Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Materi kuliah tentang hukum shalat. Cari lebih banyak lagi materi kuliah Semester 1 di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.htm
Hukum menjama’ shalat ashar dengan jum’atBima Handawi
Disini telah dipaparkan dalil-dalil yang insya Allah sahih untuk menemukan hukum yang pasti tentang boleh apa enggaknya menjama' sholat ashar dengan sholat jum'at. Tapi masih juga terdapat kekurangan maka sebaiknya kita kembalikan kepada Al-qur'an dan Sunnah.
Hukum menjama’ shalat ashar dengan jum’atBima Handawi
Disini telah dipaparkan dalil-dalil yang insya Allah sahih untuk menemukan hukum yang pasti tentang boleh apa enggaknya menjama' sholat ashar dengan sholat jum'at. Tapi masih juga terdapat kekurangan maka sebaiknya kita kembalikan kepada Al-qur'an dan Sunnah.
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Fiqh Shalat jum’at.pptx
1. SHALAT JUM’AT & HAL-
HAL YANG BERKAITAN
DENGAN HARI JUM’AT
Kajian fiqih
2. A. PENSYARIATAN
• Shalat Jumat disyariatkan di dalam Al-Quran Al-Kariem, As-sunnah an-Nabawiyah
dan juga oleh Ijma' (kesepakatan) seluruh ulama. Sehingga siapa yang mengingkari
kewajiban shalat jumat, maka dia kafir karena mengingkari Al-Quran dan As-Sunnah.
1. Al-Quran
• Di dalam Al-Quran, pensyariatan shalat jumat disebutkan di dalam sebuah surat
khusus yang dinamakan dengan surat Al-Jumu'ah. Disana Allah telah mewajibkan
umat Islam untuk melaksanakan shalat jumat sebagai bagian dari kewajiban dan
fardhu 'ain atas tiap-tiap muslim yang memenuhi syarat.
• ِ َّ
اّلل ِ
رْكِذ ٰ
ىَلِإ ا ْوَعْساَف ِةَعُمُجْال ِم ْوَي ْنِم ِة َ
َلَّصلِل َِيدوُن اَذِإ واُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأ اَي
َ ْال واُرَذ َو
وُمَلْعَت ْمُتْنُك ْنِإ ْمُكَل ٌْريَخ ْمُكِلَٰذ ۚ َعْي
َن
• Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka
bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(QS. Al-Jumu’ah : 9)
3. 2. Sunnah
• Ada banyak hadits nabawi yang menegaskan kewajiban shalat jumat. Diantaranya
adalah hadits berikut ini :
• Dari Thariq bin Syihab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan
berjamaah, kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, [3] Anak
kecil dan [4] Orang sakit." (HR. Abu Daud)
4. • Dari Abi Al-Ja'd Adh-dhamiri radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang meninggalkan 3 kali shalat Jumat karena lalai, Allah akan
menutup hatinya." (HR. Abu Daud, Tirmizy, Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad)
• Dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa mereka
mendengar Rasulullah SAW bersabda di atas mimbar,"Hendaklah orang-orang berhenti
dari meninggalkan shalat Jumat atau Allah akan menutup hati mereka dari hidayah
sehingga mereka menjadi orang-orang yang lupa".(HR. Muslim, An-Nasai dan Ahmad)
5. • Berdasarkan riwayat di atas, meninggalkan shalat jum’at termasuk dosa-dosa
besar. Al-Hafidz Abu Al-Fadhl Iyadh bin Musa bin Iyadh dalam kitabnya Ikmalul
Mu’lim Bifawaidi Muslim berkata: “Ini menjadi hujjah yang jelas akan kewajiban
pelaksanaan shalat Jum’at dan merupakan ibadah Fardhu, karena siksaan,
ancamam, penutupan dan penguncian hati itu ditujukan bagi dosa-dosa besar (yang
dilakukan), sedang yang dimaksud dengan menutupi di sini adalah menghalangi
orang tersebut untuk mendapatkan hidayah sehingga tidak bisa mengetahu mana
yang baik dan mana yang munkar”.
6. B. YANG DIWAJIBKAN
Kewajiban shalat jumat berlaku untuk semua umat Islam, dengan kriteria sebagai
berikut :
• Laki-laki, sedangkan wanita tidak diwajibkan untuk shalat jumat namun bila dia
mengerjakan, maka kewajiban shalat zuhurnya telah gugur (tidak perlu shalat zhuhur
lagi).
• Dalam keadaan sehat, sedangkan orang sakit tidak wajib shalat jumat.
