SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 
Nomor : P.43/Menhut-II/2014 
TENTANG 
PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN 
VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU 
PADA HUTAN HAK 
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, 
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 ayat (3), Pasal 
100 dan Pasal 119 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, 
serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan 
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 telah ditetapkan 
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 
tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan 
Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin 
atau pada Hutan Hak, sebagaimana telah beberapa kali diubah 
dan terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 
P.42/Menhut-II/2013; 
b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan serta 
mempertimbangkan perkembangan kinerja pengelolaan hutan 
produksi hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu, maka 
perlu dilakukan pengaturan kembali penilaian kinerja pengelolaan 
hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang 
izin atau pada hutan hak; 
c. bahwa sehubungan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada 
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri 
Kehutanan tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi 
Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada 
Hutan Hak. 
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar 
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
Nomor 2043); 
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber 
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 3419); 
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, 
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) 
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti 
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas 
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun .......
2 
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik 
Indonesia Nomor 4412); 
4. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus 
bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe 
Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 
2001 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
4633); 
5. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus 
bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 
2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 
4151); 
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) 
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- 
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara 
Republik Indonesia Nomor 4844); 
7. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan 
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 
8. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang 
Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 
Tahun 2000 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik 
Indonesia Nomor 4020); 
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan 
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan 
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) 
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 
3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 
Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 
4814); 
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian 
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah 
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran 
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan 
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 
11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan 
Umum (Perum) Kehutanan Negara (Lembaran Negara Republik 
Indonesia Tahun 2010 Nomor 124); 
12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan 
dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa 
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 
2013; 
13. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang 
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah 
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 
5/P Tahun 2013; 
14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, 
Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, 
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia 
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan 
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013; 
15. Keputusan .......
3 
15. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang 
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah 
diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 
tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan 
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan 
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009; 
17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan 
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan 
Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia 
Tahun 2012 Nomor 779); 
18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2012 
tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Hak 
(Berita Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 737); 
19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39 tahun 2013 tentang 
Pemberdayaan Masyarakat Setempat melalui Kemitraan 
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 
958); 
20. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 
tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan 
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan 
Nomor 81/M-DAG/PER/12/2013. 
M E M U T U S K A N : 
Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENILAIAN 
KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN 
VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU 
PADA HUTAN HAK. 
BAB I 
KETENTUAN UMUM 
Pasal 1 
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 
1. Pemegang izin adalah pemegang IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-HTR, 
IUPHHK-RE, IUPHHK-HKM, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTHR, IPK, IUIPHHK, IUI 
atau TDI, ETPIK Non-Produsen serta TPT. 
2. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disebut TPT adalah tempat 
pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan yang berasal dari satu atau 
beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh 
Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 
3. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disebut 
IUIPHHK adalah izin untuk mengolah kayu bulat dan atau kayu bulat kecil 
menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang 
diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat yang berwenang. 
4. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI adalah izin usaha industri 
pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan 
seluruhnya di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk 
tanah dan bangunan tempat usaha. 
5. Izin Usaha Industri Lanjutan yang selanjutnya disebut IUI Lanjutan adalah 
perusahaan pengolahan hasil hutan kayu hilir, dengan produk antara lain 
furniture. 
6. Tanda .......
4 
6. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI adalah izin usaha industri 
pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan 
seluruhnya sampai dengan Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak 
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 
7. Pemegang hak pengelolaan adalah badan usaha milik negara bidang 
kehutanan yang mendapat pelimpahan penyelenggaraan pengelolaan hutan 
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 
8. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas 
tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel 
atau hak atas tanah. 
9. Industri rumah tangga/pengrajin adalah industri kecil skala rumah tangga 
dengan nilai investasi sampai dengan Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) di luar 
tanah dan bangunan dan/atau memiliki tenaga kerja 1 sampai dengan 4 
orang. 
10. Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan Non-Produsen yang 
selanjutnya disingkat ETPIK Non-Produsen adalah perusahaan perdagangan 
yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan ekspor produk industri 
kehutanan. 
11. Lembaga akreditasi adalah lembaga yang mengakreditasi Lembaga Penilai dan 
Verifikasi Independen yang selanjutnya disebut LP&VI, yaitu Komite Akreditasi 
Nasional (KAN). 
12. Pemantau Independen yang selanjutnya disebut PI adalah masyarakat madani 
baik perorangan atau lembaga yang berbadan hukum Indonesia, yang 
menjalankan fungsi pemantauan terkait dengan pelayanan publik di bidang 
kehutanan seperti penerbitan S-PHPL atau S-LK. 
13. Standar dan pedoman pengelolaan hutan lestari adalah persyaratan untuk 
memenuhi pengelolaan hutan lestari yang memuat standar, kriteria, indikator 
alat penilaian, metode penilaian, dan panduan penilaian. 
14. Standar dan pedoman verifikasi legalitas kayu adalah persyaratan untuk 
memenuhi legalitas kayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para 
pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar, kriteria, indikator, 
verifier, metode verifikasi, dan norma penilaian. 
15. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut SVLK adalah suatu 
sistem yang menjamin kelestarian pengelolaan hutan dan/atau legalitas kayu 
serta ketelusuran kayu melalui sertifikasi penilaian PHPL, sertifikasi LK dan 
deklarasi kesesuaian pemasok. 
16. Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disebut S-PHPL 
adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemegang izin atau pemegang 
hak pengelolaan yang menjelaskan keberhasilan pengelolaan hutan lestari. 
