SlideShare a Scribd company logo
AWIGHNAM ASTU “SEMOGA TIADA RINTANGAN”
Om Awighnamastu Namo Siddham merupakan
kalimat yang sangat umum diucapkan saat akan memulai suatu
pekerjaan apakah itu terkait aktifitas berfikir, berkata, maupun
dalam tindakan fisik. Seperti para kawi yang menempatkan
awighnamastu pada baris awal dalam berbagai lontar;
Wrhaspati tattwa, Jnana tattwa, Buwana Kosa, kakawin Arjuna
Wiwaha dan sebagainya. Awighnamastu menjadi doa singkat
yang sangat penting bagi para kawi yang memerlukan bukan hanya konsentrasi namun
jugakarunia agarapayangditulis mendapat tuntunan, perlindungandarisegala halangan
dan rintangan, dan memperoleh taksu siddhi yaitu daya kekuatan yang tersimpan dalam
karyanya sehingga menjadi bertuah dan mampu mebius pembaca dari waktu kewaktu.
Bahkan Mahabharata yang abadi telah ditulis langsung oleh ganesha sang pemberi
anugrah sarwa siddha.
A=tidak, wighna=rintangan, astu=semoga. Huruf a dalam awighnamastu
mengandung arti sebagai ketiadaan atau pertentangan dari kata berikutnya, dan astu
berarti semoga demikian. Ajaibnya huruf a didepan kata wighna menyebabkan wighna
(rintangan) menjadi sirna. Disini huruf A” dipandang mengandung kekuatan yang
meniadakan atau membakar wighna sehingga penempatan A diawal kata negatif hampir
sama fungsinya dengan nir yang berarti nol, misalnya nirwighna berarti tanpa rintangan.
Rintangan (wighna) hidup memang tak dapat dihindari selama manusia hidup
didunia, bahkan setelah meninggalpun (geguritan atma prasangsa) sang roh konon
melewati berbagai rintangan yang mengerikan sebagai cermin prilaku yang
bersangkutan selama hidup di dunia. Penderitaan manusia yang seolah tanpa akhir
bersumber dari panca klesa, seperti yang disebutkan dalam Yoga sutra Patanjali II.3:
“Avidyasmita raga dvesaabhinivesah klesah”, bahwaada5 penyebabpenderitaan yang
terdiri dari : 1. Awidya :Kebodohan. 2. Asmita : Keakuan. 3. Raga : Keterikatan. 4. Dwesa :
Kebencian. 5. Abhiniwesa : Ketakutan akan kematian.
Wighna dan klesa sebenarnya bersumber pada diri sendiri akibat kebodohan,
keakuan, keterikatan, rasa benci, dan ketakuatan akan kematian yang berlebihan.
Kebodohan menyebabkan kebingungan, keakuan menimbulkan kesombongan,
keterikatan menyebabkan keserakahan dan kesedihan, dan ketakutan menyebabkan
hilangnya kesadaran. Setiap sikap dan tindakan dalam penyelesaian suatu persoalan
akan berpengaruh pada persoalan berikutnya yang akan dihadapi. Pertimbangan yang
tepat memerlukan kebijaksanaan pikiran yang disebut wiweka. Wiweka tidak sekedar
melibatkan pengetahuan, pengalaman, kesabaran, tetapi yang lebih diperlukan adalan
sinar suci Tuhan sehingga jalan terbaik akan diperoleh.
Salah satu kelemahan manusia adalah bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan
dihadapinya, sehinga hidup manusia bagaikan teka-teki yang tak berujung. Rintangan
bak sebuahpertanyaanhidupyangharusdijawab dengansebuahataubeberapatindakan
yang hasilnya serba ketidak pastian. Karena itu perjalanan hidup setiap orang memiliki
variasi tersendiri tergantung apa tantangan yang dihadapi dan bagaimana ia
menyikapinya dalam tindakan sehingga hasil akhir akan diperoleh.
Pandawa dan Korawa ketika diuji ole Gurunya Drona, untuk membidik sasaran
seekor burung, mereka memberikan tangapan yang berbeda sesuai dengan fokus masng-
masing. Yudistira melihat batang pohon secara utuh tempat burung itu bertengger,
sedangkan Arjuna hanya melihat satu titik pada tubuh burung tersebut. Guru Drona
kemudian memahami bahwa Arjunalah satu-satunya yang memiliki bakat memanah
terbaik.
Seseorang sering gagal fokus tehadap apa yang dihadapi oleh karena begitu
banyak pertimbangan yang mungkin bahkan tidak terlalu penting. Sehingga banyak
waktu terbuanghanyauntuk persoalan-persoalankecil. Kita lupaapa yangmenjadi fokus
tujuan hidup yang sebenarnya yaitu moksartham jagadhita, seperti banyak djelaskan
dalam sastra kuno bahwa diri kita yang sejati yang merupakan perwujudan kesadaran
(tutur) sedang dalam kondisi tidur (turu). Maka alpa dari yang sejati adalah penyebab
dari persoalan hidup yang sebenarnya. Oleh sebab itu Wighna terbesar manusia adalah
