Sirah Nabawiyah 66: Masuk Islamnya Bangsa JinAbuNailah
Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad ShallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta hikmah dan teladan yang bisa dipetik.
[Note: untuk powerpoint, dapat di download di http://pptsirahnabawiyah.wordpress.com/]
Ayat ini mengingatkan orang beriman untuk selalu berlaku adil dalam memberikan kesaksian, baik terhadap diri sendiri, orang tua, atau kerabat, tanpa memandang status sosial. Allah Maha Mengetahui kebaikan seseorang. Jangan ikuti hawa nafsu agar tetap pada kebenaran.
Konsekuensi cinta membutuhkan penyesuaian diri dengan orang atau hal-hal yang dicintai. Bagi mereka yang mencintai Allah, perlu mencintai siapa saja dan apa saja yang dicintai oleh Allah seperti orang-orang shalih, amal saleh, dan sifat-sifat mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan kembali umat Islam yang terpecah akibat godaan dan serangan musuh. Pembentukan kembali dimulai dari pembentukan pribadi melalui penanaman iman, ketakwaan, dan islamisasi hidup, serta semangat berjamaah. Hal ini sesuai teladan Rasulullah saw dalam mendakwahkan sahabat.
Dokumen tersebut membahas tentang maksud Islam sebagai agama rahmat. Islam dijelaskan sebagai rahmat melalui beberapa poin utama yaitu agama Islam sendiri, Al Quran, nilai-nilai akhlak yang diajarkan Islam, dan contoh perilaku Rasulullah.
Sirah Nabawiyah 66: Masuk Islamnya Bangsa JinAbuNailah
Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad ShallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta hikmah dan teladan yang bisa dipetik.
[Note: untuk powerpoint, dapat di download di http://pptsirahnabawiyah.wordpress.com/]
Ayat ini mengingatkan orang beriman untuk selalu berlaku adil dalam memberikan kesaksian, baik terhadap diri sendiri, orang tua, atau kerabat, tanpa memandang status sosial. Allah Maha Mengetahui kebaikan seseorang. Jangan ikuti hawa nafsu agar tetap pada kebenaran.
Konsekuensi cinta membutuhkan penyesuaian diri dengan orang atau hal-hal yang dicintai. Bagi mereka yang mencintai Allah, perlu mencintai siapa saja dan apa saja yang dicintai oleh Allah seperti orang-orang shalih, amal saleh, dan sifat-sifat mulia.
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan kembali umat Islam yang terpecah akibat godaan dan serangan musuh. Pembentukan kembali dimulai dari pembentukan pribadi melalui penanaman iman, ketakwaan, dan islamisasi hidup, serta semangat berjamaah. Hal ini sesuai teladan Rasulullah saw dalam mendakwahkan sahabat.
Dokumen tersebut membahas tentang maksud Islam sebagai agama rahmat. Islam dijelaskan sebagai rahmat melalui beberapa poin utama yaitu agama Islam sendiri, Al Quran, nilai-nilai akhlak yang diajarkan Islam, dan contoh perilaku Rasulullah.
Dokumen tersebut membahas tentang syarat-syarat ihsanul amal yaitu amal yang diterima oleh Allah. Ada dua syarat utama ihsanul amal yaitu ikhlas dan melakukan amal untuk Allah semata tanpa ada campur tangan riya' atau ingin dipuji oleh manusia. Balasan bagi amal yang dilakukan karena riya' adalah sia-sia di akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang arti hijrah secara luas. Terdapat 3 makna hijrah menurut dokumen tersebut, yaitu 1) berpindah tempat, 2) menjauhi amal-amal terlarang, 3) menjauhi orang-orang yang beramal buruk. Dokumen juga menjelaskan bahwa niat adalah tujuan seseorang di dalam hatinya. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dipaparkan untuk memperjelas makna hijrah.
Khutbah Jumat ini membahas tentang ibadah kurban. Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah besar dalam agama Islam yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha. Ibadah ini didasarkan pada beberapa dalil Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dokumen tersebut berisi doa untuk majlis perhimpunan. Doa tersebut memuji Allah sebagai Tuhan yang menguasai langit dan bumi, memohon berkat, hidayah, ilmu, kesihatan, dan keberkahan bagi peserta perhimpunan, serta memohon kemakmuran dan keamanan bagi negara.