17. Sertifikat Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut S-LK adalah surat 
keterangan yang diberikan kepada pemegang izin, pemegang hak pengelolaan, 
atau pemilik hutan hak yang menyatakan bahwa pemegang izin, pemegang 
hak pengelolaan, atau pemilik hutan hak telah memenuhi standar legalitas 
kayu. 
18. Deklarasi Kesesuaian Pemasok adalah pernyataan kesesuaian yang dilakukan 
oleh pemasok berdasarkan telah dapat dibuktikannya pemenuhan atas 
persyaratan. 
19. Inspeksi Acak adalah kegiatan pemeriksaan atas legalitas kayu dan produk 
kayu yang dilakukan sewaktu-waktu secara acak oleh Pemerintah atau pihak 
ketiga yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam menjaga kredibilitas deklarasi 
kesesuaian pemasok. 
20. Inspeksi Khusus adalah kegiatan pemeriksaan atas legalitas kayu dan produk 
kayu dalam hal dikuatirkan terjadi ketidaksesuaian dan atau ketidakbenaran 
atas deklarasi kesesuaian yang diterbitkan oleh pemasok. 
21. Tanda .......
5 
21. Tanda V-Legal adalah tanda yang dibubuhkan pada kayu, produk kayu atau 
kemasan, yang menyatakan bahwa kayu dan produk kayu telah memenuhi 
Standar PHPL atau Standar VLK. 
22. Dokumen V-Legal adalah dokumen yang menyatakan bahwa produk kayu 
tujuan ekspor memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai dengan 
ketentuan Pemerintah Republik Indonesia. 
23. Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen yang selanjutnya disebut LP&VI 
adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang diakreditasi untuk 
melaksanakan penilaian kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) 
dan/atau verifikasi legalitas kayu. 
24. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disebut 
LPPHPL adalah LP&VI yang melakukan penilaian kinerja pengelolaan hutan 
produksi lestari (PHPL). 
25. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut LVLK adalah 
LP&VI yang melakukan verifikasi legalitas kayu (LK). 
26. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang 
kehutanan. 
27. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung 
jawab di bidang Bina Usaha Kehutanan. 
BAB II 
PENILAIAN DAN VERIFIKASI 
Bagian Kesatu 
Umum 
Pasal 2 
(1) Penilaian kinerja PHPL dan verifikasi LK dilakukan oleh LP&VI. 
(2) Penilaian kinerja atas pemegang IUPHHK-HA/HT/RE atau pemegang Hak 
Pengelolaan dilakukan oleh LPPHPL, berdasarkan Standar Penilaian Kinerja 
PHPL. 
(3) Verifikasi atas pemegang izin, pemegang Hak Pengelolaan, atau pemilik Hutan 
Hak dilakukan oleh LVLK, berdasarkan Standar Verifikasi Legalitas Kayu. 
Pasal 3 
Penilaian dan/atau verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, untuk IUPHHK 
Alam, Tanaman, Restorasi Ekosistem dan Hak Pengelolaan dapat dilaksanakan 
secara bersama-sama dan/atau terpisah oleh LP&VI dalam rangka mendapatkan 
Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK, baik atas perintah Menteri maupun atas 
permintaan pemegang izin. 
Pasal 4 
(1) Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan wajib 
mendapatkan S-PHPL. 
(2) Dalam hal Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan 
yang belum mendapatkan S-PHPL sebagaimana ayat (1) wajib mendapatkan S-LK. 
(3) Sertifikat Legalitas Kayu sebagaimana ayat (2) berlaku untuk 1 (satu) periode 
dan selanjutnya pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak 
Pengelolaan wajib mendapatkan S-PHPL. 
(4) Pemegang IUPHHK-HKm, IUPHHK-HTR, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTHR, IPK, 
IUIPHHK, IUI, TDI, dan EPTIK Non-Produsen wajib mendapatkan S-LK. 
(5) Pemegang .......
6 
(5) Pemegang IUIPHHK yang mempunyai keterkaitan bahan baku dari hutan hak, 
wajib memfasilitasi pemilik hutan hak untuk memperoleh S-LK. 
(6) Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan yang telah 
memiliki S-PHPL tidak perlu mendapatkan S-LK. 
(7) Terhadap pemegang IPK atau IUPHHK-HTHR diwajibkan untuk memiliki S-LK 
segera setelah diterbitkannya persetujuan Bagan Kerja. 
(8) Tempat Penampungan Terdaftar, Industri Rumah Tangga/Pengrajin, dan 
Pemilik Hutan Hak wajib memperoleh S-LK melalui sertifikasi oleh LVLK, atau 
menerbitkan Deklarasi Kesesuaian Pemasok. 
(9) Tempat Penampungan Terdaftar yang melakukan Deklarasi Kesesuaian 
Pemasok sebagaimana dimaksud pada ayat (8) harus memperoleh bahan baku 
Kayu Bulat dari hutan hak yang sudah memiliki S-LK atau dilengkapi dengan 
dokumen Deklarasi Kesesuaian Pemasok dan/atau memperoleh Kayu Olahan 
dari IUIPHHK yang sudah memiliki S-LK. 
(10) Importir kayu dan/atau produk kayu wajib menerbitkan Deklarasi Kesesuaian 
Pemasok untuk setiap pengiriman kayu dan atau produk kayu yang diimpor. 
Pasal 5 
(1) Pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, TPT, industri rumah tangga/pengrajin, dan ETPIK 
Non-Produsen wajib menggunakan bahan baku dan/atau produk yang telah 
memiliki S-PHPL atau S-LK atau Deklarasi Kesesuaian Pemasok selambat-lambatnya 
31 Desember 2014. 
(2) Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah yang 
berasal dari hutan hak, TPT, industri rumah tangga/pengrajin dan kayu 
dan/atau produk kayu impor. 
(3) Dalam hal pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, TPT, Industri rumah tangga/pengrajin, 
dan EPTIK Non-produsen menggunakan kayu yang menggunakan Deklarasi 
Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwajibkan untuk 
memastikan legalitas bahan baku yang digunakan dengan melakukan 
pengecekkan kepada penerbit Dokumen Kesesuaian Pemasok. 
Pasal 6 
Standar dan pedoman penilaian kinerja PHPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 
2 ayat (2), Legalitas Kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), dan 
Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (8) 
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. 
Bagian Kedua 
Akreditasi dan Penetapan LP&VI 
Pasal 7 
(1) LP&VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diakreditasi oleh KAN. 
(2) Untuk mendapatkan akreditasi sebagaimana ayat (1), LP&VI mengajukan 
permohonan kepada KAN sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 
(3) Berdasarkan akreditasi KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur 
Jenderal atas nama Menteri menetapkan LP&VI. 
(4) Dalam hal terdapat indikasi bahwa LP&VI melakukan tindakan yang tidak 
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Direktur Jenderal atas nama Menteri 
mencabut penetapan setelah dilakukan pembuktian kebenarannya. 
(5) Pembuktian kebenaran sebagaimana dimaksud ayat (4) diatur dalam Peraturan 
Direktur Jenderal. 
Bagian .......
7 
Bagian Ketiga 
Penilaian 
Pasal 8 
(1) Penilaian kinerja PHPL atau verifikasi legalitas kayu oleh LP&VI terhadap 
pemegang izin yang dibiayai oleh Kementerian Kehutanan sesuai standar biaya 
yang berlaku, dilaksanakan berdasarkan penugasan dari Direktur Jenderal A.n. 
Menteri. 
(2) Standar biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri 
dan dapat ditinjau kembali sesuai keperluan. 
(3) Pembiayaan penilaian kinerja PHPL atau verifikasi legalitas kayu, untuk periode 
berikutnya dibebankan kepada pemegang hak/izin atau pemilik hutan hak. 
(4) Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, IUIPHHK dengan 
kapasitas sampai dengan 2.000 M3 per tahun, TPT, Industri Rumah 
Tangga/pengrajin, TDI, IUI dengan modal investasi sampai dengan 
Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, dan 
pemilik hutan hak dapat mengajukan verifikasi LK secara berkelompok. 
(5) Pembiayaan pendampingan dan verifikasi legalitas kayu periode pertama oleh 
LP&VI dapat dibebankan pada Kementerian Kehutanan atau sumber lain yang 
sah dan tidak mengikat terhadap pemilik hutan hak, TPT, Industri Rumah 
Tangga/pengrajin, Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, 
IUIPHHK dengan kapasitas sampai dengan 2.000 M3 per tahun, TDI, IUI dengan 
modal investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di 
luar tanah dan bangunan, pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok. 
(6) Pembiayaan penilikan S-LK oleh LP&VI terhadap kelompok pemilik hutan hak, 
Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, dan IUPHHK-HD dapat dibebankan 
pada Kementerian Kehutanan atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat 
sepanjang belum berproduksi. 
Pasal 9 
(1) Dalam hal keterbatasan biaya Kementerian Kehutanan untuk penilaian dan 
atau verifikasi, pemegang izin dapat berinisiatif mengajukan permohonan 
kepada LP&VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) untuk dinilai guna 
mendapatkan sertifikat PHPL dan atau sertifikat LK. 
(2) Biaya penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi beban pemohon. 
Bagian Keempat 
Keberatan 
Pasal 10 
(1) Keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil penilaian atau 
keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil verifikasi disampaikan 
kepada pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak. 
(2) Dalam hal pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak 
keberatan atas keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil 
penilaian atau verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat 
mengajukan banding kepada LPPHPL atau LVLK untuk mendapatkan 
penyelesaian. 
(3) Pemantau .......
8 
(3) Pemantau Independen (PI), pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau 
pemilik hutan hak dapat mengajukan keluhan kepada KAN atas kinerja LPPHPL 
atau LVLK untuk mendapatkan penyelesaian. 
(4) Komite Akreditasi Nasional (KAN) menyelesaikan keluhan sebagaimana 
dimaksud pada ayat (3) sesuai prosedur penyelesaian keluhan yang ada di KAN. 
(5) Pemantau Independen (PI) dapat mengajukan keluhan kepada LPPHPL atau 
LVLK atas hasil penilaian atau verifikasi untuk mendapatkan penyelesaian. 
(6) Tata cara pengajuan dan penyelesaian banding sebagaimana dimaksud pada 
