Karakteristik Moderasi Beragama yang menjadi salah satu prioritasmerusdi29
Moderasi beragama menjadi salah satu program yang diprioritaskan
pemerintah untuk membangun kehidupan beragama yang harmonis
dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain untuk
membangun kehidupan bersama yang harmonis melalui cara
pandang, sikap, dan praktik beragama yang moderat, moderasi
beragama juga menjadi dasar berpikir dalam memahami substansi
ajaran agama yang mengakomodir nilai-nilai kemanusiaan,
kebudayaan, kebangsaan, kebhinnekaan, dan ketaatan pada
konstitusi yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kunci utama penerapan etika,Akhlaq,Moral adalah memperlihatkan sikap sopan santun, rasa hormat terhadap keberadaan orang lain dan mematuhi peraturan serta tatakrama yang berlaku pada lingkungan tempat kita berada serta mematuhi norma-norma dan bersifat baik kepada sang Khaliq dan Alam.
Karakteristik Moderasi Beragama yang menjadi salah satu prioritasmerusdi29
Moderasi beragama menjadi salah satu program yang diprioritaskan
pemerintah untuk membangun kehidupan beragama yang harmonis
dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain untuk
membangun kehidupan bersama yang harmonis melalui cara
pandang, sikap, dan praktik beragama yang moderat, moderasi
beragama juga menjadi dasar berpikir dalam memahami substansi
ajaran agama yang mengakomodir nilai-nilai kemanusiaan,
kebudayaan, kebangsaan, kebhinnekaan, dan ketaatan pada
konstitusi yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kunci utama penerapan etika,Akhlaq,Moral adalah memperlihatkan sikap sopan santun, rasa hormat terhadap keberadaan orang lain dan mematuhi peraturan serta tatakrama yang berlaku pada lingkungan tempat kita berada serta mematuhi norma-norma dan bersifat baik kepada sang Khaliq dan Alam.
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS WAHYU
Sebuah Telaah Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam Oleh: Dr. KH. Ahmad Mansur, S.E., M.Pd.I Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Cetakan I, Shafar 1438/Nopember 2016 Diterbitkan oleh: GAUNG PERSADA Komplek Kejaksaan Agung RI Blok E1/3 Cipayung Ciputat 15419 Tangerang Selatan Telp. (021) 7423296 Fax. : (021) 7423296
Penulis : Dr. KH. Ahmad Mansur, S.E., M.Pd.I Pengantar Ahli : Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA. Desain sampul & Lay Out : Kamil Bahtimi
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS WAHYU
Sebuah Telaah Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam Oleh: Dr. KH. Ahmad Mansur, S.E., M.Pd.I Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Cetakan I, Shafar 1438/Nopember 2016 Diterbitkan oleh: GAUNG PERSADA Komplek Kejaksaan Agung RI Blok E1/3 Cipayung Ciputat 15419 Tangerang Selatan Telp. (021) 7423296 Fax. : (021) 7423296
Penulis : Dr. KH. Ahmad Mansur, S.E., M.Pd.I Pengantar Ahli : Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA. Desain sampul & Lay Out : Kamil Bahtimi
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
Islam Wasatiyah kerukunandan-Radikalisme.pptx
1. Oleh :
KHAIRUDDIN TAHMID
(Ketua Umum MUI Provinsi Lampung)
Disampaikan Pada Kegiatan Workshop
Wawasan Kebangsaan dan Keislaman Dalam Rangka
Penyamaan Visi & Persepsi Terhadap Program PBAK
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung
SENIN, 14 Agustus 2018
2. PENDAHULUAN (1)
1. Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan
(PBAK) berisi, pertama pengenalan budaya akademik
dan kedua pengenalan dunia kemahasiswaan;
2. Hal pertama, pengenalan Budaya Akademik setidaknya
(1) berorientasi pada perubahan paradigma sistem
pembelajaran dari SLTA ke PT, (2) memperkenalkan
sistem pembelajaran di PT (menyusun KRS, perubahan
KRS, adanya PA, SKS, komprehensif, KKN, skripsi) dan
(3) memperkenalkan secara umum alur pelayanan
akademik;
3. Hal kedua, pengenalan kemahasiswaan, seputar (1)
mhs diperkenalkan ormawa; Sema/MPM, Dema/Bem,
UKM, HMJ dll;
3. PENDAHULUAN (2)
4. Ormawa berfungsi (1) sebagai wadah utk menggali bakat dan
minat mhs, (2) menggali dan mengembangkan kepemimpinan
mhs, (3) pengembangan kepribadian dan kemandirian;
5. Kegiatan kemahasiswaan semestinya sinergis dg budaya akademik.
Bidang kemahisiswaan utk mendukung mutu akademik, sebab
kwalitas akademik idealnya diimplementasikan dlm bidang
kemahasiswaan;
6. Pengembangan mutu akademik dan kemahasiswaan bagi MABA
pada PBAK perlu diperkenalkan (1) wawasan kebangsaan, (2)
wawasan keislaman, (3) wawasan sistem pembelajaran di PT, (4)
wawasan tentang paham dan aliran keagamaan yang bermasalah,
dan (5) ancaman dan bahayanya narkoba serta upaya
pencegahannya.
