1. Cerita berlatar di sebuah rumah keluarga dan meja makan sebagai tempat perbincangan. 2. Darma berseteru dengan ayahnya karena memilih sekolah madrasah aliyah bukan sekolah umum seperti keinginan orangtuanya. 3. Darma juga bersikeras ingin kuliah teknik metalurgi bukan kedokteran seperti yang diharapkan orangtuanya.
BUDAYA BETAWI Mencakup Segala tentang Betawi.pptx.
Meja makan
1. MEJA MAKAN
OLEH : GAYUH PERMADI
DALAM RANGKA LOMBA PENULISAN SKENARIO FILM PENDEK
DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA
KOTA CILEGON
2. PREMIS :
“Darma hanya ingin mejadi dirinya sendiri, namun tak pernah
mudah memenuhi keinginannya”.
Sinopsis :
Darma selalu berusaha untuk membahagiakan ayahnya, memberikan
yang terbaik dan selalu membuat ayahnya bangga. Perjalanan
hidupnya tidak selalu sejalan dengan ayahnya terbukti dengan
selalu berseteru terhadap ayahnya.
FADE IN
17 April 2012
1.INT.RUANG MAKAN-MALAM
Cast: Bapak, Ibu dan Darma
Suasana ruangan hening, hanya jam dinding tua yang berdetak.
Meja makan sudah selesai dirapihkan hanya tersisa beberapa
gelas air minum dan juga selembar surat yang terdapat tepat di
hadapan bapak.
Bapak :
(Menghela Nafas)
Darma… denger Bapak… Bapak kembali dipanggil sama guru kamu.
Darma :
(hanya terdiam) , matanya hanya bisa menatap kosong gelas air
putih didepanya. Pelan-pelan bibirnya mulai membuka dan ingin
mulai bicara. Tetapi belum Darma bicara, Bapak sudah
melanjutkan ucapannya.
3. Bapak :
(Berbicara lembut)
“Kamu kenapa selalu begini dek, selalu terulang untuk hal-hal
yang sama”.
Darma :
(Tenang dan Santai)
“Iya pak, maafkan Darma (hening sejenak).. Darma tidak
bermaksud mengecewakan bapak cuma tidak bagaimana lagi pak,
ini soal prinsip dan hidup saya pak.”
Bapak yang masih mengenakan sarung, seragam kebangsaannya
dimanapun dirinya berada. Seragam yang membuatnya bangga
terutama saat dirinya berada di atasa mimbar masjid. Seragam
yang selalu menemaninya saat mengajar anak-anak remaja selepas
Waktu Shalat Maghrib sampai sebelum Isya.
Bapak :
(Tegas namun dengan suara yang lembut)
“Memangnya prinsip kamu seperti apa?. Memangnya hidup kamu
ingin bagaimana?. Mengapa kamu tidak pernah mau mengikuti
ucapan dan arahan dari bapak dan ibu.”
Ibu yang daritadi hanya diam dan menatap kedua lelaki
kesayangannya kemudian mulai berbicara.
Ibu :
4. (Nada Lirih)
“Dek, kenapa adek mesti melakukan hal ini. Memang ada yang
salah dengan kami?. Sampai adek tidak bisa menuruti perkataan
dari kami.”
Darma :
“Tidak bu, tidak ada yang salah dan dipersalahkan. Ini bukan
tentang baik dan benar. Ini tentang perjalanan hidup
seseorang, ini tentang prinsip dan ini tentang sebuah cita-
cita.”
Bapak :
(dengan nada agak meninggi)
“Kamu memang keras kepala, daridulu selalu seperti ini tidak
pernah bisa memahami maksud dan tujuan dari bapak ibu. Untuk
kali ini kamu menurutlah kepada kami.”
DISSOLVE TO :
17 JUNI 2009
2. INT. RUANG MAKAN-MALAM
Cast : Bapak, Ibu, Dimas, dan Darma
Setelah Bapak mengajar mengaji anak-anak di sekitar rumah
mereka berkumpul di ruang makan. Meja makan selalu menjadi
saksi tentang perbincangan mereka sekeluarga. Saksi perjuangan
dan tempat berjuang. Di meja makan tersebut mereka selalu
makan malam bersama, selalu berbagi cerita setalah makan,
selalu menjadi tempat nyaman bagi buku-buku mereka dalam
belajar setelah makan dan berbincang selesai.