ayat (2) dan tata cara pengajuan dan penyelesaian keluhan sebagaimana 
dimaksud pada ayat (3), diatur lebih lanjut dengan peraturan Direktur Jenderal. 
Bagian Kelima 
Penerbitan Sertifikat 
Pasal 11 
(1) Berdasarkan hasil penilaian atau verifikasi dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 2 ayat 
(3), Pasal 3 dan hasil perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 
(4), LP&VI menerbitkan Sertifikat PHPL dan/atau Sertifikat LK kepada 
pemegang izin dan melaporkan kepada Direktur Jenderal. 
(2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai bahan 
pembinaan dan/atau perpanjangan IUPHHK oleh Direktur Jenderal. 
(3) Sertifikat PHPL bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/pemegang Hak 
Pengelolaan berlaku selama 5 (lima) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan 
penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sekali. 
(4) Sertifikat LK bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/Pemegang Hak Pengelolaan, 
IUPHHK-HTR/HKm/HD/HTHR, IUIPHHK, dan IUI dengan modal investasi 
lebih dari Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan 
bangunan berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan 
penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sekali. 
(5) Sertifikat LK bagi IPK berlaku selama 1 (satu) tahun sejak diterbitkan. 
(6) Sertifikat LK bagi IUI dengan investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima 
ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, TPT, TDI, industri rumah 
tangga/pengrajin dan ETPIK Non-Produsen berlaku selama 6 (enam) tahun 
sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) selambat-lambatnya 
24 (dua puluh empat) bulan sekali. 
(7) Sertifikat LK bagi pemilik hutan hak berlaku selama 10 (sepuluh) tahun sejak 
diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) selambat-lambatnya 24 (dua 
puluh empat) bulan sekali. 
(8) Penilikan (surveillance) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat 
dilakukan pada waktu bersamaan atau terpisah atas biaya pemegang izin. 
(9) Sertifikat PHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekurang-kurangnya 
berisi nama perusahaan atau nama pemegang izin atau pemegang hak 
pengelolaan, luas area, lokasi, nomor keputusan hak/izin/hak kepemilikan, 
nama perusahaan LP&VI, tanggal penerbitan, masa berlaku, dan nomor 
identifikasi sertifikasi. 
(10) Sertifikat LK sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat 
(7) sekurang-kurangnya berisi nama perusahaan atau nama pemegang izin, 
luas area, lokasi, nomor keputusan hak atau izin, nama perusahaan LP&VI, 
tanggal penerbitan, masa berlaku dan nomor identifikasi sertifikasi, serta 
referensi standar legalitas. 
(11) Pemegang .......
9 
(11) Pemegang izin, pemegang Hak Pengelolaan dan pemilik hutan hak yang telah 
mendapat Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK, berhak membubuhkan Tanda V-Legal 
sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri tersendiri. 
(12) Pedoman penggunaan Tanda V-Legal diatur lebih lanjut dengan Peraturan 
Direktur Jenderal. 
Pasal 12 
(1) Deklarasi Kesesuaian Pemasok bagi TPT, industri rumah tangga/pengrajin dan 
pemilik hutan hak masa berlakunya sama dengan masa berlakunya dokumen 
angkutan yang digunakan. 
(2) Untuk menjaga kredibilitas deklarasi kesesuaian pemasok sewaktu-waktu 
dapat dilakukan Inspeksi Acak oleh Pemerintah atau pihak ketiga yakni 
Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu yang ditunjuk Pemerintah atas biaya 
Pemerintah. 
(4) Dalam hal penerbitan Deklarasi Kesesuaian Pemasok ditemukan atau patut 
diduga adanya ketidaksesuaian dan/atau ketidakbenaran dari salah satu 
deklarasi tersebut di atas maka dilakukan Inspeksi Khusus oleh Pemerintah 
atau LVLK yang ditunjuk oleh Pemerintah atas Biaya Pemerintah. 
Pasal 13 
(1) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) menerbitkan S-PHPL 
kepada pemegang IUPHHK- HA/HT/RE/pemegang Hak Pengelolaan yang 
telah memenuhi persyaratan kelulusan penilaian kinerja. 
(2) Dalam hal hasil penilaian berpredikat “Buruk” pemegang izin diberikan 
kesempatan memperbaiki kinerja PHPL. 
(3) Dalam hal hasil penilaian berpredikat “Buruk” berada pada kriteria prasyarat, 
kriteria produksi, kriteria ekologi dan kriteria sosial, tetapi memenuhi legalitas 
kayu, LP-PHPL menerbitkan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK). 
(4) Penerbitan S-LK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan apabila 
LP-PHPL telah terakreditasi dan ditetapkan sebagai LVLK. 
(5) Kriteria hasil penilaian berpredikat “Buruk” yang masih diberikan kesempatan 
memperbaiki kinerja PHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih 
lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. 
Pasal 14 
(1) Sertifikat LK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), ayat (5), ayat (6) 
dan ayat (7) diterbitkan dengan kategori “Memenuhi” standar verifikasi legalitas 
kayu. 
(2) Dalam hal hasil Verifikasi “Tidak Memenuhi” pemegang izin diberikan 
kesempatan memenuhi standar verifikasi legalitas kayu. 
Pasal 15 
(1) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) atau Lembaga 
Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) menyampaikan laporan hasil penilaian atau 
verifikasi kepada Kementerian Kehutanan dan pemegang izin, pemegang hak 
pengelolaan, atau pemilik hutan hak. 
(2) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) atau Lembaga 
Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) mempublikasikan resume hasil penilaian PHPL 
atau verifikasi LK di website LPPHPL atau LVLK bersangkutan dan website 
Kementerian Kehutanan (www.dephut.go.id) dan (http://silk.dephut.go.id). 
(3) Pengelolaan informasi verifikasi legalitas kayu dilakukan oleh Unit Informasi 
Verifikasi Legalitas Kayu / Licensing Information Unit melalui Sistem Informasi 
Legalitas Kayu (SILK) yang berkedudukan pada Direktorat Jenderal. 
Pasal 16 .......
10 
Pasal 16 
(1) Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) menerbitkan Dokumen V-Legal bagi 
pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan ETPIK Non- 
Produsen yang telah mendapat S-LK. 
(2) Bagi pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan 
ETPIK Non Produsen yang belum mendapat S-LK, maka Dokumen V-Legal 
diterbitkan melalui inspeksi oleh LVLK. 
(3) Inspeksi sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat dilakukan sampai dengan 
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. 
(4) Pedoman penerbitan Dokumen V-Legal diatur lebih lanjut dengan 
peraturan Direktur Jenderal. 
BAB III 
PEMANTAU INDEPENDEN 
Pasal 17 
(1) Pelaksanaan penilaian kinerja PHPL dan verifikasi LK dipantau oleh Pemantau 
Independen (PI). 
(2) Pemantauan pelaksanaan penilaian kinerja PHPL dan/atau verifikasi LK 
dibiayai secara mandiri oleh PI. 
(3) Pemerintah dapat memfasilitasi PI dalam memperoleh sumber pembiayaan 
pelaksanaan pemantauan dan mendorong pengembangan biaya mandiri sesuai 
ketentuan yang berlaku. 
(4) Tata cara dan pedoman pemantauan sebagaimana ayat (1) diatur lebih lanjut 
dengan Peraturan Direktur Jenderal. 
BAB IV 
PENGUATAN KAPASITAS 
Pasal 18 
(1) Bantuan keterampilan teknis atau pembiayaan dalam rangka penguatan 
kapasitas dan kelembagaan LP&VI serta PI dapat dilakukan oleh Pemerintah; 
(2) Dalam hal biaya Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak 
tersedia, bantuan pembiayaan dapat diperoleh dari sumber lain yang sifatnya 
tidak mengikat. 
Pasal 19 
Sertifikat PHPL dan sertifikat LK yang sudah diterbitkan sebelum berlakunya 
peraturan ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya sertifikat. 
BAB V 
KETENTUAN PERALIHAN 
Pasal 20 
(1) Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK yang telah diterbitkan sebelum berlakunya 
peraturan ini, dan masih berlaku, maka masa berlakunya disesuaikan dengan 
ketentuan ini setelah melalui penilikan. 
(2) Terhadap pemegang IUI, TDI, dan ETPIK Non-Produsen, pemegang IUPHHK-HKm/ 
HTR/HD/HTHR, diwajibkan untuk memiliki S-LK selambat-lambatnya 
tanggal 31 Desember 2014. 
(3) Dalam .......
11 
(3) Dalam hal pemanfaatan dan/atau penatausahaan kayu pada Hutan Adat 
kaitannya dengan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 35 Tahun 2012 akan 
diatur setelah adanya Peraturan Perundang-undangan pelaksanaannya. 
BAB VI 
KETENTUAN PENUTUP 
Pasal 21 
(1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut- 
II/2009 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan 
Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2013 tentang Standar dan Pedoman 
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas 
Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, sepanjang tidak bertentangan 
dengan Peraturan Menteri ini tetap berlaku. 
(2) Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri 
Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 sebagaimana telah beberapa kali 
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut- 
II/2013 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan 
Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada 
Hutan Hak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 
Pasal 22 
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. 
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan 
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. 
Ditetapkan di Jakarta 
pada tanggal 19 Juni 2014 
MENTERI KEHUTANAN 
REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
ZULKIFLI HASAN 
Diundangkan di Jakarta 
pada tanggal 27 Juni 2014 
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA 
REPUBLIK INDONESIA, 
ttd. 
AMIR SYAMSUDIN 
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 883 
Salinan sesuai dengan aslinya. 
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, 
ttd. 
KRISNA RYA

