SlideShare a Scribd company logo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan
11 contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk
menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan
menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan
tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
b. Media masa/Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee
impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
c. Sosial budaya/Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya
interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.
e. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya
tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan
semakin banyak.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh
pengetahuan, yaitu:
a. Cara kuno
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode
penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini meliputi:
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
bisa dicoba kemungkinan yang lain.
2. Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
3. Melalui jalan pikiran
Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia
harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak
sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan
oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan
turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-
kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak.
b. Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian
ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:
1. Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-
gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan
umum
2. Metode deduktif
Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang
khusus.
B. Sekilas Tentang SMA
C. Kacamata
1. Sejarah Kacamata
Menurut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1424/MENKES/SK/X1/2012 BAB 1 Pasal 1 ayat 7 ) Kacamata koreksi
adalah alat bantu untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan ukuran
lensa tertentu yang dipasang didepan mata. Kacamata pertama kali
ditemukan sekitar 3000 tahun yang lalu oleh bangsa di kota tua Niniwe,
dimana pada waktu itu fungsinya adalah sebagai kaca pembesar. Bahan
yang digunakan juga bukanlah lensa kaca melainkan batu Kristal.
Perkembangan kacamata kemudian baru melesat pada abad XII di Cina
dan Eropa.
Dalam waktu singkat, kacamata mulai di produksi dengan kualitas
lensa sederhana dan pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu,
kacamata hanya terdiri atas dua lensa yang disambung tanpa tangkai dan
ditempelkan di batang hidung. Sang pemakai juga harus terus
memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak praktis itulah,
kacamata menjadi tidak diminati.
Berbagai cara kemudian dilakukan untuk membuat kacamata
nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai kecil pada kedua sisi
kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti kacamata
perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun
merepotkan, bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam
ruangan atau membuka topi untuk memberi salam. Hingga pada akhirnya,
tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu dapat
dikaitkan di telinga. Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan
kacamata bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam
satu bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung
cekung yang benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut
berkembang menjadi lensa kaca dan plastik (optikmelawai.com).
2. Komponen Kacamata
Suatu artikel yang ditulis oleh Kastam (2008, dikutip oleh Riyanti
2011) ini mengemukakan bahwa kacamata terdiri dari dua bagian yaitu
Front Frame dan Temple Frame. Front Frame adalah bagian dari kacamata
yang berada didepan yang II-2 berfungsi utama untuk bingkai dari lensa
yang akan dipasang. Temple Frame adalah bagian dari kacamata yang
berada di sebelah kanan dan kiri untuk memegang front frame atau disebut
tangkai.(Riyanti,2011)
a. Front Frame (Bingkai Kacamata)
Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1) Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data
frame misal merktype atau model ditulis.
2) Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan
berada di belakang telinga.
3) But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel.
4) Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan
antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar
kacamata bisa dilipat.
Bingkai kacamata (Front Frame) memiliki beberapa macam bentuk atau
konstruksi. Terdapat tiga jenis konstruksi untuk bingkai kacamata yaitu
bingkai penuh, bingkai setengah, dan tanpa bingkai
(fullrim,halfrim/semi-rimless). Hal ini dikutip dari penjelasan
