Dokumen ini membahas kebijakan layanan ambulans di Indonesia dan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang meliputi ambulans. Dokumen ini menjelaskan tujuan dan regulasi terkait SPGDT dan ambulans serta data jumlah ambulans di seluruh Indonesia."
2. suatu mekanisme pelayanan pasien gawat darurat yang
terintegrasi dengan menggunakan kode akses
119
dan melibatkan masyarakat
(Peraturan Menteri Kesehatan No 19 Tahun 2016)
LATAR BELAKANG
Pelayanan
ambulans sesuai
standar
Pendataan jumlah
ambulasn yang
tersedia tiap
kabupaten kota
Sistem registrasi
ambulans yang
belum sama
Eskalasi
(massal)
SPGDT sehari-hari LENGKAP dengan ambulans
sesuai standar
Perlu sistem yang terpadu didukung dengan layanan ambulans
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT
DARURAT TERPADU ( SPGDT ) :
Mulai dari jenis, bentuk,warna, peralatan, SDM dll
3. Regulasi Terkait SPGDT
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 19 Tahun 2016 tentang SPGDT
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 882/Menkes/SK/X/2009 tentang
Pedoman Penanganan Evakuasi Medik
8. Surat Edaran Dirjen Yankes No. 2132 tahun 2018 tentang Pembentukan PSC
9. Surat edaran Dirjen Yankes No. 1624 tahun 2019 tentang Monev PSC 119
1. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
2. UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU 44 Tahun 2009 tentang RS
4. Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade
Aksi Keselamatan Jalan
4. Regulasi Terkait Ambulans
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 143 Menkes-Kesos/SK/II/2001
tanggal 23 Februari 2001 Tentang Standarisasi Kendaraan Pelayanan
Medik
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
882/Menkes/SK/X/2009 tentang Pedoman Penanganan Evakuasi Medik
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 122);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1221);
5. Tujuan Manajemen Pelayanan Ambulans
• Memudahkan dalam pengaturan serta monitoring pelayanan
Ambulans di Indonesia
• Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan ambulans
bagi pemangku kepentingan, manajemen fasyankes, dan
penyelenggara pelayanan kesehatan lainnya.
• Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
• Publik Safety Center (PSC) 119
• Pelayanan khusus seperti Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Palang
Merah Indonesia (PMI), Pelayanan Ambulans Jalan Tol.
• Institusi penyedia layanan evakuasi medik.
6. Meningkatkan akses
dan mutu pelayanan
kegawatdaruratan
Mempercepat
respon penanganan
korban
Menyelamatkan jiwa
dan mencegah
kecacatan
SPGDT
RESPON
CEPAT
YAN GADAR
OLEH
NAKES
YAN
AMBULANS
MELIBATKAN
MASYARAKAT
SISTEM
KOMUNIKASI
Time Saving Is
Life And Limb
Saving
TUJUAN SPGDT
7. Penyelenggaraan Layanan Ambulans Terdiri :
1. Jenis Ambulans
2. Persyaratan umum Kendaraan Ambulans
3. Sumber Daya Manusia di dalam Ambulans
4. Spesifikasi Minimal Interior Ambulans
5. Tata Tertib Berkendaraan Ambulans
6. Alat Komunikasi
7. Penyelenggara Pelayanan Ambulans
8. Pembiayaan
9. Tata Laksana Pelayanan Ambulans
8. LAYANAN EMERGENSI DALAM SPGDT
LOKASI KEJADIAN
(PRA FASYANKES)
- SDM terlatih
- Respon evakuasi yg
cepat dan tepat
- Akses dan sistem
komunikasi yg mudah
dijangkau
- Response time
sesegera mungkin
- Triase yg sesuai
standar
- Tindakan ABCD yg
cepat dan tepat
-Kelayakan jalan
kendaraan (ambulans)
- Kelengkapan peralatan
medik dan non medik
ambulans
- Keterampilan Nakes
dan Non Nakes
Layanan Ambulans Gawat Darurat
INTRA FASYANKES ANTAR FASYANKES
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15. Penguatan SPGDT :
Rencana Kerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan TA 2019
Registrasi PSC 119
Manajemen Pelayanan Ambulans
Algoritma Operator NCC/PSC 119
Registrasi Ambulans
Penguatan Fasyankes sebagai
jejaring
16. Manajemen Pelayanan
Ambulans
Alur perizinan, alur registrasi.
