Dokumen tersebut memberikan pedoman penulisan kutipan dan daftar pustaka dalam penulisan karya ilmiah. Terdapat penjelasan tentang cara mengutip secara langsung maupun tidak langsung, penulisan kutipan yang diperpendek, serta unsur-unsur yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka seperti nama penulis, judul, tahun terbit, dan penerbit.
PKM adalah singkatan dari Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Dikti guna memberi ruang untuk para Mahasiswa menunjukkan kreativitasnya. Proposal ini alhamdulilah lolos dan masih dalam proses penelitian
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
PKM adalah singkatan dari Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Dikti guna memberi ruang untuk para Mahasiswa menunjukkan kreativitasnya. Proposal ini alhamdulilah lolos dan masih dalam proses penelitian
bersama pak wisnu gtg
pas ini aku tidur di kelas haha --" tp pas menit terakhir aja kok dan tetep nyatet tapi ya gitu catetannya ga kebaca haha
ngerjainnya pas studio haha ~
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanIwan Syahril
Pendidikan guru menentukan kualitas guru. Semakin baik pendidikan guru sebuah sistem, semakin baik kualitas guru-gurunya. Fondasi pendidikan guru di awal kemerdekaan Indonesia lebih kuat untuk guru sekolah dasar dibanding sekolah menengah. Sejumlah orang Indonesia, walaupun jumlahnya sangat kecil, mendapat pendidikan guru SD yang sangat baik di zaman Belanda. Namun hampir tdk ada yg mendapat pendidikan guru utk menjadi guru di sekolah menengah. Karena itu di awal kemerdekaan, Indonesia membentuk fondasi pendidikan guru utk sekolah menengah dengan visi yg sangat progresif untuk masa itu: pendidikan guru setingkat universitas. Berdirilah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) tahun 1954.
Sayangnya, pendidikan guru terganggu dinamika politik, baik di masa Orde Lama & Orde Baru. Di masa Orde Lama, seperti halnya organisasi guru, pendidikan guru pun terpengaruh dinamika pro & anti komunis, sehingga terpecah dua. IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) adalah hasil kesepakatan penyatuan 2 aliran lembaga pendidikan guru tsb, yg difasilitasi oleh Presiden Sukarno. Data statistik menunjukkan sekitar 50% atau lebih sekolah guru beserta siswa & gurunya hilang karena revolusi 1960an. Akibatnya, di awal Orde Baru terjadi kekurangan guru & pendidik guru yg signifikan.
Di masa Orde Baru, Presiden Suharto melakukan depolitisasi dan menuntut mono-loyalitas semua guru & pendidik di sekolah guru. Semuanya harus masuk partai pemerintah Golongan Karya. Budaya PNS mulai menggantikan budaya profesional, sehingga terjadi de-profesionalisasi guru & pendidikan guru. Selain itu, pendidikan guru dilakukan serba darurat, super cepat utk memenuhi pemesanan rekrutmen massal ratusan ribu guru di sekolah dasar & sekolah menengah. Mutu pun semakin menurun, semakin menjauh dr budaya profesional dan budaya intelektual. Ini diperparah dengan proliferasi lembaga pendidikan guru swasta yg umumnya tdk bermutu baik.
Ketika SPG dihapus th 1989, menurut saya, terjadi pemutusan keahlian & legasi tradisi pendidikan keguruan yg baik dari zaman Belanda. Guru-guru SPG tdk langsung mendapat tempat di IKIP karena kualifikasi pendidikan mereka blm bisa menjadi dosen.
Sementara itu banyak kalangan menyangsikan kualitas lulusan IKIP terutama karena mereka tdk dianggap menguasai ilmu pelajaran yang diampunya. Sekolah pendidikan guru jg banyak menerapkan “kurikulum fleksibel” sejak tahun 1980an karena hanya 50%-60% lulusannya yg terserap menjadi guru. Di akhir tahun 1990an, mulailah IKIP menjadi universitas, dg harapan terjadi penguatan penguasaan konten dari calon-calon guru di IKIP. Sayangnya hingga sekarang, masalah ini tampaknya belum terselesaikan.
Orde reformasi dg desentralisasinya menuntut penataan ulang pengelolaan guru & pendidikan guru, & hingga saat ini masih perlu penyempurnaan di sana sini. Sertifikasi guru, sebuah terobosan masif & mahal utk peningkatan kualitas guru & pendidikan guru Indonesia, belum terlihat dampaknya terhadap kualitas pendidikan Indonesia.