More Related Content

What's hot

P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
Heyden Balang
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
Jhon Blora
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
Jhon Blora
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
Jhon Blora
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Jhon Blora
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Jhon Blora
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Rizki Darmawan
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Jhon Blora
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Jhon Blora
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
Rizki Darmawan
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Hari Susandi
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Dini Isrinayanti
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
Sapik Bubud
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
Jhon Blora
 
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum PerhutaniPP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
Gedhe Foundation
 
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
CIkumparan
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutanwalhiaceh
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
Jhon Blora
 

What's hot (19)

P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum PerhutaniPP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
PP 72 Tahun 2010 tentang Perum Perhutani
 
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
Salinan SK Pencabutan Izin Konsesi Kawasan Hutan 5 Jan 2022
 
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutanPermen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman  pemanfaatan hutan
Permen menhut no 47 tahun 2013 tentang pedoman pemanfaatan hutan
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
 

Viewers also liked

Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awalKelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
Bagus Fibrianto
 
Skanska school ppp dm to put on web
Skanska school ppp dm to put on webSkanska school ppp dm to put on web
Skanska school ppp dm to put on webvictorialambert
 
BCSD-UK Decentralised Energy Guide
BCSD-UK Decentralised Energy GuideBCSD-UK Decentralised Energy Guide
BCSD-UK Decentralised Energy Guidevictorialambert
 
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
infosanitasi
 
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
earthkind
 

Viewers also liked (13)