4. FIKRAH KEISLAMAN
MAINSTREAM DI INDONESIA
1. Paradigma Islam Wasatiyah semestinya menjadi corak faham
keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia dan dunia
kampus. Hal ini dipandang urgen seiring dengan semakin kuatnya
indikasi bergesernya gerakan keislaman di negeri ini ke kutub kiri
ataupun kutub kanan. Pergeseran ke kutub kiri memunculkan
gerakan liberalisme, pluralisme dan sekularisme dalam beragama.
Sedangkan pergeseran ke kutub kanan menumbuhkan radikalisme
dan fanatisme sempit dalam beragama;
2. Fikrah Islam wasatiyah disebutkan secara tersurat al-Qur’an
sebagai ‘ummatan washatan’ (Qur’an 2:143). Umat seperti inilah
yang dapat dan mampu menjadi saksi kebenaran bagi manusia
lain. ummatan wasatan adalah umat yang selalu menjaga
keseimbangan, tidak terjerumus ke ekstrimisme kiri atau kanan,
yang dapat mendorong kepada tindakan kekerasan.
5. ANCAMAN FAHAM
KEAGAMAAN NON
MAINSTREAM
1. Setelah terjadinya revolusi teknologi informasi, di mana semua
faham keagamaan bisa diakses dengan mudah dan bebas oleh
masyarakat, maka mulailah ajaran keagamaan yang awalnya tidak
dikenal di Indonesia dan berkembang di negara lain, mulai masuk
dan diajarkan di Indonesia, termasuk ajaran keagamaan yang non
maistream yang bisa membimbing pemeluknya melakukan
tindakan intoleran, keras dan eksklusif;
2. Sejatinya agama dlm konteks negara mestinya diletakkan sebagai
sumber nilai, dan secara fungsional agama mengambil peran
tawassuth, dlm arti menentukan visi kenegaraannya dg
pendekatan membangun masyarakat Islam (Islam society) dari
pada membangun negara Islam (Islam state). Namun tdk berarti
kehadiran agama tdk fungsional dihadapan negara;
3. Indonesia bukanlah negara agama (teokrasi) dan bukan pula
negara sekuler. Negara Indonesia adalah negara modern yang
6. FIKRAH ISLAM WASATIYAH
DLM BERBAGAI
PERSPEKTIF
1. Islam wasathiyah sebagai paradigma faham keislaman maistream
di Indonesia diharapkan bisa mengembalikan keislaman di
Indonesia sebagaimana yang dibangun ulama terdahulu, baik dari
aspek fikrahnya maupun harakahnya. Yaitu keislaman yang
mengambil jalan tengah (tawassuth), berkeseimbangan (tawazun),
lurus dan tegas (i’tidal), toleransi (tasamuh), egaliter (musawah),
mengedepankan musyawarah (syura), berjiwa reformasi (islah),
mendahulukan yang prioritas (aulawiyah), dinamis dan inovatif
(tathawwuriyyah) dan berfikir metodologis (manhajiyah);
2. Sikap wasathiyah adalah bersikap tawasuth (jalan tengah) dan
i’tidal (bersikap adil-seimbang); menyeimbangkan di antara iman
dan toleransi. Keimanan tanpa toleransi menbawa ke arah
eksklusivisme dan ekstrimisme, dan sebaliknya, toleransi tanpa
keimanan berujung pada kebingungan dan kekacauan. Dg
toleransi, ummatan wasathan berusaha hidup bersama secara
damai baik intra maupun antar-umat beragama;
3. Wasathiyah sering diterjemahkan dg berpaham moderat;
7. kaidah fikroh islam wasatiyah (1)
1. Santun, tidak keras dan tidak radikal ( َلغ َ
َل َو اًّظَف َ
َل اًنِّيَل
اًظْي ),
2. Kesukarelaan, tidak memaksa dan tidak mengintimidasi
(اًارَبْجا َ
َل َو اًهاَرْكإ َ
َل اًيع ُّوَطَت),
3.Toleransi, tdk egois dan tdk fanatis ( َو ًّايَاننَأ َ
َل ًّايحُماَسَت
ًّايبُُاَََت َ
َل ).
Prinsip dlm membangun hub antara muslim dan non muslim hrs
menggunakan kaidah (يند َيل َو ْمُكُنيد ْمُكَل), artinya : bagimu
agamamu dan bagiku agamaku. Sedangkan prinsip dlm
membangun hub dg sesama muslim hrs menggunakan kaidah
(ْمُكُبَهْذَم ْمُكَل َو َانُبَهْذَم َانَل), artinya : bagi kami adalah sesuai madzhab
kami, dan bagi kamu adalah sesuai madzhab kamu.
