SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
NAMA : EFRADUS APIEM
NPM : 2210024427005
TUGAS KEBIJAKAN PERTAMBANGAN KE 7
‘TABEL PERBANDINGAN UU4 TAHUN 2009 DENGAN UU 3 TAHUN 2020’
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 4 TAHUN 2009
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2020
Pasal 105
(1) Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha
pertambangan yang bermaksud menjual mineral
dan/atau batubara yang tergali wajib terlebih dahulu
memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan.
(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
dapat diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Mineral atau batubara yang tergali dan akan
dijual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
iuran produksi.
(4) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) wajib menyampaikan laporan hasil
penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
1O5 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: Pasal 1O5
(1) Badan usaha yang tidak bergerak pada
Usaha
Pertambangan yang akan menjual Mineral danf atau
Batubara yang tergali wajib memiliki IUP untuk
Penjualan.
(2)
IUP untuk Penjualan sebagaimana dimaksud pada
sesuai dengan kewenangannya. ayat (1) diberikan oleh Menteri untuk 1 (satu) kali
Penjualan.
(3)
(4)
Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang tergali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai iuran
produksi atau pajak daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Badan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyampaikan laporan hasil Penjualan
Mineral dan/atau Batubara yang tergali kepada
Menteri.
Pasal 106
Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan
pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan
jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
81. Ketentuan Pasal 106 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 106
Pemegang
IUP dan IUPK wajib
mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat,
barang, dan jasa dalam negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
82.Ketentuan... SK No 036402 A PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4482. Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga
berbunyi
sebagai
berikut: Pasal 108
(1) (2)
(3)
Pemegang IUP dan IUPK wajib men1rusun
program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat. Pemegang IUP dan IUPK wajib
mengalokasikan dana pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat yang besaran
minimumnya ditetapkan oleh Menteri.
untuk pelaksanaan program
Penyusunan program sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikonsultasikan kepada Menteri,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
Pasal 112
(1) Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha
pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki
83. Ketentuan Pasal ll2 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 1 12
oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada
Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha
swasta nasional.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi
saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan pemerintah.
(1) Badan Usaha pemegang
IUP atau IUPK pada tahap
kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya dimiliki
oleh asing wajib melakukan divestasi saham sebesar
5lo/o (lima puluh satu persen) secara berjenjang
kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
BUMN, badan usaha milik daerah, dan/atau Badan
Usaha swasta nasional.
(21 Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
pada
ayat (1) melalui Menteri dapat secara bersama-sama
dengan Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah
Daerah kabupatenfkota, BUMN, danlatau badan
usaha milik daerah mengkoordinasikan penentuan
skema divestasi dan komposisi besaran saham
divestasi yang akan dibeli.
(3) Dalam hal pelaksanaan divestasi saham secara
berjenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tidak dapat terlaksana, penawaran divestasi
saham dilakukan melalui bursa saham Indonesia.
Pasal 113
(1) Penghentian sementara kegiatan usaha
pertambangan dapat diberikan kepada pemegang
IUP dan IUPK apabila terjadi:
a. keadaan kahar;
b. keadaan yang menghalangi sehingga
menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan;
c. apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah
tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan
operasi produksi sumber daya mineral dan/atau
batubara yang dilakukan di wilayahnya.
(2) Penghentian sementara kegiatan usaha
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK.
(3) Permohonan penghentian sementara kegiatan
usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dan huruf b disampaikan kepada
(4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan dan jangka waktu divestasi saham
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah. 84. Di antara
SK No 036403 A PRESIDEN REPUBLIK
TNDONESIA
_45_
84. Di antara
Pasal 112 dan Pasal 113 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal ll2L sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal
(1)
ll2L
Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan
Operasi
Produksi wajib menyediakan dana ketahanan
cadangan Mineral dan Batubara.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(4) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan oleh inspektur
tambang atau dilakukan berdasarkan permohonan
masyarakat kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya wajib mengeluarkan
keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai
alasannya atas permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
menerima permohonan tersebut.
(2 Dana ketahanan cadangan Mineral dan Batubara
(3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk kegiatan penemuan cadangan baru. Ketentuan
lebih lanjut mengenai dana ketahanan cadangan
Mineral dan Batubara diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
