Hukum menjama’ shalat ashar dengan jum’atBima Handawi
Disini telah dipaparkan dalil-dalil yang insya Allah sahih untuk menemukan hukum yang pasti tentang boleh apa enggaknya menjama' sholat ashar dengan sholat jum'at. Tapi masih juga terdapat kekurangan maka sebaiknya kita kembalikan kepada Al-qur'an dan Sunnah.
1. Written by H. Sunaryo A.Y.
Thursday, 20 May 2010 08:31
Sidang pembaca, Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Apa khabar?
Alhamdulillah jumpa lagi kita (lewat tulisan) kali ini kita akan membahas sekitar materi
setentang tata cara dan aturan shalat Jamak dan Qashar sesuai judul artikel religius kita
tersebut diatas.
Saudaraku, didalam kehidupan keseharian kita bukan mustahil kalau suatu waktu kita
mengadakan perjalanan misalnya berkunjung kerumah saudara kita, sanak famili kita yang
jauh dari tempat tinggal kita bukan? Sehingga kita terkadang mendapatkan kesulitan untuk
melaksanakan shalat. Sementara shalat merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan
dalam keadaan apapun. Terkadang kita juga diberi cobaan berupa sakit, sampai-sampai kita
tidak kuat untuk bangun. Lantas bagaimana kita shalat padahal shalat itu tidak boleh
ditnggalkan? Kalau salah berpikir, sekilas memang shalat seperti beban yang memberatkan.
Namun sebenarnya tidak, bahkan ternyata shalat itu adalah kebutuhan kita sebagai
manusia. Bagi insan beriman, tidak shalat satu waktu saja, terasa seperti kita kehilangan
sesuatu yang sangat berharga dan serasa saat-saat itu kehidupan kita hampa, kosong serta
tidak bermakna. Bukankah perasaan yang sedemikian itu merupakan suatu bukti bahwa bagi
manusia (insan beriman) shalat itu adalah suatu kebutuhan ?
Seperti dikatakan diatas, hukum mendirikan shalat itu wajib dalam arti tidak boleh
ditinggalkan. Tetapi jika kita dalam perjalanan, sedang hujan lebat atau kita sedang sakit,
sedang takut, ternyata Islam memberikan ruhshah (keringanan) kepada kita didalam
melaksanakannya, yaitu berupa Jamak dan Qashar. Sekarang sebuah pertanyaan, apa
shalat Jamak itu ? Dan Bagaimana tata cara dan aturan serta tuntunannya? Baik, kita mulai
dengan pembahasan materi kita.
·
Shalat Jamak adalah : Shalat yang digabungkan, yaitu mengumpulkan dua
shalat fardhu yang dilaksanakan dalam satu waktu. Misalnya, shalat dzuhur dan Ashar
dikerjakan pada waktu Dzuhur atau pada waktu Ashar. Shalat Maghrib dan Isya’
dilaksanakan pada waktu Maghrib atau pada waktu Isya’. Sedangkan Subuh tetap pada
waktunya dan tidak boleh digabungkan dengan shalat lain. Shalat Jamak ini boleh
dilaksankan karena bebrapa alasan (halangan) berikut ini:
a.
Dalam perjalanan yang bukan untuk maksiat
b.
Apabila turun hujan lebat
c.
Karena sakit dan takut
d.
Jarak yang ditempuh cukup jauh, yakni 81 km (Begitulah yang disepakati oleh
sebagian Imam Madzhab sebagaimana disebutkan dalam kitab AL-Fikih, Ala al
Madzhabhib al Arba’ah)
Tetapi sebagian ulama lagi berpendapat bahwa jarak perjalanan (musafir) itu
2. sekurang-kurangnya dua hari perjalanan kaki atau dua marhalah, yaitu 16 (enam belas)
Farsah, sama dengan 138 (seratus tiga puluh delapan) km.
Saudaraku, sidang pembaca.
Mengenai jarak perjalanan yang menyebabkan musafir diperbolehkan mengqoshar shalat
para ulama memang berbeda pendapat. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik beserta
pengikut keduanya, batas minimal jarak bepergian (safar) untuk dapat mengqoshar shalat
adalah 2 (dua) marhalah (48 mil) yaitu 16 Farsah atau 138 km. Sedangkan menurut Imam
Hanafi, mengqoshar shalat baru boleh dilakukan apabila jarak perjalanan yang ditempuh
mencapai 3 (tiga) marhalah (72 mil) yaitu 24 Farsah atau 207 km.
·
Shalat jamak dapat dilaksanakan dengan 2 (dua) cara:
1.
Jamak Taqdim (Jamak yang didahulukan) yaitu menjamak 2 (dua) shalat dan
melaksanakannya pada waktu shalat yang pertama. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu Dzuhur atau shalat Maghrib dan Isya’ dilaksanakan pada waktu
Maghrib.
·
Syarat syah Jamak Taqdim ialah:
a.
Berniat menjamak shalat kedua pada shalat pertama
b.
Mendahulukan shalat pertama, baru disusul shalat kedua
c.
Berurutan, artinya tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali
duduk, iqomat atau sesuatu keperluan yang sangat penting
2.
Jamak Ta’khir (jamak yang diakhirkan), yaitu menjamak 2 (dua) shalat dan
melaksanakannya pada waktu shalat yang kedua. Misalnya, shalat Dzuhur dan Ashar
dilaksanakan pada waktu Ashar atau shalat Maghrib dan shalat Isya’ dilaksanakan pada
waktu shalat Isya’
·
Syarat Syah Jamak Ta’khir ialah:
a.
Niat (melafazhkan pada shalat pertama) yaitu : ”Aku ta’khirkan shalat Dzuhurku
diwaktu Ashar.”
b.
Berurutan, artinya tidak diselingi dengan perbuatan atau perkataan lain, kecuali
duduk, iqomat atau sesuatu keperluan yang sangat penting.
Dalam Jamak ta’khir tidak disyaratkan mendahulukan shalat pertama atau shalat
kedua. Misalnya shalat Dzuhur dan Ashar boleh mendahulukan Ashar baru Dzuhur atau
sebaliknya. Muadz bin Jabal menerangkan bahwasanya Nabi SAW dipeperangan Tabuk,
apabila telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau kumpulkan antara Dzuhur
dan Ashar dan apabila beliau ta’khirkan shalat Ashar. Dalam shalat Maghrib begitu juga, jika
terbenam matahari sebelum berangkat, Nabi SAW mengumpulkan Maghrib dengan Isya’ jika
beliau berangkat sebelum terbenam matahari beliau ta’khirkan Maghrib sehingga beliau
singgah (berhenti) untuk Isya’ kemudian beliau menjamakkan antara keduanya.
3. Sedangkan shalat Qashar ialah: Shalat yang dipendekkan, yaitu shalat fardhu yang 4
(empat) rakat (Dzuhur, Ashar dan Isya’) dijadikan 2 (dua) rakaat, masing-masing
dilaksanakan tetap pada waktunya. Sebagaimana menjamak shalat, mengqashar shalat
hukumnya sunnah. Dan ini merupakan rushah (keringanan) dari Allah SWT bagi orangorang yang memenuhi persyaratan tertentu.
·
Adapun syarat syah shalah Qashar sama dengan shalat Jamak, hanya ditambah :
1.
Shalatnya yang 4 (empat) rakaat
2.
Tidak makmum kepada orang yang shalat sempurna
3.
Harus memahami cara melakukan
4.
Masih dalam perjalanan, bila sudah sampai dirumah harus dikerjakan sempurna
walaupun tetap jamak.
