2. Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien
Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga
kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien
Secara Etimologis :
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin
kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya
beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil,
makmur dan sejahtera
Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin
kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya
beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil,
makmur dan sejahtera
Secara Filosofi :
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang
mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di
tempat kerja
Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang
mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di
tempat kerja
Secara Keilmuan :
PENGERTIAN K3
3. 3
TUJUAN K3
• Menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman , sehat
• Menjamin setiap sumber produksi
dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar
SASARAN K3
• Nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
4. Keselamatan (Safety)
1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan
(control of accident loss)
2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan
dan menghilangkan (mengontrol) resiko
yang tidak bisa diterima (the ability to
identify and eliminate unacceptable risks)
6. adalah suatu kondisi dimana
atau kapan munculnya
sumber bahaya telah dapat
dikendalikan ke tingkat yang
memadai, dan ini adalah
lawan dari bahaya (danger).
7. Merupakan tingkat bahaya dari
suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber bahaya.
Danger adalah lawan dari aman
atau selamat.
8. Incident :
Suatu kejadian/peristiwa yang tidak
direncanakan dengan kemungkinan besar
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang
tidak diinginkan dan dapat merugikan
perusahaaan
9. Accident :
₰ Sebagai suatu peristiwa yang tidak diharapkan, tidak
direncanakan, dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja,
₰ rangkaian peristiwa yang terjadi karena berbagai
sebab,
₰ mengakibatkan kerugian fisik (luka atau penyakit)
terhadap seseorang, rusaknya harta milik
perusahaan, terjadinya gangguan usaha atau setiap
kombinasi dari efek tersebut.
10. “All accidents are incidents,
but not all incidents are accidents”
Incident and Accident
Incident and Accident
11. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja : kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja atau dalam hubungannya
dengan pekerjaan
Kecelakaan yang dialami oleh seorang
karyawan, semenjak ia meninggalkan rumah
kediamannya menuju ke tempat pekerjaan,
selama jam kerja dan istirahat, maupun
sekembalinya dari tempat kerjanya menuju
rumah kediamananya dengan melalui jalan
yang bisa di tempuh atau wajar
12. Terjadinya Kecelakaan
Kecelakaan dapat terjadi bila seseorang
berada pada paparan bahaya
Hazard + Exposure => Accident
Hazard + Exposure => Accident
Bahaya + Paparan => Kecelakaan
Bahaya + Paparan => Kecelakaan
14. SEJARAH PERKEMBANGAN K3
SEJARAH PERKEMBANGAN K3
ZAMAN
PURBA
REVOLUSI INDUSTRI
INDUS-
TRIALISASI
ERA
MANAJEMEN
ABAD
18
TH
1931
Abad 17 SM Raja Hamurabi (Babilonia)
5 abad kmd Zaman Mosai
Yunani & Romawi
Revolusi listrik & mekanisasi
Revolusi Inggris
Compesation Law (AS)
Indonesia (Pemerintah Hindia
Belanda.
Perubahan sistem kerja
Penggunaan tenaga mesin
Pengenalan metode baru pengolahan
bahan baku
Pengorganisasian pekerjaan
Muncul penyakit yg berhubungan
dgn pemajanan
Perkembangan K3 mengikuti
penggunaan teknologi (APD, safety
device dan alat-alat pengaman)
- Heirich (1931), teori domino
- Bird and German, teori Loss
Causation Model
- ISO, SMK3 dll
16. Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan mata
rantai sebab-akibat (Domino Squen)
LOSSES
INSIDENT
INSIDENT
IMMIDIATE
CAUSES
BASIC
CAUSES
LACK OF
CONTROL
19. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
INSIDEN
STRUCK AGAINST menabrak/bentur benda diam/bergerak
STRUCK BY terpukul/tabrak oleh benda bergerak
FALL TO jatuh dari tempat yang lebih tinggi
FALL ON jatuh di tempat yang datar
CAUGHT IN tusuk, jepit, cubit benda runcing
CAUGHT ON terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar
CAUGHT BETWEEN terpotong, hancur, remuk
CONTACT WITH listrik, kimia, radiasi, panas, dingin
OVERSTRESS terlalu berat, cepat, tinggi, besar