Paknenisna (2009, dikutip oleh Riyanti 2011). Penjelasan mengenai
ketiga jenis bingkai kacamata tersebut antara lain:
a) Konstruksi Bingkai Penuh
Bingkai kacamata ini memiliki konstruksi rim yang melingkari
seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun plastik, atau
gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk dalam
klasifikasi bingkai penuh ini adalah :
(1) Combination
Bentuk variasi ini adalah bingkai berbahan metal yang diberi
tambahan selubung plastik di bagian atas rim.
(2) Half Eye
Variasi bingkai kacamata ini biasanya digunakan untuk
kacamata baca bagi penderita presbiopia, terutama yang tidak
membutuhkan koreksi untuk penglihatan jauh, atau bisa juga
untuk yang kesulitan beradaptasi dengan lensa bifokal atau
multifokal. Pemakaian jenis kacamata ini biasanya diposisikan
sedikit melorot sehingga mata masih dapat melihat ke arah jauh
tanpa melewati lensa kacamata.
b) Konstruksi Bingkai Setengah
Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya hanya melingkari sebagian
keliling lensa, bisa hanya di bagian atas dan samping, atau bawahnya
saja.
(1) Nylon Supra/String Mounted/Nylon Cord Frame
(2) Semi-rimless Mounting
(3) Numon Mounting
(4) Numon Mounting
c) Konstruksi Tanpa Bingka
Kacamata model rimless ini sebagaimana disebut memang tidak
memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model dalam
kategori ini adalah:
(1) Rimless Mounting
Pada model ini, lensa hanya ditahan oleh dua atau tiga buah baut
yang ditempatkan di bagian nasal dan endpiece. Karena tidak
memiliki rim yang menghubungkan bridge (jembatan tengah)
dengan temple (bagian samping/tangkai), lensa juga bertindak
sebagai penghubung antara bagian-bagian tersebut sehingga
akan mendapat regangan yang lebih besar dari pada model-
model yang lain.
(2) Phantom
Unit bagian depan (bridge, bantalan hidung/nosepad, sambungan
tangkai/endpiece , dan lensa-lensa) pada kacamata model ini,
merupakan unit one piece yang tidak dapat dipisah. Dibuat dari
bahan polymer (plastik) dan kebanyakan dipakai untuk kacamata
yang agak spesifik (misalnya kacamata keselamatan safety
glasses.
b. Temple Frame (Tangkai Kacamata)
Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data frame
misal merktype atau model ditulis.
2. Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan
berada di belakang telinga.
3. But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel.
4. Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan
antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar kacamata
bisa dilipat.
Bingkai kacamata, disamping bentuk dan konstruksi bagian depannya
mempunyai jenis atau model yang bervariasi, bagian samping
(temple) atau tangkainya juga memiliki beragam bentuk yang perlu
juga diketahui untuk memperkaya pertimbangan dalam memilih
bingkai kacamata. Tangkai kacamata terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
(Paknenisna, 2009 dalam Riyanti, 2011)
a) Skull Temple
Jenis tangkai yang sangat umum dan banyak diaplikasikan pada
berbagai model kacamata. Tangkai jenis ini bentuknya lurus
dengan ujung yang dibuat melengkung di bagian belakang.
Lengkungan ini bertugas membangkitkan friksi dengan bagian
belakang telinga pemakai sehingga kedudukan kacamata dapat
lebih stabil.
b) Library Temple
Merupakan jenis tangkai yang kebanyakan dibuat untuk bingkai
kacamata berbahan plastik. Bentuknya lurus, tanpa lengkungan di
ujung belakang namun profil tangkai dibuat melebar di bagian
tersebut sehingga masih dapat memberikan friksi utnuk menjaga
agar posisi kacamata tidak mudah merosot. Bentu tangkai ini cocok
dipakai oleh orang yang cenderung sering melepas kacamatanya.
c) Convertible Temple
Dibuat dari bahan metal. Bentuknya hampir seperti skull temple
yang diluruskan ujung belakangnya. Bentuk tangkai seperti ini
membuat kacamata menjadi mudah dipasang dan dilepas sehingga
cocok untuk diaplikasikan pada kacamata baca dan sunglasses.
d) Riding Bow Temple
Juga terbuat dari bahan metal. Bertolak belakang dengan jenis
convertible temple, jenis ini ujung belakangnya melengkung
hampir setengah lingkaran. Bingkai kacamata dengan tangkai
seperti ini lebih sering disarankan untuk pemakai kacamata dengan
ukuran dipotri lensa yang tinggi, karena kacamata seperti ini
membutuhkan kestabilan yang tinggi. Untuk anak-anak yang
cenderung hiperaktif, kacamata dengan bentuk tangkai seperti ini
juga meruakan pilihan yang tepat.
e) Comfort Cable Temple
Mirip dengan riding bow temple, hanya bentuknya jauh lebih
langsing mirip kawat. Digunakan untuk kacamata yang butuh
kestabilan tinggi, tetapi tetap ringan.
Bagian-bagian atau komponen pada kacamata bagian front frame
maupun temple frame digambarkab pada gambar berikut.
D. Fungsi Kacamata