85. Ketentuan Pasal 113 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 113
(1) Suspensi kegiatan Usaha Pertambangan
dapat diberikan kepada pemegang IUP dan IUPK
jika terjadi: a. keadaan kahar; b. keadaan yang
menghalangi sehingga menimbulkan penghentian
sebagian atau seluruh kegiatan Usaha
Pertambangan; dan/atau c. kondisi daya dukung
lingkungan wilayah tersebut tidak dapat
menanggung beban kegiatan Operasi Produksi
sumber daya Mineral dan/atau Batubara yang
dilakukan di wilayahnya.
(2)
Suspensi kegiatan Usaha Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK.
(3)
Permohonan suspensi kegiatan Usaha Pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b disampaikan kepada Menteri.
(4) Menteri wajib mengeluarkan keputusan
tertulis
tentang persetujuan atau penolakan permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai
dengan alasannya paling lama 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya permohonan.
Pasal 114
(1) Jangka waktu penghentian sementara karena
keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1)
diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang paling banyak 1 (satu) kali untuk 1
(satu) tahun.
(2) Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa
penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan
IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya,
kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
86.Ketentuan... SK No 036404 A PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4686. Ketentuan Pasal ll4 diubah sehingga
berbunyi
sebagai
berikut: Pasal 1 14
(1)
Jangka waktu suspensi sebagaimana dimaksud
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya mencabut keputusan
penghentian sementara setelah menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
dalam Pasal 113 ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat
diberikan perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun
untuk setiap kali perpanjangan untuk keadaan kahar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1)
huruf a dan/atau keadaan yang menghalangi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1)
huruf b; dan b. diberikan paiing lama 2 (dua) tahun
untuk kondisi daya dukung lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) huruf c. (21
Apabila dalam jangka waktu suspensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pemegang IUP atau IUPK
sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan
dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri.
(3) Apabila sampai dengan jangka waktu
suspensi berakhir karena kondisi daya dukung
lingkungan pemegang IUP atau IUPK belum dapat
melakukan kegiatan operasinya, pemegang IUP atau
IUPK wajib mengembalikan IUP atau IUPK kepada
Menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu)
bulan sejak berakhirnya jangka waktu suspensi.
(4) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak
berakhirnya jangka waktu suspensi, pemegang IUP
atau IUPK tidak mengembalikan IUP atau IUPK,
Menteri dapat mencabut IUP atau IUPK.
(5) Menteri mencabut keputusan suspensi
setelah
menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(21.
87.Ketentuan...
SK No 036405 A PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 118
(1) Pemegang IUP atau IUPK dapat menyerahkan
kembali IUP atau IUPK-nya dengan pernyataan
tertulis kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dan
disertai dengan alasan yang jelas.
(2) Pengembalian IUP atau IUPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
disetujui oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dan
setelah memenuhi kewajibannya.
87. Ketentuan Pasal 118 diubah sehingga berbunyi
sebagai
berikut: Pasal 1 18
(1)
Pemegang IUP atau IUPK dapat mengembalikan
IUP atau IUPK dengan pernyataan tertulis kepada
Menteri disertai dengan alasan yang jelas.
(2) Pengembalian IUP atau IUPK
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah
pemegang IUP atau IUPK memenuhi kewajibannya
dan disetujui oleh Menteri.
Pasal 119
IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya apabila:
a. pemegang IUP atau IUPK tidak memenuhi
kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK
serta peraturan perundang-undangan;
b. pemegang IUP atau IUPK melakukan tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini; atau
c. pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit.
88. Ketentuan Pasal 119 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 1 19 IUP atau IUPK dapat
dicabut oleh Menteri jika: a. pemegang IUP atau
IUPK tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan
dalam IUP atau IUPK serta ketentuan peraturan
perundang-undangan ; b. pemegang IUP atau IUPK
melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini; atau c. pemegang IUP
atau IUPK dinyatakan pailit.
89. Ketentuan Pasal I21 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 121
(1)
(2)
Dalam hal IUP atau IUPK berakhir sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119,
dan Pasal l2O, eks pemegang IUP atau IUPK wajib
memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemegang IUP atau IUPK yang telah memenuhi
dan menyelesaikan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mendapat surat keterangan
dari Menteri. 90. Ketentuan
SK No 036406 A PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
Pasal 122
(1) IUP atau IUPK yang telah dikembalikan,
dicabut, atau habis masa berlakunya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 dikembalikan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(2) WIUP atau WIUPK yang IUP-nya atau IUPK-
nya berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditawarkan kepada badan usaha, koperasi, atau
perseorangan melalui mekanisme sesuai dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini.
-4890. Ketentuan Pasal 122 diubah sehingga
berbunyi
sebagai
berikut: Pasal 122
(1) IUP atau IUPK yang telah berakhir sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12I ayat (1) dikembalikan
