(1) Penduduk kampung membersihkan sungai yang dipenuhi sampah dan rumput panjang;
(2) Mereka membersihkan tebing dan dasar sungai serta membuang sampah;
(3) Kerja pembersihan selesai dalam sehari dan kini penduduk dapat menikmati sungai yang bersih.
Nama anggota kelompok :
- Ilham Baharuddin (1553010021)
- Andhika Anis Pratama (1553010026)
- M. Ficky Yasin (1553010035)
- Elfrizo B.W (1553010043)
- Matthew O’Reilly (1553010036)
- William Antonio (1553010024)
Program Studi : S1 Hospitality & Tourism
Mata Kuliah : Ekologi Lingkungan
Nama Dosen : Nelza Yesaya Hehamahua, ST. MM
Nama anggota kelompok :
- Ilham Baharuddin (1553010021)
- Andhika Anis Pratama (1553010026)
- M. Ficky Yasin (1553010035)
- Elfrizo B.W (1553010043)
- Matthew O’Reilly (1553010036)
- William Antonio (1553010024)
Program Studi : S1 Hospitality & Tourism
Mata Kuliah : Ekologi Lingkungan
Nama Dosen : Nelza Yesaya Hehamahua, ST. MM
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering sekali terjadi di sekitar kita, karena semakin padatnya jumlah penduduk dan semakin padatnya pemukiman sehingga menyebabkan lamanya penyerapan air kedalam tanah. Salah satunya seperti banjir yang terjadi di Bandung Selatan. Banjir di Bandung Selatan disebabkan oleh meluapnya debit air Sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat. Sejarah mencatatkan sungai Citarum merupakan sumber penghidupan masyarakat di tanah sunda sejak masa prasejarah. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS di Indonesia yang dikategorikan sebagai DAS super kritis. Meningkatnya kejadian banjir di DAS Citarum banyak disebabkan oleh faktor-faktor non-alami karena ulah manusia. Deforestasi dan perubahan tata guna lahan di lanskap alami-binaan pada musim hujan telah meningkatkan air larian dan laju erosi yang memicu terjadinya banjir. Dampak yang diakibatkan oleh banjir, yaitu timbulnya penyakit-penyakit, melumpuhkan sektor perekonomian, pertanian, perikanan, transportasi, dan kerugian administratif. Banjir dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah seperti kesadaran tiap warga dengan tidak membuang sampah disembarang tempat, rutin membersihkan pintu air, memperdalam dan memperlebar ukuran sungai-sungai besar guna memperlancar aliran air di sungai tersebut, serta giat melakukan sosialisasi tentang sebab-akibat banjir. Cara menanggulangi banjir, yaitu memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya, larangan membuat rumah di dekat sungai, dan menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi.
ABSTRAK
Banjir merupakan salah satu masalah yang sering sekali terjadi di sekitar kita, karena semakin padatnya jumlah penduduk dan semakin padatnya pemukiman sehingga menyebabkan lamanya penyerapan air kedalam tanah. Salah satunya seperti banjir yang terjadi di Bandung Selatan. Banjir di Bandung Selatan disebabkan oleh meluapnya debit air Sungai Citarum. Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat. Sejarah mencatatkan sungai Citarum merupakan sumber penghidupan masyarakat di tanah sunda sejak masa prasejarah. Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan salah satu DAS di Indonesia yang dikategorikan sebagai DAS super kritis. Meningkatnya kejadian banjir di DAS Citarum banyak disebabkan oleh faktor-faktor non-alami karena ulah manusia. Deforestasi dan perubahan tata guna lahan di lanskap alami-binaan pada musim hujan telah meningkatkan air larian dan laju erosi yang memicu terjadinya banjir. Dampak yang diakibatkan oleh banjir, yaitu timbulnya penyakit-penyakit, melumpuhkan sektor perekonomian, pertanian, perikanan, transportasi, dan kerugian administratif. Banjir dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah seperti kesadaran tiap warga dengan tidak membuang sampah disembarang tempat, rutin membersihkan pintu air, memperdalam dan memperlebar ukuran sungai-sungai besar guna memperlancar aliran air di sungai tersebut, serta giat melakukan sosialisasi tentang sebab-akibat banjir. Cara menanggulangi banjir, yaitu memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya, larangan membuat rumah di dekat sungai, dan menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi.
3. Pada 13.09.2010 seramai 31 orang penduduk kampung yang diketuai
oleh Ketua kaum iaitu En. Benidict ak Jalak telah bergotong-rotong
membersihkan sungai ngiyang yang merentasi Kampung Sebintin.
Keadaan anak sungai tersebut sungguh menyedihkan dipenuhi dengan
sampah –sarap dan rumput yang panjang menutupi tebing sungai
sehingga ke dasarnya.
Selepas kerja pembersihan dilakukan barulah keadaan air dapat
mengalir dengan lancar dan sampah –sarap dipunggut dan dikumpul di
satu tempat khas untuk dibakar.
Kerja-kerja pembersihan adalah seperti menebas rumput dikedua belah
tebing, menyembur racun rumput di sepanjang tebing dan membuang
sampah-sarap yang terbenam di dasar sungai kerana menyekat aliran
air.
Kerja pembersihan sungai ini dapat dilakukan dengan lancer tanpa
sebarang masalah dan siap dalam masa sehari suntuk. Kini penduduk
kampung dapat menikmati pemandangan yang indah dan bersih di
sepanjang sungai tersebut.