SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
BAB X
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
A. Pengantar
● Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang
dipilih akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian
atau menguji hipotesis. Oleh sebab itu data perlu diolah dan
dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah.
● Ada dua jenis data hasil pengukuran, yakni data kuantitatif
dan data kualitatif.
● Data kualitatif bisa disusun dan langsung ditafsirkan untuk
menyusun kesimpulan penelitian.
● Caranya melalui kategorisasi data kualitatif berdasarkan
masalah dan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti tidak
perlu melakukan pengolahan melalui perhitungan matematis
sebab data telah memiliki makna apa adanya.
● Berbeda halnya dengan data kuantitatif yang sifatnya numerikal.
Maknanya belum menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan
pengolahan dan analisis lebih lanjut.
● Salah satu cara untuk mengolah dan menganalisis data kuantitatif
adalah statistika.
● Penggunaan statistika dalam penelitian khususnya mengolah
dan menganalisis data dibedakan dua macam statistika, yakni
statistika deskriptif dan statistika inferensial.
● Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel
penelitian yang diperoleh melalui hasil-hasil pengukuran.
● Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan
membuat generalisasi.
● Teknik generalisasi yang biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan hasil penelitian antara persen, kuartil, ranking
kecenderungan memusat (rata-rata, median, modus), variasi,
simpangan baku, visualisasi data seperti bagan, tabel, grafik, dan
lain-lain.
● Pemakaian teknik tersebut tergantung pada data hasil pengukuran.
● Bila data hasil pengukuran dalam bentuk data nominal atau
kategori, digunakan teknik persen, kuartil, modus, median
ranking.
● Nilai rata-rata, variansi, simpangan baku, digunakan bila datanya
bersifat interval atau rasio.
● Kuesioner, pada umumnya menghasilkan data nominal dan
ordinal, sehingga bisa menggunakan teknik persen, ranking,
modus, dan proporsi lainya seperti kuartil.
● Tes dapat menghasilkan data interval sehingga bisa dihitung nilai
rata-rata, variansi, dan simpangan baku.
● Visualisasi data, baik data nominal ordinal maupun data interval
dan data rasio dapat dilukiskan melalui grafik, tabel, dan lain-lain.
● Temuan penelitian terutama deskripsi variabel penelitian yang
diperoleh melalui instrumen tertentu umumnya dilukiskan atau
dijelaskan melalui statistik deskriptif.
● Statistik deskriptif diperlukan untuk analisis data lebih lanjut
melalui statistik analitik. Oleh sebab itu penggunaan statistik
deskriptif mutlak diperlukan dalam penelitian kuantitatif.
● Statistik inferensial merupakan kelanjutan dari statistik
deskriptif, digunakan untuk pengujian hipotesis dan
persyaratan-persyaratannya serta untuk keperluan generalisasi
hasil penelitian.
● Analisis data hasil penelitian seperti membandingkan variabel,
menghubungkan dua variabel atau lebih, mencari pengaruh
variabel satu terhadap variabel satu terhadap variabel lainnya,
efektivitas suatu variabel, interaksi dari beberapa variabel,
memerlukan statistik inferensial.
● Beberapa teknik statistik inferensial yang sering digunakan
antara lain, khi-kuadrat, uji perbedaaan dua rata-rata, korelasi,
analisis variansi, regrasi, analisis faktor, dan lain-lain.
● Uji perbedaan dua rata-rata atau uji t, digunakan untuk melihat
adanya tidaknya perbedaan yang berarti dari dua hasil pengukuran
suatu variabel atau dari dua variabel yang diteliti.
● Korelasi digunakan untuk melihat hubungan dari dua hasil
pengukuran atau dua variabel yang diteliti. Derajat korelasi
dinyatakan dalam angka koefisien korelasi yang bergerak antara
-1,0 sampai +1,0.
● Khi-kuadrat digunakan untuk melihat perbedaan frekuensi
jawaban hasil pengamatan dengan frekuensi jawaban yang
diharapkan (teoritik).
● Analisis variansi digunakan untuk melihat perbedaan dua variabel
atau lebih dan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel
lainnya.
● Regresi digunakan untuk melihat atau memperkirakan variabel
yang satu atas variabel yang lainnya, seperti sumbangan variabel,
pengaruh variabel, hubungan sebab akibat.
● Analisis faktor digunakan untuk melihat hubungan berbagai
faktor dan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap suatu
variabel tertentu.
● Dalam analisis data dengan menggunakan teknik statistika, yang
penting bukan statistikanya, tetapi makna yang terkandung
didalamnya, sebab statistika sekedar alat. Misalnya, bila diketahui
simpangan baku 7,0 atau ada korelasi 0,80 peneliti tidak berhenti
sampai di situ.
● Yang lebih penting apa makna simpangan baku sebesar 7,0 dari
data tersebut, dan apa makna hubungan variabel penelitian
sebesar 0,80. Hal ini perlu dinyatakan agar peneliti tidak terjebak
dengan penggunaan statistika sehingga melupakan hakikat dan
makna penelitian itu sendiri.
● Statistika jangan dijadikan tujuan tetapi alat untuk mencapai
tujuan penelitian dan menarik kesimpulan penelitian.
B. Pengolahan Data
● Sebelum dilakukan analisis data untuk keperluan pendeskripsian
variabel maupun untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu harus
dilakukan pengolahan data.
● Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil
pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga
memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Upaya yang
dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan hasil pengukuran terlebih lagi pengukuran
melalui tes sesuai dengan kunci jawabannya sampai
kepada skoring.
2. Tabulasi data, tabulasi skor hasil pengukuran melalui
tabel-tabel distribusi frekuensi skor untuk tes dan frekuensi
jawaban kuesioner yang menghasilkan data nominal.
3. Melakukan kajian terhadap tabel distribusi sesuai dengan
kepentingan penelitian, dan jenis data yang diperoleh.
● Dari kajian tersebut diharapkan dapat ditemukan besaran-
besaran variabel yang diteliti. Misalnya proporsi dalam bentuk
persen jawaban atau dalam bentuk nilai/skor kecenderungan
memusat, ukuran keragaman dan lain-lain.
● Besaran-besaran ini diperlukan untuk menghasilkan data hasil
penemuan dan interpretasinya. Kajian data ini menggunakan
statistik deskriptif.
C. Penggunaan Statistika
● Penggunaan statistika dalam pengolahan data biasanya
berkisar pada teknik-teknik statistika, antara lain; sebaran
frekuensi, ukuran memusat, ukuran keragaman, skor baku,
kolerasi, khi-kuadrat, analisa variansi, regresi.
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001).
1. Contoh Sebaran Frekuensi
● Skala data nominal menghasilkan data dalam bentuk kategori
jawaban yang bisa dihitung jumlahnya dan dilukiskan dalam
bentuk tabel frekuensi jawaban.
● Sekedar contoh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel Identitas Responden
Tingkat pendidikan f % R
a. Tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMTP
d. Tamat SMTA
24
36
70
70
12.00
18.00
35.00
35.00
4,0
3,0
1,5
1,5
● Tabel frekuensi di atas adalah tabel frekuensi jawaban responden
