Institute for Essentials Service Reform.
Persentase Bauran Energi Terbarukan yang Tinggi Dapat Memenuhi Kebutuhan Listrik di Sistem Jawa-Bali dan Sumatera Secara Handal dan Kompetitif
Institute for Essentials Service Reform.
Persentase Bauran Energi Terbarukan yang Tinggi Dapat Memenuhi Kebutuhan Listrik di Sistem Jawa-Bali dan Sumatera Secara Handal dan Kompetitif
Outlook Energi Indonesia 2014 memuat proyeksi dan analisis terhadap kebutuhan dan penyediaan energi. Tahun 2013 sebagai tahun dasar untuk menghasilkan proyeksi masing-masing skenario dasar, yaitu skenario Business As Usual dan Skenario Kebijakan Energi Nasional.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
More Related Content
Similar to Nur Amalia_Pelangi_Rencana Umum Energi Daerah
Outlook Energi Indonesia 2014 memuat proyeksi dan analisis terhadap kebutuhan dan penyediaan energi. Tahun 2013 sebagai tahun dasar untuk menghasilkan proyeksi masing-masing skenario dasar, yaitu skenario Business As Usual dan Skenario Kebijakan Energi Nasional.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
EVALUASI HASIL PENILAIAN KEPATUHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIKWulanHandayani19
Pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
1. Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah
(RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan
RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah
Nur Amalia
amalia_aim@pelangi.or.id
2. SISTEMATIKA :
1.Tujuan Proyek
2. Hasil yang Diharapkan
3. Pendekatan
4. Inovasi
5. Perkembangan Proyek
6. Harmonisasi Penyusunan
RUEN dan RUED
3. RIAU CENTRAL KALIMANTAN
Propinsi Riau memiliki Rencana
Umum Energi Daerah (RUED)
yang komprehensif dan
terintegrasi sebagai instrumen
kebijakan untuk mempromosikan
pengembangan energi
terbarukan di Propinsi Riau
Meningkatkan kapasitas pengambil
kebijakan dan institusi pemerintah di
tingkat kabupaten dan propinsi dalam
menyusun RUED serta mengembangkan
kebijakan yang mendukung suply
energi yang berkelanjutan; dan
Meningkatkan kesadaran pemangku
kepentingan akan potensi produksi dan
konsumsi energi terbarukan secara
umum, dan bioenergi secara khusus , di
Propinsi Kalimantan Tengah
4. RIAU CENTRAL KALIMANTAN
a. Project berjalan dan perekrutan
72 peserta dalam rangka
peningkatan kapasitas
b. Kapasitas dari 72 orang
perwakilan pemangku
kepentingan di tingkat
kabupaten/Kota dan Propinsi
meningkat
c. Administrasi dan manajemen
Proyek
d. Penyebarluasan Hasil Kerja
Proyek
a. Adanya Dokumen Rencana Umum
Energi Daerah (RUED)
b. Panduan untuk Penyusunan Perda
RUED
c. Input dan verifikasi data serta
simulasi RUED oleh
kabupaten/kota
d. Modul Pelatihan penyusunan RUED
dengan menggunakan LEAP
5. RIAU CENTRAL KALIMANTAN
Peningkatan kapasitas 72 orang
perencana energi di tingkat
kabupaten/kota/propinsi
(perwakilan Distamben, Bappeda
dan perguruan tinggi lokal)
Skenario perencanaan energi ke
depan : akan memperhatikan
pengembangan dan penggunaan
energi terbarukan, khususnya
bioenergi.
Dalam pelaksanaan akan
melibatkan perencana dari dinas
terkait, dinas pertanian, kehutanan
dan perkebunan
Inisiatif peningkatan kapasitan dengan
menggunakan pendekatan dari bawah
keatas, untuk membantu pemerintah
propinsi Kalimantan Tengah dalam
memformulasikan Rencana Umum Energi
Daerah (RUED) menggunakan Long range
Energy Alternatives Planning System
(LEAP) software sebagai rujukan.