ketika ia lupa dengan tujuan yang sejati sehingga menempuh jalan yang tak jelas ujung
pangkalnya.
Dalam kenyataan hidup memiliki wiweka sangat diperlukan, untuk itu
pengetahuan yang meningkatkan wiweka amat sangat diperlukan. Pengetahuan dapat
diperoleh melalui Tri Premana (Pratyaksa, anumana, agama) yang melibatkan
pengalaman langsung, melakukan analisa atas gejala yang ada dan meminta bantuan dari
sumber yang terpercaya. Pengalaman dipandang sebagai guru yang paling utama, karena
darinya pengetahuan utuh akan diperoleh. Pengetahuan inilah yang kemudian
merupakan tongkat penuntun menuju pembebasan dari ikatan yang melekat pada
manusia. Kesucian diri dan pengetahuan suci akan menuntun pada kesucian, oleh
karena kesucian itulah menyebabkan tumbuhnya wiweka. Hal ini telah menjelaskan
mengapa banyak para pertapa memilih hidup dalam pengasingan duniawi demi
memperoleh pengetahuan pembebasan (moksa).
Bagi yang giat bekerja, Bhagawad Gita II.47 menganjurkan bekerja tanpa ikatan
akan hasil sebagaisaranapembebasandiapandangsebagai dharma yang tertinggi. Ketika
kerja sebagai persembahan dari rasa bhakti yang mendalam, maka Tuhan akan
memberikan karunia yang sama dengan para yogi yang jiwanya tidak terikat lagi oleh
ikatan duniawi. Bagi seorang pekerja menjadikan Kerja, bhakti dan cinta kasih sangat
diperlukan sebagai penghancur rintangan.
Bhakti perlu diwujudkan dengan suatu Sadhana yaitu praktek spiritual dari
seorang bhakta. Sadhana mendekatkan manusia dengan Tuhan, seperti besi yang
mendekat pada sebuah magnet, sehingga seolah besi itu adalah magnetnya. Seorang
Bhakta yang tulus dan penuh pelayanan akan memperoleh karunia, kemampuan yang
baik dalam menghadapi setiap persoalan hidup karena senantiasa dalam perlindungan
dan tuntunan Tuhan. Sri Krishna dalam Gita IX. 22 menyatakan:
ananyas cintayanto mam
ye janah paryupasate
tesham nityabhiyuktanam
yoga-ksemam vahamy aham
Terjemahan:
Tetapi, mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada
mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang
belum dimilikinya dan akan menjaga apa yang sudah dimilikinya.
Namun kenyataanya manusia lebih sering lupa mendekatkan diri dengan Tuhan
saat dalam kondisi nyaman. Namun sebaliknya akan begitu dekat ketika persoalan berat
sedang ia hadapi. Tuhan menjadi tempat terakhir untuk mengadu, dan memohon solusi
atas hambatan yang dihadapi. Seorang bhakta yang baik akan melaksanakan sadhana
dalam kondisi apapun. Ia selalu waspada dan percaya sepenuhnya bahwa Tuhan
mengendalikan hidupnya. Pada umumnya Tuhan di puja dalam berbagai perwujudan
atau manifestasi Dewa-Dewi sesuai dengan karma si penyembah.
Dalam berbagai pustaka Hindu Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan,
penghancuran segala awidya, kegelapan pikiran, dan segala rintangan. Pemujaan Ganesa
bertujuan untuk mendapatkan tuntunan Tuhan dalam mengembangkan hidup yang
bijaksana. Kemampuan menghadapi tantangan dan mengembangkan kebijaksanaan,
sebagai langkah awal untuk meraih hidup yang damai dan sejahtera di bumi ini. Dalam
Ganashtakam disebutkan:
Sarva vighna haram devam sarva vighna vivarjitham,
Sarva sidha pradatharam , Vandeham Gana Nayakam.
Terjemahan:
Penghormatan Ganesha yang merupakan pemimpin ganas yang menghilangkan
segala rintangan, Dia yang meniadakan semua jenis hambatan, dan Dia yang
memberkati seseorang dengan segala prestasi.
Dengan memuja Ganesha diharapkan segala rintangan dan hambatan (Vighna)
ditiadakan sehingga segala keberhasilan dan kesuksesan diperolah (sarwa sidha).
Permohonan ini menunjukkan bahwa penting bagi seorang bhakta memberikan pujian
pada Tuhan seta mengungkapkan rasa takutnya akan hambatan hidup dan mengakui
bahwa ia memerlukan bantuan Tuhan (Ganesha) untuk menghalau segala rintangan
serta berkat kesuksesan didalam kehidupanya. Wighna yang ingin dijauhkan, siddha
yang ingin diperolah (Awighnam astu namo siddham). Awighnamastu adalah sebuah
doadenganharapanagarsegalarintanganyangdhadapiditiadakan demi lancarnyasuatu
aktifitas yang meliputi pikiran, perkataan dan tindakan sehingga memperoleh sarwa
Siddha yaitu segala macam keberhasilan.