mengenai tingkat pendidikannya. f = menunjukkan jumlah
jawaban dari responden yang terdiri dari 200 orang, % adalah
persentase jawaban dihitung dari jumlah responden diperoleh
melalui perhitungan
R adalah rangking atau nomor urut frekuensi jawaban dimulai
dari frekuensi terbesar menuju ke frekuensi terkecil.
f
n
X 100.
● Dari tabel di atas peneliti dapat membuat tafsiran bagaimana
keadaan responden dilihat dari tingkat pendidikan yang
dimilikinya. Penampilan data di atas dapat juga divisualisasikan
dalam bentuk grafik seperti berikut.
f 70
60
50
40
30
20
10
Tidak
Tamat
SD
Tamat
SD
Tamat
SMTP
Tamat
SMTA
Tingkat pendidikan
2. Contoh Visualisasi data dalam grafik
● Ada dua grafik yang sering digunakan, yakni grafik histogram
dan poligon. Histogram adalah grafik batang, dan poligon
adalah grafik garis. Perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar Grafik Histogram dan Poligon
frekuensi
25
20
15
10
5
53 68
58 63 73
3. Ukuran Kecenderungan Memusat
● Ada tiga kecenderungan memusat yang sering digunakan, yakni
nilai rata-rata (mean), median atau titik tengah dan modus.
● Mean diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi
dengan banyaknya subyek.
● Median adalah skor yang membatasi 50% berada di atasnya dan
50% lagi berada di bawahnya.
● Modus adalah skor yang paling banyak diperoleh subyek.
● Nilai rata-rata (mean) diberi notasi x dihitung dengan
menggunakan rumus.
1
n
x =
n
∑
i = 1
fixi
fi = frekuensi xi n = banyaknya subjek
Untuk data yang digolongkan x1 adalah titik tengah.
Dalam contoh skor yang ada pada tabel di atas dapat dihitung nilai
rata-ratanya adalah sebagai berikut:
x =
1
50
(2 x 53 + 11 x 58 + 22 x 63 + 12 x 68 + 3 x 73)
= 63,30.
● Median diberi notasi x adalah titik tengah dari data yang telah
diurutkan sehingga membatasi setengahnya berada dibawahnya
dan setengahnya lagi berada di atasnya.
Contoh: 5,5,6,7,7,8,8,8,9 mediannya adalah 7
4,5,5,6,7,8,8,9,9,9 mediannya adalah
● Modus adalah skor atau nilai yang mempunyai frekuensi
terbanyak. Notasi modus adalah x . Modus merupakan
kecenderungan yang paling kasar.
● Contoh: 4,5,6,6,6,6,7,7,8,9. Modusnya adalah 6 sebab nilai
tersebut ada empat kali, atau empat subjek.
● Bila kumpulan nilainya sebagai berikut: 4,5,6,7,8 modusnya
tidak ada.
● Bila nilainya sebagai berikut: 4,5,5,6,7,7,8 modusnya ada 2 yakni
5 dan 7.
~
7 + 8
2
= 7,5
^
● Kumpulan nilai yang mempunyai 2 modus disebut bimodal, dan
kalau mempunyai lebih dari 2 modus disebut multimodal.
Untuk data yang digolongkan dapat dihitung dengan rumus:
fm – fb
(fm – fb) + (fm – fa)
x = L1 + i
^
fm = frekuensi modus artinya frekuensi rentangan yang paling
banyak.
fb = frekuensi pada rentangan skor yang nilainya berada satu
tingkat di bawah rentangan frekuensi modus.
fa = frekuensi pada rentangan skor yang nilainya berada satu
tingkat di atas rentangan frekuensi modus.
i = besarnya kelas interval
Li = batas bawah kelas modus
skor f
51 – 55 2
56 – 60 11
61 – 65 22
66 – 70 12
71 – 75 3
(22 – 11)
(22 – 11) + (22 – 12)
x = 60,5 + 5
^ = 63,12
4. Pengujian Hipotesis
● Salah satu bagian penting dari statistik inferensial adalah
pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol
diberi notasi Ho yakni pernyataan yang menunjukkan
kesamaan atau tidak berbeda. Ho : p = q
● Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif
atau hipotesis kerja diberi notasi H1, yang menunjukkan
perbedaan atau tidak sama misalnya: H1 : p ≠ q atau H1 : p > q
atau p < q.
● Prosedur yang memungkinkan peneliti menerima atau menolak
hipotesis nol, atau menentukan apakah data sampel berbeda
nyata dari hasil yang diharapkan disebut pengujian hipotesis.
Jika hipotesis nol ditolak artinya hipotesis alternatif diterima,
sebaliknya jika hipotesis nol diterima berarti hipotesis
alternatif ditolak.
● Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui statistik
pengujian t, yaitu satu variabel acak yang nilainya bergantung
kepada data sampel. Ruang sampel t dibagi dua bagian yaitu
daerah penerimaan dan daerah penolakan atau daeraah kritis.
Jika nilai statistik sampel t termasuk daerah penolakan, artinya
menolak hipotesis nol, dan bila nilai t statistik sampel berada
pada daerah penerimaan artinya menerima hipotesis nol.
1. Pengujian Distribusi Normal
● Distribusi normal sebagai dasar pengujian dilukiskan sebagai
berikut:
● Luas daerah yang diarsir seluruhnya adalah 0,05 dan
bilangan ini (0,05) disebut taraf nyata (∞) daripada pengujian.
● Kriterianya adalah:
1. Tolak Ho pada taraf nyata 0,05 bila nilai z terletak di luar
selang (-1.96 + 1,96) yaitu bila z > 1,96 atau z < -1,96.
2. Terima Ho pada taraf nyata 0,05 bila nilai z terletak di dalam
selang (-1.96 + 1,96) .
0,95
daerah penerimaan
0
daerah kritis
(penolakan)
daerah kritis
(penolakan)
z = - 1,96 z = + 1,96
● Taraf nyata lainnya biasa dipakai 0,01 dengan selang (- 2,58 +
2,58).
0,99
penerimaan
0
penolakan
z = - 2,58 z = 2,58
penolakan
● Ada dua macam pengujian yaitu pengujian dua arah atau dua
ekor dan pengujian satu arah atau satu ekor. Pengujian mana
yang digunakan bergantung kepada hipotesis alternatif. Jika H1
dinyatakan p ≠ q maka digunakan pengujian dua arah, namun
bila H1 : p > q maka gunakan pengujian satu arah.
● Untuk pengujian dua arah:
0,95
daerah
penerimaan
0
daerah
penolakan
- 1,96 196
daerah
penolakan
α = p(z > 1,96) = 0,05
● Untuk pengujian satu arah
daerah penerimaan
daerah penerimaan
daerah
penolakan
daerah
penolakan
0 1,645 - 1,645 0
α = p(z > - 1,645) = 0,05 α = p(z < - 1,645) = 0,05
Menentukan titik kritis pengujian distribusi normal gunakan
tabel distribusi normal z.
2. Pengujian dengan sampel besar
Untuk pengujian sampel besar dengan populasi tak terhingga
digunakan nilai rata-rata dan variansi.
● Pengujian untuk rata-rata
Misalkan dari 100 orang guru sebagai sampel diperoleh
rata-rata kenaikan tingkatnya adalah setelah 60 bulan dengan
simpangan baku 5 bulan. Menurut ketentuan kepegawaian
kenaikan tingkat guru setelah punya pengalaman kerja 48
bulan. Benarkah peraturan atau ketentuan itu?
H0 = 48 dan H1 ≠ 48. Kita ambil α = 0,05.
z = 60 – 48
5
= 2,80. Karena z > 1,96 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya kenaikan pangkat guru benar-benar tidak 48 bulan.
● Pengujian proporsi
Misalkan: Sebuah Lembaga Bimbingan tes mengatakan
bahwa 90% siswa yang ikut bimbingan tes di lembaganya
berhasil diterima di SMPTN. Dari 200 peserta bimbingan tes
ternyata yang lulus SMPTN ada 160 siswa. Benarkah
pernyataan lembaga tersebut?
n = 200 x = 160. Kita uji pada taraf nyata 0,05
H0 : p = 0,90 H1 : p < 0,90. (uji satu skor)
160 – 200 x 0,90
z =
200 x 0,90 x 0,10
= - 4,73
Karena z < -1,645 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
pernyataan lembaga tak benar.
● Pengujian selisih dua rata-rata
Misalkan dua kelas yang paralel masing-masing terdiri dari
50 orang dan 60 orang siswa. Nilai rata-rata hasil ujian Bahasa
Inggris kelas pertama adalah 71 dengan simpangan baku 7 dan
kelas berikutnya adalah 74 dengan simpangan bakunya 8.
Apakah terdapat perbedaan yang nyata dari kedua kelas tersebut?
H0 : x1 = x2 H1 : x1 ≠ x2 Pengujian dengan 0,05
x1 – x2 71 - 74