More Related Content

Similar to BAB II.pdf

Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
Zharfa Setiawan
 
Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptxLayanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
BangkitRA
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
Ajang Rusmana
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
Sentra Komputer dan Foto Copy
 
Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6
elmayanafradila95
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifPriyaRav
 
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk PembelajaranPendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Assgment individu tekno evonne
Assgment individu tekno evonneAssgment individu tekno evonne
Assgment individu tekno evonneMohd Kasman
 
Ppt psikologi
Ppt psikologiPpt psikologi
Ppt psikologi
RatihWES
 
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingPembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingVischa Wilara
 
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingPembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingVischa Wilara
 
Makalah proses belajar
Makalah proses belajarMakalah proses belajar
Makalah proses belajar
azmah fikriyah
 
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.pptMETODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
alkho1
 
Scaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifikScaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifik
NurWakhidah11
 
Laporan
LaporanLaporan
ILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASARILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASARtriewuland
 

Similar to BAB II.pdf (20)

Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
Laporan Mini Project "Teori Belajar Bruner"
 
Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptxLayanan ABK di sekolah dasar.pptx
Layanan ABK di sekolah dasar.pptx
 
Kti pembersih vagina
Kti pembersih vaginaKti pembersih vagina
Kti pembersih vagina
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6Laporan media pembelajaran kel 6
Laporan media pembelajaran kel 6
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk PembelajaranPendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
 
Assgment individu tekno evonne
Assgment individu tekno evonneAssgment individu tekno evonne
Assgment individu tekno evonne
 
Ppt psikologi
Ppt psikologiPpt psikologi
Ppt psikologi
 
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingPembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
 
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konselingPembelajaran berbasis bimbingan konseling
Pembelajaran berbasis bimbingan konseling
 
Makalah proses belajar
Makalah proses belajarMakalah proses belajar
Makalah proses belajar
 
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.pptMETODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF.ppt
 
Scaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifikScaffolding pendekatan saintifik
Scaffolding pendekatan saintifik
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
ILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASARILMU ALAMIAH DASAR
ILMU ALAMIAH DASAR
 