More Related Content

What's hot

Ajaran Dan Pemikiran Syekh Siti
Ajaran Dan Pemikiran Syekh SitiAjaran Dan Pemikiran Syekh Siti
Ajaran Dan Pemikiran Syekh Sitijawarapetir
 
(23) apakah umat islam terkecoh
(23) apakah umat islam terkecoh(23) apakah umat islam terkecoh
(23) apakah umat islam terkecohDr. Maman SW
 
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013Dr. Maman SW
 
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasa
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasaAmalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasa
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasaTanpa Nama
 
Ashin kheminda meditasi mengamati batin di dalam batin selesai
Ashin kheminda  meditasi mengamati batin di dalam batin selesaiAshin kheminda  meditasi mengamati batin di dalam batin selesai
Ashin kheminda meditasi mengamati batin di dalam batin selesaiteguh.qi
 
(21) seruling kearifan 25 Agustus 2013
(21) seruling kearifan  25 Agustus 2013(21) seruling kearifan  25 Agustus 2013
(21) seruling kearifan 25 Agustus 2013Dr. Maman SW
 
Pengendali leaflet-new
Pengendali leaflet-newPengendali leaflet-new
Pengendali leaflet-newjokotry
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.MizanPujaisna1
 
(11)al qur’an sejati
(11)al qur’an sejati(11)al qur’an sejati
(11)al qur’an sejatiDr. Maman SW
 
(22)benarkah allah melarang
(22)benarkah allah melarang(22)benarkah allah melarang
(22)benarkah allah melarangDr. Maman SW
 

What's hot (13)

Ajaran Dan Pemikiran Syekh Siti
Ajaran Dan Pemikiran Syekh SitiAjaran Dan Pemikiran Syekh Siti
Ajaran Dan Pemikiran Syekh Siti
 
(23) apakah umat islam terkecoh
(23) apakah umat islam terkecoh(23) apakah umat islam terkecoh
(23) apakah umat islam terkecoh
 
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013
(19)benarkah allah melarang 19 juli 2013
 
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasa
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasaAmalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasa
Amalan menambah cahaya aura diwajah cahaya kalau bahasa
 
Ashin kheminda meditasi mengamati batin di dalam batin selesai
Ashin kheminda  meditasi mengamati batin di dalam batin selesaiAshin kheminda  meditasi mengamati batin di dalam batin selesai
Ashin kheminda meditasi mengamati batin di dalam batin selesai
 
(20) jalan sufi
(20) jalan sufi(20) jalan sufi
(20) jalan sufi
 
(21) seruling kearifan 25 Agustus 2013
(21) seruling kearifan  25 Agustus 2013(21) seruling kearifan  25 Agustus 2013
(21) seruling kearifan 25 Agustus 2013
 
Pengendali leaflet-new
Pengendali leaflet-newPengendali leaflet-new
Pengendali leaflet-new
 
(20) jalan sufi
(20) jalan sufi(20) jalan sufi
(20) jalan sufi
 
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
Mizan pujaisna, Agama Islam Sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani S.Th.I., M. Sos.
 
