1. Diare pada anak dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasit, atau gangguan pencernaan.
2. Penatalaksanaan diare meliputi pemberian cairan oral atau parenteral, obat-obatan, dan pencegahan infeksi lebih lanjut.
3. Komplikasi diare seperti dehidrasi ringan hingga berat dapat dicegah dengan pemantauan gejala, pemberian cairan, dan manajemen nutrisi yang tepat.
3. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam
tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar
encer lebih dari 3 x
sehari.
4. Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat
dikelompokkan
menjadi :
1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi
berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14
hari/lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa
dehidrasi
3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan
darah.
5. Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella,
Shalmonella, Vibrio kholera),
Virus (Enterovirus), parasit (cacing),
Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian
tubuh lain (OMA sering terjadi pada
anak
6. 3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak,
protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun,
terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn
disease, enterocolitis,
obstruksi usus
7. Manifestasi Klinis
1. Bayi atau anak menjadi cengeng
dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau
berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat
bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
9. F. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi ringan
2. dehidrasi sedang
3.dehidrasi berat
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan
glukosa.
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan
10. H. Penatalaksanaan
1. Medis
Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan
sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa,.
11. 2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan
yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau
ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan
berat badannya.
12. c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan
cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah,
dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)
- Obat anti sekresi.
- Obat anti spasmolitik.
- Obat pengeras tinja.
- Obat antibiotik.
13. Pencegahan diare bisa dilakukan dengan
mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :
1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum
menyentuh makanan.
2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat
makan.
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi
kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau,
14. 1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan skunder terhadap diare.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi :
1.Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit R/ Penurunan
sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan
urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki deficit.
2. Beri LRO (larutan rehidrasi oral) R/ Untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses.
15. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.
INTERVENSI
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin) R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat
merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu
makan.
3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan R/ Mengurangi
pemakaian ener
16. 3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh.
INTERVENSI :
1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam R/ Deteksi dini terjadinya
perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi).
2.Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas
untuk menurunkan produksi panas tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik merasang pusat pengatur panas pada
otak
17. 4. Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan
dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
INTERVENSI
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur R/
Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman..
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal
(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/
Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feses.
18. 5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan
invasive
INTERVENSI
1.Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
2. Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS R/
mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan
lingkungan RS.
19. 6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi, kurang pengetahuan.
INTERVENSI
1. Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapeutik R/ Untuk mendorong kepatuhan terhadap
program terapeutik, khususnya jika sudah berada di rumah.
2. Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan
pada anak. R/ Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman
pada anak serta mau kooperatif.