kepada Menteri.
(2) WIUP atau WIUPK yang IUP atau IUPK
berakhir
pada ayat (1) ditawarkan kepada BUMN, badan
usaha milik daerah, Badan sebagaimana dimaksud
Usaha swasta, koperasi, atau
perusahaan perseorangan melalui mekanisme sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 123
Apabila IUP atau IUPK berakhir, pemegang IUP
atau IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang
diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi
kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Ketentuan Pasal t23 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut: Pasal 123 Dalam hal IUP atau
IUPK berakhir, eks pemegang IUP atau IUPK wajib
menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil
kegiatan Eksplorasi dan Operasi Produksi kepada
Menteri.
92. Di antara Pasal 123 dan Pasal 124 disisipkan 2
(dua) pasal, yakni Pasal l23A dan Pasal l23B
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal
(1)
l23A
Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan
Operasi
Produksi sebelum menciutkan atau mengembalikan
WIUP atau WIUPK wajib melaksanakan Reklamasi
dan
Pascatambang hingga mencapai tingkat
keberhasilan LOOo/o (seratus persen).
(2) Eks pemegang IUP atau IUPK yang IUP atau
IUPK berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal
l2l ayat (1) wajib melaksanakan Reklamasi dan
Pascatambang hingga mencapai tingkat
keberhasilan TOOo/o (seratus persen) serta
menempatkan dana jaminan Reklamasi dan/atau
dana jaminan Pascatambang. (3) Dalam
SK No 036407 A
Pasal 128
(1) Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar
pendapatan negara dan pendapatan daerah.
(2) Pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas penerimaan pajak dan
penerimaan negara bukan pajak.
(3) Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas:
a. pajak-pajak yang menjadi kewenangan
Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan; dan
b. bea masuk dan cukai.
(4) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. iuran tetap;
b. iuran eksplorasi;
c. iuran produksi; dan
d. kompensasi data informasi.
(5) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah; dan
c. pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pasal 128 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 128
1. Pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB
wajib membayar pendapatan negara dan
pendapatan daerah.
2. Pendapatan negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
penerimaan pajak dan penerimaan negara
bukan pajak.
3. Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri atas:
a. pajak yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan; dan
b. bea dan cukai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di
bidang kepabeanan dan cukai.
4. Penerimaan negara bukan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri atas:
a. iuran tetap;
b. iuran produksi;
c. kompensasi data informasi; dan
d. penerimaan negara bukan pajak lain
yang sah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Pendapatan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pajak daerah;
b. retribusi daerah;
c. iuran pertambangan rakyat; dan
d. lain-lain pendapatan daerah yang sah
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Iuran pertambangan rakyat sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf c menjadi
bagian dari struktur pendapatan daerah
berupa pajak dan/atau retribusi daerah
yang penggunaannya untuk pengelolaan
tambang rakyat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 54
WIUP mineral bukan logam diberikan kepada
badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan
cara permohonan wilayah kepada pemberi izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37.
-54-
c. d. e. f. g.
keuangan; pengolahan data Mineral dan Batubara;
konservasi sumber daya Mineral dan Batubara;
keselamatan Pertambangan;
pengelolaan lingkungan hidup, Reklamasi, dan
Pascatamb*g;
h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, i. j. k. (2)
(3)
(4)
(5)
dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun
dalam negeri; pengembangan tenaga kerja teknis
Pertambangan; pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setempat; dan penguasaan,
pengembangan, dan penerapan teknologi
Pertambangan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggung jawab pengelolaan anggaran, sarana dan
prasarana, serta operasional inspektur tambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan
kepada Menteri.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
Pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tanggung jawab pengelolaan
anggaran, sarana dan
prasarana, serta operasional pejabat pengawas (4)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (4) dilakukan secara berkala dan
laporan hasil pengawasannya disampaikan kepada
publik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. IO2. Di antara
SK No 036455 A
(1)
huruf b, huruf c, huruf d, huruf, h, huruf i, dan huruf
j, dilakukan oleh pejabat pengawas
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat
dibebankan kepada Menteri.
(6)
(1)
huruf a, huruf e, huruf f, hurlf g, dan huruf k
dilakukan oleh inspektur tambang sesuai dengan
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/55
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/56
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/57
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/58
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/59
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/60
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/61
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/62
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/63
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/64
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/65
Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/66
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