Tugas 2 (bagan) in drii
Tugas 2 (bagan) in driiTugas 2 (bagan) in drii
Tugas 2 (bagan) in drii
 
Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awalKelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
Kelompok 1 - Techno 45 - Tugas 1 - Ide bisnis awal
 
6113 3. uuplh
6113 3. uuplh6113 3. uuplh
6113 3. uuplh
 
Skanska school ppp dm to put on web
Skanska school ppp dm to put on webSkanska school ppp dm to put on web
Skanska school ppp dm to put on web
 
Sharon freedman slides
Sharon freedman slidesSharon freedman slides
Sharon freedman slides
 
Arif setiawan
Arif setiawanArif setiawan
Arif setiawan
 
Nick grayson slides
Nick grayson slidesNick grayson slides
Nick grayson slides
 
BCSD-UK Decentralised Energy Guide
BCSD-UK Decentralised Energy GuideBCSD-UK Decentralised Energy Guide
BCSD-UK Decentralised Energy Guide
 
Tarjeta conv cant_pv
Tarjeta conv cant_pvTarjeta conv cant_pv
Tarjeta conv cant_pv
 
LOS SI EN LAS EMPRESAS
LOS SI EN LAS EMPRESASLOS SI EN LAS EMPRESAS
LOS SI EN LAS EMPRESAS
 
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
Pentingnya Komitmen dan Integrasi dalam rangka Penjaringan Minat Keikutsertaa...
 
Sniffer
SnifferSniffer
Sniffer
 
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
Inventing a Better Mousetrap: It’s All in Perspective
 

Similar to P43 2014

Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPipiet Noorch
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
LhkLhk
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Dini Isrinayanti
 
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnyaP.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
Payyu Kogata
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
Sani Saragih
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealwalhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permenhut 11 09
Permenhut 11 09Permenhut 11 09
Permenhut 11 09
People Power
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
MeldaYeni3
 
Kabupaten pakpakbharat 20-2006
Kabupaten pakpakbharat 20-2006Kabupaten pakpakbharat 20-2006
Kabupaten pakpakbharat 20-2006Medan Comonity
 
Kab pakpak barat 20_2006
Kab pakpak barat 20_2006Kab pakpak barat 20_2006
Kab pakpak barat 20_2006Medan Comonity
 
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudKab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudMedan Comonity
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
bening2air
 
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2People Power
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
helmut simamora
 
P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014
irfan rumasoreng
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Rizki Darmawan
 

Similar to P43 2014 (19)

Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraanPemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
Pemen_Kehuanan_P.39_Tahun2013_pemberdayaan_masy_melalui_kemitraan
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
 
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnyaP.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
P.9 menhut ii-2014 - juknis pelaksanaan jabfung polhut & angka kreditnya
 
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan htiP.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
P.17 2017 perubahan p12 2015 pembangunan hti
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permenhut 11 09
Permenhut 11 09Permenhut 11 09
Permenhut 11 09
 
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
03g. P.32 Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (hal 8).pdf
 
Kabupaten pakpakbharat 20-2006
Kabupaten pakpakbharat 20-2006Kabupaten pakpakbharat 20-2006
Kabupaten pakpakbharat 20-2006
 
Kab pakpak barat 20_2006
Kab pakpak barat 20_2006Kab pakpak barat 20_2006
Kab pakpak barat 20_2006
 
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujudKab pakpak barat 20_2006 ujud
Kab pakpak barat 20_2006 ujud
 
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesaPermenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
Permenhut no. p.15 2012 pedoman_pengembanganhutanmasyarakatdesa
 
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2
RKT 2011 RAPP DI PULAU PADANG HAL 2
 
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
Permenlhk no 85 tahun 2016 tentang pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yan...
 
P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014P 57 menhut ii 2014
P 57 menhut ii 2014
 
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
Permen lhk no. 46 2016 ttg pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi dan kawasan...
 

Recently uploaded

Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
adilaks
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
gabatgibut09
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Muh Saleh
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
ssuserd13850
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
LtcLatif
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Muh Saleh
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
MuhamadIkbalThola1
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
teraspky798
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
PemerintahanNagariKu1
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Tri Widodo W. UTOMO
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TariHappie
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
kemendagatang
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
HasmiSabirin1
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Mirza Sohirin
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
HanifahCindyPratiwi
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
Tri Widodo W. UTOMO
 

Recently uploaded (17)

Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptxMateri Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
Materi Bimtek SPT Tahunan Orang Pribadi PPT.pptx
 
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinasPPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
PPT_KADIS PORA.pptx untuk seleksi terbuka lelang jabatan kepala dinas
 
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
buku saku indeks profesionalitas Aparatur Sipil Negara (ASN)
 
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023
 
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdfAD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
AD Metodologi dan Pengukuran SDGs Desa.pdf
 
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARUPAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
PAPARAN BP TAPERA MENGENAI PERATURAN TERBARU
 
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
 
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan PublikPentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
Pentingnya Bela Negara dalam Kepemimpinan Pelayanan Publik
 
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta KerjaPengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
Pengawasan Usaha Pembudidayaan Ikan Pasca UU Cipta Kerja
 
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docxNotulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
Notulen Rapat 2023 pemerintahan desa.docx
 
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat IIVisitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
Visitasi Kepemimpinan Nasional - PKN Tingkat II
 
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptxTATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
TATACARA PENGGUNAAN APLIKASI SIGA-VERVAL (1).pptx
 
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdfSTANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL  SOSIAL KULTURAL.pdf
STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL SOSIAL KULTURAL.pdf
 
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
2024 Sosialisasi Penulisan Ijazah DS (1).pptx
 
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
Presentasi Pemberhentian/Pensiun SIASN 2023
 
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
 
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui InovasiNANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
NANI BILI Kabupaten Sorong Melalui Inovasi
 