4 (empat) seri workshop akan dilakukan
di 2 (dua) sub region untuk
mengkonsultasikan :
-Proses perencanaan energi yang
terintegrasi;
-Kebijakan energi ke depan;
-Input dan verifikasi data oleh pemangku
kepentingan di tingkat
kabupaten/kota.propinsi;dan
-Rencana Umum Energi Daerah dengan
menggunakan LEAP
6. Memaksimalkan potensi energi terbarukan,
khususnya bioenergi sebagai sumber suply
energi di propinsi Riau dan Kalimantan Tengah
di masa mendatang
Sistem pembelajaran dimulai dengan
menggunakan referensi suply energi dan
utilisasi energi, dengan melakukan klasifikasi
sektor pengguna, seperti sektor generasi energi,
transportasi, industri, dan rumahtangga,
termasuk bagaimana membuat skenario rencana
umum energi daerah menggunakan LEAP
7. RIAU :
Sosialisasi tingkat kabupaten/kota/
Propinsi telah dilakukan pada awal
proyek, termasuk mengundang instansi
terkait dalam workshop awal proyek
3 (tiga) seri pelatihan dilakukan bagi
perwakilan instansi di 3 sub region
Penyusunan Draft RUED
8. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Arti Penting RUED
1.2. Landasan Hukum
1.3. Hubungan RUED dengan Sistem Perencanan Pembangunan Daerah
1.4. Definisi Dan Istilah
BAB II KONDISI ENERGI DAERAH SAAT INI DAN MASA MENDATANG
2.1 Isu dan Permasalahan Energi
2.1.1. Isu dan Permasalahan Energi Nasional
2.1.2. Isu dan Permasalahan Energi Daerah
2.2 Kondisi Energi Daerah Saat Ini
2.2.1. Indikator Sosio Ekonomi
2.2.2. Indikator Energi
2.2.3. Indikator Lingkungan
9. 2.3. Kondisi Energi Daerah Di Masa Mendatang
2.3.1. Indikator Sosio Ekonomi
2.3.2. Indikator Energi
2.3.3. Indikator Lingkungan
BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN ENERGI DAERAH
3.1. Visi
3.2. Misi
3.3. Tujuan
3.4. Sasaran
BAB IV KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI DAERAH
4.1 Kebijakan
4.2. Strategi
4.3. Kelembagaan
4.4. Instrumen Kebijakan
4.5 Upaya dan Program Pengembangan Energi
BAB V PENUTUP
10. Pengumpulan data
Penyusunan profil energi
Penyusunan Baseline scenario:
Inventarisasi undang-undang/peraturan nasional dan
daerah yang berhubungan dengan energi
Baseline scenario didasarkan pada kebijakan tentang
energi yang berlaku pada tahun dasar proyeksi
Penyusunan alternative scenario:
Sisi demand: intervensi terhadap konservasi energi
Sisi supply: intervensi terhadap diversifikasi energi
Analisis dampak lingkungan dari sektor energi
Analisis dan rekomendasi pengembangan energi daerah
11. PROSES PENYUSUNAN RUED PROPINSI RIAU :
Bab I dan Bab III telah selesai, dan saat ini Tim RUED fokus
pada proses penyelesaian Bab II Kondisi Energi di
Provinsi Riau pada saat ini dan yang akan datang.
Meliputi permintaan energi sektor:
Rumah tangga
Industri
Komersial
Transportasi
13. Bauran Energi Provinsi Riau
Skenario BAU
Lainnya
1%
Arang
Kayu
1%
Avtur
11%
Batu Bara
8%
Gas LPG
2%
Kayu
Bakar
15%
Listrik
17%
Minyak
Solar
7%
Minyak
Tanah
6%
Pertamax
1%
Premium
31%
Energi Riau Tahun 2011
Lainnya
1%
Arang
Kayu
1%
Avtur
12%
Batu Bara
11%
Gas
LPG
2%
Kayu
Bakar
10%
Listrik
16%
Minyak
Solar
10%
Minyak
Tanah
5%
Pertamax
1%
Premium
31%
Energi Riau Tahun 2025
14. Business as Usual (BAU)
Konservasi Energi
Pemanfaatan Potensi Energi Biomassa
15. Data yang diperlukan untuk penyusunan
RUED :
Data supply energi
• Pertamina, PLN, Dinas ESDM
Data intensitas energi
• SUSENAS, Survey industri, Survey Transportasi,
Survey komersial
Data pendukung:
• BPS: penduduk, PDRB, pertanian dan
perkebunan, peternakan, transportasi, dll
16.
17. Asumsi:
• Pertumbuhan penduduk berdasarkan BKKBN:
2010 – 2015 : 2,48% per tahun
2015 – 2020 : 2,28% per tahun
2020 – 2025 : 2.04% per tahun
• Pertumbuhan PDRB:
6,5% di tahun dasar (2012)
7.0% di akhir tahun proyeksi (2025)
21. Sumber Daya Manusia (SDM) pada instansi
/Lembaga terbatas, sehingga tidak ada
yang dapat mewakili
Belum mendapat surat persetujuan / tidak
diijinkan dari Kabid / Kepala Dinas,
sehingga peserta belum dapat berangkat
Ada pekerjaan kantor yang tidak dapat
ditinggalkan, sementara tidak ada
penggantinya untuk ikut workshop ini
22. Banyak kegiatan yang bersamaan
dengan penyelenggaraan workshop ini
Untuk perguruan tinggi , bersamaan
waktunya dengan akreditasi Dosen
Katerbatasan data yang dimiliki instansi
di tingkat kabupaten/kota/propinsi
sehingga tim RUED Pelangi harus
mencari data tambahan, utamanya data
di tingkat lokal.
23. Kalimantan Tengah :
Tim RUED telah dikukuhkan dengan SK
Gubernur Propinsi Kalimantan Tengah
Nomor 188.44/764/2013 tentang
Pembentukan Tim Penyusun Rencana
Umum Energi Daerah (RUED)
Riau :
Alokasi anggaran dalam RAPBD 2014
untuk penyusunan RUED Propinsi Riau
24. HARMONISASI PENYUSUNAN RUEN DAN
RUED
1. Rencana Umum Energi adalah rencana
pengelolaan energi di suatu wilayah, antar
wilayah, atau nasional (pasal 1 angka 27 UU No.
30 Tahun 2007 tentang Energi).
2. Dari draft pedoman RUEN tahun 2012, kurun
waktu dari RUEN dan RUED akan mengikuti
kurun waktu horizon KEN dengan siklus 5
tahunan (Lihat Gambar 1).
26. 3. RUEN akan berfungsi sebagai acuan dan pedoman
dalam pengelolaan energi di tingkat nasional yang
bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri secara berkelanjutan,
berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai
ketahanan energi nasional.
4. RUED akan berfungsi sebagai acuan dan pedoman
dalam pengelolaan energi di tingkat daerah yang
bersifat lintas sektor, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan energi di daerah secara berkelanjutan,
berkeadilan dan optimal dalam rangka mencapai
ketahanan energi daerah dan sesuai dengan tujuan
pengelolaan energi secara nasional.