z = =
s1² s2² 49 64
n1 n2 50 60
= - 2,10
Ternyata z = lebih kecil daripada -1,96 sehingga tolak H0 atau
terima H1. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari hasil ujian
kedua kelas tersebut.
+ +
● Pengujian selisih dua proporsi
Misalkan ada dua kelas siswa paralel masing-masing 100 orang.
Kelas pertama diberikan pengajaran dengan CBSA, kelas kedua
tanpa CBSA. Setelah diuji dengan tes yang sama dengan CBSA
lulus dengan nilai baik ada 70 orang siswa sedangkan dari kelas
tanpa CBSA lulus 60 orang. Apakah CBSA efektif sebagai
pendekatan mengajar?
Misalkan kelas A dengan menggunakan CBSA adalah p1 dan
kelas B tanpa CBSA adalah p2
H0 : p1 = p2
H1 : p1 ≠ p2
● Pengujian dengan taraf nyata 0,05
70 + 60
200
0,70 – 0,60
0,65 x 0,35 ( + )
= 1,492
p = = 0,65 q = 1 – 0,65 = 0,35
z =
1
100
1
100
Harga z ternyata lebih kecil dari 1,645 (uji satu ekor) pada taraf
0,05. Dengan demikian terima H0 atau tolak H1. Artinya CBSA
tidak efektif, perbedaan hanya faktor kebetulan.
3. Pengujian dengan sampel kecil
Pengujian sampel besar biasanya untuk n lebih banyak dari 30.
Sedangkan untuk n kurang dari 30 termasuk sampel kecil.
● Pengujian rata-rata (uji-t)
Misalkan akan menguji rata-rata prestasi Bahasa Inggris,
apakah skor rata-rata 60 dari Mahasiswa Universitas
Wiraswasta berbeda pada taraf nyata 0,05. Untuk itu diambil
10 orang mahasiswa dari populasi di Universitas tersebut, dan
menghasilkan nilai rata-ratanya adalah 63,5 dengan simpangan
baku 4,8.
H0 : x = 60
H1 : x ≠ 60 dengan α = 0,05
Derajat bebas = n – 1 = 9
Dalam tabel distribusi t diperoleh nilai tabel untuk α = 0,05
adalah 2,262 (dua arah).
x – 60
s
63,5 – 60
4,8
= 2,187
Nilai t = 2,187 < 2,262 sehinga H0 diterima H1 ditolak. Artinya
prestasi mahasiswa tersebut benar 60.
t = n - 1
9 . ( )
● Pengujian selisih dua rata-rata (uji-t)
Misalkan: Akan menguji prestasi siswa Jurusan A1dan A2
salah satu SMA di Banjarmasin dalam prestasi belajar
Bahasa Indonesia. Sampel diambil 15 siswa A1 dan 10 orang A2
ternyata diperoleh nilai rata-rata Jurusan A1 75 dengan simpangan
baku 5, dan jurusan A2 diperoleh nilai rata-ratanya dengan 70
dengan simpangan baku 4.
H0 : x1 = x2
H1 : x1 ≠ x2
Pengujian dilakukan dengan α = 0,05 dengan derajat bebas
n1 + n2 – 2 = 23.
n1 n2 (n1 + n2 – 2) x1 – x2
n1 + n2 n1 s1² + n2 s2²
15. 10 . 23 75 - 70
25 15 . 25 + 10 . 16
345 5
25 535
= (3,71) (0,216)
= 0,80
t = .
t =
.
= .
Nilai t tabel untuk α = 0,05 dengan derajat bebas 23 adalah
2,069. Dengan demikian t hitung lebih kecil daripada t tabel
atau 0,80 < 2,069. Berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
Kesimpulan tidak ada perbedaan prestasi Bahasa Indonesia
antara Jurusan A1 dengan A2.
Uji t lainnya dengan menggunakan salah baku perbedaan dua
rata-rata (S)
∑ x1² + ∑ x2² 1 1
N1 + n2 -2 n1 n2
x1² = jumlah simpangan yang dikuadratkan dari kelompok satu
x2² = jumlah simpangan yang dikuadratkan dari kelompok dua
x = selisih skor dengan rata-ratanya.
x1 – x2
S
S = ( ) ( + )
t =
4. Pengujian Khi-Kuadrat
● Uji ini digunakan apabila peneliti ingin mengetahui ada tidaknya
perbedaan proporsi subjek, objek, kejadian, dan lain-lain.
Oleh karenanya dalam khi-kuadrat datanya bersifat nominal atau
kategorikal bukan interval.
● Misalkan 300 orang mahasiswa diminta pendapatnya mengenai;
kurikulum baru. Ternyata 160 mahasiswa setuju dan 140
mahasiswa lagi tidak setuju dengan kurikulum baru. Pertanyaan
yang akan diuji adalah; Apakah terdapat perbedaan jawaban
yang signifikan terhadap adanya kurikulum baru? Dalam
khi-kuadrat ada dua hal yang dibandingkan yakni frekuensi
pengamatan dan frekuensi teoritik atau yang diharapkan.
● Rumus yang dipakai adalah :
(fo – fe)²
fe
- X² adalah nilai khi-kuadrat
- fo adalah frekuensi hasil pengamatan
- fe adalah frekuensi teoritik atau ekspektasi/harapan
● Dalam contoh di atas fe adalah = 150
(160 – 150)² (140 – 150)²
150 150
= 1,33
X² = ∑ [ ]
300
2
sehingga X² = +
● Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel
pada taraf nyata tertentu dan dengan derajat bebas tertentu.
Misalnya pada taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas (2-1) adalah
3,84. Ternyata X2 = 1,33 < 3,84. Ini berarti tidak terdapat
perbedaan jawaban terhadap kurikulum baru. Artinya yang
menyatakan setuju dan tidak setuju sama.
D. Interpretasi Data
● Contoh Tabulasi
Hasil Penilaian Warga Kota Banjarmasin Terhadap
Kebersihan Kotanya
No Penilaian f %
1
2
3
4
5
Bersih
Cukup
Kotor
Tak dapat mengatakan
Tak bersedia menjawab
164
324
1.052
39
21
10,25
20,25
65,75
2,44
1,31
Jumlah 1.600 100,00
● Memperhatikan tabel di atas, dengan sekali baca saja kita
akan mengetahui bahwa warga kota Banjarmasin cenderung
memberikan penilaian kotor kepada kotanya.
● Ada sejumlah petunjuk dalam memberikan interpretasi agar
kesimpulan-kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca:
1. Menyerahkan interpretasi tabel seluruhnya kepada pembaca,
tanpa penjelasan apapun.
2. Peneliti memberikan interpretasi. Dalam hal ini perlu diingat,
angka-angka yang penting saja sebaiknya disoroti oleh peneliti
agar pembaca dengan mudah dapat mengikuti argumentasinya.
3. Perlu dihindari, menerangkan semua isi tabel dalam teks.
Metode tersebut sangat membosankan dan memberi kesan
seakan-akan peneliti sendiri belum menguasai bahan itu
sepenuhnya.
4. Beberapa prinsip perlu diingat agar suatu tabel dapat diurai
dengan baik:
a. Amati data yang tercantum dalam kolom. Jika tabelnya
tabel silang, maka perlu diteliti hubungan antara data
di kolom yang satu dengan lainnya. Misalnya kolom data
tentang pendidikan dan pengangguran.
b. Peneliti perlu mencari angka-angka yang menyimpang
dari pola umum atau dari hipotesis semula dan berusaha
menerangkan mengapa hal itu terjadi.
c. Hasil setiap tabel, hanya angka-angka yang penting saja
yang disoroti. Dengan kata lain, angka-angka dalam tabel
yang penting diuraikan secara singkat. Hasil setiap tabel,
nantinya pada bagian pembahasan hasil penelitian akan
dihubungkan dengan hasil penelitian lain dan teori yang ada.
● Contoh pengujian khi-kuadrat: Mengenai kurikulum baru
X² hit = 1,33
Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel,
misalnya pada taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas (2 – 1)
adalah 3,84. Ternyata X² hit = 1,33 < 3,84. Ini berarti tidak
terdapat perbedaan jawaban terhadap kurikulum baru. Artinya,
yang menyatakan setuju dan tidak setuju sama saja.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
● Tujuan pembahasan hasil penelitian adalah:
1. Menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana
tujuan penelitian itu dicapai.
2. Menafsir temuan-temuan penelitian
3. Mengintegrasikan, mendiskusikan, atau menyandingkan
temuan penelitian ke dalam hasil penelitian terdahulu dan
teori yang ada.
4. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru
5. Menjelaskan implikasi-implikasi dari hasil penelitian
● Dalam upaya menjawab masalah penelitian atau tujuan
penelitian, harus disimpulkan secara eksplisit hasil-hasil yang
diperoleh. Sementara itu, penafsiran terhadap temuan penelitian
dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.

