Bab ini membahas perkembangan sektor jasa khususnya perbankan di Indonesia sejak masa kolonial hingga pasca krisis moneter 1997-1998. Pemerintah melakukan reformasi perbankan pada 1988 dan menata ulang sistem perbankan pasca krisis untuk memulihkan perekonomian. Tantangan industri perbankan meliputi persaingan, teknologi, dan perilaku konsumen.
2. PENGANTAR
Bab ini membahas perkembangan sektor jasa
dalam perekonomian Indonesia di masa lampau,
sejak dari perbankan di masa kolonial hingga
kondisi perbankan sebelum Oktober 1988.
Perkembangan perbankan Indonesia modern yang
dimulai dengan kebijakan pemerintah melalui
paket Oktober 1988 juga didiskusikan. Kemudian,
perkembangan perbankan pada saat krisis
moneter dan perkembangan perbankan di masa
kini juga disajikan.
3. PERKEMBANGAN SEKTOR JASA
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
•Perkembangan sektor jasa yang sangat
pesat setelah Indonesia mengalami krisis
moneter adalah sektor transportasi dan
komunikasi.
•Pertumbuhan yang cukup baik walaupun
fluktuatif terjadi di sektor jasa keuangan dan
real estat, sektor perdagangan, hotel-
restoran, dan sektor jasa konstruksi.
4. Sektor 2007 2008 200
9
2010
Pertanian 3,5 4,8 4,1 2,9
Pertambangan dan
Penggalian
1,9 0,7 4,4 3,5
Industri Manufaktur 4,7 3,7 2,2 4,5
Listrik, Gas, dan Air
Bersih
10,3 10,9 14,3 5,3
Konstruksi 8,5 7,5 7,1 7,0
Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
8,9 6,9 1,3 8,7
Transportasi dan
Komunikasi
14,0 16,6 15,5 13,5
Keuangan, Real Estat,
dan Jasa Perusahaan
8,0 8,2 5,1 5,7
Jasa-jasa Lainnya 6,4 6,2 6,4 6,0
Sumber: BPS, 2011. Berdasarkan Harga Pasar Konstan
Tahun 2000
5. Tabel Sumber Pertumbuhan PDB per Sektoral Tahun 2007-2010
Sektor 2007 2008 2009 2010
Pertanian 0,5 0,6 0,5 0,4
Pertambangan dan Penggalian 0,2 0,1 0,4 0,3
Industri Manufaktur 1,2 0,9 0,6 1,1
Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,1 0,1 0,1 0,0
Konstruksi 0,5 0,4 0,4 0,4
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,4 1,1 0,2 1,4
Transportasi dan Komunikasi 0,9 1, 1 1,2 1,1
Keuangan, Real Estat, dan Jasa
Perusahaan
0,7 0,7 0,5 0,5
Jasa-jasa Lainnya 0,6 0,5 0,6 0,5
Sumber: BPS, 2011 (data diolah).
6. PERKEMBANGAN PERBANKAN
INDONESIA SEBELUM 1988
•Bank pertama di Indonesia berdiri tahun 1746 yaitu De
Bank Van, dan berubah menjadi De Bank Courant en
Bank van Leening pada tahun 1752.
•Nederlandsche Handel Maatschapij berdiri tahun 1824,
De Javasche Bank berdiri tahun 1828 (yang berganti
nama menjadi De Javasche Bankwet tahun 1922).
•Escomptobank tahun berdiri 1857, dan Nederlandsche
Indische Handelsbank berdiri tahun 1864.
•Bank asing lain yaitu The Chartered Bank of India,
Australia, dan China tahun 1859, Hong Kong dan Shanghai
Banking Corporation tahun 1884, Bank of China tahun
1915, Yokohama Specie Bank tahun 1919, dan Mitsui Bank
tahun 1925. Pada tahun 1906,
7. Bank lokal pertama, Bank Vereeniging Oey
Tiong Ham, berdiri di kota Semarang.
Beberapa tahun berikutnya, pengusaha
lokal lainnya turut mendirikan bank-bank
lokal seperti Chung Hwa Shangieh
Maatschapij tahun 1913 di Medan, Batavia
Bank tahun 1918 di Batavia, Bank Nasional
Indonesia tahun 1928 di Surabaya dan
Spaarbank atau Bank Tabungan di
berbagai kota.