P43 2014

  • 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.43/Menhut-II/2014 TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU PADA HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 125 ayat (3), Pasal 100 dan Pasal 119 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2013; b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan serta mempertimbangkan perkembangan kinerja pengelolaan hutan produksi hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu, maka perlu dilakukan pengaturan kembali penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak; c. bahwa sehubungan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun .......
  • 2. 2 Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4633); 5. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4151); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 124); 12. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013; 13. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013; 14. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013; 15. Keputusan .......
  • 3. 3 15. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009; 17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); 18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-II/2012 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Hak (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2012 Nomor 737); 19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39 tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat melalui Kemitraan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 958); 20. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/10/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 81/M-DAG/PER/12/2013. M E M U T U S K A N : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU PADA HUTAN HAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Pemegang izin adalah pemegang IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-HTR, IUPHHK-RE, IUPHHK-HKM, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTHR, IPK, IUIPHHK, IUI atau TDI, ETPIK Non-Produsen serta TPT. 2. Tempat Penampungan Terdaftar yang selanjutnya disebut TPT adalah tempat pengumpulan kayu bulat dan/atau kayu olahan yang berasal dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disebut IUIPHHK adalah izin untuk mengolah kayu bulat dan atau kayu bulat kecil menjadi satu atau beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang diberikan kepada satu pemegang izin oleh pejabat yang berwenang. 4. Izin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI adalah izin usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 5. Izin Usaha Industri Lanjutan yang selanjutnya disebut IUI Lanjutan adalah perusahaan pengolahan hasil hutan kayu hilir, dengan produk antara lain furniture. 6. Tanda .......
  • 4. 4 6. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI adalah izin usaha industri pengolahan kayu lanjutan yang memiliki nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 7. Pemegang hak pengelolaan adalah badan usaha milik negara bidang kehutanan yang mendapat pelimpahan penyelenggaraan pengelolaan hutan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah dibebani hak atas tanah yang berada di luar kawasan hutan dan dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah. 9. Industri rumah tangga/pengrajin adalah industri kecil skala rumah tangga dengan nilai investasi sampai dengan Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) di luar tanah dan bangunan dan/atau memiliki tenaga kerja 1 sampai dengan 4 orang. 10. Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan Non-Produsen yang selanjutnya disingkat ETPIK Non-Produsen adalah perusahaan perdagangan yang telah mendapat pengakuan untuk melakukan ekspor produk industri kehutanan. 11. Lembaga akreditasi adalah lembaga yang mengakreditasi Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen yang selanjutnya disebut LP&VI, yaitu Komite Akreditasi Nasional (KAN). 12. Pemantau Independen yang selanjutnya disebut PI adalah masyarakat madani baik perorangan atau lembaga yang berbadan hukum Indonesia, yang menjalankan fungsi pemantauan terkait dengan pelayanan publik di bidang kehutanan seperti penerbitan S-PHPL atau S-LK. 13. Standar dan pedoman pengelolaan hutan lestari adalah persyaratan untuk memenuhi pengelolaan hutan lestari yang memuat standar, kriteria, indikator alat penilaian, metode penilaian, dan panduan penilaian. 14. Standar dan pedoman verifikasi legalitas kayu adalah persyaratan untuk memenuhi legalitas kayu/produk yang dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak (stakeholder) kehutanan yang memuat standar, kriteria, indikator, verifier, metode verifikasi, dan norma penilaian. 15. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut SVLK adalah suatu sistem yang menjamin kelestarian pengelolaan hutan dan/atau legalitas kayu serta ketelusuran kayu melalui sertifikasi penilaian PHPL, sertifikasi LK dan deklarasi kesesuaian pemasok. 16. Sertifikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disebut S-PHPL adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemegang izin atau pemegang hak pengelolaan yang menjelaskan keberhasilan pengelolaan hutan lestari. 17. Sertifikat Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut S-LK adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemegang izin, pemegang hak pengelolaan, atau pemilik hutan hak yang menyatakan bahwa pemegang izin, pemegang hak pengelolaan, atau pemilik hutan hak telah memenuhi standar legalitas kayu. 18. Deklarasi Kesesuaian Pemasok adalah pernyataan kesesuaian yang dilakukan oleh pemasok berdasarkan telah dapat dibuktikannya pemenuhan atas persyaratan. 19. Inspeksi Acak adalah kegiatan pemeriksaan atas legalitas kayu dan produk kayu yang dilakukan sewaktu-waktu secara acak oleh Pemerintah atau pihak ketiga yang ditunjuk oleh Pemerintah dalam menjaga kredibilitas deklarasi kesesuaian pemasok. 20. Inspeksi Khusus adalah kegiatan pemeriksaan atas legalitas kayu dan produk kayu dalam hal dikuatirkan terjadi ketidaksesuaian dan atau ketidakbenaran atas deklarasi kesesuaian yang diterbitkan oleh pemasok. 21. Tanda .......
  • 5. 5 21. Tanda V-Legal adalah tanda yang dibubuhkan pada kayu, produk kayu atau kemasan, yang menyatakan bahwa kayu dan produk kayu telah memenuhi Standar PHPL atau Standar VLK. 22. Dokumen V-Legal adalah dokumen yang menyatakan bahwa produk kayu tujuan ekspor memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai dengan ketentuan Pemerintah Republik Indonesia. 23. Lembaga Penilai dan Verifikasi Independen yang selanjutnya disebut LP&VI adalah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang diakreditasi untuk melaksanakan penilaian kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan/atau verifikasi legalitas kayu. 24. Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disebut LPPHPL adalah LP&VI yang melakukan penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). 25. Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu yang selanjutnya disebut LVLK adalah LP&VI yang melakukan verifikasi legalitas kayu (LK). 26. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. 27. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang Bina Usaha Kehutanan. BAB II PENILAIAN DAN VERIFIKASI Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Penilaian kinerja PHPL dan verifikasi LK dilakukan oleh LP&VI. (2) Penilaian kinerja atas pemegang IUPHHK-HA/HT/RE atau pemegang Hak Pengelolaan dilakukan oleh LPPHPL, berdasarkan Standar Penilaian Kinerja PHPL. (3) Verifikasi atas pemegang izin, pemegang Hak Pengelolaan, atau pemilik Hutan Hak dilakukan oleh LVLK, berdasarkan Standar Verifikasi Legalitas Kayu. Pasal 3 Penilaian dan/atau verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, untuk IUPHHK Alam, Tanaman, Restorasi Ekosistem dan Hak Pengelolaan dapat dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau terpisah oleh LP&VI dalam rangka mendapatkan Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK, baik atas perintah Menteri maupun atas permintaan pemegang izin. Pasal 4 (1) Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan wajib mendapatkan S-PHPL. (2) Dalam hal Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan yang belum mendapatkan S-PHPL sebagaimana ayat (1) wajib mendapatkan S-LK. (3) Sertifikat Legalitas Kayu sebagaimana ayat (2) berlaku untuk 1 (satu) periode dan selanjutnya pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan wajib mendapatkan S-PHPL. (4) Pemegang IUPHHK-HKm, IUPHHK-HTR, IUPHHK-HD, IUPHHK-HTHR, IPK, IUIPHHK, IUI, TDI, dan EPTIK Non-Produsen wajib mendapatkan S-LK. (5) Pemegang .......