More Related Content

Similar to BAB X PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA.pptx

Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatifSy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
Surfa Yondri
 
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
ssuser3d5ddb
 
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatifTeknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Nastiti Rahajeng
 
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.pptPERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
RomadhonDwiCahyoNugr
 
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptxRanum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
munaazkia
 
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptxPertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
muhamadiskhak
 

Similar to BAB X PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA.pptx (20)

Konsep Statistika dan Metode Ilmiah
Konsep Statistika dan Metode IlmiahKonsep Statistika dan Metode Ilmiah
Konsep Statistika dan Metode Ilmiah
 
Presentasi bahan kuliah
Presentasi bahan kuliahPresentasi bahan kuliah
Presentasi bahan kuliah
 
Statistik Bisnis untuk Penyusunan Owner Estimate _Pelatihan "Penyusunan HPS/...
Statistik Bisnis untuk Penyusunan Owner Estimate  _Pelatihan "Penyusunan HPS/...Statistik Bisnis untuk Penyusunan Owner Estimate  _Pelatihan "Penyusunan HPS/...
Statistik Bisnis untuk Penyusunan Owner Estimate _Pelatihan "Penyusunan HPS/...
 
Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatifSy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
Sy tugas anaisis & interpreting data kuantitatif
 
09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppt09-analisis-data.ppt
09-analisis-data.ppt
 
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
09-analisis-data-penelitian-kuantitatif.ppt
 
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
Analisis Data Secara sederhana, analisis data adalah proses pengumpulan dan p...
 