• Dewasa yaitu baligh, sedang anak-anak tidak wajib shalat jumat.
• Mukimin yaitu orang yang menetap bukan musafir atau yang sedang dalam perjalanan.
• Merdeka bukan hamba sahaya. Namun ulama berbeda pendapat tentang dua nomor
terakhir itu, apakah termasuk atau tidak.
7. Sehingga orang-orang berikut ini yang telah disebutkan dalam nash sebagai
pengecualian. Mereka ini tidak diwajibkan shalat jumat berdasarkan dalil-dali yang
shahih, yaitu :
1. Para budak
2. Wanita
3. Anak-anak
4. Orang Sakit
5. Musafir
Dalilnya adalah hadits nabi yang telah disebutkan di atas, yaitu :
Dari Thariq bin Syihab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Shalat
Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak
diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, [3] Anak kecil dan [4] Orang sakit." (HR.
8. C. TEMPAT SHALAT JUMAT
• Pada dasarnya shalat jumat itu dilakukan di dalam masjid atau di dalam pusat
pemukiman manusia. Bukan di hutan, padang pasir, pedalaman atau tempat-tempat
yang sepi dari manusia.
• Di masa Rasulullah SAW dulu, orang-orang yang tinggal di badiyah (luar kota) harus
berjalan jauh untuk masuk ke Madinah untuk bisa ikut shalat Jumat. Sebab shalat
jumat tidak wajib dilaksanakan di luar wilayah pemukiman yang dihuni masyarakat.
• Disebutkan bahwa Umar bin al-Khattab pernah mengirim surat kepada penduduk
Bahrain untuk melakukan shalat Jumat dimanapun.
• Pada zaman kita sekarang ini bila mesjid penuh sedangkan jumlah orang yang akan
melaksanakan shalat jumat tidak tertampung lagi, boleh membuat shalat jumat di
tempat selain masjid. Dan memang secara statistik, jumlah masjid yang ada tidak
mencukupi untuk menampung shalat seluruh kaum muslimin.
• Bila ada masjid nampak lengang, kemungkinan besar adalah kurangnya kesadaran
masyarakat sekitar untuk melakukan shalat berjamaah. Jadi memang jumlah masjid
itu kurang cukup dibandingkan dengan jumlah umat Islam.
9. • Boleh memanfaatkan suatu ruangan sebagai tempat shalat jumat, asalkan tempat itu
bersih dan suci. Boleh menggunakan aula, ruang pertemuan, gedung parkir dan
ruangan-ruangan lain yang layak ‘disulap’ menjadi masjid untuk shalat jumat.
• Bahkan dalam kasus seperti itu, menurut sebagian pendapat, tempat itu untuk
sementara waktu berubah hukumnya menjadi mesjid. Karena itu berlaku pula shalat
sunnah dua rakaat tahiyatul masjid. Namun bila ada pendapat yang menolak hal ini,
mungkin saja. Karena pendapat ini tidak mutlak kebenarannya, tetapi merupakan
ijtihad para ulama berdasarkan mashlahat dan kepentingan umat.
10. D. ADZAN SHALAT JUMAT
• Di zaman Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar radhiyallahuanhuma, adzan pada
shalat Jumat hanya dikerjakan sekali saja, yaitu saat khatib naik mimbar.
• Kemudian pada zaman khilafah rasyidah, karena pertimbangan tertentu, maka
sebelum khatib naik mimbar, jumlah adzan ditambah sebelumnya, dilakukan sebelum
khatib naik mimbar dan pada saat khatib naik mimbar
• Dari As-Saib bin Yazid ra berkata, "Dahulu panggilan adzan hari Jumat awalnya pada
saat imam duduk di atas mimbar, di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar
radhiyallahuanhuma. Ketika masuk masa Utsman dan manusia bertambah banyak,
ditambahkan adzan yang ketiga di atas Zaura'.Tidak ada di zaman nabi SAW muazzdin
selain satu orang. (HR. Bukhari)
• Saat itu khalifah memandang bahwa perlu dilakukan pemanggilan kepada kaum
muslimin sesaat sebelum shalat atau khutbah Jumat dilaksanakan.
• Menurut para ulama yang mendukung tetap dilaksanakannya dua kali adzan ini,
tindakan ini tidak bisa disalahkan dari segi hukum. Karena apa yang dilakukan oleh
para shahabat nabi secara formal itu tetap masih berada dalam koridor syariah. Apa
yang para shahabat nabi kerjakan secara ijma' merupakan bagian dari syariah, karena
mereka sendiri juga bagian dari sumber syariah.
