Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang pedoman tata tetib dan mekanisme pengambilan keputusan musyawarah desa
PERATURAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TATA TERTIB DAN MEKANISME
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH DESA
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang pedoman tata tetib dan mekanisme pengambilan keputusan musyawarah desa
PERATURAN MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN TATA TERTIB DAN MEKANISME
PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH DESA
untuk mewujudkan desa yang berdaya, dibutuhkan mitra pendamping sebagai teman belajar yang memiliki daya dukung yang baik dan progresif serta idealisme
Pemilihan walinagari/kepala desa antar waktuvilla erdi
ketentuan dalam UU 6 Tahun 2014 yang mengatur tentang pemilihan kepala desa/walinagari antar waktu, yang dilakukan apabila pejabat defenitif mengundurkan diri sebelum habis waktu masa jabatannya
Badan Permusyawaratan Desa merupakan instrumen Pemerintahan Desa yang jika memahami batasan tugas, fungsi, dan wewenangnya maka akan berdampak pada sinergitas harmonis dalam akselerasi kesejahteraan rakyat menuju desa modern.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
untuk mewujudkan desa yang berdaya, dibutuhkan mitra pendamping sebagai teman belajar yang memiliki daya dukung yang baik dan progresif serta idealisme
Pemilihan walinagari/kepala desa antar waktuvilla erdi
ketentuan dalam UU 6 Tahun 2014 yang mengatur tentang pemilihan kepala desa/walinagari antar waktu, yang dilakukan apabila pejabat defenitif mengundurkan diri sebelum habis waktu masa jabatannya
Badan Permusyawaratan Desa merupakan instrumen Pemerintahan Desa yang jika memahami batasan tugas, fungsi, dan wewenangnya maka akan berdampak pada sinergitas harmonis dalam akselerasi kesejahteraan rakyat menuju desa modern.
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
2. Refleksi
Berdasar pengalaman pengamatan
Musyawarah Desa
1. Partisipasi
2. Demokratisasi
3. Transfaransi
4. Akuntabilitas
5. Berpihak kepada kelompok miskin dan rentan
6. Pelibatan perempuan
Hal-hal apa saja yang dapat membangun
hasil positif dan proses yang baik serta
diterima oleh semua pihak ?
3. 1.Ruang Lingkup Musyawarah
Desa Sesuai Kemendesa PDTT
No. 16 Tahun 2019
• Apa yang dimaksud dengan Musyawarah Desa?
• Apa tujuan diselenggarakannya Musyawarah Desa?
• Apa saja landasan hukum dari Musyawarah Desa?
• Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip Musyawarah
Desa?
• Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban
masyarakat dalam Musyawarah Desa?
4. Pasal 1 ayat (7) Permendesa 16 / 2019
• Musyawarah Desa atau yang disebut
dengan nama lain adalah musyawarah
antara Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat
strategis.
5. Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud
pada pasal 6 ayat (2) meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
6. Musyawarah Desa Berasaskan :
• Musyawarah mufakat ;
• Keadilan ;
• Keterbukaan ;
• Transparan ;
• Akuntabel ;
• Partisipatif ;
• Demokratis , dan
• Kesetaraan.
7. HAKmasyarakat dalam penyelenggaraan
Musyawarah Desa pada Pasal 16 Permendesa 16 Th
2019 meliputi :
a. mendapatkan informasi secara lengkap dan benar perihal
hal-hal bersifat strategis yang akan dibahas dalam
Musyawarah Desa ;
b. mengawasi kegiatan penyelenggaraan Musyawarah Desa
maupun tindaklanjut hasil keputusan Musyawarah Desa ;
c. mendapatkan perlakuan sama dan adil bagi unsur
masyarakat yang hadir sebagai peserta Musyawarah Desa ;
d. mendapatkan kesempatan secara sama dan adil dalam
menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau
tertulis secara bertanggung jawab perihal hal-hal yang
bersifat strategis selama berlangsungnya Musyawarah Desa ;
e. menerima perlindungan dari gangguan, ancaman dan
tekanan selama berlangsungnya Musyawarah Desa.
8. KEWAJIBAN masyarakat dalam peyelenggaraan
Musyawarah Desa pada Pasal 17 Permendesa 16 Th
2019 meliputi
a. Merumuskan aspirasi, pandangan dan
kepentingan ;
b. Mempersiapkan kemampuan diri untuk
menyampaikan aspirasi, pandangan dan
kepentingan ;
c. Mendorong yerciptanya situasi yang aman,
nyaman, dan tentram ; dan
d. Melaksanakan nilai-nilai permusyawaratan,
permufakatan, kekeluargaan, dan kegotong-
royongan dalam pengambilan keputusan.
9. 2. Tata Cara Musyawarah Desa
PEMENDESA NO.16 / 2019
10. Tata Cara Musyawarah Desa
1) Musyawarah Desa di laksanakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa yang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa ( Pasal 6 (3) ) ;
(2) Pelaku Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud Pasal 10 terdiri atas : Pemerintah Desa,
Badan Permusyawaratan Desa, dan Unsur
Masyarakat.
11. Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. tokoh adat ;
b. tokoh agama ;
c. tokoh masyarakat ;
d. tokoh pendidik ;
e. perwakilan kelompok tani ;
f. perwakilan kelompok nelayan ;
g. perwakilan kelompok perajin ;
h. perwakilan kelompok perempuan ;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak
; dan/atau
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin.
12. (3) Selain unsur masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Musyawarah Desa
dapat melibatkan unsur masyarakat lain
sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(5) Dalam hal di perlukan, Musyawarah Desa
menghadirkan narasumber yang berasal dari :
a. Pemda Prov atau Pemda Kab/Kota ;
b. Investor ;
c. Akademisi ;
d. Praktisi ; dan/atau
e. Organisasi Sosial Masyarakat.
13. • Apa yang Anda pahami tentang alur, proses dan
mekanisme penyelenggaraan Musyawarah Desa?
• Mengapa masyarakat, pemerintah desa, dan BPD
perlu terlibat dalam Musyawarah Desa?
• Sumber daya apa saja yang dibutuhkan dalam setiap
alur dan proses penyelenggaraan Musyawarah Desa?
15. 3. Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam
MusyawarahDesa
Refleksi Pengalaman Dalam Memfasilitasi Proses
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa:
• Penerapan prinsip-prinsip pengambilan keputusan
musyawarah desa selama melaksanakan musyawarah desa.
• Proses dan mekanisme pengambilan keputusan
musyawarah desa.
• Bagaimana peran pemangku kepentingan yang terlibat
dalam menindaklanjuti keputusan Musyawarah Desa.
• Potensi yang dapat dioptimalkan untuk membantu
penyelesaian sengketa akibat ketidaksepakatan dalam
mengambil keputusan dalam Musyawarah Desa.
16. Musyawarah Desa : Wahana
Demokratisasi Desa
Permendesa
PDTT Nomor 16
Tahun 2019
Tentang
Musyawarah
Desa
17. “Di Dunia ini tidak ada yang tidak berubah,
semuanya berubah , kecuali PERUBAHAN
ITU SENDIRI”
Terimakasih………