BAB II.pdf

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension)
  • 2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan 11 contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. c. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
  • 3. ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan di atas. 2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
  • 4. b. Media masa/Sumber Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. c. Sosial budaya/Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan. e. Pengalaman
  • 5. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. f. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak. 3. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan, yaitu: a. Cara kuno Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi: 1. Cara coba salah (trial and error) Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain. 2. Pengalaman Pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
  • 6. 3. Melalui jalan pikiran Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan- kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. b. Modern Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu: 1. Metode induktif Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala- gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum 2. Metode deduktif Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.
  • 7. B. Sekilas Tentang SMA C. Kacamata 1. Sejarah Kacamata Menurut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1424/MENKES/SK/X1/2012 BAB 1 Pasal 1 ayat 7 ) Kacamata koreksi adalah alat bantu untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan ukuran lensa tertentu yang dipasang didepan mata. Kacamata pertama kali ditemukan sekitar 3000 tahun yang lalu oleh bangsa di kota tua Niniwe, dimana pada waktu itu fungsinya adalah sebagai kaca pembesar. Bahan yang digunakan juga bukanlah lensa kaca melainkan batu Kristal. Perkembangan kacamata kemudian baru melesat pada abad XII di Cina dan Eropa. Dalam waktu singkat, kacamata mulai di produksi dengan kualitas lensa sederhana dan pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu, kacamata hanya terdiri atas dua lensa yang disambung tanpa tangkai dan ditempelkan di batang hidung. Sang pemakai juga harus terus memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak praktis itulah, kacamata menjadi tidak diminati. Berbagai cara kemudian dilakukan untuk membuat kacamata nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai kecil pada kedua sisi kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti kacamata perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun merepotkan, bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam
  • 8. ruangan atau membuka topi untuk memberi salam. Hingga pada akhirnya, tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu dapat dikaitkan di telinga. Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan kacamata bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam satu bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung cekung yang benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut berkembang menjadi lensa kaca dan plastik (optikmelawai.com). 2. Komponen Kacamata Suatu artikel yang ditulis oleh Kastam (2008, dikutip oleh Riyanti 2011) ini mengemukakan bahwa kacamata terdiri dari dua bagian yaitu Front Frame dan Temple Frame. Front Frame adalah bagian dari kacamata yang berada didepan yang II-2 berfungsi utama untuk bingkai dari lensa yang akan dipasang. Temple Frame adalah bagian dari kacamata yang berada di sebelah kanan dan kiri untuk memegang front frame atau disebut tangkai.(Riyanti,2011) a. Front Frame (Bingkai Kacamata) Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1) Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data frame misal merktype atau model ditulis. 2) Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan berada di belakang telinga. 3) But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel.
  • 9. 4) Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar kacamata bisa dilipat. Bingkai kacamata (Front Frame) memiliki beberapa macam bentuk atau konstruksi. Terdapat tiga jenis konstruksi untuk bingkai kacamata yaitu bingkai penuh, bingkai setengah, dan tanpa bingkai (fullrim,halfrim/semi-rimless). Hal ini dikutip dari penjelasan Paknenisna (2009, dikutip oleh Riyanti 2011). Penjelasan mengenai ketiga jenis bingkai kacamata tersebut antara lain: a) Konstruksi Bingkai Penuh Bingkai kacamata ini memiliki konstruksi rim yang melingkari seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun plastik, atau gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk dalam klasifikasi bingkai penuh ini adalah : (1) Combination Bentuk variasi ini adalah bingkai berbahan metal yang diberi tambahan selubung plastik di bagian atas rim. (2) Half Eye Variasi bingkai kacamata ini biasanya digunakan untuk kacamata baca bagi penderita presbiopia, terutama yang tidak membutuhkan koreksi untuk penglihatan jauh, atau bisa juga untuk yang kesulitan beradaptasi dengan lensa bifokal atau multifokal. Pemakaian jenis kacamata ini biasanya diposisikan
  • 10. sedikit melorot sehingga mata masih dapat melihat ke arah jauh tanpa melewati lensa kacamata. b) Konstruksi Bingkai Setengah Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya hanya melingkari sebagian keliling lensa, bisa hanya di bagian atas dan samping, atau bawahnya saja. (1) Nylon Supra/String Mounted/Nylon Cord Frame (2) Semi-rimless Mounting (3) Numon Mounting (4) Numon Mounting c) Konstruksi Tanpa Bingka Kacamata model rimless ini sebagaimana disebut memang tidak memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model dalam kategori ini adalah: (1) Rimless Mounting Pada model ini, lensa hanya ditahan oleh dua atau tiga buah baut yang ditempatkan di bagian nasal dan endpiece. Karena tidak memiliki rim yang menghubungkan bridge (jembatan tengah) dengan temple (bagian samping/tangkai), lensa juga bertindak sebagai penghubung antara bagian-bagian tersebut sehingga akan mendapat regangan yang lebih besar dari pada model- model yang lain. (2) Phantom
  • 11. Unit bagian depan (bridge, bantalan hidung/nosepad, sambungan tangkai/endpiece , dan lensa-lensa) pada kacamata model ini, merupakan unit one piece yang tidak dapat dipisah. Dibuat dari bahan polymer (plastik) dan kebanyakan dipakai untuk kacamata yang agak spesifik (misalnya kacamata keselamatan safety glasses. b. Temple Frame (Tangkai Kacamata) Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu: 1. Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data frame misal merktype atau model ditulis. 2. Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan berada di belakang telinga. 3. But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel. 4. Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar kacamata bisa dilipat. Bingkai kacamata, disamping bentuk dan konstruksi bagian depannya mempunyai jenis atau model yang bervariasi, bagian samping (temple) atau tangkainya juga memiliki beragam bentuk yang perlu juga diketahui untuk memperkaya pertimbangan dalam memilih bingkai kacamata. Tangkai kacamata terdiri dari beberapa jenis, yaitu: (Paknenisna, 2009 dalam Riyanti, 2011) a) Skull Temple
  • 12. Jenis tangkai yang sangat umum dan banyak diaplikasikan pada berbagai model kacamata. Tangkai jenis ini bentuknya lurus dengan ujung yang dibuat melengkung di bagian belakang. Lengkungan ini bertugas membangkitkan friksi dengan bagian belakang telinga pemakai sehingga kedudukan kacamata dapat lebih stabil. b) Library Temple Merupakan jenis tangkai yang kebanyakan dibuat untuk bingkai kacamata berbahan plastik. Bentuknya lurus, tanpa lengkungan di ujung belakang namun profil tangkai dibuat melebar di bagian tersebut sehingga masih dapat memberikan friksi utnuk menjaga agar posisi kacamata tidak mudah merosot. Bentu tangkai ini cocok dipakai oleh orang yang cenderung sering melepas kacamatanya. c) Convertible Temple Dibuat dari bahan metal. Bentuknya hampir seperti skull temple yang diluruskan ujung belakangnya. Bentuk tangkai seperti ini membuat kacamata menjadi mudah dipasang dan dilepas sehingga cocok untuk diaplikasikan pada kacamata baca dan sunglasses. d) Riding Bow Temple Juga terbuat dari bahan metal. Bertolak belakang dengan jenis convertible temple, jenis ini ujung belakangnya melengkung hampir setengah lingkaran. Bingkai kacamata dengan tangkai seperti ini lebih sering disarankan untuk pemakai kacamata dengan
  • 13. ukuran dipotri lensa yang tinggi, karena kacamata seperti ini membutuhkan kestabilan yang tinggi. Untuk anak-anak yang cenderung hiperaktif, kacamata dengan bentuk tangkai seperti ini juga meruakan pilihan yang tepat. e) Comfort Cable Temple Mirip dengan riding bow temple, hanya bentuknya jauh lebih langsing mirip kawat. Digunakan untuk kacamata yang butuh kestabilan tinggi, tetapi tetap ringan. Bagian-bagian atau komponen pada kacamata bagian front frame maupun temple frame digambarkab pada gambar berikut. D. Fungsi Kacamata