8. PERKEMBANGAN PERBANKAN
INDONESIA PASCA PAKTO 1988
Pemerintah mengenalkan strategi reformasi finansial untuk
menanggapi perubahan lingkungan ekonomi yang begitu
cepat. Reformasi finansial dimulai pada Juni 1983 ketika
Bank Indonesia membebaskan tingkat bunga, yang
dilanjutkan dengan reformasi kelembagaan perbankan
pada Oktober 1988, dan reformasi sistem perkreditan pada
Januari 1990. Berbagai peraturan tersebut diperbaiki pada
Februari 1991 dan Mei 1993, dan akhirnya kerangka legal
peraturan tersebut dilakukan pada Maret 1992. Tujuan
reformasi finansial adalah untuk mencapai efisien yang
lebih baik dalam mobilisasi dan penyaluran dana pada
berbagai projek investasi yang layak (Djiwandono, 1995a).
9. Setelah Pakto, jumlah bank nasional dan bank
swasta meningkat secara signifikan dari 124 di
tahun 1988 menjadi 240 di tahun 1996, sementara
jumlah kantor cabang meningkat dengan
drastis, yakni dari 1.900 menjadi lebih dari 6.000.
Pada periode tersebut, mobilisasi dana meningkat
dari US$21 milyar di 1988 menjadi US$ 85 milyar
di 1994, dan jumlah kredit yang disalurkan
meningkat dari US$ 28 milyar 1988 to US$ 99
milyar 1994
10. Jenis Bank 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95 95/96
Bank pemerintah
1. Jumlah bank
2. Jumlah kantor
7
1030
7
1045
7
1066
7
1088
7
1252
7
1305
Bank Pembangunan
Daerah
1. Jumlah bank
2. Jumlah kantor cabang
27
376
27
412
27
426
27
429
27
432
27
451
Bank Swasta
1. Jumlah bank
2. Jumlah kantor
114
2256
133
2775
147
2881
163
3093
166
3265
165
3531
Bank Asing dan Patungan
1. Jumlah bank
2. Jumlah kantor
28
48
29
54
39
75
39
78
40
84
41
83
Total
1. Jumlah bank
2. Jumlah kantor
176
3710
196
4286
220
4448
236
4688
240
5033
240
5370
11. Profil Perbankan Berdasarkan Kelompok Bank 1995 (jutaan Rupiah)
Uraian
Bank swasta
devisa
Bank
swasta
non-devisa
Bank
asing dan
patungan
Bank
daerah
Bank
BUMN
Total
Aset 150,139,697 20,246,398 35,027,387 11,063,264 162,459,9
78
378,936,7
24
Kredit 106,587,508 13,710,672 25,212,444 5,673,639 113,109,9
63
264,294,2
26
Fund 110,078,130 15,054,957 13,282,738 8,012,277 87,466,23
2
233,894,3
34
Modal 13,722,476 2,576,672 4,260,321 984,411 13,674,62
3
35,218,50
3
Laba 1,522,740 125,546 679,969 152,540 941,359 3,421,880
Sumber: Infobank, 1996.
12. Persentase Pertumbuhan Industri Perbankan, 1995.
Uraian
Bank
swasta
devisa
Bank
swasta
non-devisa
Bank asing
dan
patungan
Bank
daerah
Bank
BUMN
Total
Aset 33.64 39.58 27.99 27.92 16.77 25,48
Kredit 31.95 32.03 34.96 28.24 15.49 24,54
Dana
pihak
ketiga
31.44 40.69 25.48 27.09 16.62 25,52
Modal 23.93 28.26 34.27 23.63 7.54 18,31
Profit 31.41 27.90 71.00 84.96 39.05 41,76
Sumber: Infobank, 1996
13. Perekonomian Indonesia mengalami krisis panjang ketika
kekacauan finansial dan kejatuhan mata uang yang bermula di
Thailand pada bulan Juli 1997 dan menyebar ke wilayah Asia
Tenggara dan Pasifik. Ketika kejatuhan rupiah melanda negeri ini di
bulan Juli 1997, perekonomian Indonesia menjadi lumpuh. Pada
akhir Januari 1998, rupiah telah kehilangan nilai sebesar 80%
sejak mata uang ini diambangkan oleh Bank Indonesia pada
Agustus 1997. Dengan jatuhnya rupiah, kenaikan harga yang
terus-menerus, dan kerusuhan di berbagai kota di Indonesia,
pemerintah akhirnya menyetujui paket penyelamatan yang
ditawarkan oleh IMF sebesar US$43 milyar pada November 1997
untuk menyelamatkan negara dari reruntuhan perekonomian
(Banker, 1998).
