Dokumen menggunakan metafora tiga mangkok yang berisi wortel, telur, dan biji kopi yang direbus untuk menggambarkan tiga cara berhadapan dengan kesulitan hidup. Wortel mewakili menyerah, telur mewakili menjadi keras hati, sementara biji kopi mewakili tumbuh dan berkembang dari kesulitan. Dokumen menganjurkan agar kita belajar dari pengalaman dan menjadi lebih baik seperti biji kopi.