More Related Content

Similar to OPTIMASI UU

Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawa
Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi RawaPermen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawa
Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawainfosanitasi
 
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingPP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingImam Prastio
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfDISKANMALRA
 
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Nurul Huda
 
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplPermen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplAdi Handarbeni
 
Formality Ijin Ijin Kerja Tkwnap
Formality Ijin Ijin Kerja TkwnapFormality Ijin Ijin Kerja Tkwnap
Formality Ijin Ijin Kerja TkwnapSigit Iskandar
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...infosanitasi
 
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...infosanitasi
 
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalPermen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalAbdullah Alfarabi
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Andi Kurniawansyah
 
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Fitri Hady Amrullah
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...egyd welyn
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...Saroni Nasta
 
Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010Poho Lahar
 

Similar to OPTIMASI UU (18)

PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010PP 23 tahun 2010
PP 23 tahun 2010
 
3.materi hukum perburuhan
3.materi hukum perburuhan3.materi hukum perburuhan
3.materi hukum perburuhan
 
Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawa
Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi RawaPermen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawa
Permen Pekerjaan Umum No. 64 Tahun 1993 tanteng Reklamasi Rawa
 
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja AsingPP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
PP No. 34 Tahun 2021 Tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
 
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdfPermen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
Permen KKP Nomor 8 Tahun 2018.pdf
 
Bast.ttg.balai
Bast.ttg.balaiBast.ttg.balai
Bast.ttg.balai
 
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
 
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplPermen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
 
Formality Ijin Ijin Kerja Tkwnap
Formality Ijin Ijin Kerja TkwnapFormality Ijin Ijin Kerja Tkwnap
Formality Ijin Ijin Kerja Tkwnap
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
 
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 49 Tahun 1990 tentang Tata Cara dan Pers...
 
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdalPermen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
Permen lh no 5 2012 kegiatan wajib amdal
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup 05 2012
 
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
Wajib amdal permen lh 05-tahun-2012
 
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
2. pemen lh no. 05 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha danatau kegiatan ya...
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...
P.1 menhut ii2015 ttg perubahan atas peraturan menteri lingkungan hidup dan k...
 
Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010Pp 55 tahun_2010
Pp 55 tahun_2010
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 