  • 6. 6 (5) Pemegang IUIPHHK yang mempunyai keterkaitan bahan baku dari hutan hak, wajib memfasilitasi pemilik hutan hak untuk memperoleh S-LK. (6) Pemegang IUPHHK-HA/HT/RE dan pemegang Hak Pengelolaan yang telah memiliki S-PHPL tidak perlu mendapatkan S-LK. (7) Terhadap pemegang IPK atau IUPHHK-HTHR diwajibkan untuk memiliki S-LK segera setelah diterbitkannya persetujuan Bagan Kerja. (8) Tempat Penampungan Terdaftar, Industri Rumah Tangga/Pengrajin, dan Pemilik Hutan Hak wajib memperoleh S-LK melalui sertifikasi oleh LVLK, atau menerbitkan Deklarasi Kesesuaian Pemasok. (9) Tempat Penampungan Terdaftar yang melakukan Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud pada ayat (8) harus memperoleh bahan baku Kayu Bulat dari hutan hak yang sudah memiliki S-LK atau dilengkapi dengan dokumen Deklarasi Kesesuaian Pemasok dan/atau memperoleh Kayu Olahan dari IUIPHHK yang sudah memiliki S-LK. (10) Importir kayu dan/atau produk kayu wajib menerbitkan Deklarasi Kesesuaian Pemasok untuk setiap pengiriman kayu dan atau produk kayu yang diimpor. Pasal 5 (1) Pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, TPT, industri rumah tangga/pengrajin, dan ETPIK Non-Produsen wajib menggunakan bahan baku dan/atau produk yang telah memiliki S-PHPL atau S-LK atau Deklarasi Kesesuaian Pemasok selambat-lambatnya 31 Desember 2014. (2) Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah yang berasal dari hutan hak, TPT, industri rumah tangga/pengrajin dan kayu dan/atau produk kayu impor. (3) Dalam hal pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, TPT, Industri rumah tangga/pengrajin, dan EPTIK Non-produsen menggunakan kayu yang menggunakan Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwajibkan untuk memastikan legalitas bahan baku yang digunakan dengan melakukan pengecekkan kepada penerbit Dokumen Kesesuaian Pemasok. Pasal 6 Standar dan pedoman penilaian kinerja PHPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Legalitas Kayu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), dan Deklarasi Kesesuaian Pemasok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (8) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. Bagian Kedua Akreditasi dan Penetapan LP&VI Pasal 7 (1) LP&VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diakreditasi oleh KAN. (2) Untuk mendapatkan akreditasi sebagaimana ayat (1), LP&VI mengajukan permohonan kepada KAN sesuai peraturan perundangan yang berlaku. (3) Berdasarkan akreditasi KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Jenderal atas nama Menteri menetapkan LP&VI. (4) Dalam hal terdapat indikasi bahwa LP&VI melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Direktur Jenderal atas nama Menteri mencabut penetapan setelah dilakukan pembuktian kebenarannya. (5) Pembuktian kebenaran sebagaimana dimaksud ayat (4) diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal. Bagian .......
  • 7. 7 Bagian Ketiga Penilaian Pasal 8 (1) Penilaian kinerja PHPL atau verifikasi legalitas kayu oleh LP&VI terhadap pemegang izin yang dibiayai oleh Kementerian Kehutanan sesuai standar biaya yang berlaku, dilaksanakan berdasarkan penugasan dari Direktur Jenderal A.n. Menteri. (2) Standar biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri dan dapat ditinjau kembali sesuai keperluan. (3) Pembiayaan penilaian kinerja PHPL atau verifikasi legalitas kayu, untuk periode berikutnya dibebankan kepada pemegang hak/izin atau pemilik hutan hak. (4) Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, IUIPHHK dengan kapasitas sampai dengan 2.000 M3 per tahun, TPT, Industri Rumah Tangga/pengrajin, TDI, IUI dengan modal investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, dan pemilik hutan hak dapat mengajukan verifikasi LK secara berkelompok. (5) Pembiayaan pendampingan dan verifikasi legalitas kayu periode pertama oleh LP&VI dapat dibebankan pada Kementerian Kehutanan atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat terhadap pemilik hutan hak, TPT, Industri Rumah Tangga/pengrajin, Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, IUPHHK-HD, IUIPHHK dengan kapasitas sampai dengan 2.000 M3 per tahun, TDI, IUI dengan modal investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok. (6) Pembiayaan penilikan S-LK oleh LP&VI terhadap kelompok pemilik hutan hak, Pemegang IUPHHK-HTR, IUPHHK-HKm, dan IUPHHK-HD dapat dibebankan pada Kementerian Kehutanan atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat sepanjang belum berproduksi. Pasal 9 (1) Dalam hal keterbatasan biaya Kementerian Kehutanan untuk penilaian dan atau verifikasi, pemegang izin dapat berinisiatif mengajukan permohonan kepada LP&VI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) untuk dinilai guna mendapatkan sertifikat PHPL dan atau sertifikat LK. (2) Biaya penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi beban pemohon. Bagian Keempat Keberatan Pasal 10 (1) Keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil penilaian atau keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil verifikasi disampaikan kepada pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak. (2) Dalam hal pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak keberatan atas keputusan dalam setiap tahapan proses dan/atau hasil penilaian atau verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengajukan banding kepada LPPHPL atau LVLK untuk mendapatkan penyelesaian. (3) Pemantau .......
  • 8. 8 (3) Pemantau Independen (PI), pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak dapat mengajukan keluhan kepada KAN atas kinerja LPPHPL atau LVLK untuk mendapatkan penyelesaian. (4) Komite Akreditasi Nasional (KAN) menyelesaikan keluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai prosedur penyelesaian keluhan yang ada di KAN. (5) Pemantau Independen (PI) dapat mengajukan keluhan kepada LPPHPL atau LVLK atas hasil penilaian atau verifikasi untuk mendapatkan penyelesaian. (6) Tata cara pengajuan dan penyelesaian banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara pengajuan dan penyelesaian keluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur lebih lanjut dengan peraturan Direktur Jenderal. Bagian Kelima Penerbitan Sertifikat Pasal 11 (1) Berdasarkan hasil penilaian atau verifikasi dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 2 ayat (3), Pasal 3 dan hasil perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4), LP&VI menerbitkan Sertifikat PHPL dan/atau Sertifikat LK kepada pemegang izin dan melaporkan kepada Direktur Jenderal. (2) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan sebagai bahan pembinaan dan/atau perpanjangan IUPHHK oleh Direktur Jenderal. (3) Sertifikat PHPL bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/pemegang Hak Pengelolaan berlaku selama 5 (lima) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sekali. (4) Sertifikat