EQUIPMENT FAILURE kegagalan mesin, peralatan
EVIRONMENTAL RELEASE masalah pencemaran
20. LEMAHNYA
KONTROL
KERUGIAN
PENYEBAB
DASAR
PENYEBAB
LANGSUNG
INSIDEN
SEBAB
LANGSUNG
PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK
APD KURANG, TIDAK LAYAK
PERALATAN RUSAK
RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
SISTEM PERINGATAN KURANG
BAHAYA KEBAKARAN
KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG
KEBISINGAN
TERPAPAR RADIASI
TEMPERATUR EXTRIM
PENERANGAN TIDAK LAYAK
VENTILASI TIDAK LAYAK
LINGKUNGAN TIDAK AMAN
OPERASI TANPA OTORISASI
GAGAL MEMPERINGATKAN
GAGAL MENGAMANKAN
KECEPATAN TIDAK LAYAK
MEMBUAT ALAT PENGAMAN
TIDAK BERFUNGSI
PAKAI ALAT RUSAK
PAKAI APD TIDAK LAYAK
PEMUATAN TIDAK LAYAK
PENEMPATAN TIDAK LAYAK
MENGANGKAT TIDAK LAYAK
POSISI TIDAK AMAN
SERVIS ALAT BEROPERASI
BERCANDA, MAIN-MAIN
MABOK ALKOHOL, OBAT
GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR
23. KONTAK
KERUGIAN
Manusia :
•Mati
• Luber
Peralatan
• Forklift rusak
Material :
• Waktu kerja
• Biaya
perawatan
• Biaya santunan
INSIDEN
INSIDEN
STRUCK AGAINST
menabrak bergerak
Forklift menabrak pekerja
STRUCK BY
tertabrak oleh benda bergerak
Pekerja tertabrak forklift
CAUGHT ON
terjepit diantara obyek besar
Pekerja terjepit forklift
OVERSTRESS
terlalu cepat
Mengoperasikan forklift terlalu cepat
PENYEBAB
LANGSUNG
PENYEBAB
DASAR
KELEMAHAN
KONTROL
KONDISI TAK
AMAN
PERBUATAN TAK
AMAN
PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK
LAYAK
Tidak ada safety line (garis
kuning) di ruang kerja
RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS
Ruang kerja relatif padat jo. PMP
No.7 th. 1964
SISTEM PERINGATAN KURANG
Tidak ada rambu/peringatan di
ruang kerja
OPERASI TANPA OTORISASI
Mengoperasikan forklift tanpa SIO
KECEPATAN TIDAK LAYAK
Mengoperasikan forklift dg
kecepatan tinggi
FAKTOR PRIBADI
FAKTOR KERJA
KEPATUHAN THD
STANDAR
PENGAWASAN/KEPEMIMPINAN
Tidak ada pengawasan supervisor
ENGINEERING
Forklift tidak dilengkapi alat
perlengkapan
MAINTENANCE
Forklift tdak layak operasi
STANDAR KERJA
Standar operasi tidak ada shg operator
mengopersikan dg kecepatan tinggi
KEMAMPUAN MENTAL TDK LAYAK
STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI
STRESS MENTAL
kel. Sakit
kejar terget
pulang cepat
cari operator pengganti
KURANG PENGETAHUAN
KURANG KEAHLIAN
Pengalamanan 1 bulan
KEPATUHAN TERHADAP
STANDAR
Atasan memberikan
perintah kpd operator
forklift yg tdk mempunyai
SIO jo. Permenaker No.
Per.01/MEN/1989
Memerintahkan cari
operator pengganti
ACCIDENT
25. Unsafe Condition
Kondisi tidak aman ....
Suatu kondisi yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan, antara lain :
Pengaman yang tidak sempurna
Peralatan kerja yang rusak
Tata kelola (housekeeping) yang jelek
Penerangan yang kurang
Lingkungan kerja dengan paparan B3 atau radiasi
Lingkungan kerja dengan kebisingan tinggi
Tempat kerja yang kotor, licin
26. Unsafe Condition
Kondisi tidak aman ....
o Ruangan dengan ventilasi yang kurang
o Alat pelindung diri yang tak memenuhi standard
o Mesin atau alat kerja yang tak cocok
o Suhu udara yang terlalu panas atau dingin
o Tidak adanya tanda peringatan / label
27. Unsafe action
Tindakan tidak aman.......
Tingkah laku/tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan, antara lain :
Mengoperasikan mesin/peralatan yang bukan
menjadi tanggung jawabnya
Menggunakan peralatan yang tidak sesuai
Bekerja sambil bergurau
Bersikap acuh/masa bodoh
Bekerja dalam kondisi mabuk
28. Unsafe action
Tindakan tidak aman ....
Tidak mentaati prosedur/peraturan
Melepaskan alat pengaman
Menjalankan mesin melebihi kecepatan yang
ditetapkan
Mengangkat/mengangkut berlebihan
Tidak memakai alat pelindung diri
30. Kerugian bagi Karyawan:
• Kematian, cacat tetap, cedera ringan.
• Masalah kejiwaan yang diakibatkan oleh cacat tetap,
kerusakan anggota tubuh atau kehilangan harta
benda.
• Kesedihan dan penderitaan keluarga.
• Beban masa depan.
30
31. Kerugian bagi perusahaan
• Biaya pengobatan dan pertolongan pertama.
• Biaya ganti rugi / kompensasi.
• Kerusakan peralatan produksi & material.
• Kelambatan produksi (kerugian waktu & penurunan produktivitas).
• Upah yang dibayarkan selama korban tidak berproduksi.
• Upah waktu hilang dari orang yang terlibat.
• Turunnya produktivitas setelah sikorban bekerja kembali.
• Biaya recruitment pegawai baru.
• Biaya pelatihan sampai karyawan baru memiliki kemampuan berproduksi yang
sama dengan korban.