·
Perhatikan Hadist Nabi SAW :
”Rasulullah SAW tidak bepergian, melainkan mengerjakan shalat dua raka’at saja sehingga
beliau kembali dari perjalanannya dan bahwasanya beliau telah bermukim di Mekkah di masa
Fathul Mekkah selama delapan belas malam, beliau mengerjakan shalat dengan para
Jama’ah dua raka’at kecuali shalat Maghrib. Kemudian bersabda Rasulullah SAW: ”Wahai
penduduk mekkah, bershalatlah kamu sekalian dua raka’at lagi, kami adalah orang – orang
yang dalam perjalanan.” (HR. Abu Daud)
·
Sedangkan cara melaksanakan shalat Qashar adalah :
1.
Niat shalat qashar ketika takbiratul ihram.
2.
·
Mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua rakaat kemudian salam
Firman Allah SWT
”Bila kamu mengadakan perjalanan dimuka bumi, tidaklah kamu berdosa jika kamu
memendekkan shalat...” (QS. An-Nisa: 101)
·
Nabi SAW bersabda:
”Dari Ibnu Abbas ra ia berkata: ”Shalat itu difardhukan atau diwajibkan atas lidah Nabimu
didalam hadlar (mukim) empat rakaat, didalam safar (perjalanan) dua rakaat dan didalam
khauf (keadaan takut/perang) satu rakaat.” (HR. Muslim)
·
Sementara shalat jamak Qashar adalah:
Mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu dan meringkas rakaatnya yang
semula empat rakaat menjadi dua rakaat.
·
Perhatikan Hadist dari Ibnu Umar berikut ini:
4. ”Pernah Rasulullah SAW menjamak Qashar shalat Maghrib dengan shalat Isya’, beliau
laksanakan Maghrib tiga rakat dan Isya’ dua rakaat dengan satu kali iqomah.” (HR. Abu
Daud dan Turmudzi)
Shalat Jamak Qashar dapat pula dilaksanakan secara taqdim dan ta’khir. Jika hendak
melakukan Jamak Qashar, umpamanya kita mengumpulkan Ashar dengan Dzuhur yakni kita
tarik shalat Ashar kedalam shalat Dzuhur maka hendaklah kita sesudah Adzan dan Iqomah
mengerjakan shalat Dzuhur dua rakaat, setelah selesai Dzuhur iqomah lagi, setelah itu
mengerjakan shalat Ashar dua rakaat.
Saudaraku sesama muslim, bahwa diperbolehkannya seseorang melakukan shalat
Jamak, Qashar, maupun Jamak Qashar, merupakan rushah atau keringanan dari Allah
SWT. Maksudnya agar manusia itu tidak meninggalkan shalat fardhu walau dalam keadaan
bagaimanapun. Sesungguhnya Allah SWT tidak menghendaki kesukaran pada hambahamba-Nya.
·
Sesuai Firman-Nya:
”Allah SWT menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu...”(QS. Al-Baqarah: 185)
Setelah kita mengetahui seseorang (musafir) boleh mengerjakan shalat Jamak, Qashar
bahkan shalat Jamak Qashar sekaligus setelah memenuhi persyaratan tersebut diatas, lantas
bagaimana lafazh niat shalat-shalat tersebut?
·
Berikut ini lafazh niat shalat Qashar dengan Jamak :
1.
Shalat Dzuhur Jama’ Taqdim:
”Aku niat shalat fardhu Dzuhur dua rakaat qashar dengan jama’ sama Ashar karena Allah”
Allahu Akbar.
2.
Shalat Ashar Jama’ Taqdim
”Aku niat shalat fardhu Ashar dua rakaat qashar karena Allah.” Allahu Akbar
3.
Shalat Dzuhur jama’ ta’khir
”Aku niat shalat fardhu Dzuhur dua rakaat qashar karena Allah.” Allahu Akbar
4.
Shalat Ashar jama’ ta’khir
5. ”Aku niat shalat fardhu Ashar dua rakaat qashar karena Allah.” Allahu Akbar.
5.
Shalat Maghrib jama’ taqdim
”Aku niat shalat Maghrib tiga rakaat jama’ sama Isya’ fardhu karena Allah.” Allahu Akbar.
6.