OPTIMASI UU

  • 1. NAMA : EFRADUS APIEM NPM : 2210024427005 TUGAS KEBIJAKAN PERTAMBANGAN KE 7 ‘TABEL PERBANDINGAN UU4 TAHUN 2009 DENGAN UU 3 TAHUN 2020’ PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2020 Pasal 105 (1) Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang bermaksud menjual mineral dan/atau batubara yang tergali wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan. (2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali penjualan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (3) Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai iuran produksi. (4) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyampaikan laporan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota 1O5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1O5 (1) Badan usaha yang tidak bergerak pada Usaha Pertambangan yang akan menjual Mineral danf atau Batubara yang tergali wajib memiliki IUP untuk Penjualan. (2) IUP untuk Penjualan sebagaimana dimaksud pada
  • 2. sesuai dengan kewenangannya. ayat (1) diberikan oleh Menteri untuk 1 (satu) kali Penjualan. (3) (4) Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang tergali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai iuran produksi atau pajak daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan hasil Penjualan Mineral dan/atau Batubara yang tergali kepada Menteri. Pasal 106 Pemegang IUP dan IUPK harus mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 81. Ketentuan Pasal 106 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 106 Pemegang IUP dan IUPK wajib mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat, barang, dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 82.Ketentuan... SK No 036402 A PRESIDEN
  • 3. REPUBLIK INDONESIA -4482. Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 108 (1) (2) (3) Pemegang IUP dan IUPK wajib men1rusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Pemegang IUP dan IUPK wajib mengalokasikan dana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang besaran minimumnya ditetapkan oleh Menteri. untuk pelaksanaan program Penyusunan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikonsultasikan kepada Menteri, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Pasal 112 (1) Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki 83. Ketentuan Pasal ll2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 12
  • 4. oleh asing wajib melakukan divestasi saham pada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (1) Badan Usaha pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib melakukan divestasi saham sebesar 5lo/o (lima puluh satu persen) secara berjenjang kepada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, badan usaha milik daerah, dan/atau Badan Usaha swasta nasional. (21 Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui Menteri dapat secara bersama-sama dengan Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupatenfkota, BUMN, danlatau badan usaha milik daerah mengkoordinasikan penentuan skema divestasi dan komposisi besaran saham divestasi yang akan dibeli. (3) Dalam hal pelaksanaan divestasi saham secara berjenjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat terlaksana, penawaran divestasi saham dilakukan melalui bursa saham Indonesia.
  • 5. Pasal 113 (1) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan kepada pemegang IUP dan IUPK apabila terjadi: a. keadaan kahar; b. keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; c. apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan di wilayahnya. (2) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK. (3) Permohonan penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b disampaikan kepada (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan dan jangka waktu divestasi saham diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. 84. Di antara SK No 036403 A PRESIDEN REPUBLIK TNDONESIA _45_ 84. Di antara Pasal 112 dan Pasal 113 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal ll2L sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal (1) ll2L Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib menyediakan dana ketahanan cadangan Mineral dan Batubara.
  • 6. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (4) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau dilakukan berdasarkan permohonan masyarakat kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai alasannya atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak menerima permohonan tersebut. (2 Dana ketahanan cadangan Mineral dan Batubara (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk kegiatan penemuan cadangan baru. Ketentuan lebih lanjut mengenai dana ketahanan cadangan Mineral dan Batubara diatur dengan Peraturan Pemerintah. 85. Ketentuan Pasal 113 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 113 (1) Suspensi kegiatan Usaha Pertambangan dapat diberikan kepada pemegang IUP dan IUPK jika terjadi: a. keadaan kahar; b. keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan Usaha Pertambangan; dan/atau c. kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung beban kegiatan Operasi Produksi sumber daya Mineral dan/atau Batubara yang dilakukan di wilayahnya. (2) Suspensi kegiatan Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi masa berlaku IUP atau IUPK.
  • 7. (3) Permohonan suspensi kegiatan Usaha Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b disampaikan kepada Menteri. (4) Menteri wajib mengeluarkan keputusan tertulis tentang persetujuan atau penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan alasannya paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan. Pasal 114 (1) Jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun. (2) Apabila dalam kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. 86.Ketentuan... SK No 036404 A PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -4686. Ketentuan Pasal ll4 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 14 (1) Jangka waktu suspensi sebagaimana dimaksud
  • 8. (3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). dalam Pasal 113 ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a. diberikan paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diberikan perpanjangan paling lama 1 (satu) tahun untuk setiap kali perpanjangan untuk keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) huruf a dan/atau keadaan yang menghalangi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) huruf b; dan b. diberikan paiing lama 2 (dua) tahun untuk kondisi daya dukung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 113 ayat (1) huruf c. (21 Apabila dalam jangka waktu suspensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemegang IUP atau IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib dilaporkan kepada Menteri. (3) Apabila sampai dengan jangka waktu suspensi berakhir karena kondisi daya dukung lingkungan pemegang IUP atau IUPK belum dapat melakukan kegiatan operasinya, pemegang IUP atau IUPK wajib mengembalikan IUP atau IUPK kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak berakhirnya jangka waktu suspensi. (4) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak berakhirnya jangka waktu suspensi, pemegang IUP atau IUPK tidak mengembalikan IUP atau IUPK, Menteri dapat mencabut IUP atau IUPK.
  • 9. (5) Menteri mencabut keputusan suspensi setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (21. 87.Ketentuan... SK No 036405 A PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA Pasal 118 (1) Pemegang IUP atau IUPK dapat menyerahkan kembali IUP atau IUPK-nya dengan pernyataan tertulis kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dan disertai dengan alasan yang jelas. (2) Pengembalian IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah disetujui oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dan setelah memenuhi kewajibannya. 87. Ketentuan Pasal 118 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 18 (1) Pemegang IUP atau IUPK dapat mengembalikan IUP atau IUPK dengan pernyataan tertulis kepada Menteri disertai dengan alasan yang jelas. (2) Pengembalian IUP atau IUPK sebagaimana
