Beberapa pertanyaan mengenai anak berkebutuhan khusus (ABK) dan cara menyampaikan informasi kepada mereka. Ada pertanyaan tentang hubungan antara orang tua ABK dengan kelahiran anak ABK, metode terbaik untuk anak tuna rungu, serta ciri-ciri dini tunagrahita dan cara deteksi awal. Diskusi mencakup jawaban dan sanggahan dari beberapa narasumber.
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...ZainulHasan13
Konsep Keberagaman Peserta didik
Ada beberapa peserta didik yang memiliki keberagaman seperti:
Keberagaman Fisik:
Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan
Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya, ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi anggota tubuhnya.
Keberagaman Sensorik:
Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan
Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan pendengaran
Keberagaman Sosial ekonomi dan demografis:
Ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, miskin
Ada peserta didik dari perkotaan dan pedesaan
Ada peserta didik yang tinggal di perumahan dan masyarakat/perkampungan
Keragaman jenis lainnya:
Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya
Kemudian Sikap dan tindakan yang harus lakukan guru terhadap keberagaman peserta didik:
Menerima keragamaan peserta didik yang ada di kelas
Memahami perbedaan unik setiap individu peserta didik
Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta didik
Memberikan kebutuhan layanan pembelajaran, khususnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan tetap memberikan perhatian yang sama untuk kelas.
Materi Pembelajaran Hari 3 11102022
Sharing Hasil Bimtek Guru Pembimbing Khusus
SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Zainul Hasan, S. Si
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia
3. Mengetahui Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Anak Berkebutuhan Khusus ?
2. Bagaimanakah prevalensi Anak Berkebutuan Khusus di Indonesia ?
3. Apakah faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis, emosi, dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan pendidikan khusus.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya trauma akibat bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar. Pengalaman traumatis dapat menjadi hambatan dalam belajar karena mengganggu emosional siswa. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bisa jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi a
Sharing Bimtek Guru Pembimbing Khusus Materi Hari ke-3 SMP Ibrahimy Sukorejo ...ZainulHasan13
Konsep Keberagaman Peserta didik
Ada beberapa peserta didik yang memiliki keberagaman seperti:
Keberagaman Fisik:
Ada peserta didik yang tinggi, sedang, pendek untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik yang gemuk. Sedang, kurus untuk ukuran pada kelasnya
Ada peserta didik jenis kelamin dan perempuan
Ada peserta yang memiliki kelengkapan dan fungsi standar pada anggota tubuhnya, ada juga peserta didik yang memiliki hambatan dalam kelengkapan dan fungsi anggota tubuhnya.
Keberagaman Sensorik:
Ada peserta didik yang memiliki penglihatan tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan penglihatan
Ada peserta didik yang memiliki pendengaran tanpa hambatan, ada peserta didik yang memiliki hambatan pendengaran
Keberagaman Sosial ekonomi dan demografis:
Ada peserta didik dari keluarga kaya, sedang, miskin
Ada peserta didik dari perkotaan dan pedesaan
Ada peserta didik yang tinggal di perumahan dan masyarakat/perkampungan
Keragaman jenis lainnya:
Ada peserta dengan hambatan perilaku dan emosi, kesulitan belajar spesifik, autis, dan sebagainya
Kemudian Sikap dan tindakan yang harus lakukan guru terhadap keberagaman peserta didik:
Menerima keragamaan peserta didik yang ada di kelas
Memahami perbedaan unik setiap individu peserta didik
Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan ramah bagi semua peserta didik
Memberikan kebutuhan layanan pembelajaran, khususnya bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan tetap memberikan perhatian yang sama untuk kelas.
Materi Pembelajaran Hari 3 11102022
Sharing Hasil Bimtek Guru Pembimbing Khusus
SMP Ibrahimy 1 Sukorejo
Zainul Hasan, S. Si
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah anak berkebutuhan khusus oleh sebagian orang dianggap sebagai padanan kata dari istilah anak berkelaianan atau anak penyandang cacat. Anggapan seperti ini tentu saja tidak tepat, sebab pengertian anak berkebutuhan khusus mengandung makna yang lebih luas, yaitu anak-anak yang memiliki hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk di dalamnya anak-anak penyandang cacat. Mereka memerlukan layanan yang bersifat khusus dalam pendidikan, agar hambatan belajarnya dapat dihilangkan sehingga kebutuhannya dapat dipenuhi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia
3. Mengetahui Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep Anak Berkebutuhan Khusus ?
2. Bagaimanakah prevalensi Anak Berkebutuan Khusus di Indonesia ?
3. Apakah faktor penyebab Anak Berkebutuhan Khusus ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis, emosi, dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan pendidikan khusus.
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).
1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementara (Temporer)
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya trauma akibat bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, atau anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar. Pengalaman traumatis dapat menjadi hambatan dalam belajar karena mengganggu emosional siswa. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat bisa jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi a
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
4. • Kebutuhan khusus terjadi karena peserta didik
mengalami kelainan yang signifikan dari kondisi normal
sehingga peserta didik memerlukan bantuan khusus.