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah DasarRoHim MohaMad
untuk mempermudah dan membatasi masalah dalam melakukan kegiatan wawancara dan observasi, maka perlu dibuat suatu instrumen, sehingga masalah tidak terlalu meluas dan data yang ingin diperoleh juga dapat secepatnya didapatkan
Sejarah Guru dan Pendidikan Guru di Indonesia dari Zaman ke ZamanIwan Syahril
Pendidikan guru menentukan kualitas guru. Semakin baik pendidikan guru sebuah sistem, semakin baik kualitas guru-gurunya. Fondasi pendidikan guru di awal kemerdekaan Indonesia lebih kuat untuk guru sekolah dasar dibanding sekolah menengah. Sejumlah orang Indonesia, walaupun jumlahnya sangat kecil, mendapat pendidikan guru SD yang sangat baik di zaman Belanda. Namun hampir tdk ada yg mendapat pendidikan guru utk menjadi guru di sekolah menengah. Karena itu di awal kemerdekaan, Indonesia membentuk fondasi pendidikan guru utk sekolah menengah dengan visi yg sangat progresif untuk masa itu: pendidikan guru setingkat universitas. Berdirilah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) tahun 1954.
Sayangnya, pendidikan guru terganggu dinamika politik, baik di masa Orde Lama & Orde Baru. Di masa Orde Lama, seperti halnya organisasi guru, pendidikan guru pun terpengaruh dinamika pro & anti komunis, sehingga terpecah dua. IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) adalah hasil kesepakatan penyatuan 2 aliran lembaga pendidikan guru tsb, yg difasilitasi oleh Presiden Sukarno. Data statistik menunjukkan sekitar 50% atau lebih sekolah guru beserta siswa & gurunya hilang karena revolusi 1960an. Akibatnya, di awal Orde Baru terjadi kekurangan guru & pendidik guru yg signifikan.
Di masa Orde Baru, Presiden Suharto melakukan depolitisasi dan menuntut mono-loyalitas semua guru & pendidik di sekolah guru. Semuanya harus masuk partai pemerintah Golongan Karya. Budaya PNS mulai menggantikan budaya profesional, sehingga terjadi de-profesionalisasi guru & pendidikan guru. Selain itu, pendidikan guru dilakukan serba darurat, super cepat utk memenuhi pemesanan rekrutmen massal ratusan ribu guru di sekolah dasar & sekolah menengah. Mutu pun semakin menurun, semakin menjauh dr budaya profesional dan budaya intelektual. Ini diperparah dengan proliferasi lembaga pendidikan guru swasta yg umumnya tdk bermutu baik.
Ketika SPG dihapus th 1989, menurut saya, terjadi pemutusan keahlian & legasi tradisi pendidikan keguruan yg baik dari zaman Belanda. Guru-guru SPG tdk langsung mendapat tempat di IKIP karena kualifikasi pendidikan mereka blm bisa menjadi dosen.
Sementara itu banyak kalangan menyangsikan kualitas lulusan IKIP terutama karena mereka tdk dianggap menguasai ilmu pelajaran yang diampunya. Sekolah pendidikan guru jg banyak menerapkan “kurikulum fleksibel” sejak tahun 1980an karena hanya 50%-60% lulusannya yg terserap menjadi guru. Di akhir tahun 1990an, mulailah IKIP menjadi universitas, dg harapan terjadi penguatan penguasaan konten dari calon-calon guru di IKIP. Sayangnya hingga sekarang, masalah ini tampaknya belum terselesaikan.
Orde reformasi dg desentralisasinya menuntut penataan ulang pengelolaan guru & pendidikan guru, & hingga saat ini masih perlu penyempurnaan di sana sini. Sertifikasi guru, sebuah terobosan masif & mahal utk peningkatan kualitas guru & pendidikan guru Indonesia, belum terlihat dampaknya terhadap kualitas pendidikan Indonesia.
Instrumen Wawancara dan Observasi KKL di Sekolah DasarRoHim MohaMad
untuk mempermudah dan membatasi masalah dalam melakukan kegiatan wawancara dan observasi, maka perlu dibuat suatu instrumen, sehingga masalah tidak terlalu meluas dan data yang ingin diperoleh juga dapat secepatnya didapatkan
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. Nama Kelompok :
1. Eliyana Hanit Robati
2. Ernanda Febriyanti
3. Fitri Nur Kholila
4. Nina Tri Lestari
5. Novi Kumala Dewi
2. Pengutipan dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Namun pengutipan sebaiknya
dilakukan secara tidak langsung untuk
menghindari parade pengutipan.
Pengutipan secara langsung hendaknya
dilakukan hanya atas pernyataan-pernyataan
yang “fenomenal” atau “monumental” dari tokoh
atau karya legendaris.
3. 1. Kutipan Kurang dari 40 Kata
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata
ditulis diantara tanda kutip(“...”) sebagai
bagian yang terpadu dalam teks utama, dan
diikuti nama penulis, tahun dan nomor
halaman. Nama penulis dapat ditulis secara
terpadu dalam teks atau menjadi satu
dengan tahun dan nomor halaman didalam
kurung.
4. 1. Nama penulis disebut dalam teks secara terpadu
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat
antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar.”