Dokumen tersebut membahas tentang materi fiqih kelas VIII yang meliputi lima waktu shalat wajib, penjelasan waktu-waktu shalat, dan waktu shalat zuhur. Dokumen juga mengutip beberapa hadis Nabi Muhammad SAW tentang penjelasan waktu-waktu shalat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang syukur atas nikmat Islam yang telah diberikan Allah kepada umatnya.
2. Dokumen tersebut juga mengingatkan tentang kenyataan bahwa kematian akan datang pada siapa saja tanpa terkecuali.
3. Umat diminta untuk selalu bersiap menghadapi hari kematian yang tidak diketahui kapan akan tiba.
Dokumen tersebut membahas tentang Ihsanul Amal atau amal yang diterima oleh Allah. Terdapat dua syarat untuk mendapatkan Ihsanul Amal yaitu ikhlas dan menghindari riya'. Amal hanya akan diterima oleh Allah jika dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata untuk ridha-Nya dan tidak karena pujian orang lain atau ingin dilihat oleh orang lain. Balasan bagi amal yang dilakukan karena riya' adal
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Idrus Abidin
Manusia membutuhkan keseimbangan untuk dapat merasakan kebahagiaan. karena hakikat hidup adalah keseimbangan antar masing-masing unsur yang membentuk kesatuan yang utuh hingga mencapai tarap kesempurnaan.
Sirah Nabawiyah 95: Tiba di Madinah (Bag. 2)AbuNailah
1. Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah dan tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.
2. Nabi SAW memberikan khutbah Jumat pertama di Tanah Bani Salim.
3. Khutbah tersebut menyeru umat Islam untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan pembelajaran dan materi pelajaran tentang hari akhir/kiamat menurut ajaran Islam. Materi tersebut meliputi makna beriman kepada hari akhir, nama-nama hari kiamat dalam Al Quran, fase-fase hari akhir, tanda-tanda kiamat kecil dan besar, serta turunnya Nabi Isa pada hari kiamat.
1. Mencari ilmu wajib bagi semua orang Islam.
2. Barangsiapa menghendaki akhirat atau dunia atau keduanya, wajib baginya untuk mencari ilmu.
3. Ilmu dibagi menjadi tiga macam yaitu Al Qur'an, sunah, dan faraid, selain itu adalah keutamaan.
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
Ini fakta tentang syarat beramal dengan mafhum dalam kebanyakan kondisi, bahwa mafhum itu diabaikan, jika dinyatakan untuk menyatakan kondisi galibnya. Atau, jika dibatalkan oleh nash, misalnya, Allah berfirman,
]وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ[
_"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan." (TQS al-Isra’: 31)_
Takut kemiskinan (khasyyah imlaq) merupakan sifat yang memberikan pemahaman (washfun mufhimun), yaitu khasyyatul faqri (takut kemiskinan). Demikian juga pernyataan itu menunjukkan kondisi pada galibnya. Mereka membunuh anak-anak karena takut miskin. Kemudian bahwa mafhum tersebut telah dibatalkan dengan nash,
]وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ[
_"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam." (TQS an-Nisa’: 93)_
Oleh karena itu, mafhum ini diabaikan. Tidak bisa dikatakan bahwa "yang haram adalah membunuh anak-anak karena takut kemiskinan, dan menjadi halal jika ia membunuhnya karena kaya!" Akan tetapi pembunuhan itu tetap haram dalam dua kondisi itu, baik karena kemiskinan ataupun karena kaya.
Demikian juga ayat,
]لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً[
_"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda." (TQS Ali Imran: 130)_
Kata adh'afan mudha'afatan (berlipat ganda) merupakan washfun mufhimun (sifat yang memberikan pemahaman), dan demikian juga menyatakan kondisi pada galibnya. Mereka mengambil riba berlipat ganda. Kemudian mafhum ini diabaikan dengan nash,
_"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (TQS al-Baqarah: 275)_
Oleh karena itu, mafhum ini diabaikan. Tidak bisa dikatakan "yang haram adalah riba yang banyak/berlipat ganda, sedangkan riba yang sedikit maka boleh!" Akan tetapi, berapa pun banyaknya riba, adalah haram, sebab mafhum (adh'afan mudha'afatan) diabaikan seperti yang kami katakan.
Begitulah. Jadi, mafhum kata "ummiyah" pada hadis di atas diabaikan seperti yang sudah kami jelaskan, yaitu bahwa rukyat hilal jika terhalang mendung atau hujan, maka wajib menggenapkan hitungan bulan menjadi tiga puluh hari, baik kita mengetahui hisab (perhitungan) ataupun tidak mengetahui.