Perizinan dan Registrasi Ambulans
Kualifikasi dan Keterampilan
SDM
Spesifikasi Ambulans
Kendaraan
Pencatatan dan Pelaporan
18. Dalam menyelenggaraan PSC 119, yang perlu
dilakukan monitoring dan evaluasi, terhadap :
a. Payung hukum dan regulasi
b. Lokasi
c. SDM
d. Sarana, prasarana, peralatan dan
e. Jaringan komunikasi / informasi
f. Peningkatan kemampuan teknis
g. Dokumen operasional pelayanan
h. Kinerja pelayanan
i. Jejaring kerja
j. Anggaran yang dibutuhkan
k. Inovasi pelayanan
1552 271 89 1124 65 0 3
19. Ambulans > Ambulans Gawat Darurat
Propinsi
Rumah Sakit
NAD 22
Sumatera Utara 44
Sumatera Barat 25
Riau 24
Jambi 15
Sumatera Selatan 38
Bengkulu 10
Lampung 19
Bangka Belitung 8
Kepulauan Riau 14
DKI Jakarta 53
Jawa Barat 92
Jawa Tengah 107
DI Yogyakarta 18
Jawa Timur 116
Banten 26
Bali 19
Nusa Tenggara Barat 12
Nusa Tenggara Timur 22
Kalimantan Barat 22
Kalimantan Tengah 15
Kalimantan Selatan 15
Kalimantan Timur 22
Kalimantan Utara 4
Sulawesi Utara 14
Sulawesi Tengah 16
Sulawesi Selatan 33
Sulawesi Tenggara 17
Gorontalo 5
Sulawesi Barat 8
Maluku 15
Maluku Utara 10
Papua Barat 12
Papua 27
Luar Negeri -
TOTAL 919
Ambulans > Ambulans Transport
Propinsi
PEMILIK
RUMAH SAKIT
NAD 38
Sumatera Utara 91
Sumatera Barat 48
Riau 44
Jambi 30
Sumatera Selatan 59
Bengkulu 21
Lampung 63
Bangka Belitung 18
Kepulauan Riau 24
DKI Jakarta 113
Jawa Barat 256
Jawa Tengah 242
DI Yogyakarta 48
Jawa Timur 282
Banten 75
Bali 35
Nusa Tenggara Barat 33
Nusa Tenggara Timur 37
Kalimantan Barat 30
Kalimantan Tengah 22
Kalimantan Selatan 27
Kalimantan Timur 31
Kalimantan Utara 8
Sulawesi Utara 27
Sulawesi Tengah 26
Sulawesi Selatan 53
Sulawesi Tenggara 24
Gorontalo 11
Sulawesi Barat 9
Maluku 24
Maluku Utara 13
Papua Barat 16
Papua 30
Luar Negeri -
TOTAL 1908
20. RINCIAN AMBULAN TRANSPORT DIMASING MASING DINAS KESEHATAN
Propinsi
Puskesmas Ranap Puskesman Non Ranap
NAD 177 121
Sumatera Utara 103 172
Sumatera Barat 82 115
Riau 88 95
Jambi 64 60
Sumatera Selatan 109 137
Bengkulu 36 56
Lampung 102 95
Bangka Belitung 23 28
Kepulauan Riau 39 30
DKI Jakarta 13 42
Jawa Barat 216 482
Jawa Tengah 321 352
DI Yogyakarta 47 43
Jawa Timur 501 260
Banten 59 159
Bali 35 81
Nusa Tenggara Barat 87 20
Nusa Tenggara Timur 89 90
Kalimantan Barat 70 78
Kalimantan Tengah 59 76
Kalimantan Selatan 39 109
Kalimantan Timur 87 68
Kalimantan Utara 20 25
Sulawesi Utara 60 53
Sulawesi Tengah 65 30
Sulawesi Selatan 210 109
Sulawesi Tenggara 80 92
Gorontalo 23 48
Sulawesi Barat 41 27
Maluku 41 71
Maluku Utara 35 54
Papua Barat 23 25
Papua 94 35
Luar Negeri - -
Total 3138 3338
GRAND TOTAL 6476
Kondisi pelayanan kegawatdaruratan di Indonesia yang dapat diamati saat ini yaitu belum adanya sistem penanganan kegawatdaruratan yang standar dan terintegrasi dan adanya fakta bahwa pelayanan kesehatan khususnya penanganan kegawatdaruratan perlu terus ditingkatkan untuk menekan angka kematian dan mencegah kecacatan, sehingga diperlukan suatu sistem terpadu yang didukung dengan sistem komunikasi, yang disebut SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu).
Payung hukum SPGDT yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2016 telah diundangkan pada tanggal 27 Mei 2016.
Dalam Permenkes tersebut SPGDT didefinisikan sebagai suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi 119, dengan melibatkan masyarakat.
Untuk pelayanan kegawatdaruratan sehari-hari (SPGDT sehari-hari) dilakukan oleh fungsi NCC 119 yang terintegrasi dengan PSC 119 dengan jejaringnya. Saat SPGDT sehari-hari mengalami eskalasi (massal) menjadi SPGDT bencana maka selain NCC dan PSC 119, pelayanan kegawatdaruratan juga dilakukan di bawah komando BNPB dan/atau BPBD.
Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan SPGDT, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai aturan terkait mulai dari Undang-undang sampai dengan Keputusan MK yang menjadi Dasar Hukum pelayanan Pra RS. Peraturan ini menjadi pegangan bagi petugas di lapangan. Bagi petugas kesehatan diminta untuk mematuhi dan menjalankan aturan tersebut agar kebutuhan masyarakat akan layanan emergensi dapat terjamin. Perlu kita ingat bahwa agar jangan sampai terjadi pasien emergensi ditolak oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan alasan apapun.
Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan SPGDT, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai aturan terkait mulai dari Undang-undang sampai dengan Keputusan MK yang menjadi Dasar Hukum pelayanan Pra RS. Peraturan ini menjadi pegangan bagi petugas di lapangan. Bagi petugas kesehatan diminta untuk mematuhi dan menjalankan aturan tersebut agar kebutuhan masyarakat akan layanan emergensi dapat terjamin. Perlu kita ingat bahwa agar jangan sampai terjadi pasien emergensi ditolak oleh fasilitas pelayanan kesehatan dengan alasan apapun.