(11)al qur’an sejati
(11)al qur’an sejati(11)al qur’an sejati
(11)al qur’an sejati
 
(22)benarkah allah melarang
(22)benarkah allah melarang(22)benarkah allah melarang
(22)benarkah allah melarang
 
Islam semu
Islam semuIslam semu
Islam semu
 

Similar to Awighnam astu

UPAKARA YAJNA SLIDE.pptx
UPAKARA YAJNA SLIDE.pptxUPAKARA YAJNA SLIDE.pptx
UPAKARA YAJNA SLIDE.pptxwayanwidi3
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisimettadewi wong
 
makna TRI DATU pada lukisan wayang Bali
makna TRI DATU pada lukisan wayang Balimakna TRI DATU pada lukisan wayang Bali
makna TRI DATU pada lukisan wayang BaliAgus Setiawan
 

Similar to Awighnam astu (8)

Abhyasa yoga
Abhyasa yogaAbhyasa yoga
Abhyasa yoga
 
Kekuatan paritta
Kekuatan parittaKekuatan paritta
Kekuatan paritta
 
Tata susila 4 ppt kb 3 ok
Tata susila 4 ppt kb 3 okTata susila 4 ppt kb 3 ok
Tata susila 4 ppt kb 3 ok
 
UPAKARA YAJNA SLIDE.pptx
UPAKARA YAJNA SLIDE.pptxUPAKARA YAJNA SLIDE.pptx
UPAKARA YAJNA SLIDE.pptx
 
Tips Rohani
Tips RohaniTips Rohani
Tips Rohani
 
Pengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisiPengantar abhidhamma revisi
Pengantar abhidhamma revisi
 
makna TRI DATU pada lukisan wayang Bali
makna TRI DATU pada lukisan wayang Balimakna TRI DATU pada lukisan wayang Bali
makna TRI DATU pada lukisan wayang Bali
 
Materi agama hindu
Materi agama hinduMateri agama hindu
Materi agama hindu
 

More from vaprakeswara

Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfPengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfvaprakeswara
 
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfPengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfvaprakeswara
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanavaprakeswara
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanavaprakeswara
 
Siwa nirmala VS niskalanko narayana
Siwa nirmala VS niskalanko narayanaSiwa nirmala VS niskalanko narayana
Siwa nirmala VS niskalanko narayanavaprakeswara
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanavaprakeswara
 

More from vaprakeswara (7)

Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfPengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
 
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdfPengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
Pengertian Pendidikan Inklusi-Ketut Setianingsih.pdf
 
Yoga dan bhakti
Yoga dan bhaktiYoga dan bhakti
Yoga dan bhakti
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayana
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayana
 
Siwa nirmala VS niskalanko narayana
Siwa nirmala VS niskalanko narayanaSiwa nirmala VS niskalanko narayana
Siwa nirmala VS niskalanko narayana
 
Siwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayanaSiwa nirmala niskalanko narayana
Siwa nirmala niskalanko narayana
 