• Anak Berkebutuhan Khusus yaitu anak yang karena
kelainan yang dimilikinya memerlukan bantuan khusus
dalam pembelajaran agar mampu mengembangkan
potensinya secara optimal.
5. • Dilihat dari arah penyimpangan :
1. Kebutuhan khusus yang terkait dengan kondisi di atas
normal.
2. Kebutuhan khusus yang terkait dengan kondisi di
bawah normal
6. 1. Tunanetra
2. Tunarungu
3. Gangguan Komunikasi
4. Tunagrahita
5. Tunadaksa
6. Tunalaras
7. Anak Berkesulitan Belajar
8. Tunaganda
8. 1. Penyebab Prenatal : penyebab yang beraksi sebelum kelahiran
A. Penyebab Munculnya Kebutuhan Khusus
Kebutuhan khusus muncul karena peserta didik mimiliki kelainan yang mengakibatkan
memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyebab kelainan dapat dibagi menjadi tiga kategori :
2. Penyebab Perinatal : penyebab yang muncul pada saat waktu proses
kelahiran
3. Penyebab Postnatal : penyebab yang muncul setelah kelahiran
9. Berdasarkan agen pembawa kelainan pada dasarnya penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu
Penyebab bawaan (turunan) dan dapatan.
Penyebab yang berasal bawaan (turunan), selalu diasosiakan dengan keluarga atau orang tua ABK.
misalnya Tunarungu, tunanetra
Penyebab yang didapat atau dapatan, terjadi pada pada kelainan yang muncul dalam masa hidup anak
misalnya kelainan terjadi karena kecelakaan, penyakit, infeksi, trauma, dan pengaruh lingkungan
10. 01
DAMPAK KELAIANAN dan KEBUTUHAN KHUSUS
Dampak kelainan bagi anak
• Kelainan diatas normal yaitu anak yang mempuyai kemampuan atau bakat luar biasa atau
Yang disebut anak berbakat. Dampak sangat positif terhadap anak-anak ini. Disamping itu dia
akan menjadi frustasi karena berada di antara orang-orang dewasa, sedangkan dari segi usia
dia masih anak-anak.
• Kelainan dibawah normal, mempunyai dampak yang umumnya menghambat perkembangan
anak. Terlebih jika tidak mendapat layanan yang sesuai dengan kebutuhan khusus.
dampak kelaianan bagi anak sangat beragam. Ada anak yang kehilangan kepercayaan diri
merasa rendah diri, terhambat berbagai aspek perkembangannya.
11. 02 Dampak kelainan bagi keluarga
Dampak kelainan bagi keluarga, terutama orang tua sangat bervariasi. Ada orang tua yang
secara psrah menerima kenyataan yang mereka hadapi, namun tidak jarang yang merasa
terpukul, dan ada yang bersikap tidak peduli.
Sikap keluarga terhadap kelainan yang menimpa salah satu anggota keluarga dipengaruhi
Oleh banyak faktor diantaranya tingkat pendidikan, latar belakang budaya, status sosial
Ekonomi keluarga dan tentu saja jenis dan tingkat kelainan yang yang diderita.
Setiap keluarga yang menyadari ada anggota keluargannya yang menyandang kelainan
dibawah normal, lebih-lebih yang tingkat keparahannya cukup tinggi akan merasa terpukul.
diperlukan waktu yang cukup lama sampai keluarga dapat menerima kenyataan tersebut.
12. 03 Dampak kelainan bagi masyarakat
Sehubungan dengan dampak keberadaan ABK bagi masyarakat perlu dicatat bahwa masyarakat
di Indonesia sudah banyak yang peduli terhadap ABK. Ini dibuktikan dengan pendirian berbagai
Sekolah luar biasa (SLB) yang diprakarsai oleh masyarakat.
Keberadaan ABK memang mendorong masyarakat untuk berbuat sesuatu untuk membantu ABK
Tumbuh dan berkembang. Para ABK diharapkan dapat mengembangkan potensinya sehingga memiliki
keterampilan yang memungkinkan mampu menolong diri sendiri dan tidak menjadi beban masyarakat
Atau sumber masalah yang berkaitan dengan kriminal.
13. MODUL 2
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
KB 1.
Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah
Perkembangan Pendidikan Khusus di Indonesia
14. A. MAKNA DAN JENIS PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK
1. Makna Pelayanan Pendidikan
Pelayanan merupakan suatu jasa yang diberikan oleh
seseorang atau satu Lembaga untuk memenuhi
kebutuhan orang lain.
Istilah pelayanan Pendidikan atau layanan Pendidikan
sengaja ditekankan untuk anak berkelainan karena
anak ini memang mempunyai kebutuhan khusus yang
perlu pelayanan khusus pula.