Shalat Isya’ jama taqdim
”Aku niat shalat Isya dua rakaat qashar fardhu karena Allah.” Allahu Akbar.
7.
Shalat Maghrib jama’ ta’khir
”Aku niat shalat Maghrib tiga rakaat fardhu karena Allah.” Allahu Akbar.
8.
Shalat Isya jama’ ta’khir
”Aku niat shalat Isya dua rakat qashar fardhu karena Allah.” Allahu Akbar
·
Akhir dari materi ini ingin saya menyampaikan sebuah Hadist setentang Dzikir
dengan mengeraskan suara selesai mengerjakan shalat fardhu yang terdapat didalam kitab
Terjemah Hadist Shahih Buchari dengan penterjemah H. Zainuddin Hamidy Dkk pada
halaman 220 sebagai berikut:
”Dari Ibnu Abbas r.a. : Sesungguhnya mengeraskan suara membaca dzikir sehabis
mengerjakan sembahyang fardhu, dilakukan orang di zaman Nabi SAW. Seterusnya kata
Ibnu Abbas r.a. : ”Aku tahu bahwa setelah orang selesai mengerjakan sembahyang, saya
dengar begitu.” (HR. Bukhari)
Saudaraku, sidang pembaca yang budiman. Sebelum saya sudahi dakwah saya
(lewat tulisan) kali ini, perkenankan saya mengutarakan kegembiraan hati saya sekaligus
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak KH Musa Wahid (pimpinan
umum Yayasan Pendidikan Islam ANNAAFI’AH) Beliau juga sebagai Ketua Umum Masjid
Jami’ Hasbullah, Otista III Keb. Nanas Selatan Jakarta Timur yang telah berkenan
mengoreksi dan menyempurnakan tulisan (artikel) religius ini berjudul tersebut diatas pada
halaman 2, 4, 5 dan halaman 6. Terima kasih pak Kyai.
Akhir kata semoga artikel religius ini bermanfaat, terima kasih atas segala perhatian
dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Wa’afwaminkum Wassalamualaikum
Warahmatullah Wabarakatuh.
6. Pertanyaan Terselesaikan
Lihat lainnya »
Bagaimana cara menjamak shalat wajib?
bagaimana langkah-langkah menjamak shalat jika dalam perjalanan?
apa niat nya? dan berapa jumlah rakaat nya?
• 2 bulan lalu
Lapor Penyalahgunaan
by Hijau Itu Indah
Anggota sejak:
29 April 2010
Total poin:
14,947 (Tingkat 6)
• Tambah Kontak
• Blokir
Jawaban Terbaik - Dipilih oleh Suara Terbanyak
kalo ketinggalan waktu sih namanya lalai, jadi gak bisa dijamak
Jamak adalah menggabungkan dua salat dalam satu waktu, yaitu menggabungkan salat Dzuhur dengan
Ashar dan Maghrib dengan Isya', baik secara taqdim maupun ta'khir. Adapun untuk salat Subuh tetap
harus dikerjakan pada waktunya.
Hal demikian ini jika didapatkan salah satu keadaan berikut:
Menjamak di Arafah secara taqdim, begitu juga di Muzdalifah. Hal ini berdasarkan hadis dari Abdullah
bin Mas'ud seraya berkata, "Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, Rasulullah saw tidak pernah
mengerjakan satu salat pun kecuali tepat pada waktunya selain dua salat yang beliau jamak (gabung),
yakni Dzuhur dengan Ashar di Arafah dan Maghrib dengan Isya' di Muzdalifah." (HR Bukhari dan
Muslim).
Berdasarkan hadis ini, ulama Hanafi berpendapat, menjamak salat itu hanya boleh dilakukan dalam dua
hal ini, yakni di Arafah dan di Muzdalifah. Dan ini pun harus dilakukan dengan berjamaah dengan
imam (pemimpin) kaum muslimin atau wakilnya. Di luar ini tidak diperkenankan menjamak, baik
dalam perjalanan maupun ketika berada di rumah.