• Biaya-biaya administrasi yang timbul.
• Berkurangnya kepercayaan masyarakat.
• Turunnya moral karyawan lainnya.
• Naiknya biaya / premi asuransi.
31
32. $1
$5 HINGGA $50
BIAYA DALAM PEMBUKUAN:
KERUSAKAN PROPERTI
(BIAYA YANG TAK
DIASURANSIKAN)
$1 HINGGA $3
BIAYA LAIN YANG
TAK DIASURANSIKAN
BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT
• Pengobatan/ Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)
•Kerusakan gangguan
•Kerusakan peralatan dan perkakas
•Kerusakan produk dan material
•Terlambat dan ganguan produksi
•Biaya legal hukum
•Pengeluaran biaya untuk penyediaan
fasilitas dan peralatan gawat darurat
•Sewa peralatan
•Waktu untuk penyelidikan
•Gaji terus dibayar untuk waktu yang hilang
•Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau
biaya melatih
•Upah lembur
•Ekstra waktu untuk kerja administrasi
•Berkurangnya hasil produksi akibat dari sikorban
•Hilangnya bisnis dan nama baik
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN
33. PRINSIP DASAR PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA
1. MENEMUKAN FAKTA/MASALAH
Identifikasi Bahaya
2. ANALISIS
Penilaian Resiko pemeringkatan resiko
3. PEMILIHAN /PENETAPAN ALTERNATIF/PEMECAHAN
Mengendalikan resiko
4. PELAKSANAAN
Tindakan
5. PENGAWASAN
Sejauhmanapelaksanaantdkmenyimpang darirencana
34. Bahaya di tempat kerja
MEKANIK DAN STRUKTUR
BAHAYA LISTRIK
MESIN DAN ALAT BANTU
TRANSPORTASI
BERJALAN DAN BEKERJA PADA PERMUKAAN
PANAS DAN IKLIM KERJA
BAHAYA TEKANAN
RADIASI
GETARAN DAN KEBISINGAN
PENANGANAN BAHAN
KEBAKARAN DAN PEMADAMAN
PELEDAKAN DAN BAHAN PELEDAK
BAHAYA BAHAN KIMIA/BERACUN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
BAHAYA BAHAN-BAHAN BIO
MEKANIK DAN STRUKTUR
BAHAYA LISTRIK
MESIN DAN ALAT BANTU
TRANSPORTASI
BERJALAN DAN BEKERJA PADA PERMUKAAN
PANAS DAN IKLIM KERJA
BAHAYA TEKANAN
RADIASI
GETARAN DAN KEBISINGAN
PENANGANAN BAHAN
KEBAKARAN DAN PEMADAMAN
PELEDAKAN DAN BAHAN PELEDAK
BAHAYA BAHAN KIMIA/BERACUN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
BAHAYA BAHAN-BAHAN BIO
35. Adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mengenal dan memperkirakan
adanya bahaya pada suatu system.
Upaya ini dilakukan melalui
mendiagnose dan menemukan bahaya
pada bagian dari suatu system dan
akibat yang akan ditimbulkan.
36. Untuk mengetahui adanya bahaya
pada suatu system
Untuk mengetahui potensi bahaya
baik akibat maupun frekuensinya.
Untuk mengetahui lokasi bahaya.
Untuk mengetahui bahwa bahaya
tertentu telah diberi perlindungan
Untuk analisa lebih lanjut
37. Mengidentifikasi seluruh proses/area
yang ada dalam segala kegiatan.
Mengidentifikasi sebanyak mungkin
aspek K-3 pada setiap proses/area yg
telah diidentifikasi sebelumnya.
Identifikasi K3 dilakukan pada suatu
proses kerja baik pada kondisi NORMAL
, ABNORMAL , EMERGENCY dan
MAINTENANCE
38. KATAGORI BESARNYA
BAHAYA
Untuk membantu proses identifikasi
bahaya dapat dikategorikan, sbb :
Mechanical
Electrical
Radiation
Chemical
Fire and explosion
39. DAFTAR POTENSI BAHAYA
Terpleset / Jatuh
Jatuh dari ketinggian
Kejatuhan benda asing
Ruang untuk kepala yang
kurang
Bahaya dari Mesin
Bahaya dari Kendaraan
Kebakaran & Ledakan
Zat yang terhirup
Zat yg mencederai Mata
Zat yg melukai kulit
Bahaya listrik
Radiasi
Getaran
Bising
Pencahayaan
Lingkungan terlalu
Panas
Kegiatan Kontraktor
Huru hara
40. KUNCI MENGIDENTIFIKASI
RISIKO
Kapan, kenapa, dimana, bagaimana kemungkinan
terjadinya risiko & siapa tenaga yang dilibatkan.
Apakah Sumber & akibat masing - masing risiko ?
Apakah banyak waktu yg terbuang, biaya dan
gangguan pemakai masing - masing risik ?
Apakah pengawasan yang ada dapat mengurangi
risiko ?
Apakah dibutuhkan penelitian mendalam
pada risiko tertentu ?