PERBANKAN DI MASA TURMOIL
14. Pemerintah memulai menata perbankan
nasional dengan kombinasi penutupan bank,
merger, dan pengambilalihan. Pemerintah
mengumumkan penggabungan 4 bank negara
(BBD, BDN, Bapindo, dan Bank Exim). Pada 13
Maret 1999 pemerintah menutup 38 bank tidak
sehat dan mengambil alih 7 bank (Kompas,
1999). Pada saat yang sama pemerintah
melakukan rekapitalisasi industri perbankan.
Lehman Brothers (Far Eastern Economic
Review, 1998) memperkirakan Indonesia
membutuhkan US$17 billion atau 31% GDP
untuk menyehatkan sektor perbankan.
15. PERKEMBANGAN PERBANKAN
PASCA KRISIS MONETER
Untuk memulihkan perekonomian
nasional, pemerintah melimpahkan kewenangan
yang lebih luas dan tegas kepada Bank Indonesia
sebagai Bank Sentral untuk menjalankan fungsinya
selaku otoritas moneter. Ditegaskan dalam UU
No.23 tahun 1999 yang mengandung dua hal
penting, yakni
(1) independensi Bank Indonesia tanpa campur
tangan pemerintah maupun pihak-pihak lainnya
dalam menetapkan kebijakan moneter dan
keuangan,
(2) Tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah
16. Bank Indonesia menetapkan tiga pilar
utama yang mencakup
(1)menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter,
(2)mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, dan
(3)mengatur dan mengawasi bank (Bank
Indonesia, 2010).
17. Upaya untuk menata kembali sistem
perbankan dan keuangan yang sehat agar
dapat menopang perekonomian nasional
sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah
(2003) ditempuh melalui empat kelompok:
1. Rekapitalisasi bank-bank.
2. Restrukturisasi kredit perbankan.
3. Pengembangan infrastruktur perbankan.
4. Penyempurnaan pelaksanaan fungsi
pengawasan bank.
18. Perkembangan indikator perbankan 2002-2004
Sumber: Purwanto, 2005.
Indikator 2002 2003 2004
Loan to Deposit Ratio (LDR) 38,24 43,52 49,95
Return On Asset (ROA) 1,96 2,63 3,46
Non Performing Loan (NPL) 7,50 6,78 4,50
Capital Adequacy Ratio (CAR) 22,44 19,43 19,42
Biaya operasional/Pendapatan operasional 94,76 88,10 76.42
19. Indikator Perbankan Indonesia Tahun 2001-2009 (Trilyunan Rupiah)
Indikator 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009*
Penghimpunan
dana
849,2 925,6 924,6 969,9 1057,6 1237,5 1428,6 1939,2 2144,1
Penyaluran
dana
551,7 645,4 679,7 781,8 894,8 1063,2 1284,1 1824,3 2042,5
Aset 1042,1 1094,9 1117,8 1157,2 1258,4 1465,6 1690,5 2310,6 2534,1
Jumlah bank 151 145 141 138 132 131 130 124 121
Jumlah kantor
bank
6513 6824 7726 7759 7993 8283 9153 10936 12971
*Sampai Desember 2009
Sumber: Bank Indonesia, 2012.
20. 0
500
1000
1500
2000
2500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Penghimpunan
Penyaluran
Gambar Penghimpunan dan penyaluran dana tahun 2001-2009 (trilyun)
Sumber: Diolah dari Bank Indonesia, 2012.
21. TANTANGAN PEMASARAN JASA
FINANSIAL
Faktor – faktor yg mempengaruhi industri
jasa finansial.
•Faktor eksternal seperti sosial-ekonomi
•Peraturan pemerintah
•Perubahan teknologi
22. Persaingan dalam dunia perbankan, berasal
dari :
1. Penyedia jasa finansial lainnya seperti
perusahaan pembiayaan dan asuransi
2. Perubahan dalam trend teknologi
informasi
3. Demografi
4. Perilaku konsumen
5. Pertumbuhan ekonomi makro
6. Peningkatan pendapatan konsumen
24. Dalam perspektif strategik, perubahan yang terjadi
pada lingkungan eksternal telah mengubah trend
persaingan pada industri jasa finansial. Harrison
(2000) menyebutkan trend persaingan umum pada
sektor jasa finansial, yakni:
1. Pergeseran dari kompetisi bukan harga menjadi
persaingan berbasis harga
2. Hambatan masuk pada sektor perbankan
menjadi lebih rendah
3. Biaya investasi di sektor perbankan relatif
menurun
4. Tidak ada lagi batasan dalam produk finansial
yang dihasilkan oleh sesama bank
5. Berkembangnya outsourcing dalam produksi
layanan jasa finansial.