Teks tersebut membahas hubungan antara iman, hukum, dan keselamatan menurut ajaran Paulus dalam surat-suratnya kepada jemaat di Roma dan Galatia. Ia menjelaskan bahwa Abraham dan Daud diselamatkan karena iman dan bukan karena perbuatan atau mematuhi hukum. Hukum hanya menunjukkan dosa tetapi tidak dapat memberikan keselamatan. Hanya iman kepada Kristus saja yang dapat menyelamatkan manusia.
2. Hukum dan iman. Roma 3:31.
Iman Abraham. Roma 4:1-5.
Iman Daud. Roma 4:6-8.
Peran hukum.
Hukum dan janji. Roma 4:9-17.
Hukum dan keselamatan. Galatia 3:21-23.
Hukum dan dosa. Roma 3:20.
Pada tanggal 31 Oktober 1517,
Martin Luther menempelkan 95
tesis pada pintu gereja Wittenberg.
Tesis tersebut mempertanyakan
keefektifan indulgensi dalam
membawa keselamatan.
500 tahun kemudian, pewaris
reformasi masih mempelajari kitab
Roma untuk memahami dasar
keselamatan: iman kepada Yesus
Kristus.
Pekan ini kita akan mempelajari
bagaimana orang-orang percaya
sebelum Yesus diselamatkan
dengan cara yang sama seperti kita
diselamatkan saat ini.
Kita juga akan mempelajari
bagaimana hukum dan keselamatan
berhubungan satu sama lain dalam
tulisan-tulisan Paulus.
3. “Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu
kepadanya sebagai kebenaran.’” (Roma 4:3)
Paulus menggunakan teladan Abraham untuk menjelaskan hal ini.
Abraham dibenarkan karena iman dan bukan karena perbuatan. Dia merupakan
seorang bukan Yahudi yang tidak disunat ketika dia diselamatkan (karena Israel
belum ada).
Hal itu bertentangan dengan orang-orang yang berpikir bahwa orang Kristen harus
menjadi orang Yahudi untuk diselamatkan.
Sebagaimana
penjelasan dalam
Roma 3:31, iman
dan hukum tidak
terpisah satu
sama lain. Iman
menegaskan
hukum.
4. “Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan
Allah bukan berdasarkan perbuatannya.” (Roma 4:6)
Bagaimana mungkin Daud terbebas dari dosanya?
Jika dia mengira dia dibenarkan oleh perbuatan, dia pasti
akan menyiksa dirinya sendiri. Mungkin dia dapat melakukan
banyak pengembaraan atau mengorbankan ribuan hewan.
Dia tahu bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dia
oleh kasih karunia.
“Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku
menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih
dari salju!” (Mazmur 51: 9).
5. “Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham
dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran,
berdasarkan iman. Sebab jika mereka yang mengharapkannya dari hukum
Taurat, menerima bagian yang dijanjikan Allah, maka sia-sialah iman dan
batallah janji itu.” (Roma 4:13-14)
Ada beberapa orang Yahudi di antara orang-orang Kristen yang
mengajar orang lain bahwa mereka harus memiliki iman
kepada Yesus dan mematuhi hukum agar diselamatkan.
Mereka berkhotbah tentang memelihara Taurat, yaitu seluruh
Sepuluh Hukum.
Kembali Paulus menggunakan teladan
Abraham. Dia hidup sebelum hukum
disampaikan di Sinai dan sebelum
Sepuluh Hukum ditulis.
Karena Abraham dijanjikan keselamatan
sebelum hukum Taurat, ia dapat
diselamatkan hanya oleh iman. Hukum
tidak termasuk dalam keselamatannya.
6. “[…] Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat
menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.”
(Galatia 3:21)
Agama-agama non-Kristen mengajarkan bahwa
kita dapat memiliki hidup yang kekal dengan
melakukan sesuatu (melakukan perjalanan ziarah,
bermeditasi, mengorbankan diri sendiri ...)
Agama Yahudi memegang gagasan bahwa
keselamatan diperoleh dengan cara melakukan
hukum secara teliti.
Bahkan Gereja Kristen pun mengikuti kesalahan
ini. Namun, Luther dan para reformator lainnya
membawa kembali kebenaran lama: kita
diselamatkan oleh iman saja.
Hukum hanya dapat menghukum kita. Hukum
sama sekali tidak dapat menyelamatkan kita.
7. “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan
Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru
oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” (Roma 3:20)
Hukum tidak memenuhi janji dan tidak dapat
menyelamatkan kita. Lalu apa tujuan dari hukum?
Hukum menunjukkan kepada kita apa yang harus kita
lakukan dan hentikan untuk menghindari berbuat
dosa terhadap Tuhan. Dapatkah kita menghapuskan
dosa dengan menghapus hukum?
Dalam hal ini, Kristus tidak harus mati untuk dosa-
dosa kita. Jika hukumnya dapat ditiadakan, maka
tidak ada pengorbanan yang benar-benar diperlukan.
Mengabaikan hukum tidak membuat membunuh
atau berdusta bukan lagi dosa.
Hukum adalah pernyataan kehendak Allah yang
berasal dari karakterNya. Oleh karena itu, hukum
tidak dapat diubah atau dihapus.
8. “Hukum moral tidak pernah menjadi suatu lambang
atau bayangan. Hukum moral ada sebelum penciptaan
manusia, dan akan bertahan selama takhta Allah
tetap ada. Allah tidak dapat mengganti atau merubah
satu aturan hukum-Nya untuk menyelamatkan
manusia; karena hukum adalah dasar pemerintahan-
Nya. Hukum tidak dapat diganti, tidak dapat diubah,
tidak terbatas, dan abadi. Agar manusia diselamatkan,
dan demi kehormatan hukum terpelihara, adalah
penting bagi Putra Allah untuk mempersembahkan
diriNya sebagai korban untuk dosa. Dia yang tidak
mengenal dosa menjadi dosa bagi kita. Dia mati bagi
kita di Kalvari. Kematian-Nya menunjukkan kasih
Allah yang luar biasa bagi manusia, dan kekekalan
hukum-Nya.” E.G.W. (Selected Messages, vol. 1, cp. 32, p. 239)