Apakah lingkup penelitian ?
Apakah sumber yang dibutuhkan untuk
melaksanakan penelitian ?
Apakah informasi yang diperoleh dapat
dipercaya ?
41. Unsur kegiatan, produksi, jasa sebuah organisasi
yang dapat berinteraksi dengan lingkungan.
Contoh Aspek K3 :
Ceceran Oli
Limbah Padat
Debu
Bau
Thiner
Bising
Getaran, dll
Contoh Dampak K3 :
Terpeleset
Kontaminasi tanah
Pencemaran Air
Pencemaran Udara
Kebakaran
Penurunan pendengaran
Tersengat listrik
Ledakan, dll
42. Pengendalian K3 terhadap kegiatan yang telah
diidentifikasi :
I. No Control, belum ada sistem pengendalian K3.
II. Engineering Control, Pengendalian dilakukan
melalui control dari bagian Engineering.
III. Procedures/WI, Pengendalian dilakukan melalui
prosedur atau instruksi kerja.
IV. Skill Training, Pengendalian dilakukan dengan
memberi pelatihan keterampilan terhadap personil
yang bersangkutan.
V. Special rules / permit, sebelum melaksanakan
pekerjaan harus mendapat ijin dari bagian / dept yang
bersangkutan.
VI. PPE (Personal Protection Equipment) / APD,
Pengendalian dilakukan dgn menggunakan APD.
43. Katagori Penilaian Bahaya dan Risiko :
KEMUNGKINAN TERJADI ( Likelihood )
1. (Rare) : Kemungkinan terjadi bahaya
SANGAT KECIL ( pada keadaan
luar biasa ).
2. (Unlikeky) : Biasanya tidak terjadi namun
kemungkinan terjadi tetap ada .
3. (Possible) : Kemungkinan terjadi bahaya kecil
atau merupakan suatu kebetulan.
4. (Likely) : Kemungkinan terjadi bahaya pada
suatu keadaan tertentu.
5. (Almost Certain) : Sangat mungkin terjadi
bahaya.
44. Katagori Penilaian Bahaya dan Risiko :
KESERIUSAN TERJADI ( Severity )
•(Insignificant) : Cedera hanya memerlukan
pengobatan P3K.
•(Minor) : Cedera memerlukan
perawatan medis, tetapi tetap masuk kerja .
•(Moderate) : Cedera memerlukan
perawatan medis, tetapi tidak dapat masuk
kerja.
•(Major) : Cedera yang SERIUS (
mengakibatkan cacat anggota atau sebagian
anggota tubuh)
•(Catastrophic) : Menimbulkan KORBAN
JIWA
45. 5 ( 5 )H ( 10 )H ( 15 )E ( 20 )E ( 25 )E
4 ( 4 )M ( 8 )H ( 12 )H ( 16 )E ( 20 )E
3 ( 3 )L ( 6 )M ( 9 )H ( 12 )E ( 15 )E
2 ( 2 )L ( 4 )L ( 6 )M ( 8 )H ( 10 )E
1 ( 1 )N ( 2 )L ( 3 )M ( 4 )H ( 5 )H
1 2 3 4 5
K
E
M
U
N
G
K
I
N
A
N
KESERIUSAN ( SEVERITY )
SCALE
TINGKAT BAHAYA ( RISK LEVEL )
•N (Negligible) : Tidak memerlukan tindakan khusus.
•L (Low Risk) : Pemantauan untuk memastikan tindakan pengendalian telah
berjalan dengan baik .
•M (Moderate) : Perlukan perhatian dan tambahan Prosedur /WI.
•H (High Risk) : Perlu mendapatkan perhatian pihak Manajemen dan
tindakan perbaikkan
•E (Extreme) : Perlu segera dilakukan tindakan perbaikkan
47. ELIMINASI
Eliminasi adalah tahap pertama, Eliminasi adalah
menghilangkan sumber dari bahaya. Menghilangkan sumber
bahaya dilakukan dengan meniadakan atau menghilangkan
peralatan atau pekerjaan yang menjadi sumber dari bahaya. Cara
ini adalah cara yang sangat aman karena dapat menekan resiko
ketingkat yang paling aman. Tetapi sering kali tidak dapat
dilakukan karena peralatan atau pekerjaan tersebut biasanya
merupakan bagian dari proses pekerjaan.
Contoh :
Pak Basyar akan mengganti lampu yang berada di ketinggian 15
meter,
Teknik Eliminasinya : Pak Basyar tidak mengganti lampu yang
berada di ketinggian 15 meter
48. SUBTITUSI
Tahap kedua adalah SUBTITUSI, subtitusi adalah
penggantian bahan, proses, tata cara ataupun
peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih
tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini
menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui
disain sistem ataupun desain ulang.
Contoh : Sistem genset yang dioperasikan secara
manual ketika saat mati lampu (black out) diganti
dengan sistem otomatis
49. ENGINEERING CONTROL
Tahap ketiga yaitu engineering control atau
pemisahan bahaya dengan pekerja serta untuk
mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem
mesin atau peralatan. Biasanya mesin atau sumber
bahaya tersebut dimodifikasi sedemikian rupa agar
potensi bahaya menjadi berkurang atau hilang sama
sekali.
