujukan antar rumah sakit. Dokumen juga membahas proses triase untuk menentukan prioritas pasien, serta prinsip-prinsip penanganan kegawatan darurat yang meliputi penjagaan saluran pernafasan, peredaran darah, dan
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
I. Klasifikasi data menunjukkan gejala dehidrasi berat pada anak akibat diare berlebihan disertai muntah-muntah, nafsu makan berkurang, dan kelelahan. Ibu sangat cemas dengan kondisi anaknya.
II. Anak dirawat karena muntah-muntah berulang, sakit perut, dan diare parah di rumah sehingga orang tua membawanya ke rumah sakit.
III. Saat dirawat, anak masih mengal
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang manajemen ICU di rumah sakit termasuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab personil, serta syarat ruang ICU.
2. Manajemen ICU melibatkan kepala ICU, dokter spesialis, perawat terlatih, dengan tujuan memberikan perawatan intensif bagi pasien kritis.
3. Syarat ruang ICU antara lain letak dekat unit gawat darurat, peralatan
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
Dokumen tersebut menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal yang meliputi inspeksi dan palpasi berbagai sendi dan otot untuk mendeteksi gangguan. Tahapannya meliputi orientasi, kerja, dan penutupan dengan memeriksa bagian kepala, leher, tangan, siku, bahu, kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Dokumen tersebut memberikan 10 pertanyaan dan jawaban mengenai topik bencana dan travel medicine. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas:
1) Definisi bencana alam dan buatan manusia
2) Tahapan penanggulangan bencana
3) Triase korban bencana
Dokumen tersebut merangkum pembagian tugas dan koordinasi untuk penyelenggaraan Seminar Nasional Urbanization and Health 2010. Terdapat 9 seksi yang meliputi ilmiah, acara, humas, administrasi, perlengkapan, konsumsi, transportasi dan akomodasi, dokumentasi dan publikasi, serta pembantu umum. Setiap seksi memiliki tugas dan tanggung jawab tersendiri dalam penyelenggaraan seminar.
1. Dokumen tersebut membahas penanganan korban bencana di DKI Jakarta, termasuk korban ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada Juli 2009.
2. Dokumen ini juga menjelaskan organisasi penanggulangan bencana di DKI Jakarta yang terdiri dari unsur-unsur seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta dan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana di tingkat kota/k
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus di Desa Muara Buaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman warga desa tentang cara menangani diare, pentingnya KB dan imunisasi, serta pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Dibahas pula definisi keperawatan komunitas, tujuannya, sasarannya, prinsip-prinsipnya, sistem rujukan kesehatan, dan lingkungan hid
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Keperawatan komunitas merupakan bidang keperawatan yang menggabungkan keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menekankan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya promotif dan preventif.
2. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
Dokumen tersebut membahas tentang pertolongan pertama, yaitu memberikan pertolongan medis dasar kepada korban sakit atau kecelakaan sebelum mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Pertolongan pertama bertujuan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah cacat, dan memberikan rasa nyaman pada korban. Dokumen tersebut juga menjelaskan tindakan-tindakan dasar pertolongan pertama seperti mengamankan
Dokumen tersebut membahas tentang sistem koordinasi penanganan gawat darurat yang bersifat multi sektor dan multi profesi. Sistem ini meliputi tahapan pra rumah sakit, dalam rumah sakit, hingga rujukan antar rumah sakit. Dokumen juga membahas proses triase untuk menentukan prioritas pasien, serta prinsip-prinsip penanganan kegawatan darurat yang meliputi penjagaan saluran pernafasan, peredaran darah, dan
Implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Artritis Gout meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Diagnosa yang ditemukan adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Artritis Gout dan ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan tentang penyakit dan cara merawat pasien. Implementasi dan evaluasi menunjukkan tujuan keperawatan tercapai den
I. Klasifikasi data menunjukkan gejala dehidrasi berat pada anak akibat diare berlebihan disertai muntah-muntah, nafsu makan berkurang, dan kelelahan. Ibu sangat cemas dengan kondisi anaknya.
II. Anak dirawat karena muntah-muntah berulang, sakit perut, dan diare parah di rumah sehingga orang tua membawanya ke rumah sakit.
III. Saat dirawat, anak masih mengal
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang manajemen ICU di rumah sakit termasuk struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab personil, serta syarat ruang ICU.
2. Manajemen ICU melibatkan kepala ICU, dokter spesialis, perawat terlatih, dengan tujuan memberikan perawatan intensif bagi pasien kritis.