Statistika i (2)
Statistika i (2)Statistika i (2)
Statistika i (2)
 
Pengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptxPengantar Statistik Infrensial.pptx
Pengantar Statistik Infrensial.pptx
 
Data dan Penyajian data
Data dan Penyajian dataData dan Penyajian data
Data dan Penyajian data
 
1 5 statistika - nafiu
1 5 statistika - nafiu1 5 statistika - nafiu
1 5 statistika - nafiu
 
1._Statistika_dan_pengujian_opuji_ (1).ppt
1._Statistika_dan_pengujian_opuji_ (1).ppt1._Statistika_dan_pengujian_opuji_ (1).ppt
1._Statistika_dan_pengujian_opuji_ (1).ppt
 
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatifTeknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
 
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliahRingkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
Ringkasan penelitian sistem pembelajaran mahasiswa yang bekerja sambil kuliah
 
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.pptPERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
PERTEMUANN PENDAHULUAN Statistika Konsep Statistika PERTEMUAN I & II.ppt
 
Analisis data
Analisis dataAnalisis data
Analisis data
 
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptxRanum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
Ranum Putri Salsabila PAI 3 C. Statistika Pendidikan.pptx
 
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptxPertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
Pertemuan-2-Data-dan-Hipotesis.pptx
 
Modul 1 statistika deskriptif
Modul 1 statistika deskriptifModul 1 statistika deskriptif
Modul 1 statistika deskriptif
 
Statistik BIsnis Bab I dan Bab II
Statistik BIsnis Bab I dan Bab IIStatistik BIsnis Bab I dan Bab II
Statistik BIsnis Bab I dan Bab II
 