Contoh : Menambah ventilasi atau memasang
exhaust fan di ruang genset , merelokasi lokasi
genset agar kebisingan berkurang
50. Administration Control
• Pengendalian Administrasi adalah pengendalian dari
sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan
dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan
mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup
untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman.
• Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan,
adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi
kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal
istirahat, investigasi dll.
• Contoh : Pembuatan instruksi kerja, SOP, serta
rambu peringatan di area kerja
51. PPE (Personal Protective Equipment)
Tahap terakhir adalah penggunaan PPE atau APD (Alat
Pelindung Diri),
Metode ini dilakukan sebagai pelengkap atau langkah terakhir
dari hirarki pengendalian. Tujuannya adalah Melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik,
meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja, dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Contoh : Pak Basyar akan melakukan penggantian lampu di
ketinggian 15 meter, maka Pak Basyar wajib menggunakan
APD yang sesuai dengan pekerjaannya, misal : Safety Helmet,
scafolding atau tangga, safety body harness dan sarung tangan
listrik
52. 1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu pengetahuan,
tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa
• Pengawasan & pemantauan pelaksanaan K3
2. STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3
3. INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja
masih memenuhi ketentuan & persyaratan K3
4. RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS & STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tkt kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi
LANGKAH-LANGKAH MENCEGAH KECELAKAAN
Menurut ILO ( International Larbour Organization )
LANGKAH-LANGKAH MENCEGAH KECELAKAAN
Menurut ILO ( International Larbour Organization )
53. 5. PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi TK
6. PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bid K3
• Bukan melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
7. ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan pencegahan kec dgn
pembayaran premi yg lebih rendah terhdp peusahaan
yang memenuhi syarat K3
8. PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA
• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dlm
upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja
54. Prinsip K3
• Bekerja dengan aman dan selamat merupakan persyaratan
utama dalam bekerja
• Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah
• K3 adalah tanggung jawab seluruh karyawan
• Manajemen Lini memiliki tanggung jawab untuk
mensupervisi dan melatih semua pekerja dalam area
tanggungjawabnya untuk bekerja dengan aman
• Semua bentuk paparan energi atau lainnya dapat dikurangi
sampai batas tertentu.
• Mencegah kecelakaan dan terjadinya nyaris celaka di tempat
kerja berperan dalam keberhasilan suatu kegiatan usaha
• Kesadaran K3 adalah sikap waspada terhadap apa yang
sedang di kerjakan dan apa yang sedang terjadi di sekitar
pekerja
54
55. MOTTO
PERLU
Satu menit untuk menulis konsep keselamatan
Satu jam untuk melaksanakan pertemuan keselamatan
Satu minggu merencanakan program keselamatan
Satu bulan untuk menerapkannya di tempat kerja
Satu tahun untuk mendapatkan penghargaan keselamatan
Sepanjang hidup untuk membudayakan kerja selamat
NAMUN HANYA MEMERLUKAN
Waktu sesaat untuk menghancurkan itu semua dengan
KECELAKAAN
56.
57. Pertanyaan
% Mengapa kita memakai APD?
% Apa tujuan pemakaian APD?
% Apa saja dasar pemilihan APD?
% Apa saja keterbatasan APD?
% Apa saja jenis-jenis APD?
% APD apa yang kita perlukan di
tempat kerja?
57
58. PEMILIHAN ALAT
PELINDUNG DIRI
I. DAPAT MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA YANG
DIHADAPI OLEH PEKERJA
II. MEMENUHI STANDARD
III. UKURAN YANG SESUAI
IV. BENTUK DAN WARNA MENARIK
V. BERATNYA SERINGAN MUNGKIN
VI. TIDAK MENIMBULKAN BAHAYA TAMBAHAN
VII. TIDAK MEMBATASI GERAK SI PEMAKAI
VIII.SUKU CADANGNYA MUDAH DIDAPAT
I. DAPAT MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA YANG
DIHADAPI OLEH PEKERJA
II. MEMENUHI STANDARD
III. UKURAN YANG SESUAI
IV. BENTUK DAN WARNA MENARIK
V. BERATNYA SERINGAN MUNGKIN
VI. TIDAK MENIMBULKAN BAHAYA TAMBAHAN
VII. TIDAK MEMBATASI GERAK SI PEMAKAI
VIII.SUKU CADANGNYA MUDAH DIDAPAT
58
59. Peringatan :
Apabila kita sudah memakai alat pelindung
diri yang sesuai, kita masih dituntut untuk selalu
berhati-hati karena alat pelindung diri yang kita
pakai mempunyai keterbatasan.
Peringatan :
Apabila kita sudah memakai alat pelindung
diri yang sesuai, kita masih dituntut untuk selalu
berhati-hati karena alat pelindung diri yang kita
pakai mempunyai keterbatasan.