*KEDUA,*
Pendapat mereka, jika hisab dijadikan sandaran untuk penetapan waktu-waktu shalat, dan jika demikian, maka penetapan waktu puasa juga disandarkan pada hisab, maka jawaban hal itu adalah sebagai berikut.
Siapa yang menelaah dalil-dalil yang menyatakan tentang puasa, maka ia akan mendapati hal itu berbeda dari dalil-dalil yang menyatakan tentang shalat. Artinya, dalil yang digunakan untuk penetapan puasa dan shalat itu berbeda. Puasa dikaitkan dengan berbuka dan dengan rukyat.
]مَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ (
_"Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." (TQS al-Baqarah: 185)_
Tempat yang di janjikan oleh Allah yaitu surga firdaus
Dokumen tersebut membahas tentang syarat-syarat ihsanul amal yaitu amal yang diterima oleh Allah. Ada dua syarat utama ihsanul amal yaitu ikhlas dan melakukan amal untuk Allah semata tanpa ada campur tangan riya' atau ingin dipuji oleh manusia. Balasan bagi amal yang dilakukan karena riya' adalah sia-sia di akhirat.
Dokumen tersebut membahas tentang arti hijrah secara luas. Terdapat 3 makna hijrah menurut dokumen tersebut, yaitu 1) berpindah tempat, 2) menjauhi amal-amal terlarang, 3) menjauhi orang-orang yang beramal buruk. Dokumen juga menjelaskan bahwa niat adalah tujuan seseorang di dalam hatinya. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dipaparkan untuk memperjelas makna hijrah.
Khutbah Jumat ini membahas tentang ibadah kurban. Ibadah kurban merupakan salah satu ibadah besar dalam agama Islam yang dilaksanakan pada hari raya Idul Adha. Ibadah ini didasarkan pada beberapa dalil Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW.
Dokumen tersebut berisi doa untuk majlis perhimpunan. Doa tersebut memuji Allah sebagai Tuhan yang menguasai langit dan bumi, memohon berkat, hidayah, ilmu, kesihatan, dan keberkahan bagi peserta perhimpunan, serta memohon kemakmuran dan keamanan bagi negara.
Dokumen tersebut membahas tentang materi fiqih kelas VIII yang meliputi lima waktu shalat wajib, penjelasan waktu-waktu shalat, dan waktu shalat zuhur. Dokumen juga mengutip beberapa hadis Nabi Muhammad SAW tentang penjelasan waktu-waktu shalat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang syukur atas nikmat Islam yang telah diberikan Allah kepada umatnya.
2. Dokumen tersebut juga mengingatkan tentang kenyataan bahwa kematian akan datang pada siapa saja tanpa terkecuali.
3. Umat diminta untuk selalu bersiap menghadapi hari kematian yang tidak diketahui kapan akan tiba.
Dokumen tersebut membahas tentang Ihsanul Amal atau amal yang diterima oleh Allah. Terdapat dua syarat untuk mendapatkan Ihsanul Amal yaitu ikhlas dan menghindari riya'. Amal hanya akan diterima oleh Allah jika dilakukan dengan niat ikhlas semata-mata untuk ridha-Nya dan tidak karena pujian orang lain atau ingin dilihat oleh orang lain. Balasan bagi amal yang dilakukan karena riya' adal
Keseimbangan dalam Hidup Muslim (Tawazun) Idrus Abidin
Manusia membutuhkan keseimbangan untuk dapat merasakan kebahagiaan. karena hakikat hidup adalah keseimbangan antar masing-masing unsur yang membentuk kesatuan yang utuh hingga mencapai tarap kesempurnaan.
Sirah Nabawiyah 95: Tiba di Madinah (Bag. 2)AbuNailah
1. Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah dan tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.
2. Nabi SAW memberikan khutbah Jumat pertama di Tanah Bani Salim.
3. Khutbah tersebut menyeru umat Islam untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dokumen tersebut membahas tentang tujuan pembelajaran dan materi pelajaran tentang hari akhir/kiamat menurut ajaran Islam. Materi tersebut meliputi makna beriman kepada hari akhir, nama-nama hari kiamat dalam Al Quran, fase-fase hari akhir, tanda-tanda kiamat kecil dan besar, serta turunnya Nabi Isa pada hari kiamat.