5. Meja makan itulah tempat paling sering mereka menghabiskan
waku bersama, tempat yang selalu digunakan oleh mereka
sekeluarga. Bapak mereka selalu mengajarkan, bahwa setiap
harinya mereka harus bisa berkumpul bersama entah untuk makan,
entah untuk yang lainnya. Bapak berpendapat bahwa dalam hidup
berkeluarga paling penting adalah berkomunikasi, dan salah
satu cara yang dilakukan bapak adalah dengan mengumpulkan
seluruh anggota dalam meja makan. Tempat yang menjadi ruang
rapat keluarga kami dan keputusan, sama halnya pada saat malam
itu
Bapak :
(Pelan dan Lembut)
“Darma, jadi gimana kamu mau pilih mana?. Ikuti apa yang kami
pilih ya, dek?. Menurutlah dengan yang kami arahkan. Ini yang
terbaik.”
Ibu :
(Mengiba)
“Iya, dek. Ikuti apa kata kami ya. Kami selalu menginginkan
kamu menjadi yang terbaik dan akan memberikan yang terbaik
juga untuk kamu dek.”
Dimas :
(Semangat mengarahkan)
“Iya, dek. Sudah kamu ikuti apa kata bapak dan ibu. Sekolah
ditempat sekolah akang,dek. Sekolah favorit, sekolahnya impian
semua murid.”
6. Kakak, Bapak dan Ibu semuanya mencoba membujuk Darma untuk
mengikuti apa yang mereka inginkan, agar mau bersekolah di
Sekolah umum. Yaitu di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Darma hanya tersenyum dan menatap mereka bertiga dengan penuh
percaya diri, Bocah yang masih berumur tiga belas tahun
tersebut tetap pada pendiriannya, tetap pada prinsipnya tetap
pada cita-citanya.
Darma :
(Semangat dan Percaya diri)
“Pak, Bu, Kang. Darma mau menuruti kalian, tapi nanti itu
tidak sesuai dengan keinginan Darma. Saya Takut nanti saya
malah tidak bisa mengoptimalkan diri. Saya takut nanti tujuan
saya tidak bisa tercapai, saya takut nanti mengkhinati mimpi
saya sendiri.”
Dimas :
(Kecewa)
“Kamu mau apa sih dek, disana. Disana kamu ga akan bisa
berbuat banyak, fasilitas disana tidak lengkap. Kamu tidak
akan bisa berkembang dek.”
Bapak :
(Memohon)
“Iya dek, dengerin kata kang Dimas. Nanti kamu tidak bisa
maksimal disana. Prestasi kamu tidak akan melejit seperti
halnya ketika kamu saat ini.”
Ibu :
(Mengiba)
7. “Dek, memang tidak sayang dengan prestasi kamu. Kamu
mendapatkan nilai ujian tertinggi sekota Cilegon. Bukan hanya
kami yang berharap kamu ke sekolah terbaik tapi guru-guru dan
teman-teman kamu satu sekolah.”
Darma :
(menghela nafas, bingung)
“Memang kenapa, bila Darma di sekolah Madrasah.. tidak jelek-
jelek banget seperti yang bapak dan ibu pikirkan dan menurut
Darma tempat tidak terlalu menentukan kesuksesan. Karna yang
menentukan kesuksesan adalah diri kita sendiri.”
Bapak :
(Tegas dan sedikit emosi)
“Tidak bisa, kamu harus masuk ke sekolah umum. Jangan sia
siakan bakat dan kepinteran kamu. Lagi kamu bakal dapat apa
bila sekolah disana?.”
Ibu
(melirih)
“Iya Dek, kasihan dengan apa yang kamu miliki.”
Darma :
“Tidak bisa bapak, Ibu. Saya hanya ingin sekolah di madrasah
Aliyah. Saya ingin belajar Agama ini dengan baik,
mengamalkannya dan menjadi manusia yang bermanfaat dan
terakhir saya hanya ingin belajar mengaji lebih baik lagi.
Saya hanya ingin membantu Bapak mengajari anak-anak disini
mengaji.
8. Bapak dan Ibu tidak bisa berkata apa-apa, mereka hanya menahan
butiran-butiran airmata.
Bapak :
(Melirih)
“Itu tujuan kamu, dek.”
Darma :
(Dengan semangat)
“Darma Cuma ingin kegiatan mengaji setelah shalat maghrib
terjaga dengan baik di Kota Ini dan berusaha agar bisa benar-
benar mewujudkan kota santri dan religi. Saya masih khawatir
dengan hilangnya penerus seperti ayah yang setia mengajarkan
anak-anak mengaji.”
Suasana di Meja Makan hening, hanya suara menahan sesegukan
dari Ibu.