59
60. KETERBATASAN
ALAT PELINDUNG DIRI
a. Terbatas daerah yang dilindungi
b. Terbatas kemampuannya
c. Terbatas jenis bahaya yang dilindungi
d. Terbatas waktu pemakaiannya
60
61. JENIS ALAT
PELINDUNG DIRI
1. ALAT PELINDUNG KEPALA
2. ALAT PELINDUNG
PERNAFASAN
3. ALAT PELINDUNG TELINGA
4. ALAT PELINDUNG MATA
DAN MUKA
5. ALAT PELINDUNG BADAN
6. ALAT PELINDUNG
ANGGOTA BADAN
7. ALAT PENCEGAH JATUH
8. ALAT PENCEGAH
TENGGELAM
61
63. Alat pelindung diri yang berfungsi untuk
melindungi tempurung / batok kepala dari
benturan atau jatuhan benda – benda keras, dan
mengurangi kejutan listrik bila kepala terpapar
dekat penghantar listrik
Alat pelindung diri yang berfungsi untuk
melindungi tempurung / batok kepala dari
benturan atau jatuhan benda – benda keras, dan
mengurangi kejutan listrik bila kepala terpapar
dekat penghantar listrik
63
1. ALAT PELINDUNG KEPALA
( SAFETY HELMET )
Pakailah selalu Safety Helmet pada area
dengan tanda wajib memakai pelindung
kepala
64. Berdasarkan standar ANSI Z89.1 (2003) safety Head diklasifikasikan menjadi dua type, antara lain:
Type 1 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas
Type 2 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas sekaligus dari samping
Selain itu Safety head juga digolongkan menjadi beberapa kelas, yaitu kelas G,E, dan C yang didasarkan
pada hubungan dengan kelistrikan.
Kelas E (Electrical) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 20.000 Volt.
Test dengan tegangan 20,000V AC, 60 Hertz selama 3 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 9 mill
ampere
Kelas G (General) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 2.200 Volt.
Test dengan tegangan 2, 200V AC, 60 Hertz selama 1 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 3 mill
ampere.
Kelas C (Conductive) untuk safety head yang tidak dapat digunakan melindungi dari bahaya
kelistrikan
Sedangkan menurut ANSI Z89.1 1969 Terdapat
• kelas A untuk limited voltage protection
• kelas C untuk no voltage protection
• kelas D untuk limited voltage protection, untuk fire fighter service
Berdasarkan standar ANSI Z89.1 (2003) safety Head diklasifikasikan menjadi dua type, antara lain:
Type 1 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas
Type 2 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas sekaligus dari samping
Selain itu Safety head juga digolongkan menjadi beberapa kelas, yaitu kelas G,E, dan C yang didasarkan
pada hubungan dengan kelistrikan.
Kelas E (Electrical) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 20.000 Volt.
Test dengan tegangan 20,000V AC, 60 Hertz selama 3 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 9 mill
ampere
Kelas G (General) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 2.200 Volt.
Test dengan tegangan 2, 200V AC, 60 Hertz selama 1 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 3 mill
ampere.
Kelas C (Conductive) untuk safety head yang tidak dapat digunakan melindungi dari bahaya
kelistrikan
Sedangkan menurut ANSI Z89.1 1969 Terdapat
• kelas A untuk limited voltage protection
• kelas C untuk no voltage protection
• kelas D untuk limited voltage protection, untuk fire fighter service
64
PENGELOMPOKAN HELM SAFETY
66. PENGUJIAN SAFETY HELMET
66
1. Uji kekuatan :
Helmet dipasang pada kepala buatan
kemudian besi dijatuhkan yang dapat
memberi benturan 4 – 8 kg, lekukan yang
terjadi tidak boleh melebihi jarak antara
helmet dengan anyaman penyangga.
2. Uji kekakuan
Tepi helmet ditekan dengan gaya 90 N
selama 8 – 10 detik, lekukan tidak boleh
melebihi 5 mm.
1. Uji kekuatan :
Helmet dipasang pada kepala buatan
kemudian besi dijatuhkan yang dapat
memberi benturan 4 – 8 kg, lekukan yang
terjadi tidak boleh melebihi jarak antara
helmet dengan anyaman penyangga.
2. Uji kekakuan
Tepi helmet ditekan dengan gaya 90 N
selama 8 – 10 detik, lekukan tidak boleh
melebihi 5 mm.
67. 1. Purifying respirator
Orang yg memakai alat ini,
udara pernafasannya diambil
dari hasil proses pemurnian
udara lingkungan yang
terkontaminasi.
Cara kerja alat ini dibagi tiga :
a. Secara kimia / chemical
B. Secara mekanik / mechanical
C. Kombinasi / combination
1. Purifying respirator
Orang yg memakai alat ini,
udara pernafasannya diambil
dari hasil proses pemurnian
udara lingkungan yang
terkontaminasi.