11. E. JUMLAH MINIMAL JAMA'AH
• As-Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunah menyebutkan paling tidak ada 15 pendapat yang
berbeda dalam menetukan batas minimal jumlah jamaah dalam shalat Jumat
• Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah menyaratkan bahwa sebuah shalat jumat itu tidak sah
kecuali dihadiri oleh minimal 40 orang yang ikut shalat dan khutbah dari awal sampai
akhirnya.
• Dalil tentang jumlah yang harus 40 orang itu berdasarkan hadits Rasulullah SAW :
• Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW shalat Jum’at di Madinah
dengan jumlah peserta 40 orang atau lebih. (HR. Ad-Daruquthuny)
12. • Inil adalah dalil yang sangat jelas dan terang sekali yang menjelaskan berapa jumlah peserta
shalat jumat di masa Rasulullah SAW. Menurut kalangan Asy-Syafi'iyah, tidak pernah didapat
dalil yang shahih yang menyebutkan bahwa jumlah mereka itu kurang dari 40 orang.
• Tidak pernah disebutkan dalam dalil yang shahih bahwa misalnya Rasulullah SAW dahulu
pernah shalat jumat hanya bertiga saja atau hanya 12 orang saja. Karena menurut mereka ketika
terjadi peristiwa bubarnya sebagian jamaah itu, tidak ada keterangan bahwa Rasulullah SAW dan
sisa jamaah meneruskan shalat itu dengan shalat Jumat.
• Dengan hujjah itu, kalangan Asy-Syafi'iyah meyakini bahwa satu-satu keterangan yang pasti
tentang bagaimana shalat Rasulullah SAW ketika shalat jumat adalah yang menyebutkan bahwa
jumlah mereka 40 orang.
• Bahkan mereka menambahkan syarat-syarat lainnya, yaitu bahwa keberadaan ke-40 orang
peserta shalat jumat ini harus sejak awal hingga akhirnya. Sehingga bila saat khutbah ada
sebagian peserta shalat jumat yang keluar sehingga jumlah mereka kurang dari 40 orang, maka
batallah jumat itu. Karena didengarnya khutbah oleh minimal 40 orang adalah bagian dari rukun
shalat jumat dalam pandangan mereka.
• Seandainya hal itu terjadi, maka menurut mereka shalat itu harus dirubah menjadi shalat zhuhur
dengan empat rakaat. Hal itu dilakukan karena tidak tercukupinya syarat sah shalat jumat.
13. Selain itu ada syarat lainnya seperti :
1. Muqim. Ke-40 orang itu harus muqimin atau orang-orang yang tinggal di tempat
itu (ahli balad), bukan orang yang sedang dalam perjalanan (musafir), Karena
musafir bagi mereka tidak wajib menjalankan shalat jumat, sehingga keberadaan
musafir di dalam shalat itu tidak mencukupi hitungan minimal peserta shalat
jumat.
2. Laki-laki. Keempat puluh orang itu pun harus laki-laki semua, sedangkan
kehadiran jamaah wanita meski dibenarkan namun tidak bisa dianggap
mencukupi jumlah minimal.
3. Merdeka. Ke-40 orang itu harus orang yang merdeka, jamaah yang budak tidak
bisa dihitung untuk mencukupi jumlah minimal shalat jumat.
4. Mukallaf . Ke-40 orang itu harus mukallaf yang telah aqil baligh, sehingga
kehadiran anak-anak yang belum baligh di dalam shalat jumat tidak berpengaruh
kepada jumlah minimal yang disyaratkan.
14. F. TERTINGGAL SHALAT JUMAT
• Para ulama telah bersepakat bahwa siapa yang tertinggal ikut jamaah shalat jumat,
maka harus shalat empat rakaat yaitu shalat zhuhur. Sedangkan batas apakah
seseorang itu bisa dikatakan masih ikut shalat jumat atau tidak adalah bila minimal
masih mendapat satu rakaat bersama imam dalam shalat jumat.
• Misal, pada shalat jumat ada seorang yang terlambat. Lalu dia ikut shalat bersama
imam, sedangkan saat itu imam sudah berada pada rakaat kedua tapi belum lagi
bangun dari ruku‘. Maka bila makmum itu masih sempat ruku‘ bersama imam, berarti
dia telah mendapat satu rakaat bersama imam. Dalam hal ini, dia mendapatkan shalat
jumat karena minimal ikut satu rakaat. Jadi bila imam mengucapkan salam, maka dia
berdiri lagi untuk menyelesaikan satu rakaat lagi.