LK bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/Pemegang Hak Pengelolaan, IUPHHK-HTR/HKm/HD/HTHR, IUIPHHK, dan IUI dengan modal investasi lebih dari Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan sekali. (5) Sertifikat LK bagi IPK berlaku selama 1 (satu) tahun sejak diterbitkan. (6) Sertifikat LK bagi IUI dengan investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, TPT, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan ETPIK Non-Produsen berlaku selama 6 (enam) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sekali. (7) Sertifikat LK bagi pemilik hutan hak berlaku selama 10 (sepuluh) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) selambat-lambatnya 24 (dua puluh empat) bulan sekali. (8) Penilikan (surveillance) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat dilakukan pada waktu bersamaan atau terpisah atas biaya pemegang izin. (9) Sertifikat PHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekurang-kurangnya berisi nama perusahaan atau nama pemegang izin atau pemegang hak pengelolaan, luas area, lokasi, nomor keputusan hak/izin/hak kepemilikan, nama perusahaan LP&VI, tanggal penerbitan, masa berlaku, dan nomor identifikasi sertifikasi. (10) Sertifikat LK sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) sekurang-kurangnya berisi nama perusahaan atau nama pemegang izin, luas area, lokasi, nomor keputusan hak atau izin, nama perusahaan LP&VI, tanggal penerbitan, masa berlaku dan nomor identifikasi sertifikasi, serta referensi standar legalitas. (11) Pemegang .......
  • 9. 9 (11) Pemegang izin, pemegang Hak Pengelolaan dan pemilik hutan hak yang telah mendapat Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK, berhak membubuhkan Tanda V-Legal sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri tersendiri. (12) Pedoman penggunaan Tanda V-Legal diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. Pasal 12 (1) Deklarasi Kesesuaian Pemasok bagi TPT, industri rumah tangga/pengrajin dan pemilik hutan hak masa berlakunya sama dengan masa berlakunya dokumen angkutan yang digunakan. (2) Untuk menjaga kredibilitas deklarasi kesesuaian pemasok sewaktu-waktu dapat dilakukan Inspeksi Acak oleh Pemerintah atau pihak ketiga yakni Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu yang ditunjuk Pemerintah atas biaya Pemerintah. (4) Dalam hal penerbitan Deklarasi Kesesuaian Pemasok ditemukan atau patut diduga adanya ketidaksesuaian dan/atau ketidakbenaran dari salah satu deklarasi tersebut di atas maka dilakukan Inspeksi Khusus oleh Pemerintah atau LVLK yang ditunjuk oleh Pemerintah atas Biaya Pemerintah. Pasal 13 (1) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) menerbitkan S-PHPL kepada pemegang IUPHHK- HA/HT/RE/pemegang Hak Pengelolaan yang telah memenuhi persyaratan kelulusan penilaian kinerja. (2) Dalam hal hasil penilaian berpredikat “Buruk” pemegang izin diberikan kesempatan memperbaiki kinerja PHPL. (3) Dalam hal hasil penilaian berpredikat “Buruk” berada pada kriteria prasyarat, kriteria produksi, kriteria ekologi dan kriteria sosial, tetapi memenuhi legalitas kayu, LP-PHPL menerbitkan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK). (4) Penerbitan S-LK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan apabila LP-PHPL telah terakreditasi dan ditetapkan sebagai LVLK. (5) Kriteria hasil penilaian berpredikat “Buruk” yang masih diberikan kesempatan memperbaiki kinerja PHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. Pasal 14 (1) Sertifikat LK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4), ayat (5), ayat (6) dan ayat (7) diterbitkan dengan kategori “Memenuhi” standar verifikasi legalitas kayu. (2) Dalam hal hasil Verifikasi “Tidak Memenuhi” pemegang izin diberikan kesempatan memenuhi standar verifikasi legalitas kayu. Pasal 15 (1) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) atau Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) menyampaikan laporan hasil penilaian atau verifikasi kepada Kementerian Kehutanan dan pemegang izin, pemegang hak pengelolaan, atau pemilik hutan hak. (2) Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (LPPHPL) atau Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) mempublikasikan resume hasil penilaian PHPL atau verifikasi LK di website LPPHPL atau LVLK bersangkutan dan website Kementerian Kehutanan (www.dephut.go.id) dan (http://silk.dephut.go.id). (3) Pengelolaan informasi verifikasi legalitas kayu dilakukan oleh Unit Informasi Verifikasi Legalitas Kayu / Licensing Information Unit melalui Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) yang berkedudukan pada Direktorat Jenderal. Pasal 16 .......
  • 10. 10 Pasal 16 (1) Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) menerbitkan Dokumen V-Legal bagi pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan ETPIK Non- Produsen yang telah mendapat S-LK. (2) Bagi pemegang IUIPHHK, IUI, TDI, industri rumah tangga/pengrajin dan ETPIK Non Produsen yang belum mendapat S-LK, maka Dokumen V-Legal diterbitkan melalui inspeksi oleh LVLK. (3) Inspeksi sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat dilakukan sampai dengan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. (4) Pedoman penerbitan Dokumen V-Legal diatur lebih lanjut dengan peraturan Direktur Jenderal. BAB III PEMANTAU INDEPENDEN Pasal 17 (1) Pelaksanaan penilaian kinerja PHPL dan verifikasi LK dipantau oleh Pemantau Independen (PI). (2) Pemantauan pelaksanaan penilaian kinerja PHPL dan/atau verifikasi LK dibiayai secara mandiri oleh PI. (3) Pemerintah dapat memfasilitasi PI dalam memperoleh sumber pembiayaan pelaksanaan pemantauan dan mendorong pengembangan biaya mandiri sesuai ketentuan yang berlaku. (4) Tata cara dan pedoman pemantauan sebagaimana ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal. BAB IV PENGUATAN KAPASITAS Pasal 18 (1) Bantuan keterampilan teknis atau pembiayaan dalam rangka penguatan kapasitas dan kelembagaan LP&VI serta PI dapat dilakukan oleh Pemerintah; (2) Dalam hal biaya Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia, bantuan pembiayaan dapat diperoleh dari sumber lain yang sifatnya tidak mengikat. Pasal 19 Sertifikat PHPL dan sertifikat LK yang sudah diterbitkan sebelum berlakunya peraturan ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya sertifikat. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 (1) Sertifikat PHPL atau Sertifikat LK yang telah diterbitkan sebelum berlakunya peraturan ini, dan masih berlaku, maka masa berlakunya disesuaikan dengan ketentuan ini setelah melalui penilikan. (2) Terhadap pemegang IUI, TDI, dan ETPIK Non-Produsen, pemegang IUPHHK-HKm/ HTR/HD/HTHR, diwajibkan untuk memiliki S-LK selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2014. (3) Dalam .......
  • 11. 11 (3) Dalam hal pemanfaatan dan/atau penatausahaan kayu pada Hutan Adat kaitannya dengan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 35 Tahun 2012 akan diatur setelah adanya Peraturan Perundang-undangan pelaksanaannya. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 (1) Ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut- II/2009 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2013 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini tetap berlaku. (2) Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2009 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut- II/2013 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau pada Hutan Hak, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 22 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2014 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Juni 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 883 Salinan sesuai dengan aslinya. KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA