Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka mengenai pengetahuan dan kacamata. Pertama, pengetahuan diperoleh melalui indra manusia dan terbagi menjadi enam tingkatan. Kemudian dibahas faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti pendidikan, media, lingkungan, dan usia. Selanjutnya dijelaskan sejarah penemuan kacamata dan komponennya yang terdiri atas bingkai dan tangkai. Kacamata
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
proses belajar terdiri dari perhatian, memori, elaboration, berpikir dan problem solving. proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikiomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perhatian (attention) yaitu sebagai salah satu aktifitas psikis. Ditinjau dari berbagai segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Ditinjau dari segi timbulya perhatian, maka perhatian dibedakan atas perhatian spontan dan tidak spontan. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya (bersifat pasif). Sedangkan perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, sehingga harus ada kemauan yang menimbulkannya (bersifat aktif).
2. Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakaan atas perhatian yang sempit dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit adalah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan objek yang sedikit. Sedangkan perhatian yang luas adalah perhatian individu pada suatu saat yang dapat memerhatikan objek yang banyak sekaligus.
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Bagian utama dari pembahasan ini akan difokuskan pada encoding (penyandian), penyimpanan, dan pengambilan (retrieval).
Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yaitu:
a. Atensi, yaitu mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.
b. Pengulangan, yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada di dalam memori.
c. Pemrosesan mendalam, teori level pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih kuat.
d. Elaborasi, yaitu ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
e. Mengkontruksi citra (imaji),
f. Penataan (organisasi), apabila murid menata informasi ketika mereka menyandikannya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Strategi penataan memori yang baik adalah dengan pengemasan (chunking) yaitu dengan mengelompokkan informasi menjadi unit-unit yang dapat diingat sebagai satu unit tunggal.
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
Menurut Briggs dan Gagne mengemukakan Sembilan strategi untuk kegiatan intruksional yaitu:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian;
2. Menjelaskan tujuan intruksional kepada peserta didik;
3. Meningatkan kompetisi pra syarat;
4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep);
5. Memberikan petunjuk belajar;
6. Menentukan penampilan peserta didik;
7. Memberi umpan baik;
8. Menilai penampilan;
9. Menyimpulkan.
Berpikir adalah memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
proses belajar terdiri dari perhatian, memori, elaboration, berpikir dan problem solving. proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikiomotorik yang terjadi dalam diri seseorang. Perhatian (attention) yaitu sebagai salah satu aktifitas psikis. Ditinjau dari berbagai segi, perhatian dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Ditinjau dari segi timbulya perhatian, maka perhatian dibedakan atas perhatian spontan dan tidak spontan. Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya (bersifat pasif). Sedangkan perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja, sehingga harus ada kemauan yang menimbulkannya (bersifat aktif).
2. Ditinjau dari segi banyaknya objek yang dicakup oleh perhatian pada saat yang bersamaan, maka perhatian dibedakaan atas perhatian yang sempit dan perhatian yang luas. Perhatian yang sempit adalah perhatian individu pada suatu saat yang hanya memerhatikan objek yang sedikit. Sedangkan perhatian yang luas adalah perhatian individu pada suatu saat yang dapat memerhatikan objek yang banyak sekaligus.
Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Bagian utama dari pembahasan ini akan difokuskan pada encoding (penyandian), penyimpanan, dan pengambilan (retrieval).
Ada enam konsep yang berhubungan dengan encoding, yaitu:
a. Atensi, yaitu mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.
b. Pengulangan, yaitu repetisi informasi dari waktu ke waktu agar informasi lebih lama berada di dalam memori.
c. Pemrosesan mendalam, teori level pemrosesan menyatakan bahwa pemrosesan memori terjadi pada kontinum dari dangkal ke mendalam, di mana pemrosesan yang mendalam akan menghasilkan memori yang lebih kuat.
d. Elaborasi, yaitu ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
e. Mengkontruksi citra (imaji),
f. Penataan (organisasi), apabila murid menata informasi ketika mereka menyandikannya, maka memori mereka akan banyak terbantu. Strategi penataan memori yang baik adalah dengan pengemasan (chunking) yaitu dengan mengelompokkan informasi menjadi unit-unit yang dapat diingat sebagai satu unit tunggal.
Elaborasi adalah ekstensivitas pemrosesan memori dalam penyandian.
Menurut Briggs dan Gagne mengemukakan Sembilan strategi untuk kegiatan intruksional yaitu:
1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian;
2. Menjelaskan tujuan intruksional kepada peserta didik;
3. Meningatkan kompetisi pra syarat;
4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep);
5. Memberikan petunjuk belajar;
6. Menentukan penampilan peserta didik;
7. Memberi umpan baik;
8. Menilai penampilan;
9. Menyimpulkan.
Berpikir adalah memanipulasi atau mengolah dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah.
Pemecahan masalah (problem solving) adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
2. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan
11 contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan
hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
3. ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk
menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan
menumbuhkan sikap positif terhadap objek tersebut. pendidikan
tinggi seseorang didapatkan informasi baik dari orang lain maupun
media massa. Semakin banyak informasi yang masuk, semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
4. b. Media masa/Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek (immediatee
impact), sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
c. Sosial budaya/Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang
berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya
interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.
e. Pengalaman
5. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
f. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya
tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan
semakin banyak.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh
pengetahuan, yaitu:
a. Cara kuno
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode
penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada
periode ini meliputi:
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
bisa dicoba kemungkinan yang lain.
2. Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
6. 3. Melalui jalan pikiran
Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia
harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak
sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan
oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan
turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-
kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang
mutlak.
b. Modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih
sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian
ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:
1. Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-
gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan
umum
2. Metode deduktif
Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang
khusus.
7. B. Sekilas Tentang SMA
C. Kacamata
1. Sejarah Kacamata
Menurut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1424/MENKES/SK/X1/2012 BAB 1 Pasal 1 ayat 7 ) Kacamata koreksi
adalah alat bantu untuk memperbaiki tajam penglihatan dengan ukuran
lensa tertentu yang dipasang didepan mata. Kacamata pertama kali
ditemukan sekitar 3000 tahun yang lalu oleh bangsa di kota tua Niniwe,
dimana pada waktu itu fungsinya adalah sebagai kaca pembesar. Bahan
yang digunakan juga bukanlah lensa kaca melainkan batu Kristal.
Perkembangan kacamata kemudian baru melesat pada abad XII di Cina
dan Eropa.
Dalam waktu singkat, kacamata mulai di produksi dengan kualitas
lensa sederhana dan pemakaiannya cukup merepotkan. Pada waktu itu,
kacamata hanya terdiri atas dua lensa yang disambung tanpa tangkai dan
ditempelkan di batang hidung. Sang pemakai juga harus terus
memeganginya. Karena pemasangan yang rumit dan tidak praktis itulah,
kacamata menjadi tidak diminati.
Berbagai cara kemudian dilakukan untuk membuat kacamata
nyaman dipakai. Ada yang memasang rantai kecil pada kedua sisi
kacamata dan diikatkan di bagian belakang kepala, seperti kacamata
perenang, ada lagi yang mengaitkan kacamata pada topi. Ini pun
merepotkan, bahkan mengganggu, terutama saat harus membaca di dalam
8. ruangan atau membuka topi untuk memberi salam. Hingga pada akhirnya,
tercetuslah ide untuk memasang tangkai sehingga kacamata itu dapat
dikaitkan di telinga. Tahun 1784, Benjamin Franklin berhasil menemukan
kacamata bifokus yang memiliki lensa cembung dan lensa cekung dalam
satu bingkai. Pada tahun 1908 dan 1910 barulah dikenal lensa cembung
cekung yang benar-benar menyatu dalam satu lensa. Materi lensa pun turut
berkembang menjadi lensa kaca dan plastik (optikmelawai.com).
2. Komponen Kacamata
Suatu artikel yang ditulis oleh Kastam (2008, dikutip oleh Riyanti
2011) ini mengemukakan bahwa kacamata terdiri dari dua bagian yaitu
Front Frame dan Temple Frame. Front Frame adalah bagian dari kacamata
yang berada didepan yang II-2 berfungsi utama untuk bingkai dari lensa
yang akan dipasang. Temple Frame adalah bagian dari kacamata yang
berada di sebelah kanan dan kiri untuk memegang front frame atau disebut
tangkai.(Riyanti,2011)
a. Front Frame (Bingkai Kacamata)
Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1) Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data
frame misal merktype atau model ditulis.
2) Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan
berada di belakang telinga.
3) But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel.
9. 4) Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan
antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar
kacamata bisa dilipat.
Bingkai kacamata (Front Frame) memiliki beberapa macam bentuk atau
konstruksi. Terdapat tiga jenis konstruksi untuk bingkai kacamata yaitu
bingkai penuh, bingkai setengah, dan tanpa bingkai
(fullrim,halfrim/semi-rimless). Hal ini dikutip dari penjelasan
Paknenisna (2009, dikutip oleh Riyanti 2011). Penjelasan mengenai
ketiga jenis bingkai kacamata tersebut antara lain:
a) Konstruksi Bingkai Penuh
Bingkai kacamata ini memiliki konstruksi rim yang melingkari
seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun plastik, atau
gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk dalam
klasifikasi bingkai penuh ini adalah :
(1) Combination
Bentuk variasi ini adalah bingkai berbahan metal yang diberi
tambahan selubung plastik di bagian atas rim.
(2) Half Eye
Variasi bingkai kacamata ini biasanya digunakan untuk
kacamata baca bagi penderita presbiopia, terutama yang tidak
membutuhkan koreksi untuk penglihatan jauh, atau bisa juga
untuk yang kesulitan beradaptasi dengan lensa bifokal atau
multifokal. Pemakaian jenis kacamata ini biasanya diposisikan
10. sedikit melorot sehingga mata masih dapat melihat ke arah jauh
tanpa melewati lensa kacamata.
b) Konstruksi Bingkai Setengah
Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya hanya melingkari sebagian
keliling lensa, bisa hanya di bagian atas dan samping, atau bawahnya
saja.
(1) Nylon Supra/String Mounted/Nylon Cord Frame
(2) Semi-rimless Mounting
(3) Numon Mounting
(4) Numon Mounting
c) Konstruksi Tanpa Bingka
Kacamata model rimless ini sebagaimana disebut memang tidak
memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model dalam
kategori ini adalah:
(1) Rimless Mounting
Pada model ini, lensa hanya ditahan oleh dua atau tiga buah baut
yang ditempatkan di bagian nasal dan endpiece. Karena tidak
memiliki rim yang menghubungkan bridge (jembatan tengah)
dengan temple (bagian samping/tangkai), lensa juga bertindak
sebagai penghubung antara bagian-bagian tersebut sehingga
akan mendapat regangan yang lebih besar dari pada model-
model yang lain.
(2) Phantom
11. Unit bagian depan (bridge, bantalan hidung/nosepad, sambungan
tangkai/endpiece , dan lensa-lensa) pada kacamata model ini,
merupakan unit one piece yang tidak dapat dipisah. Dibuat dari
bahan polymer (plastik) dan kebanyakan dipakai untuk kacamata
yang agak spesifik (misalnya kacamata keselamatan safety
glasses.
b. Temple Frame (Tangkai Kacamata)
Temple atau tangkai kacamata terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Shaft/shank yaitu bagian terpanjang dari temple tempat data frame
misal merktype atau model ditulis.
2. Earpiece yaitu bagian ujung belakang daru temple yang akan
berada di belakang telinga.
3. But portion, tempat atau daerah pertautan untuk engsel.
4. Dowel hole, yaitu lubang untuk tempat sekrup dan sebagai tautan
antara front frame dan temple dan hinge yaitu engsel agar kacamata
bisa dilipat.
Bingkai kacamata, disamping bentuk dan konstruksi bagian depannya
mempunyai jenis atau model yang bervariasi, bagian samping
(temple) atau tangkainya juga memiliki beragam bentuk yang perlu
juga diketahui untuk memperkaya pertimbangan dalam memilih
bingkai kacamata. Tangkai kacamata terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
(Paknenisna, 2009 dalam Riyanti, 2011)
a) Skull Temple
12. Jenis tangkai yang sangat umum dan banyak diaplikasikan pada
berbagai model kacamata. Tangkai jenis ini bentuknya lurus
dengan ujung yang dibuat melengkung di bagian belakang.
Lengkungan ini bertugas membangkitkan friksi dengan bagian
belakang telinga pemakai sehingga kedudukan kacamata dapat
lebih stabil.
b) Library Temple
Merupakan jenis tangkai yang kebanyakan dibuat untuk bingkai
kacamata berbahan plastik. Bentuknya lurus, tanpa lengkungan di
ujung belakang namun profil tangkai dibuat melebar di bagian
tersebut sehingga masih dapat memberikan friksi utnuk menjaga
agar posisi kacamata tidak mudah merosot. Bentu tangkai ini cocok
dipakai oleh orang yang cenderung sering melepas kacamatanya.
c) Convertible Temple
Dibuat dari bahan metal. Bentuknya hampir seperti skull temple
yang diluruskan ujung belakangnya. Bentuk tangkai seperti ini
membuat kacamata menjadi mudah dipasang dan dilepas sehingga
cocok untuk diaplikasikan pada kacamata baca dan sunglasses.
d) Riding Bow Temple
Juga terbuat dari bahan metal. Bertolak belakang dengan jenis
convertible temple, jenis ini ujung belakangnya melengkung
hampir setengah lingkaran. Bingkai kacamata dengan tangkai
seperti ini lebih sering disarankan untuk pemakai kacamata dengan
13. ukuran dipotri lensa yang tinggi, karena kacamata seperti ini
membutuhkan kestabilan yang tinggi. Untuk anak-anak yang
cenderung hiperaktif, kacamata dengan bentuk tangkai seperti ini
juga meruakan pilihan yang tepat.
e) Comfort Cable Temple
Mirip dengan riding bow temple, hanya bentuknya jauh lebih
langsing mirip kawat. Digunakan untuk kacamata yang butuh
kestabilan tinggi, tetapi tetap ringan.
Bagian-bagian atau komponen pada kacamata bagian front frame
maupun temple frame digambarkab pada gambar berikut.
D. Fungsi Kacamata