Cara kerja alat ini dibagi tiga :
a. Secara kimia / chemical
B. Secara mekanik / mechanical
C. Kombinasi / combination
67
2. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN
( RESPIRATORY PROTECTION EQUIPMENT )
68. 2. Supplying Respirator
Orang yang memakai alat ini
udara
pernafasannya disuplai dari luar
sehingga
relatif tidak terpengaruh oleh
kondisi
udara lingkungan yang dihadapi.
Jenis ini ada dua type :
1. Air line
2. SCBA ( self contained
breathing apparatus )
2. Supplying Respirator
Orang yang memakai alat ini
udara
pernafasannya disuplai dari luar
sehingga
relatif tidak terpengaruh oleh
kondisi
udara lingkungan yang dihadapi.
Jenis ini ada dua type :
1. Air line
2. SCBA ( self contained
breathing apparatus )
68
2. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN
71. ALAT INI DIGUNAKAN UNTUK
MERENDAM SUARA YANG TIDAK
DIKEHENDAKI / BISING.
ALAT INI ADA DUA JENIS :
a. EAR PLUG lebih murah,
disposable, NRR cukup tinggi,
kadang-kadang susah
berbicara dengan si pemakai.
b. EAR MUFF lebih mahal,
lebih tahan lama, NRR lebih
tinggi daripada ear plug
ALAT INI DIGUNAKAN UNTUK
MERENDAM SUARA YANG TIDAK
DIKEHENDAKI / BISING.
ALAT INI ADA DUA JENIS :
a. EAR PLUG lebih murah,
disposable, NRR cukup tinggi,
kadang-kadang susah
berbicara dengan si pemakai.
b. EAR MUFF lebih mahal,
lebih tahan lama, NRR lebih
tinggi daripada ear plug
71
3. ALAT PELINDUNG TELINGA
73. Dasar Perlindungan Telinga
1. Kebisingan menyebabkan
berkurangnya pendengaran bila
terpapar pada kebisingan >90 dBA
2. Perlindungan telinga harus
dilakukan bila paparan >85dBA
3. Apabila tingkat kebisingan semakin
tinggi maka waktu paparan makin
singkat
1. Kebisingan menyebabkan
berkurangnya pendengaran bila
terpapar pada kebisingan >90 dBA
2. Perlindungan telinga harus
dilakukan bila paparan >85dBA
3. Apabila tingkat kebisingan semakin
tinggi maka waktu paparan makin
singkat
73
75. a. SINAR INFRA MERAH ATAU SINAR ULTRA VIOLET
PADA PEKERJAAN PENGELASAN / SPECTROS.
b. BUTIRAN KERAS PADA PEKERJAAN LOGAM
c. BUTIRAN DEBU ATAU BUTIRAN PADAT LAINNYA.
a. SINAR INFRA MERAH ATAU SINAR ULTRA VIOLET
PADA PEKERJAAN PENGELASAN / SPECTROS.
b. BUTIRAN KERAS PADA PEKERJAAN LOGAM
c. BUTIRAN DEBU ATAU BUTIRAN PADAT LAINNYA.
75
ALAT PELINDUNG MATA ( GOGGLES ) BERFUNGSI
UNTUK MELINDUNGI MATA DARI :
4. ALAT PELINDUNG MATA
DAN MUKA
77. GOOGLES
Goggles melindungi mata dengan
karateristik terpasang dekat wajah dan
mengitari area mata. APD ini melindungi
lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti
percikan cairan, uap logam uap, serbuk dan
debu agar tetap aman dan kecelakaan dapat
diminimalkan.
77
78. Face shield memberikan
perlindungan wajah
menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi
peleburan logam, percikan
bahan kimia atau partikel
yang melayang. Peralatan ini
hanya melindungi wajah
sehingga pemakaian safety
glasses pengaman harus
dikombinasi.
PELINDUNG MUKA ( FACE SHIELD )
78
79. Alat pelindung wajah yang
lain adalah welding helmets
(topeng las) berfungsi
memberikan perlindungan
pada wajah dan mata.
Welding Helmets digunakan
pada proses pengelasan yang
berfungsi sebagai pelindung
sekunder untuk melindungi
diri dari UV, panas dan
tubrukan.
PELINDUNG MUKA ( FACE SHIELD )
79
80. PENCUCI MUKA DAN WAJAH
Beberapa langkah perlindungan mata dan wajah yaitu
pencucian mata dengan peralatan sesuai standar peraturan
Amerika Serikat (AS) : 29 CFR 1910.151(c) dan ANSI Z358.1- .
Jenis peralatan pencucian mata dan wajah
Beberapa langkah perlindungan mata dan wajah yaitu
pencucian mata dengan peralatan sesuai standar peraturan
Amerika Serikat (AS) : 29 CFR 1910.151(c) dan ANSI Z358.1- .
Jenis peralatan pencucian mata dan wajah
80
1. Pencucian Mata dan muka
Prinsip alat pencuci yaitu kran
dinyalahkan dan pastikan air kran
diarahkan ke kelopak mata yang
terkena percikan. Pencucian dilakukan
hingga tidak terasa lagi perih akibat
kotoran ataupun zat lain.