Awighnam astu

  • 1. AWIGHNAM ASTU “SEMOGA TIADA RINTANGAN” Om Awighnamastu Namo Siddham merupakan kalimat yang sangat umum diucapkan saat akan memulai suatu pekerjaan apakah itu terkait aktifitas berfikir, berkata, maupun dalam tindakan fisik. Seperti para kawi yang menempatkan awighnamastu pada baris awal dalam berbagai lontar; Wrhaspati tattwa, Jnana tattwa, Buwana Kosa, kakawin Arjuna Wiwaha dan sebagainya. Awighnamastu menjadi doa singkat yang sangat penting bagi para kawi yang memerlukan bukan hanya konsentrasi namun jugakarunia agarapayangditulis mendapat tuntunan, perlindungandarisegala halangan dan rintangan, dan memperoleh taksu siddhi yaitu daya kekuatan yang tersimpan dalam karyanya sehingga menjadi bertuah dan mampu mebius pembaca dari waktu kewaktu. Bahkan Mahabharata yang abadi telah ditulis langsung oleh ganesha sang pemberi anugrah sarwa siddha. A=tidak, wighna=rintangan, astu=semoga. Huruf a dalam awighnamastu mengandung arti sebagai ketiadaan atau pertentangan dari kata berikutnya, dan astu berarti semoga demikian. Ajaibnya huruf a didepan kata wighna menyebabkan wighna (rintangan) menjadi sirna. Disini huruf A” dipandang mengandung kekuatan yang meniadakan atau membakar wighna sehingga penempatan A diawal kata negatif hampir sama fungsinya dengan nir yang berarti nol, misalnya nirwighna berarti tanpa rintangan. Rintangan (wighna) hidup memang tak dapat dihindari selama manusia hidup didunia, bahkan setelah meninggalpun (geguritan atma prasangsa) sang roh konon melewati berbagai rintangan yang mengerikan sebagai cermin prilaku yang bersangkutan selama hidup di dunia. Penderitaan manusia yang seolah tanpa akhir bersumber dari panca klesa, seperti yang disebutkan dalam Yoga sutra Patanjali II.3: “Avidyasmita raga dvesaabhinivesah klesah”, bahwaada5 penyebabpenderitaan yang terdiri dari : 1. Awidya :Kebodohan. 2. Asmita : Keakuan. 3. Raga : Keterikatan. 4. Dwesa : Kebencian. 5. Abhiniwesa : Ketakutan akan kematian.
  • 2. Wighna dan klesa sebenarnya bersumber pada diri sendiri akibat kebodohan, keakuan, keterikatan, rasa benci, dan ketakuatan akan kematian yang berlebihan. Kebodohan menyebabkan kebingungan, keakuan menimbulkan kesombongan, keterikatan menyebabkan keserakahan dan kesedihan, dan ketakutan menyebabkan hilangnya kesadaran. Setiap sikap dan tindakan dalam penyelesaian suatu persoalan akan berpengaruh pada persoalan berikutnya yang akan dihadapi. Pertimbangan yang tepat memerlukan kebijaksanaan pikiran yang disebut wiweka. Wiweka tidak sekedar melibatkan pengetahuan, pengalaman, kesabaran, tetapi yang lebih diperlukan adalan sinar suci Tuhan sehingga jalan terbaik akan diperoleh. Salah satu kelemahan manusia adalah bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya, sehinga hidup manusia bagaikan teka-teki yang tak berujung. Rintangan bak sebuahpertanyaanhidupyangharusdijawab dengansebuahataubeberapatindakan yang hasilnya serba ketidak pastian. Karena itu perjalanan hidup setiap orang memiliki variasi tersendiri tergantung apa tantangan yang dihadapi dan bagaimana ia menyikapinya dalam tindakan sehingga hasil akhir akan diperoleh. Pandawa dan Korawa ketika diuji ole Gurunya Drona, untuk membidik sasaran seekor burung, mereka memberikan tangapan yang berbeda sesuai dengan fokus masng- masing. Yudistira melihat batang pohon secara utuh tempat burung itu bertengger, sedangkan Arjuna hanya melihat satu titik pada tubuh burung tersebut. Guru Drona kemudian memahami bahwa Arjunalah satu-satunya yang memiliki bakat memanah terbaik. Seseorang sering gagal fokus tehadap apa yang dihadapi oleh karena begitu banyak pertimbangan yang mungkin bahkan tidak terlalu penting. Sehingga banyak waktu terbuanghanyauntuk persoalan-persoalankecil. Kita lupaapa yangmenjadi fokus tujuan hidup yang sebenarnya yaitu moksartham jagadhita, seperti banyak djelaskan dalam sastra kuno bahwa diri kita yang sejati yang merupakan perwujudan kesadaran (tutur) sedang dalam kondisi tidur (turu). Maka alpa dari yang sejati adalah penyebab dari persoalan hidup yang sebenarnya. Oleh sebab itu Wighna terbesar manusia adalah ketika ia lupa dengan tujuan yang sejati sehingga menempuh jalan yang tak jelas ujung pangkalnya.