BAB X PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA.pptx

  • 1. BAB X PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Pengantar ● Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen yang dipilih akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Oleh sebab itu data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah. ● Ada dua jenis data hasil pengukuran, yakni data kuantitatif dan data kualitatif. ● Data kualitatif bisa disusun dan langsung ditafsirkan untuk menyusun kesimpulan penelitian. ● Caranya melalui kategorisasi data kualitatif berdasarkan masalah dan tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti tidak perlu melakukan pengolahan melalui perhitungan matematis sebab data telah memiliki makna apa adanya.
  • 2. ● Berbeda halnya dengan data kuantitatif yang sifatnya numerikal. Maknanya belum menggambarkan apa adanya sebelum dilakukan pengolahan dan analisis lebih lanjut. ● Salah satu cara untuk mengolah dan menganalisis data kuantitatif adalah statistika. ● Penggunaan statistika dalam penelitian khususnya mengolah dan menganalisis data dibedakan dua macam statistika, yakni statistika deskriptif dan statistika inferensial. ● Statistika deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang diperoleh melalui hasil-hasil pengukuran. ● Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi. ● Teknik generalisasi yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian antara persen, kuartil, ranking kecenderungan memusat (rata-rata, median, modus), variasi, simpangan baku, visualisasi data seperti bagan, tabel, grafik, dan lain-lain.
  • 3. ● Pemakaian teknik tersebut tergantung pada data hasil pengukuran. ● Bila data hasil pengukuran dalam bentuk data nominal atau kategori, digunakan teknik persen, kuartil, modus, median ranking. ● Nilai rata-rata, variansi, simpangan baku, digunakan bila datanya bersifat interval atau rasio. ● Kuesioner, pada umumnya menghasilkan data nominal dan ordinal, sehingga bisa menggunakan teknik persen, ranking, modus, dan proporsi lainya seperti kuartil. ● Tes dapat menghasilkan data interval sehingga bisa dihitung nilai rata-rata, variansi, dan simpangan baku. ● Visualisasi data, baik data nominal ordinal maupun data interval dan data rasio dapat dilukiskan melalui grafik, tabel, dan lain-lain.
  • 4. ● Temuan penelitian terutama deskripsi variabel penelitian yang diperoleh melalui instrumen tertentu umumnya dilukiskan atau dijelaskan melalui statistik deskriptif. ● Statistik deskriptif diperlukan untuk analisis data lebih lanjut melalui statistik analitik. Oleh sebab itu penggunaan statistik deskriptif mutlak diperlukan dalam penelitian kuantitatif. ● Statistik inferensial merupakan kelanjutan dari statistik deskriptif, digunakan untuk pengujian hipotesis dan persyaratan-persyaratannya serta untuk keperluan generalisasi hasil penelitian. ● Analisis data hasil penelitian seperti membandingkan variabel, menghubungkan dua variabel atau lebih, mencari pengaruh variabel satu terhadap variabel satu terhadap variabel lainnya, efektivitas suatu variabel, interaksi dari beberapa variabel, memerlukan statistik inferensial.
  • 5. ● Beberapa teknik statistik inferensial yang sering digunakan antara lain, khi-kuadrat, uji perbedaaan dua rata-rata, korelasi, analisis variansi, regrasi, analisis faktor, dan lain-lain. ● Uji perbedaan dua rata-rata atau uji t, digunakan untuk melihat adanya tidaknya perbedaan yang berarti dari dua hasil pengukuran suatu variabel atau dari dua variabel yang diteliti. ● Korelasi digunakan untuk melihat hubungan dari dua hasil pengukuran atau dua variabel yang diteliti. Derajat korelasi dinyatakan dalam angka koefisien korelasi yang bergerak antara -1,0 sampai +1,0. ● Khi-kuadrat digunakan untuk melihat perbedaan frekuensi jawaban hasil pengamatan dengan frekuensi jawaban yang diharapkan (teoritik). ● Analisis variansi digunakan untuk melihat perbedaan dua variabel atau lebih dan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya.
  • 6. ● Regresi digunakan untuk melihat atau memperkirakan variabel yang satu atas variabel yang lainnya, seperti sumbangan variabel, pengaruh variabel, hubungan sebab akibat. ● Analisis faktor digunakan untuk melihat hubungan berbagai faktor dan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap suatu variabel tertentu. ● Dalam analisis data dengan menggunakan teknik statistika, yang penting bukan statistikanya, tetapi makna yang terkandung didalamnya, sebab statistika sekedar alat. Misalnya, bila diketahui simpangan baku 7,0 atau ada korelasi 0,80 peneliti tidak berhenti sampai di situ.
  • 7. ● Yang lebih penting apa makna simpangan baku sebesar 7,0 dari data tersebut, dan apa makna hubungan variabel penelitian sebesar 0,80. Hal ini perlu dinyatakan agar peneliti tidak terjebak dengan penggunaan statistika sehingga melupakan hakikat dan makna penelitian itu sendiri. ● Statistika jangan dijadikan tujuan tetapi alat untuk mencapai tujuan penelitian dan menarik kesimpulan penelitian.
  • 8. B. Pengolahan Data ● Sebelum dilakukan analisis data untuk keperluan pendeskripsian variabel maupun untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan pengolahan data. ● Pengolahan data bertujuan mengubah data mentah dari hasil pengukuran menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Upaya yang dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan hasil pengukuran terlebih lagi pengukuran melalui tes sesuai dengan kunci jawabannya sampai kepada skoring. 2. Tabulasi data, tabulasi skor hasil pengukuran melalui tabel-tabel distribusi frekuensi skor untuk tes dan frekuensi jawaban kuesioner yang menghasilkan data nominal.
  • 9. 3. Melakukan kajian terhadap tabel distribusi sesuai dengan kepentingan penelitian, dan jenis data yang diperoleh. ● Dari kajian tersebut diharapkan dapat ditemukan besaran- besaran variabel yang diteliti. Misalnya proporsi dalam bentuk persen jawaban atau dalam bentuk nilai/skor kecenderungan memusat, ukuran keragaman dan lain-lain. ● Besaran-besaran ini diperlukan untuk menghasilkan data hasil penemuan dan interpretasinya. Kajian data ini menggunakan statistik deskriptif.
  • 10. C. Penggunaan Statistika ● Penggunaan statistika dalam pengolahan data biasanya berkisar pada teknik-teknik statistika, antara lain; sebaran frekuensi, ukuran memusat, ukuran keragaman, skor baku, kolerasi, khi-kuadrat, analisa variansi, regresi. (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001).
  • 11. 1. Contoh Sebaran Frekuensi ● Skala data nominal menghasilkan data dalam bentuk kategori jawaban yang bisa dihitung jumlahnya dan dilukiskan dalam bentuk tabel frekuensi jawaban. ● Sekedar contoh dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel Identitas Responden Tingkat pendidikan f % R a. Tidak tamat SD b. Tamat SD c. Tamat SMTP d. Tamat SMTA 24 36 70 70 12.00 18.00 35.00 35.00 4,0 3,0 1,5 1,5
  • 12. ● Tabel frekuensi di atas adalah tabel frekuensi jawaban responden mengenai tingkat pendidikannya. f = menunjukkan jumlah jawaban dari responden yang terdiri dari 200 orang, % adalah persentase jawaban dihitung dari jumlah responden diperoleh melalui perhitungan R adalah rangking atau nomor urut frekuensi jawaban dimulai dari frekuensi terbesar menuju ke frekuensi terkecil. f n X 100.