1. Mencari ilmu wajib bagi semua orang Islam.
2. Barangsiapa menghendaki akhirat atau dunia atau keduanya, wajib baginya untuk mencari ilmu.
3. Ilmu dibagi menjadi tiga macam yaitu Al Qur'an, sunah, dan faraid, selain itu adalah keutamaan.
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
Ini fakta tentang syarat beramal dengan mafhum dalam kebanyakan kondisi, bahwa mafhum itu diabaikan, jika dinyatakan untuk menyatakan kondisi galibnya. Atau, jika dibatalkan oleh nash, misalnya, Allah berfirman,
]وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ[
_"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan." (TQS al-Isra’: 31)_
Takut kemiskinan (khasyyah imlaq) merupakan sifat yang memberikan pemahaman (washfun mufhimun), yaitu khasyyatul faqri (takut kemiskinan). Demikian juga pernyataan itu menunjukkan kondisi pada galibnya. Mereka membunuh anak-anak karena takut miskin. Kemudian bahwa mafhum tersebut telah dibatalkan dengan nash,
]وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ[
_"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam." (TQS an-Nisa’: 93)_
Oleh karena itu, mafhum ini diabaikan. Tidak bisa dikatakan bahwa "yang haram adalah membunuh anak-anak karena takut kemiskinan, dan menjadi halal jika ia membunuhnya karena kaya!" Akan tetapi pembunuhan itu tetap haram dalam dua kondisi itu, baik karena kemiskinan ataupun karena kaya.
Demikian juga ayat,
]لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً[
_"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda." (TQS Ali Imran: 130)_
Kata adh'afan mudha'afatan (berlipat ganda) merupakan washfun mufhimun (sifat yang memberikan pemahaman), dan demikian juga menyatakan kondisi pada galibnya. Mereka mengambil riba berlipat ganda. Kemudian mafhum ini diabaikan dengan nash,
_"Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (TQS al-Baqarah: 275)_
Oleh karena itu, mafhum ini diabaikan. Tidak bisa dikatakan "yang haram adalah riba yang banyak/berlipat ganda, sedangkan riba yang sedikit maka boleh!" Akan tetapi, berapa pun banyaknya riba, adalah haram, sebab mafhum (adh'afan mudha'afatan) diabaikan seperti yang kami katakan.
Begitulah. Jadi, mafhum kata "ummiyah" pada hadis di atas diabaikan seperti yang sudah kami jelaskan, yaitu bahwa rukyat hilal jika terhalang mendung atau hujan, maka wajib menggenapkan hitungan bulan menjadi tiga puluh hari, baik kita mengetahui hisab (perhitungan) ataupun tidak mengetahui.
*KEDUA,*
Pendapat mereka, jika hisab dijadikan sandaran untuk penetapan waktu-waktu shalat, dan jika demikian, maka penetapan waktu puasa juga disandarkan pada hisab, maka jawaban hal itu adalah sebagai berikut.
Siapa yang menelaah dalil-dalil yang menyatakan tentang puasa, maka ia akan mendapati hal itu berbeda dari dalil-dalil yang menyatakan tentang shalat. Artinya, dalil yang digunakan untuk penetapan puasa dan shalat itu berbeda. Puasa dikaitkan dengan berbuka dan dengan rukyat.
]مَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ (
_"Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu." (TQS al-Baqarah: 185)_
Tempat yang di janjikan oleh Allah yaitu surga firdaus
4. 2. Jalan Keselamatan
ِ
رْصَعْال َو
.
َل َانَسْنِ ْ
اْل نِإ
ٍ
رْسُخ يِف
.
ال ًلِإ
واُنَمآ َينِذ
َصا َوَت َو ِتاَحِلاالص واُلِمَع َو
َت َو ِقَحْالِب ا ْو
ا ْوَصا َو
ْربالصِب
“Demi masa (umur manusia). Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.” [Al-Ashr]
5. • Kunci keselamatan:
– Iman
– Amal shalih
– Saling berwasiat dalam al-haq
– Saling berwasiat dalam kesabaran
• Macam-macam godaan:
– Syahwat
– Dunia
– Setan
– Lawan jenis
– Nafs
6. 3. Membantu dalam Ketaatan
تَح َونُنِمْؤُي َ
ًل َكِبَر َو َ
َلَف
َش اَميِف َوكُمِكَحُي ى
ْمُهَنْيَب َرَج
َح ْمِهِسُفْنَأ يِف ُواد ِجَي َ
ًل مُث
ُي َو َْتيَضَق امِم اًجَر
واُمِلَس
اًميِلْسَت
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya)
tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam
hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [An-
Nisa’: 65]
7. • Keimanan harus dibuktikan dengan:
– Tahkim
– Adamul Haraj
– Taslim