3. Syarat ruang ICU antara lain letak dekat unit gawat darurat, peralatan
Pemeriksaan fisik pada sistem muskuloskeletalOkta-Shi Sama
Dokumen tersebut menjelaskan tahapan pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal yang meliputi inspeksi dan palpasi berbagai sendi dan otot untuk mendeteksi gangguan. Tahapannya meliputi orientasi, kerja, dan penutupan dengan memeriksa bagian kepala, leher, tangan, siku, bahu, kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang.
Dokumen tersebut memberikan 10 pertanyaan dan jawaban mengenai topik bencana dan travel medicine. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas:
1) Definisi bencana alam dan buatan manusia
2) Tahapan penanggulangan bencana
3) Triase korban bencana
Dokumen tersebut merangkum pembagian tugas dan koordinasi untuk penyelenggaraan Seminar Nasional Urbanization and Health 2010. Terdapat 9 seksi yang meliputi ilmiah, acara, humas, administrasi, perlengkapan, konsumsi, transportasi dan akomodasi, dokumentasi dan publikasi, serta pembantu umum. Setiap seksi memiliki tugas dan tanggung jawab tersendiri dalam penyelenggaraan seminar.
1. Dokumen tersebut membahas penanganan korban bencana di DKI Jakarta, termasuk korban ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton pada Juli 2009.
2. Dokumen ini juga menjelaskan organisasi penanggulangan bencana di DKI Jakarta yang terdiri dari unsur-unsur seperti Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta dan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana di tingkat kota/k
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
4. ”Seorang kopral muda, berumur kira-kira duapuluh tahun, dengan roman mukanya
yang halus, terkena peluru di sebelah kiri tubuhnya. Sudah tidak ada harapan baginya,
dan ia menyadari keadaannya. Setelah saya menolongnya untuk minum, dia
mengucapkan terima kasih dan berkata sambil menangis; ”Oh, seandainya Tuan
dapat menulis sepucuk surat kepada Ayah saya untuk menghibur Ibu saya!”. Saya
mencatat alamat orang tuanya dan sesaat kemudian dia meninggal.
Orang tuanya tinggal di Lyons (Perancis), dan pemuda tersebut, yang terdaftar
sebagai tentara sukarelawan adalah satu-satunya putra mereka. Kecuali berita yang
saya sampaikan, mereka tidak menerima kabar lainnya, namanya terdapat di daftar
orang yang dilaporkan'hilang' ”
Kutipan ini diambil dari buku berjudul ”Kenangan dari Solferino” yang ditulis oleh
Henry Dunant. Buku itu menceriterakan pengalamannya waktu ia membantu
korban-korban akibat pertempuran di Solferino pada tahun 1859.
15. RFL dalam perjalanan…
TMS (Tracing and Mailing Service)
RFL (Restoring Family Links)
mulai November 2006
(Surat Edaran No.5582 / TMS / IX /2006)
16. Apa itu RFL
Adalah pemulihan hubungan keluarga yang
terpisah akibat konflik, bencana dan alasan
kemanusiaan lain (adopsi, migran, dan
permohonan kesejahteraan)
17. T U J U A N
Memulihkan kembali hubungan keluarga
Menyatukan kelompok rentan dengan keluarga
Mencegah perpisahan
Memberikan kepastian mengenai nasib seseorang
18. Visi RFLVisi RFL
Ketika keluarga terpisah atau kehilangan berita dari
orang yang dikasihi akibat terjadinya konflik
bersenjata, kekerasan, bencana alam, atau situasi
lainnya yang membutuhkan respon kemanusiaan,
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional merespon secara efisien dan efektif
dengan memobilisasi kekuatannya dalam
memulihkan hubungan keluarga
19. Dasar Hukum RFLDasar Hukum RFL
• Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahannya
– Mengumpulkan, mendata, dan meneruskan informasi bagi
keperluan identifikasi tawanan perang atau tahanan sipil,
korban terluka, sakit, meninggal, dan orang lain yang
membutuhkan perlindungan.
– Meneruskan berita keluarga; khususnya berkaitan dengan
hak tawanan perang dan tahanan sipil untuk mengirim dan
menerima surat dan kartu, dan menerima berita dari
anggota keluarga.
20. Dasar Hukum RFLDasar Hukum RFL
– Mencari orang hilang; terutama berkaitan dengan hak
keluarga untuk mengetahui nasib saudaranya dan
kewajiban Parties’ untuk menyediakan seluruh hal yang
diperlukan bagi identifikasi orang yang dilindungi jika
meninggal dan informasi rinci lokasi makam mereka.