  • 3. Dalam kenyataan hidup memiliki wiweka sangat diperlukan, untuk itu pengetahuan yang meningkatkan wiweka amat sangat diperlukan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui Tri Premana (Pratyaksa, anumana, agama) yang melibatkan pengalaman langsung, melakukan analisa atas gejala yang ada dan meminta bantuan dari sumber yang terpercaya. Pengalaman dipandang sebagai guru yang paling utama, karena darinya pengetahuan utuh akan diperoleh. Pengetahuan inilah yang kemudian merupakan tongkat penuntun menuju pembebasan dari ikatan yang melekat pada manusia. Kesucian diri dan pengetahuan suci akan menuntun pada kesucian, oleh karena kesucian itulah menyebabkan tumbuhnya wiweka. Hal ini telah menjelaskan mengapa banyak para pertapa memilih hidup dalam pengasingan duniawi demi memperoleh pengetahuan pembebasan (moksa). Bagi yang giat bekerja, Bhagawad Gita II.47 menganjurkan bekerja tanpa ikatan akan hasil sebagaisaranapembebasandiapandangsebagai dharma yang tertinggi. Ketika kerja sebagai persembahan dari rasa bhakti yang mendalam, maka Tuhan akan memberikan karunia yang sama dengan para yogi yang jiwanya tidak terikat lagi oleh ikatan duniawi. Bagi seorang pekerja menjadikan Kerja, bhakti dan cinta kasih sangat diperlukan sebagai penghancur rintangan. Bhakti perlu diwujudkan dengan suatu Sadhana yaitu praktek spiritual dari seorang bhakta. Sadhana mendekatkan manusia dengan Tuhan, seperti besi yang mendekat pada sebuah magnet, sehingga seolah besi itu adalah magnetnya. Seorang Bhakta yang tulus dan penuh pelayanan akan memperoleh karunia, kemampuan yang baik dalam menghadapi setiap persoalan hidup karena senantiasa dalam perlindungan dan tuntunan Tuhan. Sri Krishna dalam Gita IX. 22 menyatakan: ananyas cintayanto mam ye janah paryupasate tesham nityabhiyuktanam yoga-ksemam vahamy aham Terjemahan: Tetapi, mereka yang memuja-Ku dan hanya bermeditasi kepada-Ku saja, kepada mereka yang senantiasa gigih demikian itu, akan Aku bawakan segala apa yang belum dimilikinya dan akan menjaga apa yang sudah dimilikinya. Namun kenyataanya manusia lebih sering lupa mendekatkan diri dengan Tuhan saat dalam kondisi nyaman. Namun sebaliknya akan begitu dekat ketika persoalan berat
  • 4. sedang ia hadapi. Tuhan menjadi tempat terakhir untuk mengadu, dan memohon solusi atas hambatan yang dihadapi. Seorang bhakta yang baik akan melaksanakan sadhana dalam kondisi apapun. Ia selalu waspada dan percaya sepenuhnya bahwa Tuhan mengendalikan hidupnya. Pada umumnya Tuhan di puja dalam berbagai perwujudan atau manifestasi Dewa-Dewi sesuai dengan karma si penyembah. Dalam berbagai pustaka Hindu Ganesha adalah dewa ilmu pengetahuan, penghancuran segala awidya, kegelapan pikiran, dan segala rintangan. Pemujaan Ganesa bertujuan untuk mendapatkan tuntunan Tuhan dalam mengembangkan hidup yang bijaksana. Kemampuan menghadapi tantangan dan mengembangkan kebijaksanaan, sebagai langkah awal untuk meraih hidup yang damai dan sejahtera di bumi ini. Dalam Ganashtakam disebutkan: Sarva vighna haram devam sarva vighna vivarjitham, Sarva sidha pradatharam , Vandeham Gana Nayakam. Terjemahan: Penghormatan Ganesha yang merupakan pemimpin ganas yang menghilangkan segala rintangan, Dia yang meniadakan semua jenis hambatan, dan Dia yang memberkati seseorang dengan segala prestasi. Dengan memuja Ganesha diharapkan segala rintangan dan hambatan (Vighna) ditiadakan sehingga segala keberhasilan dan kesuksesan diperolah (sarwa sidha). Permohonan ini menunjukkan bahwa penting bagi seorang bhakta memberikan pujian pada Tuhan seta mengungkapkan rasa takutnya akan hambatan hidup dan mengakui bahwa ia memerlukan bantuan Tuhan (Ganesha) untuk menghalau segala rintangan serta berkat kesuksesan didalam kehidupanya. Wighna yang ingin dijauhkan, siddha yang ingin diperolah (Awighnam astu namo siddham). Awighnamastu adalah sebuah doadenganharapanagarsegalarintanganyangdhadapiditiadakan demi lancarnyasuatu aktifitas yang meliputi pikiran, perkataan dan tindakan sehingga memperoleh sarwa Siddha yaitu segala macam keberhasilan.