2. Nama penulis disebut bersama dengan tahun penerbitan dan
nomor halaman
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat
antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto,
1990:123).
Keterangan: Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda
kutip tunggal (‘...’)
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecenderungan
semakin banyak ‘campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin
rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan “
(Soewignyo, 1991:101).
5. Ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang
mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri
dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor
halaman juga harus ditulis. Contoh :
Smith (190:276) menarik kesimpulan sebagai berikut.
The ‘placebo effect’ which had been verified in previous
studies, disappeared when behaviors were studied in this
manner. Furthermore, there behaviors were never
exhibited again, even when real drugs were administered.
Earlier studies were clearly premature in attributing the
result to a placebo effect.
Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru lagi, garis
barunya dimulai 1,2cm dari tepi kiri garis teks kutipan.
6. 3. Kutipan yang sebagian dihilangkan
a) Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata
dalam kalimat yang dibuang, maka kata-kata
yang dibuang diganti dengan tiga titik.
Contoh :
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah... diharapkan sudah
melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995:
278).
7. b) Apabila ada kalimat yang dibuang, maka
kalimat yang dibuang diganti dengan
empat titik.
Contoh :
“Gerak manipulatif adalah keterampilan
yang memerlukan koordinasi antara mata,
tangan, atau bagian tubuh lain .... Yang
termasuk gerak manipulatif antara lain
adalah menangkap bola, menendang bola,
dan menggambar” (Asim, 1995: 315).
8. Kutipan yang disebut secara tak langsung
atau dikemukakan dengan bahasa penulis
sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu
dalam teks. Nama penulis bahan kutipan
dapat disebut terpadu dalam teks, atau
disebut dalam kurung bersama tahun
penerbitannya. Jika memungkinkan nomor
halaman disebutkan. Perhatikan contoh
berikut.
9. Nama penulis disebut terpadu dalam teks.
Contoh :
Salimin (1990: 13) tidak menduga bahwa
mahasisiwa tahun ketiga lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat.
Nama penulis disebut dalam kurung
bersama tahun penerbitannya
Contoh :
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik
daripada mahasiswa tahun keempat
(Salimin, 1990: 13).
10. Cara Menulis Daftar Rujukan
Unsur-unsur daftar rujukan :
1. Nama penulis ditulis dengan urutan:
nama akhir, nama awal, dan nama
tengah, tanpa gelar akademik
2. Tahun penerbitan
3. Judul, termasuk anak judul (sub judul)
4. Kota tempat penerbitan
5. Nama penerbit
11. Alvesson, M. & Skoldberg, K. 2000. Reflexive Methodology:
New Vistas For Qualitative Research. London:
Sage Publications.
Soelaiman, D.A. (Ed.) 2003. Warisan Budaya Melayu Aceh.
Banda Aceh:Pusat Studi Melayu-Aceh (PUSMA).
Marzuki, M.S. 2009. Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal
(M.G. Waseso, Ed.). Malang:Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang.
12. Cahyono, C.H. 2006. Ensiklopedia Politik (Volume 3).
Surabaya: Usaha Nasional.
Dealey, C. 1999. The Care of Wounds: A Guide for
Nurses. Oxford: Blackwell Science. Dari
NetLibrary, (Online), ( ),
diakses 24 Agustus 2007.
Longman Dictionary of the English Language. 1984.
Harlow, Essex: Langman.
13. Mappiare-AT, A., Ibrahim, A.S. & Sudjiono. 2009. Budaya
Konsumsi Remaja-Pelajar di Tiga Kota Metropolitan
Pantai Indonesia. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), 16
(1): 12-21, Diakses 25 Desember
2009.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta:PT Armas
Duta Jaya.
Meter, G.I. 2003. Hubungan antara Perilaku Kepemimpinan, Iklim
Sekolah dan Profesionalisme Guru dengan Motivasi Kerja
Guru pada SMU Negeri di Provinsi Bali. Disertasi tidak
diterbitkan. Malang: PPs UM.
14. Noor, I.H.M. 2006. Model Pelatihan Guru dalam
Menerapkan Kurikulum Bahasa Inggris, (Online),
(http://www.Depdiknas.go.id/jurnal/30/model
pelatihan gurudalam_menara.html), diakses 14
Mei 2006.
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet
Sites. NETTRAIN Discussion List,
(Online),( ),
diakses 22 Nopember 1995.
15. 11. Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996.
Learning to Use Web Authoring Tools. E-mail
kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).
12. Rujukan Artikel Jurnal dari Kumpulan Artikel
pada Internet
Brimi, H. 2009. Academic Instructors or Moral
Guides? Moral education in America and the
Teacher’s Dilemma. The Clearing House, 82(3):
hlm.125, (Online), dalam ProQuest
(http://proquest.umi.com/pqdwb?did=16116010
91&sid=4&Fmt=3&clientId=83321&RQT=309&v
Name=PQD), diakses 6 Februari 2010.