– Penyatuan keluarga; khususnya tindakan evakuasi pada
anak-anak, penyatuan keluarga yang terpisah, dan
pengembalian atau pengiriman pulang tawanan atau
orang yang dilindungi.
21. Dasar Hukum RFLDasar Hukum RFL
• Resolusi Konferensi Internasional Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah
– Resolusi XXI, Konferensi Internasional ke-24 di Manila
tahun 1981.
– Resolusi XV dan XVI, Konferensi Internasional ke-25 tahun
1986.
– Resolusi 2D, Konferensi Internasional ke-26 di Jenewa
tahun 1995
Menjabarkan peran Gerakan dalam bidang RFL dan
peran Central Tracing Agency ICRC dalam melakukan
koordinasi dan memberikan nasihat teknis.
22. Dasar Hukum RFLDasar Hukum RFL
• Rencana Strategis RFL PMI
Meningkatkan kapasitas pelayanan RFL secara
efektif dan berkualitas sesuai dengan standard
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional.
23. Tujuan Pengembangan RFL
Implementasi legal mandat
Melengkapi kompetensi pelayanan PMI
Promosi aktivitas RFL
Advokasi pada level pengurus, staf, relawan
PMI dan pihak terkait
Adanya struktur dan sistem kerja RFL
Ketersediaan SDM dalam bidang RFL
24. PALANG MERAH INDONESIA (PMI)
33 PMI Propinsi
406 PMI Kab/Kota
Penyampaian RCM
Tracing Request
33 koordinator RFL
di 33 daerah
Kegiatan
RFL
25. RESTORING FAMILY LINKS
PROGRAM KERJA
1.Pengembangan Kapasitas pada tingkat Pusat,
Propinsi dan Kab/Kota
2.Peningkatan potensi teknis RFL (pelatihan
spesialisasi & training relawan)
3.Cetak Buku Manual RFL& form baru
4.Produksi KIE sebagai media sosialisasi RFL:
brosus, booklet, agenda, dll
5.Tersedianya RFL Tool Kit
6.Diseminasi RFL kepada Instansi & Organisasi
terkait, seperti: Imigrasi, UNHCR, UNICEF, dll.
7.Berkontribusi dalam kegiatan RFL di tingkat
regional dan internasional.
26. Should be
done
• Prioritas 1 • Dapur Umum
• Layanan Ambulans • Layanan Kesehatan
• Dukungan Psiko Sosial
Must be
done
• Pertolongan Pertama • RFL
• Evakuasi • Komunikasi
• Assessment • Pelaporan
Nice to be
done
• Prioritas 1&2 • Air & Sanitasi
• Relief Distibution
• Shelter
Prioritas
1
Prioritas
2
Prioritas
3
PMIPMI Back to Basic, Back to MandateBack to Basic, Back to Mandate
PMI Provinsi / Kab/Kota dengan kapasitas kurang: PRIORITAS 1
PMI Provinsi / Kab/Kota dgn kapaitas sedang: PRIORITAS 1 + 2
PMI Provinsi / Kab/Kota dgn kapasitas baik: PRIORITAS 1 + 2 + 3
28. Potensi Kebutuhan RFLPotensi Kebutuhan RFL
• Konflik Internal
• Pengungsi dan Imigran
• Tenaga Kerja Indonesia
• Adopsi
29. RFL di Palang Merah IndonesiaRFL di Palang Merah Indonesia
30. Kegiatan RFL di PMIKegiatan RFL di PMI
1979 - 1994 : Pengungsi Vietnam “Manusia Perahu” di Pulau
Galang = 1.489.170 RCM, 22.910 TR
1981 - 1988 : Timor Timur = 11.589 RCM, 607 TR, 596 FR
1991 : Perang Teluk = > 7.000 RCM
1999 : Referendum di Timor Timur = > 3.000 RCM
2002 : Bom Bali
2004 : Tsunami Aceh
2005 : Pertukaran 1184 RCM, 35 TR
2006 : Gempa bumi Yogyakarta
31. 2007 : Kecelakaan pesawat GARUDA di bandara Adi Sucipto DIY,
gempa Sumatra Barat, gempa Bengkulu, tanah longsor
Manggarai (Timor Timur), letusan gunung Gamkonora Maluku
Utara, kecelakaan fery Levina, dll…
- Pertukaran 592 RCM, 14 TR
2008 : Gempa Simeuleu Aceh, erupsi gunung Egon Timor Barat, banjir
di Polowali Sulawesi Barat, dll…
- Pertukaran 611 RCM, 19 TR
2009 : Bencana Situ Gintung, gempa Jawa Barat, gempa Sumatera
Barat, bom Hotel J.W. Marriot & Ritz Carlton Jakarta, kebakaran
Plumpang Jakarta, longsor Cianjur Jawa Barat, imigran Rohingya
di Aceh, Imigran Afganistan di Bengkulu, dll...