15. 2. Jenis Pelayanan Pendidikan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus.
a. Layanan Pendidikan yang berkaitan dengan bidang
Kesehatan dan fisik (Ahli terapi fisik)
b. Layanan Pendidikan yang berkaitan dengan
kebutuhan emosional social (Psikolog dan tenaga
social)
c. Layanan Pendidikan yang memang berkaitan
langsung dengan kebutuhan Pendidikan (melibatkan
beberapa ahli dinidang Pendidikan dan psikolog)
16. B. SEJARAH PERKEMBANGAN LAYANAN PENDIDIKAN KHUSUS
Keberadaan para penyandang kelainan dapat ditandai sejak zaman purba yang masih primitive,
sampai zaman yang paling mutakhir yang ditandai dengan kecanggihan teknologi. Pada awalnya,
perlakuan terhadap para penyandang kelainan sangat menyedihkan oleh karena pengaruh mistik
dan berbagai kepercayaan para penyandang kelainan dikucilkan, bahkan ada yang dimusnahkan
Ketika masih bayi. Layanan Pendidikan terhadap penyandang kelainan dapat ditelusuri mulai abad
ke-16 Ketika di spanyol seorang anak tunarungu sejak lahir berhasil dididik. Dengan demikian,
peristiwa ini merupakan titik asal berdirinya sekolah untuk tuna rungu. Di Amerika keberadaan
layanan Pendidikan ini, terutama bagi anak tunagrahita, wicara dan tunanetra secara formal baru
mulai pada tahun 1817 dan di Indonesia pelayanan Pendidikan khusus yang berupa Pendidikan
Luar Biasa (PLB) dapat ditelusuri mulai tahun 1901, Ketika Institut untuk Tunanetra didirikan di
Bandung.
Peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, yang merupakan
pedoman untuk menyelenggarakan PLB menetapkan bahwa setiap anak berhak mendapat
Pendidikan sesuai dengan jenis kelainan yang disandangnya. Sejalan dengan peraturan tersebut,
SLB dibedakan menjadi SLB-A untuk tunanetra, SLB-B untuk tunarungu, SLB-C untuk tunagrahita,
SLB-D untuk anak tunadaksa, dan SLB-E untuk anak tunalaras. Disamping itu, untuk anak berbakat
sebenarnya dibuka SLB-F, dan untuk tunaganda disediakan SLB-G.
17. KB 2
Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
A. Pelayanan Pendidikan Segregasi, Integrasi, dan Inklusi.
Layanan Pendidikan Segregasi Layanan Pendidikan Integrasii
Layanan Pendidikan Inklusi
a. ABK akan mendapat
perlakuan/perhatian yang lebih
intensif karena para guru memang
disiapkan khusus untuk melayani
mereka.
b. Para ABK merasa senasib
sehingga dapat bergaul lebih
akrab.
c. Keinginan untuk bersaing dalam
Pendidikan segregasi mungkin
lebih tinggi karena para ABK
merasa mempunyai kemampuan
setara sehingga kesempatan untuk
unggul akan semakin terbuka.
Menyediakan Pendidikan bagi
ABK disekolah yang sama
dengan anak normal. Para ABK
dapat menghayati dunia yang
sama dengan anak normal,
demikian pula anak normal akan
mendapat kesempatan untuk
menghayati keanekaragaman
dalam hidup
Setiap anak diakui
sebagai bagian dari anak-
anak lain yang ada dalam
satu sekolah. Pada
praktiknya ABK
disekolahkan disekolah
yang terdekat dengan
tempat tinggalnya,
terlepas dari tingkat
kelainan yang disandang.
18. B. Jenis Layanan Pendidikan Khusus
1. Layanan di Sekolah Biasa
2. Sekolah Biasa dengan Guru Konsultan
3. Sekolah Biasa dengan Guru Kunjung
4. Model Ruang Sumber
5. Model Kelas Khusus
6. Model Sekolah Khusus Siang Hari
7. Model Sekolah dalam Panti Asuhan atau Rumah Sakit.
19. C. Pendekatan Kolaboratif dalam Pelayanan Pendidikan ABK.
Pelayanan Pendidikan untuk ABK merupakan satu kegiatan
atau proses yang sanagat kompleks yang memerlukan kerja
sama dari berbagai pakar/personel yang terkait dengan ABK.
Kerja sama atau kolaborasi diwujudkan dalam pertemuan
Bersama yang membahas kasus yang ditangani. Setiap
anggota tim akan membahas kasus dari bidang keahliannya
masing-masing, dan berdasarkan pembahasan tersebut. Tim
akan mengambil keputusan yang akan ditindaklanjuti oleh
seluruh anggota tim.
21. • Aris Bayu
• Apakah ortu ABK selalu melahirkan anak ABK?
• Metode terbaik utuk yang mengalami tuna rungu?
• Rita P
• Bagaimana cara menyampaikan kepada anak ABK? Apakah sama target anak yang
nrmal?
• Pembayun Ainis
• Apakah ada ciri khusus sejak dini anak yang memiliki tunagrahita? Apakah bisa
dideteksi sejak dini?