15. • Tapi bila dia tidak sempat bersama imam pada saat ruku‘ di rakaat kedua, maka
dia tidak mendapat minimal satu rakaat bersama imam. Yang harus dilakukannya
adalah tetap ikut dalam jamaah itu, tapi berniat untuk shalat zhuhur.
• Bila seseorang masuk masjid untuk shalat jumat, tetapi imam sudah i'tidal (bangun
dari ruku') pada rakaat kedua, maka saat itu dia harus takbiratul ihram dan
langsung ikut shalat berjamaah bersama imam tapi niatnya adalah shalat zhuhur.
Bila imam mengucapkan salam, maka dia berdiri lagi untuk shalat zhuhur
sebanyak 4 rakaat. Ketentuan ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
• Dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu“Siapa yang mendapatkan satu rakaat
bersama imam, maka dia terhitung (mendapat) shalat itu”. (Hadits Muttafaq Alaihi)
16. • Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang mendapatkan satu rakaat pada shalat Jumat atau shalat lainnya,
maka tambahkanlah rakaat lainnya, maka dia terhitung (mendapat) shalat itu”.
(HR. AnNasai, Ibnu Majah, Ad-Daruquthun
17. KHUTBAH JUM’AT
• Salah satu syarat sah pelaksanaan shalat Jumat adalah didahului dua khutbah. Ritual
khutbah dilakukan sebelum shalat Jumat dikerjakan. Khutbah Jumat dilakukan dua kali,
di antara khutbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk.
• Khutbah Jumat memiliki lima rukun yang harus dipenuhi. Kelima rukun tersebut
disyaratkan menggunakan bahasa Arab dan harus dilakukan dengan tertib (berurutan)
serta berkesinambungan (muwâlah). Berikut ini lima rukun khutbah Jumat beserta
penjelasannya.
18. • Pertama, memuji kepada Allah di kedua khutbah. Rukun khutbah pertama ini
disyaratkan menggunakan kata “hamdun” dan lafadh-lafadh yang satu akar kata
dengannya, misalkan “alhamdu”, “ahmadu”, “nahmadu”. Demikian pula dalam kata
“Allah” tertentu menggunakan lafadh jalalah, tidak cukup memakai asma Allah yang lain.
Contoh pelafalan yang benar misalkan: “alhamdu lillâh”, “nahmadu lillâh”, “lillahi al-
hamdu”, “ana hamidu Allâha”, “Allâha ahmadu”. Contoh pelafalan yang salah misalkan
“asy-syukru lillâhi” (karena tidak memakai akar kata “hamdun”), “alhamdu lir-rahmân
(karena tidak menggunakan lafadh jalalah “Allah”).
• Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan: أو هلل كالحمد منه اشتق وما حمد ولفظ هللا لفظ كونه ويشترط
يكفي فَل ونحوهما هلل والشكر للرحمن الحمد فخرج هلل حامد أنا أو الحمد هلل أو أحمد هللا أو هللا أحمد
“ Disyaratkan
adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafadh hamdun atau lafadh-
lafadh yang satu akar kata dengannya. Seperti alhamdulillah, ahmadu-Llâha, Allâha
ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi, tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-
syukru lillâhi, dan sejenisnya, maka tidak mencukupi.” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-
Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011, juz.4, hal.
246).
19. • Kedua, membaca shalawat kepada Nabi Muhammad di kedua khutbah . Dalam
pelaksanaanya harus menggunakan kata “al-shalatu” dan lafadh yang satu akar kata
dengannya. Sementara untuk asma Nabi Muhammad, tidak tertentu menggunakan
nama “Muhammad”, seperti “al-Rasul”, “Ahmad”, “al-Nabi”, “al-Basyir”, “al-Nadzir” dan
lain-lain. Hanya saja, penyebutannya harus menggunakan isim dhahir, tidak boleh
menggunakan isim dlamir (kata ganti) menurut pendapat yang kuat, meskipun
sebelumnya disebutkan marji’nya. Sementara menurut pendapat lemah cukup
menggunakan isim dlamir.
• Contoh membaca shalawat yang benar “ash-shalâtu ‘alan-Nabi”, “ana mushallin ‘alâ
Muhammad”, “ana ushalli ‘ala Rasulillah”. Contoh membaca shalawat yang salah
“sallama-Llâhu ‘ala Muhammad”, “Rahima-Llâhu Muhammadan (karena tidak
menggunakan akar kata ash-shalâtu), “shalla-Llâhu ‘alaihi” (karena menggunakan isim
dlamir).