CUT TO :
17 April 2012
Meja makan masih dalam keadaan dingin, batik bermotif badak
tampak menyelimuti meja makan. Batik bercorak hitam dan biru
adalah warna kesukaan dari ibu. Meja makan adalah tempat Ibu
memamerkan setiap minggunya koleksi batik berwarna hitam dan
biru. Hal yang tidak lazim bagi sebuah meja makan, namun
itulah yang membedakan meja makan mereka dengan yang lain.
Bapak :
(Memohon)
9. “Sekali lagi Darma, bapak memohon kepadamu untuk mewujudkan
cita-cita Bapak dan Ibu. Kami ingin mempunyai anak seorang
dokter. Kamu mempunyai kemampuan tersebut dek. Kamu mempunyai
bakat untuk itu. Lagi pula surat undangan dari Kampus ternama
didepok sudah kamu dapatkan. Dan Guru Bimbingan konseling yang
bapak temui tadi siang mengatakan bahwa peluang kamu besar
untuk masuk kesana, bahkan ditawarkan oleh kampus tersebut.”
Darma :
(menghela nafas)
“Bapak, Ibu… Drma sudah dengar informasi tersebut dari ibu
guru BK. Sebelum bapak dan Ibu dipanggil hari sebelumnya bapak
sudah mendapatkan informasi tersebut tetapi memang Darma tidak
ingin masuk pada dunia kedokteran, Darma tidak ingin menjadi
Dokter. Itu bukan impian Darma.”
Ibu :
(membujuk)
“Ayolah dek, biarkan kami mengarahkanmu. Biarkan diri kamu
menjadi manfaat. Sama seperti halnya kamu mengajarkan ngaji
anak-anak selama ini. Bukankah cita-cita kamu ingin menjadi
orang yang bermanfaat?. Sekaranglah waktunya untuk kamu
menjadikan diri sebagai orang yang bermanfaat.”
Bapak dan Ibu kemudian menghampiri Darma dan memegang tangan
Darma dan mengelus kepalanya.
Bapak :
(Membisikan)
10. “Jangan sia-siakan kesempatan ini dek, Ambil dan jadilah orang
yang bisa berguna bagi orang lain.”
Darma :
(tersenyum)
“Bapak,Ibu untuk menjadi orang yang bermanfaaat bukan hanya
menjadi dokter. Banyak profesi yang bisa menjadikan diri kita
manfaat. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk bisa menjadi
orang yang bermanfaat.”
Ibu :
(heran dan bingung)
“Lalu kamu mau kuliah dimana?. Mau jurusan apa yang ingin kamu
ambil?.”
Darma :
“Saya ingin ngambil kuliah di Jurusan Teknik Metalurgi.”
Bapak :
(Kaget dan shock)
“Itu jurusan apa dek?. Kuliah dimana itu nanti dek?.
Ibu mengiyakan pertanyaan sang bapak.
Darma :
(semangat)
“Jurusan yang membahas tentang logam, yang mempelajari
bagaimana mengolah logam dengan baik. Saya akan tetap kuliah
di kampus ternama yang berada di depok. Berkasnya akan Darma
masukan besok lewat Guru Bimbingan konseling.”
11. Bapak :
(Heran)
“Kamu mau apa lagi sih dek, dengan jurusan itu?. Kamu selalu
aneh aneh saja dek?.
Darma :
(dengan nanar)
“Darma ingin mempelajari logam dengan baik, ingin mengolah
logam dengan baik. Darma ingin meneruskan pekerjaan bapak,
ingin membuat golok dengan lebih baik dan lebih modern. Ingin
membawa nama Golok Banjarnegara dari Kota Cilegon menjadi
terkenal, menjadi sesuatu yang menjadi andalan dari kota ini.
Hanya ingin melestarikan dan membesarkanya.”
Bapak :
“Dek, kamu jangan mengikuti bapaklah nak. Kamu ingin seperti
kita, tidak punya apa-apa. Hidup dengan kekurangan yang hanya
mengandalkan jualan golok yang saat ini mulai sepi dan
tergerus oleh era modern.”
Darma :
“Karna itu pak, Darma ingin masuk jurusan ini. Darma Yakin
bila diolah dengan baik dan dibuat dengan baik hasilnya akan
jauh lebih baik. Pak, hidup bahagia itu bukan hanya tentang
materi dengan begini saja darma sudah lebih baik dan bahagia.”
Tanpa terasa airmata ibu dan bapak menetes ke meja makan.
Sebuah tempat yang selalu menjadi saksi perjuangan bagi
kehidupan keluarga mereka.
FADE OUT.