Menjamak dalam perjalanan. Menjamak dua salat dalam perjalanan, baik taqdim maupun ta'khir pada
salah satu dari kedua waktu salat itu boleh dilakukan, dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang diperbolehkan mengqashar. Akan tetapi, menurut
ulama Maliki, boleh menjamak salat dalam setiap perjalanan sekalipun tidak mencapai jarak qashar.
Berturut-turut dalam mengerjakan kedua salat yang dijamak, sehingga antara keduanya itu tidak
berselang lama. Yakni, lebih kurang selama dua rakaat cepat, tetapi di antara kedua salat itu
7. diperbolehkan bersuci, azan dan iqamah. Ketentuan atau syarat ini hanya berlaku bagi jamak taqdim,
tidak bagi jamak ta'khir.
Kedua salat dilakukan secara tertib, yakni dimulai dengan salat pertama (Zuhur atau Maghrib).
Niat menjama' dalam salat pertama. Misalnya, "Saya salat Zuhur secara qashar dan digabungkan
dengan Ashar."
Perjalanan masih berlangsung. Seandainya terhenti atau kendaraan yang dinaikinya telah sampai dan
melewati tempat di mana qashar dibolehkan, maka salat kedua tidak boleh dijamaktaqdimkan dengan
salat pertama, bila salat kedua itu belum dikerjakan. Tetapi, menurut ulama Syafi'i, jika telah bertakbir
untuk salat kedua lalu perjalanannya terhenti, maka jamak (taqdim) boleh dilakukan dan salat yang
telah diniatkan dijamak itu tetap diteruskan. Dan jika salat pertama telah diakhirkan ke waktu salat
kedua, tetapi sebelum mengerjakan kedua salat perjalanan sudah sampai, maka salat pertama menjadi
qadha dan dia tidak berdosa karena pengakhiran ini.
Dari Muadz bin Jabal, "Pada waktu perang Tabuk Nabi saw menjamak salat Dzuhur dengan Ashar
sebelum berangkat jika matahari sudah tergelincir, tetapi bila berangkat sebelum matahari tergelincir,
beliau akhirkan salat Dzuhur itu sampai berhenti untuk melakukan salat Ashar. Demikian juga dalam
salat Maghrib. Jika matahari telah terbenam sebelum berangkat, dijamaklah (taqdim) Magrib dengan
Isya'. Tetapi, jika berangkat sebelum matahari terbenam, maka Maghrib diakhirkannya sampai dengan
waktu Isya', lalu ia dijamak dengan salat Isya'." (HR Abu Daud dan Tirmidzi seraya menyatakannya
sebagai hadis hasan).
Dari Muadz ra berkata, "Kami berangkat bersama Nabi saw dalam perang Tabuk, maka beliau
mengerjakan salat Dzuhur dan Ashar secara jamak, dan Magrib dengan Isya' secara jamak pula." (HR
Muslim).
Menjamak di saat hujan turun, atau disebabkan adanya salju atau embun.
Ulama Maliki dan Hanbali menambahkan, juga karena banyaknya lumpur di malam yang sangat gelap.
Ulama Hanbali menambahkan pula, di saat udara sangat dingin dan banyak salju. Dalam keadaan
seperti itu menjamak salat dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
Hanya boleh menjamak taqdim salat Maghrib dengan Isya' saja. Tetapi, menurut ulama Hanbali, boleh
juga secara ta'khir, yakni salat Maghrib diakhirkan sampai tiba waktu Isya'. Dan ulama Syafi'i
membolehkan pula menjamak Zuhur dengan Ashar secara taqdim.
> Inda Yayang..
- Yang tidak boleh meng Qashar
- Kalau di Jama' boleh
Ini ada link yang menjelaskan tentang Qashar dan Jama'
http://kangmoes.blogspot.com/2010/01/sha…
> Ok.. Ok.. semoga berguna bagi kita semua.. Aminn...
materi referensi:
http://id.answers.yahoo.com/question/ind…
Semoga berguna...
• 2 bulan lalu