20. • Ketiga, berwasiat dengan ketakwaan di kedua khutbah. Rukun khutbah ketiga ini tidak
memiliki ketentuan redaksi yang paten. Prinsipnya adalah setiap pesan kebaikan yang
mengajak ketaatan atau menjauhi kemaksiatan. Seperti “Athi’ullaha, taatlah kalian
kepada Allah”, “ittaqullaha, bertakwalah kalian kepada Allah”, “inzajiru ‘anil makshiat,
jauhilah makshiat”. Tidak cukup sebatas mengingatkan dari tipu daya dunia, tanpa ada
pesan mengajak ketaatan atau menjauhi kemakshiatan.
• Keempat, membaca ayat suci al-Quran di salah satu dua khutbah. Membaca ayat suci
al-Quran dalam khutbah standarnya adalah ayat al-Qur'an yang dapat memberikan
pemahaman makna yang dimaksud secara sempurna. Baik berkaitan dengan janji-janji,
ancaman, mauizhah, cerita dan lain sebagainya. Seperti contoh: َّتا ْاوُنَمآ َِينذَّال اَهُّيَأ اَي
َهللا ْاوُق
َينِقِداَّصال َعَم ْاوُنوُك َو
“ Wahai orag-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah
orang-orang yang jujur”. (QS. at-Taubah: 119). Tidak mencukupi membaca potongan
ayat yang tidak dapat dipahami maksudnya secara sempurna, tanpa dirangkai dengan
ayat lainnya.
21. • Kelima, berdoa untuk kaum mukmin di khutbah terakhir .
Mendoakan kaum mukminin dalam khutbah Jumat disyaratkan
isi kandungannya mengarah kepada nuansa akhirat. Seperti
“allahumma ajirnâ minannâr, ya Allah semoga engkau
menyelematkan kami dari neraka”, “allâhumma ighfir lil
muslimîn wal muslimât, ya Allah ampunilah kaum muslimin dan
muslimat”. Tidak mencukupi doa yang mengarah kepada
urusan duniawi, seperti “allâhumma a’thinâ mâlan katsîran, ya
Allah semoga engkau memberi kami harta yang banyak”.
22. SUNNAH-SUNNAH KHUTBAH
• Mendo’akan kebaikan bagi kaum muslimin dan waliyul amr
• Khutbah dan mengimangi shalat sekaligus
• Berkhutbah dengan berdiri
• Berkhutbah di atas mimbar atau tempat yang tinggi
• Untuk duduk di antara dua khutbah.
• Memendekkan khutbah, khutbah yang kedua lebih pendek dari yang pertama.
• Mengucapkan salam ketika naik ke atas mimbar
• Untuk duduk hingga muadzin selesai dari adzannya.
23. SUNNAH TERKAIT HARI JUM’AT
• Bersegera mendatangi shalat agar mendapat pahala yang besar
• Mandi di hari jum’at.
• Memakai minyak wangi dan membersihkan diri
• Memakai baju terbaik (tidak harus baru).
• Memperbanyak shalawat di malam dan hari jum’at.
• Membaca pada shalat shubuh hari jum’at dengan surat As-Sajadah dan Al-Insan ?
• Membaca pada hari jum’at surat Al-Kahfi
• Shalat dua raka’at sebelum duduk di masjid walaupun imam sedang berkhutbah
• Memperbanyak Do’a dan Berusaha mencari waktu mustajab
24. HUKUM SAFAR HARI JUM’AT
• Safar sebelum adzan adalah boleh ? Safar setelah adzan adalah haram.
25. HARI JUM’AT BERTEPATAN DENGAN HARI ID
• Bagi kaum muslimin boleh memilih hadir atau tidak
• Bagi Imam Masjid ditekankan untuk hadir.
26. TIDAK BOLEH DILAKUKAN KETIKA JUMATAN
• Pertama, melangkahi pundak jamaah yang duduk berdampingan. Ketika ada orang yang
telat datang jumatan, dia melihat ada satu tempat di depan yang kosong. Dengan sigapnya,
dia langkahi pundak-pundak jamaah lainnya, untuk berjalan maju, mendapatkan satu tempat
yang kosong itu. Tindakan semacam ini, sangat dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Bahkan beliau menyebutnya sebagai perbuatan yang mengganggu.
• Abdullah bin Busr radhiyallahu ‘anhu bercerita, Ada seseorang, dia melangkahi pundak-
pundak jamaah ketika jumatan. Sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang
berkhutbah. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang ini, “Duduk!, kamu
mengganggu” (HR. Abu Daud 1118, Ibn Majah 1115)
• Kedua, duduk memeluk lutut