81. PENCUCI MUKA DAN WAJAH
2. Shower
Prinsip alat ini cukup
menarik bandle dan air akan
keluar. Standar : ANSI
Z358.1-2004
2. Shower
Prinsip alat ini cukup
menarik bandle dan air akan
keluar. Standar : ANSI
Z358.1-2004
81
3. Drench hose
Alat ini memiliki kemiripian
dengan alat pencuci mata,
drench hose pencucian
langsung diarahkan ke mata
bermasalah.
3. Drench hose
Alat ini memiliki kemiripian
dengan alat pencuci mata,
drench hose pencucian
langsung diarahkan ke mata
bermasalah.
82. 1. Appron dari bahan kulit, digunakan
untuk melindungi badan dari bahan-
bahan panas pada pengelasan atau
pengecoran logam
2. Appron dari bahan PVC, untuk
melindungi badan dari bahan kimia
pada pekerjaan laboratorium atau
instalasi pencampuran tel
3. Appron dari bahan Pb, untuk
melindungi badan dari bahaya radiasi
1. Appron dari bahan kulit, digunakan
untuk melindungi badan dari bahan-
bahan panas pada pengelasan atau
pengecoran logam
2. Appron dari bahan PVC, untuk
melindungi badan dari bahan kimia
pada pekerjaan laboratorium atau
instalasi pencampuran tel
3. Appron dari bahan Pb, untuk
melindungi badan dari bahaya radiasi
82
5. ALAT PELINDUNG BADAN
84. 84
6. ALAT PELINDUNG ANGGOTA BADAN
1. SARUNG TANGAN (GLOVES), DIGUNAKAN UNTUK
MELINDUNGI JARI TANGAN SAMPAI BATAS DIBAWAH SIKU
TERHADAP BAHAYA :
•DARI KULIT
A. Bahaya panas
•DARI PB
B. BAHAYA RADIASI MENGION
•DARI PVC
C. BAHAYA BAHAN KIMIA
D. BAHAYA BAHAN KIMIA
E. BAHAYA BAHAN KIMIA
F. BAHAYA BAHAN KIMIA
DARI KARET
DARI KATUN
DARI KULIT
85. 2. Alat pelindung lengan
85
Seperti pada sarung tangan, alat ini
terbuat dari beraneka macam bahan
yang sesuai dengan bahaya yang
dilindungi
Seperti pada sarung tangan, alat ini
terbuat dari beraneka macam bahan
yang sesuai dengan bahaya yang
dilindungi
87. Alat pelindung kaki
( safety shoes )
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan melindungi
kaki dari bahaya kejatuhan benda berat, percikan
cairan dan tertusuk oleh benda-benda tajam.
Pelindung kaki harus memenuhi standar ANSI dengan
syarat :
a. Sepatu berujung baja tahan tubrukan, penetrasi,
tekanan, dll.
b. Sepatu dengan sol anti gelincir dan non-skid.
c. Tahan kimia (karet, vinil, plastik jahitan sintesis
untuk menolak penetrasi kimia) Anti-statis, tahan
suhu tinggi, pelindung listrik dan kedap air.
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan melindungi
kaki dari bahaya kejatuhan benda berat, percikan
cairan dan tertusuk oleh benda-benda tajam.
Pelindung kaki harus memenuhi standar ANSI dengan
syarat :
a. Sepatu berujung baja tahan tubrukan, penetrasi,
tekanan, dll.
b. Sepatu dengan sol anti gelincir dan non-skid.
c. Tahan kimia (karet, vinil, plastik jahitan sintesis
untuk menolak penetrasi kimia) Anti-statis, tahan
suhu tinggi, pelindung listrik dan kedap air. 87
89. 1. SABUK KESELAMATAN (SAFETY BELT) ,
BERFUNGSI UNTUK MELINDUNGI SI PEMAKAI
DARI KEMUNGKINAN JATUH DARI SUATU
KETINGGIAN , DIGUNAKAN PADA PEKERJAAN
2 M ATAU LEBIH DARI LANTAI KERJA.
2. SABUK UNTUK PENOLONG, DIGUNAKAN
UNTUK MENOLONG KORBAN PADA SUATU
KETINGGIAN.
3. Life-Safety Harness
1. SABUK KESELAMATAN (SAFETY BELT) ,
BERFUNGSI UNTUK MELINDUNGI SI PEMAKAI
DARI KEMUNGKINAN JATUH DARI SUATU
KETINGGIAN , DIGUNAKAN PADA PEKERJAAN
2 M ATAU LEBIH DARI LANTAI KERJA.
2. SABUK UNTUK PENOLONG, DIGUNAKAN
UNTUK MENOLONG KORBAN PADA SUATU
KETINGGIAN.
3. Life-Safety Harness
7. ALAT PENCEGAH JATUH
91. Alat pencegah tenggelam (life jacket )
berfungsi untuk melindungi pemakai
dari kemungkinan bahaya tenggelam
pada pekerjaan diatas air
91
8.ALAT PENCEGAH TENGGELAM