  • 13. ● Dari tabel di atas peneliti dapat membuat tafsiran bagaimana keadaan responden dilihat dari tingkat pendidikan yang dimilikinya. Penampilan data di atas dapat juga divisualisasikan dalam bentuk grafik seperti berikut. f 70 60 50 40 30 20 10 Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMTP Tamat SMTA Tingkat pendidikan
  • 14. 2. Contoh Visualisasi data dalam grafik ● Ada dua grafik yang sering digunakan, yakni grafik histogram dan poligon. Histogram adalah grafik batang, dan poligon adalah grafik garis. Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar Grafik Histogram dan Poligon frekuensi 25 20 15 10 5 53 68 58 63 73
  • 15. 3. Ukuran Kecenderungan Memusat ● Ada tiga kecenderungan memusat yang sering digunakan, yakni nilai rata-rata (mean), median atau titik tengah dan modus. ● Mean diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subyek. ● Median adalah skor yang membatasi 50% berada di atasnya dan 50% lagi berada di bawahnya. ● Modus adalah skor yang paling banyak diperoleh subyek. ● Nilai rata-rata (mean) diberi notasi x dihitung dengan menggunakan rumus. 1 n x = n ∑ i = 1 fixi fi = frekuensi xi n = banyaknya subjek Untuk data yang digolongkan x1 adalah titik tengah.
  • 16. Dalam contoh skor yang ada pada tabel di atas dapat dihitung nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut: x = 1 50 (2 x 53 + 11 x 58 + 22 x 63 + 12 x 68 + 3 x 73) = 63,30.
  • 17. ● Median diberi notasi x adalah titik tengah dari data yang telah diurutkan sehingga membatasi setengahnya berada dibawahnya dan setengahnya lagi berada di atasnya. Contoh: 5,5,6,7,7,8,8,8,9 mediannya adalah 7 4,5,5,6,7,8,8,9,9,9 mediannya adalah ● Modus adalah skor atau nilai yang mempunyai frekuensi terbanyak. Notasi modus adalah x . Modus merupakan kecenderungan yang paling kasar. ● Contoh: 4,5,6,6,6,6,7,7,8,9. Modusnya adalah 6 sebab nilai tersebut ada empat kali, atau empat subjek. ● Bila kumpulan nilainya sebagai berikut: 4,5,6,7,8 modusnya tidak ada. ● Bila nilainya sebagai berikut: 4,5,5,6,7,7,8 modusnya ada 2 yakni 5 dan 7. ~ 7 + 8 2 = 7,5 ^
  • 18. ● Kumpulan nilai yang mempunyai 2 modus disebut bimodal, dan kalau mempunyai lebih dari 2 modus disebut multimodal. Untuk data yang digolongkan dapat dihitung dengan rumus: fm – fb (fm – fb) + (fm – fa) x = L1 + i ^ fm = frekuensi modus artinya frekuensi rentangan yang paling banyak. fb = frekuensi pada rentangan skor yang nilainya berada satu tingkat di bawah rentangan frekuensi modus. fa = frekuensi pada rentangan skor yang nilainya berada satu tingkat di atas rentangan frekuensi modus. i = besarnya kelas interval Li = batas bawah kelas modus
  • 19. skor f 51 – 55 2 56 – 60 11 61 – 65 22 66 – 70 12 71 – 75 3 (22 – 11) (22 – 11) + (22 – 12) x = 60,5 + 5 ^ = 63,12
  • 20. 4. Pengujian Hipotesis ● Salah satu bagian penting dari statistik inferensial adalah pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol diberi notasi Ho yakni pernyataan yang menunjukkan kesamaan atau tidak berbeda. Ho : p = q ● Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja diberi notasi H1, yang menunjukkan perbedaan atau tidak sama misalnya: H1 : p ≠ q atau H1 : p > q atau p < q. ● Prosedur yang memungkinkan peneliti menerima atau menolak hipotesis nol, atau menentukan apakah data sampel berbeda nyata dari hasil yang diharapkan disebut pengujian hipotesis. Jika hipotesis nol ditolak artinya hipotesis alternatif diterima, sebaliknya jika hipotesis nol diterima berarti hipotesis alternatif ditolak.
  • 21. ● Penerimaan atau penolakan hipotesis nol melalui statistik pengujian t, yaitu satu variabel acak yang nilainya bergantung kepada data sampel. Ruang sampel t dibagi dua bagian yaitu daerah penerimaan dan daerah penolakan atau daeraah kritis. Jika nilai statistik sampel t termasuk daerah penolakan, artinya menolak hipotesis nol, dan bila nilai t statistik sampel berada pada daerah penerimaan artinya menerima hipotesis nol.
  • 22. 1. Pengujian Distribusi Normal ● Distribusi normal sebagai dasar pengujian dilukiskan sebagai berikut: ● Luas daerah yang diarsir seluruhnya adalah 0,05 dan bilangan ini (0,05) disebut taraf nyata (∞) daripada pengujian. ● Kriterianya adalah: 1. Tolak Ho pada taraf nyata 0,05 bila nilai z terletak di luar selang (-1.96 + 1,96) yaitu bila z > 1,96 atau z < -1,96. 2. Terima Ho pada taraf nyata 0,05 bila nilai z terletak di dalam selang (-1.96 + 1,96) . 0,95 daerah penerimaan 0 daerah kritis (penolakan) daerah kritis (penolakan) z = - 1,96 z = + 1,96
  • 23. ● Taraf nyata lainnya biasa dipakai 0,01 dengan selang (- 2,58 + 2,58). 0,99 penerimaan 0 penolakan z = - 2,58 z = 2,58 penolakan ● Ada dua macam pengujian yaitu pengujian dua arah atau dua ekor dan pengujian satu arah atau satu ekor. Pengujian mana yang digunakan bergantung kepada hipotesis alternatif. Jika H1 dinyatakan p ≠ q maka digunakan pengujian dua arah, namun bila H1 : p > q maka gunakan pengujian satu arah.
  • 24. ● Untuk pengujian dua arah: 0,95 daerah penerimaan 0 daerah penolakan - 1,96 196 daerah penolakan α = p(z > 1,96) = 0,05
  • 25. ● Untuk pengujian satu arah daerah penerimaan daerah penerimaan daerah penolakan daerah penolakan 0 1,645 - 1,645 0 α = p(z > - 1,645) = 0,05 α = p(z < - 1,645) = 0,05 Menentukan titik kritis pengujian distribusi normal gunakan tabel distribusi normal z.
  • 26. 2. Pengujian dengan sampel besar Untuk pengujian sampel besar dengan populasi tak terhingga digunakan nilai rata-rata dan variansi. ● Pengujian untuk rata-rata Misalkan dari 100 orang guru sebagai sampel diperoleh rata-rata kenaikan tingkatnya adalah setelah 60 bulan dengan simpangan baku 5 bulan. Menurut ketentuan kepegawaian kenaikan tingkat guru setelah punya pengalaman kerja 48 bulan. Benarkah peraturan atau ketentuan itu? H0 = 48 dan H1 ≠ 48. Kita ambil α = 0,05. z = 60 – 48 5 = 2,80. Karena z > 1,96 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya kenaikan pangkat guru benar-benar tidak 48 bulan.
  • 27. ● Pengujian proporsi Misalkan: Sebuah Lembaga Bimbingan tes mengatakan bahwa 90% siswa yang ikut bimbingan tes di lembaganya berhasil diterima di SMPTN. Dari 200 peserta bimbingan tes ternyata yang lulus SMPTN ada 160 siswa. Benarkah pernyataan lembaga tersebut? n = 200 x = 160. Kita uji pada taraf nyata 0,05 H0 : p = 0,90 H1 : p < 0,90. (uji satu skor) 160 – 200 x 0,90 z = 200 x 0,90 x 0,10 = - 4,73 Karena z < -1,645 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya pernyataan lembaga tak benar.
  • 28. ● Pengujian selisih dua rata-rata Misalkan dua kelas yang paralel masing-masing terdiri dari 50 orang dan 60 orang siswa. Nilai rata-rata hasil ujian Bahasa Inggris kelas pertama adalah 71 dengan simpangan baku 7 dan kelas berikutnya adalah 74 dengan simpangan bakunya 8. Apakah terdapat perbedaan yang nyata dari kedua kelas tersebut? H0 : x1 = x2 H1 : x1 ≠ x2 Pengujian dengan 0,05 x1 – x2 71 - 74 z = = s1² s2² 49 64 n1 n2 50 60 = - 2,10 Ternyata z = lebih kecil daripada -1,96 sehingga tolak H0 atau terima H1. Artinya terdapat perbedaan yang nyata dari hasil ujian kedua kelas tersebut. + +