- Pertukaran 227 RCM, 64 TR
2010 : Kerusuhan Koja, Longsor Ciwidey, Wasior Papua Barat, Merapi
Jogja dan Tsunami Mentawai
2011 : Gempa dan Tsunami di Jepang.
32. Perubahan Nama & Logo BaruPerubahan Nama & Logo Baru
TMS (Tracing and Mailing Service)
RFL (Restoring Family Links)
sejak November 2006
(Surat Edaran No.5582 / TMS / IX /2006)
Logo Baru RFL :
33. Arti LogoArti Logo
• Gambar tiga orang berpelukan,
menggambarkan keluarga yang melepas rasa
rindu setelah lama teripsah akibat konflik,
bencana ataupun karena kemanusiaan lain
seperti migrant atau adopsi.
• Warna hijau melambangkan kasih sayang
seorang ibu ; Warna biru melambangkan
kerinduan anak akan kasih sayang orang tua ;
Warna jingga melambangkan kegigihan
seorang ayah.
• Lambang bunga melati menunjukkan bahwa
PMI memiliki program RFL yang bertujuan
untuk memulihkan kembali komunikasi
keluarga yang terpisah karena bencana,
39. Masa Normal Tanggap Darurat
- RCM
- Tracing Request
- Welfare Request
- Kunjungan Tahanan
- Saya Selamat Saya Mencari
- Satphone / Hot Line
- Identifikasi Jenasah
-Penyatuan Keluarga
- Anak Tanpa Pendamping
40. Struktur & OrganisasiStruktur & Organisasi
ChairmanChairman
Board Member
on Social and
Community
Health Service
Board Member
on Social and
Community
Health Service
Board Member
on Blood
Transfusion and
Hospital dev.
Board Member
on Blood
Transfusion and
Hospital dev.
Board Member
on
Organizational
Development
Board Member
on
Organizational
Development
Secretary
General
Deputy SG
Secretary
General
Deputy SG
Board Member
on Youth and
Volunteer
Development
Board Member
on Youth and
Volunteer
Development
Board Member
on Fundraising
and Resource
development
Board Member
on Fundraising
and Resource
development
TreasurerTreasurer Board MemberBoard Member
Health and
Social
Service
Division
Health and
Social
Service
Division
Org.
Division
Org.
Division
Disaster
Mgt.
Division
Disaster
Mgt.
Division
Youth &
Volunteer
Division
Youth &
Volunteer
Division
Resource
Dev.
Division
Resource
Dev.
Division
Adm. &
Logistic
Division
Adm. &
Logistic
Division
Finance
Division
Finance
Division
Comm.
Division
Comm.
Division
Training
Centre Unit
Training
Centre Unit
Information
Mgt.
System
Unit
Information
Mgt.
System
Unit
Movement,
government,
IO, INGO
relation unit
Movement,
government,
IO, INGO
relation unit
Hospital BTTPBTU
Social
Service
Ambulance
& FA
Wat
San
HIV/
AIDS
Planning
&
reporting
Controlling
& CB
Research
&
Develop
ment
DR
DP
DMIS
RFLRFL
PR
IHL &
Dissemin
ation
Library
& doc.
Youth
KSR -
Volunteer
Corps
TSR –
technical
volunteers
Curricula
Training
Adm.
Strategic
partner-
ship
Income
generate
Fund
raising
HRD
Adm.
Logistic
Secretari
at
General
Asset
controlling
Finance
Account
ing
Budget &
Verificati
on
Info.
Tech.
Dev.
Info.
Tech.
Support
42. Up Date Info RFL
• 361 staf / relawan telah memiliki spesialisasi
RFL -------> akan bertambah menjadi 375
• 3 pelatih utama RFL
• 3 pelatih RFL
• 33 asisten pelatih & koordinator RFL provinsi
Editor's Notes
Head of RFL, with one ER Coordinator, RFL capacity building coordinator (newly recruited) and RFL Case worker which still vacant at the moment but we’re still working with 50%.