4. Saling mencintai, tdk saling bermusuhan dan membencii
(ًّايضُغاَبَت َ
َل َو ًّايمَُُاخَت َ
َل ًّايدُّد َوَت). Dlm hal ini perlu dikembangkan
8. WAWASAN KEISLAMAN
BERVISI KEBANGSAAN
1. Salah satu wujud dari watak wasathiyyah dengan pengertian al-waqi’iyyah
(realistis), berpandangan bahwa NKRI dengan Pancasila sebagai dasarnya sebagai
sebuah negara yang sah menurut pandangan Islam dan tetap berusaha secara
terus menerus melakukan perbaikan sehingga menjadi negara adil makmur
berketuhanan Yang Maha Esa;
2. Dasar negara dengan Pancasila sebagai titik temu dan UUD 1945 sebagai tatanan
kehidupan bangsa. "Kedua hal itu kita sebut sebagai ittifaqan akhawiyah,
kesepakatan saudara sebangsa dan setanah air. Indonesia bukanlah negara yg
berdasarkan agama (Islam), tetapi Indonesia. adalah negara yang lahir atas
kesepakatan seluruh elemen bangsa. Krnnya ada yg menyebutkan bahwa Indonesia
sebagai darul mitsaq , atau darul sulh atau wilayah damai, darul ahdi atau wilayah
kesepakatan. Indonesia bukan darul Islam (negara Islam);
3. Mendukung kebijakan pimpinan UIN Raden Intan Lampung untuk
mengarusutamakan paham keislaman yang bervisi kebangsaan melalui
pengembangaan kurikulum, kajian keagamaan, kegiatan UKM dan aktifitas kampus
lainnya, serta mendorong pimpinan UIN untuk menyusun regulasi tentang
standarisasi kajian keislaman dan menyusun modul/model pembinaannya. .
9. ISLAM, PERDAMAIAN DAN TOLERANSI (1)
1. Prinsip perdamaian ini sejalan dengan missi Islam sebagai
“Rahmatan lil ‘alamin”, yakni sebagai rahmat bagi alam,
sebagaimana ditegaskan dalam Q.S. Al-Anbiya’: 107: “Dan
tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”.
2. Prinsip ini juga didasarkan pada Q.S. al-Hujarat: 11: “Wahai
manusia, sesungguhnya Aku ciptakan kalian dalam bentuk
laki-laki dan perempuan, dan Aku ciptakan kalian dalam
bentuk berbangsa dan bersuku-suku agar kalian saling
mengenal”.
10. ISLAM, PERDAMAIAN DAN TOLERANSI (2)
3. Saling mengenal dan saling mengakui dalam ayat tersebut
menunjukkan perlunya sikap toleran (tasamuh) dari setiap warga
negara terhadap keberadaan orang atau kelompok lain, sehingga
kelompok lain pun bisa mengekpresikan eksistensi dan hak-hak
asasi mereka;
4. Dengan demikian, Islam tidak membenarkan adanya kekerasan dan
apalagi terorisme (irhâbiyyah), serta menilainya sebagai tindakan
yang tidak manusiawi dan tidak beradab. Bahkan jika terjadi
konflik dalam masyarakat, Islam mengajarkan untuk
menyelesaikannya dengan perdamaian.
11. PENGUATAN TOLERANSI
1. Hal yang dilakukan dalam membangun tata hubungan
sosial yang harmoni adalah; pertama tawasuth wal
i’tidal dan tidak tahtarruf, kedua, tasamuh, ketiga,
tawazun dan keempat, amar ma’ruf nahi mungkar;
2. Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai sosial budaya
(kearifan lokal) tentang kerukunan dan kedamaian
sebagai modal sosial;
3. Penguatan kesadaran dan penegakan hukum, baik bagi
aparatur negara maupun kalangan kampus, terutama
terhadap regulasi tentang kehidupan beragama;
4. Penguatan wawasan kebangsaan dan integrasi
nasional, yang meliputi sosialisasi Pancasila, UUD 1945,
NKRI dan Kebhinnekaan.
12. AGAMA MENJADI PEREKAT, BILA:
1. Agama mengajarkan agar penganutnya menanamkan
pemahaman terhadap teks suci dengan pendekatan
kontekstual, universal, dan tidak literal-harfiyah
semata;
2. Bersikap hidup inklusif, toleransi, antara sesama umat
beragama dan intern mazhab dan aliran dalam satu
agama;
3. Menanamkan kemauan untuk mengedepankan nilai-
nilai ajaran universal agama;
4. Menanamkan saling menerima keberadaan umat
beragama lain dan saling mengerti kebutuhan umat
beragama lain;
5. Menanamkan saling percaya dan tidak saling
mencurigai antar sesama umat beragama;
6. Mengembangkan forum dialog internal dan antarumat