  • 29. ● Pengujian selisih dua proporsi Misalkan ada dua kelas siswa paralel masing-masing 100 orang. Kelas pertama diberikan pengajaran dengan CBSA, kelas kedua tanpa CBSA. Setelah diuji dengan tes yang sama dengan CBSA lulus dengan nilai baik ada 70 orang siswa sedangkan dari kelas tanpa CBSA lulus 60 orang. Apakah CBSA efektif sebagai pendekatan mengajar? Misalkan kelas A dengan menggunakan CBSA adalah p1 dan kelas B tanpa CBSA adalah p2 H0 : p1 = p2 H1 : p1 ≠ p2
  • 30. ● Pengujian dengan taraf nyata 0,05 70 + 60 200 0,70 – 0,60 0,65 x 0,35 ( + ) = 1,492 p = = 0,65 q = 1 – 0,65 = 0,35 z = 1 100 1 100 Harga z ternyata lebih kecil dari 1,645 (uji satu ekor) pada taraf 0,05. Dengan demikian terima H0 atau tolak H1. Artinya CBSA tidak efektif, perbedaan hanya faktor kebetulan.
  • 31. 3. Pengujian dengan sampel kecil Pengujian sampel besar biasanya untuk n lebih banyak dari 30. Sedangkan untuk n kurang dari 30 termasuk sampel kecil. ● Pengujian rata-rata (uji-t) Misalkan akan menguji rata-rata prestasi Bahasa Inggris, apakah skor rata-rata 60 dari Mahasiswa Universitas Wiraswasta berbeda pada taraf nyata 0,05. Untuk itu diambil 10 orang mahasiswa dari populasi di Universitas tersebut, dan menghasilkan nilai rata-ratanya adalah 63,5 dengan simpangan baku 4,8.
  • 32. H0 : x = 60 H1 : x ≠ 60 dengan α = 0,05 Derajat bebas = n – 1 = 9 Dalam tabel distribusi t diperoleh nilai tabel untuk α = 0,05 adalah 2,262 (dua arah). x – 60 s 63,5 – 60 4,8 = 2,187 Nilai t = 2,187 < 2,262 sehinga H0 diterima H1 ditolak. Artinya prestasi mahasiswa tersebut benar 60. t = n - 1 9 . ( )
  • 33. ● Pengujian selisih dua rata-rata (uji-t) Misalkan: Akan menguji prestasi siswa Jurusan A1dan A2 salah satu SMA di Banjarmasin dalam prestasi belajar Bahasa Indonesia. Sampel diambil 15 siswa A1 dan 10 orang A2 ternyata diperoleh nilai rata-rata Jurusan A1 75 dengan simpangan baku 5, dan jurusan A2 diperoleh nilai rata-ratanya dengan 70 dengan simpangan baku 4.
  • 34. H0 : x1 = x2 H1 : x1 ≠ x2 Pengujian dilakukan dengan α = 0,05 dengan derajat bebas n1 + n2 – 2 = 23. n1 n2 (n1 + n2 – 2) x1 – x2 n1 + n2 n1 s1² + n2 s2² 15. 10 . 23 75 - 70 25 15 . 25 + 10 . 16 345 5 25 535 = (3,71) (0,216) = 0,80 t = . t = . = .
  • 35. Nilai t tabel untuk α = 0,05 dengan derajat bebas 23 adalah 2,069. Dengan demikian t hitung lebih kecil daripada t tabel atau 0,80 < 2,069. Berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan tidak ada perbedaan prestasi Bahasa Indonesia antara Jurusan A1 dengan A2. Uji t lainnya dengan menggunakan salah baku perbedaan dua rata-rata (S) ∑ x1² + ∑ x2² 1 1 N1 + n2 -2 n1 n2 x1² = jumlah simpangan yang dikuadratkan dari kelompok satu x2² = jumlah simpangan yang dikuadratkan dari kelompok dua x = selisih skor dengan rata-ratanya. x1 – x2 S S = ( ) ( + ) t =
  • 36. 4. Pengujian Khi-Kuadrat ● Uji ini digunakan apabila peneliti ingin mengetahui ada tidaknya perbedaan proporsi subjek, objek, kejadian, dan lain-lain. Oleh karenanya dalam khi-kuadrat datanya bersifat nominal atau kategorikal bukan interval. ● Misalkan 300 orang mahasiswa diminta pendapatnya mengenai; kurikulum baru. Ternyata 160 mahasiswa setuju dan 140 mahasiswa lagi tidak setuju dengan kurikulum baru. Pertanyaan yang akan diuji adalah; Apakah terdapat perbedaan jawaban yang signifikan terhadap adanya kurikulum baru? Dalam khi-kuadrat ada dua hal yang dibandingkan yakni frekuensi pengamatan dan frekuensi teoritik atau yang diharapkan.
  • 37. ● Rumus yang dipakai adalah : (fo – fe)² fe - X² adalah nilai khi-kuadrat - fo adalah frekuensi hasil pengamatan - fe adalah frekuensi teoritik atau ekspektasi/harapan ● Dalam contoh di atas fe adalah = 150 (160 – 150)² (140 – 150)² 150 150 = 1,33 X² = ∑ [ ] 300 2 sehingga X² = +
  • 38. ● Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel pada taraf nyata tertentu dan dengan derajat bebas tertentu. Misalnya pada taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas (2-1) adalah 3,84. Ternyata X2 = 1,33 < 3,84. Ini berarti tidak terdapat perbedaan jawaban terhadap kurikulum baru. Artinya yang menyatakan setuju dan tidak setuju sama.
  • 39. D. Interpretasi Data ● Contoh Tabulasi Hasil Penilaian Warga Kota Banjarmasin Terhadap Kebersihan Kotanya No Penilaian f % 1 2 3 4 5 Bersih Cukup Kotor Tak dapat mengatakan Tak bersedia menjawab 164 324 1.052 39 21 10,25 20,25 65,75 2,44 1,31 Jumlah 1.600 100,00 ● Memperhatikan tabel di atas, dengan sekali baca saja kita akan mengetahui bahwa warga kota Banjarmasin cenderung memberikan penilaian kotor kepada kotanya.
  • 40. ● Ada sejumlah petunjuk dalam memberikan interpretasi agar kesimpulan-kesimpulan penting mudah ditangkap oleh pembaca: 1. Menyerahkan interpretasi tabel seluruhnya kepada pembaca, tanpa penjelasan apapun. 2. Peneliti memberikan interpretasi. Dalam hal ini perlu diingat, angka-angka yang penting saja sebaiknya disoroti oleh peneliti agar pembaca dengan mudah dapat mengikuti argumentasinya. 3. Perlu dihindari, menerangkan semua isi tabel dalam teks. Metode tersebut sangat membosankan dan memberi kesan seakan-akan peneliti sendiri belum menguasai bahan itu sepenuhnya.
  • 41. 4. Beberapa prinsip perlu diingat agar suatu tabel dapat diurai dengan baik: a. Amati data yang tercantum dalam kolom. Jika tabelnya tabel silang, maka perlu diteliti hubungan antara data di kolom yang satu dengan lainnya. Misalnya kolom data tentang pendidikan dan pengangguran. b. Peneliti perlu mencari angka-angka yang menyimpang dari pola umum atau dari hipotesis semula dan berusaha menerangkan mengapa hal itu terjadi. c. Hasil setiap tabel, hanya angka-angka yang penting saja yang disoroti. Dengan kata lain, angka-angka dalam tabel yang penting diuraikan secara singkat. Hasil setiap tabel, nantinya pada bagian pembahasan hasil penelitian akan dihubungkan dengan hasil penelitian lain dan teori yang ada.
  • 42. ● Contoh pengujian khi-kuadrat: Mengenai kurikulum baru X² hit = 1,33 Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai khi-kuadrat tabel, misalnya pada taraf nyata 0,05 untuk derajat bebas (2 – 1) adalah 3,84. Ternyata X² hit = 1,33 < 3,84. Ini berarti tidak terdapat perbedaan jawaban terhadap kurikulum baru. Artinya, yang menyatakan setuju dan tidak setuju sama saja.
  • 43. E. Pembahasan Hasil Penelitian ● Tujuan pembahasan hasil penelitian adalah: 1. Menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai. 2. Menafsir temuan-temuan penelitian 3. Mengintegrasikan, mendiskusikan, atau menyandingkan temuan penelitian ke dalam hasil penelitian terdahulu dan teori yang ada. 4. Memodifikasi teori yang ada atau menyusun teori baru 5. Menjelaskan implikasi-implikasi dari hasil penelitian ● Dalam upaya menjawab masalah penelitian atau tujuan penelitian, harus disimpulkan secara eksplisit hasil-hasil yang diperoleh. Sementara itu, penafsiran terhadap temuan penelitian dilakukan dengan menggunakan logika dan teori-teori yang ada.