  • 10. dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah setelah pemegang IUP atau IUPK memenuhi kewajibannya dan disetujui oleh Menteri. Pasal 119 IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya apabila: a. pemegang IUP atau IUPK tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK serta peraturan perundang-undangan; b. pemegang IUP atau IUPK melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini; atau c. pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit. 88. Ketentuan Pasal 119 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 19 IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri jika: a. pemegang IUP atau IUPK tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP atau IUPK serta ketentuan peraturan perundang-undangan ; b. pemegang IUP atau IUPK melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini; atau c. pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit. 89. Ketentuan Pasal I21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 121 (1) (2) Dalam hal IUP atau IUPK berakhir sebagaimana dimaksuddalam Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, dan Pasal l2O, eks pemegang IUP atau IUPK wajib memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemegang IUP atau IUPK yang telah memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendapat surat keterangan
  • 11. dari Menteri. 90. Ketentuan SK No 036406 A PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Pasal 122 (1) IUP atau IUPK yang telah dikembalikan, dicabut, atau habis masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 dikembalikan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) WIUP atau WIUPK yang IUP-nya atau IUPK- nya berakhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditawarkan kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan melalui mekanisme sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. -4890. Ketentuan Pasal 122 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 122 (1) IUP atau IUPK yang telah berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12I ayat (1) dikembalikan kepada Menteri. (2) WIUP atau WIUPK yang IUP atau IUPK berakhir pada ayat (1) ditawarkan kepada BUMN, badan usaha milik daerah, Badan sebagaimana dimaksud Usaha swasta, koperasi, atau perusahaan perseorangan melalui mekanisme sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
  • 12. Pasal 123 Apabila IUP atau IUPK berakhir, pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi produksi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Ketentuan Pasal t23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 123 Dalam hal IUP atau IUPK berakhir, eks pemegang IUP atau IUPK wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil kegiatan Eksplorasi dan Operasi Produksi kepada Menteri. 92. Di antara Pasal 123 dan Pasal 124 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal l23A dan Pasal l23B sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal (1) l23A Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi sebelum menciutkan atau mengembalikan WIUP atau WIUPK wajib melaksanakan Reklamasi dan Pascatambang hingga mencapai tingkat keberhasilan LOOo/o (seratus persen). (2) Eks pemegang IUP atau IUPK yang IUP atau IUPK berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal l2l ayat (1) wajib melaksanakan Reklamasi dan
  • 13. Pascatambang hingga mencapai tingkat keberhasilan TOOo/o (seratus persen) serta menempatkan dana jaminan Reklamasi dan/atau dana jaminan Pascatambang. (3) Dalam SK No 036407 A Pasal 128 (1) Pemegang IUP atau IUPK wajib membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah. (2) Pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. (3) Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pajak-pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan; dan b. bea masuk dan cukai. (4) Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. iuran tetap; b. iuran eksplorasi; c. iuran produksi; dan d. kompensasi data informasi. (5) Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi daerah; dan c. pendapatan lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pasal 128 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 128 1. Pemegang IUP, IUPK, IPR, atau SIPB wajib membayar pendapatan negara dan pendapatan daerah. 2. Pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas penerimaan pajak dan penerimaan negara bukan pajak. 3. Penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas: a. pajak yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perpajakan; dan b. bea dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai. 4. Penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
  • 14. a. iuran tetap; b. iuran produksi; c. kompensasi data informasi; dan d. penerimaan negara bukan pajak lain yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. pajak daerah; b. retribusi daerah; c. iuran pertambangan rakyat; dan d. lain-lain pendapatan daerah yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 6. Iuran pertambangan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c menjadi bagian dari struktur pendapatan daerah berupa pajak dan/atau retribusi daerah yang penggunaannya untuk pengelolaan tambang rakyat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 54 WIUP mineral bukan logam diberikan kepada badan usaha, koperasi, dan perseorangan dengan cara permohonan wilayah kepada pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37. -54- c. d. e. f. g. keuangan; pengolahan data Mineral dan Batubara; konservasi sumber daya Mineral dan Batubara;
  • 15. keselamatan Pertambangan; pengelolaan lingkungan hidup, Reklamasi, dan Pascatamb*g; h. pemanfaatan barang, jasa, teknologi, i. j. k. (2) (3) (4) (5) dan kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam negeri; pengembangan tenaga kerja teknis Pertambangan; pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi Pertambangan. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat ketentuan peraturan perundang-undangan. Tanggung jawab pengelolaan anggaran, sarana dan prasarana, serta operasional inspektur tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan kepada Menteri. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
  • 16. Pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tanggung jawab pengelolaan anggaran, sarana dan prasarana, serta operasional pejabat pengawas (4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) dilakukan secara berkala dan laporan hasil pengawasannya disampaikan kepada publik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. IO2. Di antara SK No 036455 A (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf, h, huruf i, dan huruf j, dilakukan oleh pejabat pengawas pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat dibebankan kepada Menteri. (6) (1) huruf a, huruf e, huruf f, hurlf g, dan huruf k dilakukan oleh inspektur tambang sesuai dengan Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/55
  • 17. Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/56 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/57 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/58 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/59 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/60 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/61 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/62 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/63 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/64 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/65 Halaman:UU Nomor 3 Tahun 2020.pdf/66 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- Undang ini dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.