2. 1. Each individual is either man or
woman, male or female (Bessler).
• Perbedaan pria dan wanita :
• merupakan hasil inter-relasi dari
pengalaman-pengalaman dalam diri
manusia dan pengalaman-pengalaman
luarnya (inner and outer experience), dari
menjadi feminin atau maskulin, yang
berkembang dalam sistem sosial (keluarga
dan masyarakat), dari lahir sampai mati.
3. Apakah ada pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan dan trauma-trauma masa kecil
yang masih berpengaruh sampai kini.
Apa dampaknya bagi kebutuhan, harapan,
sikap dan perilaku saya sekarang?
4. 2. Ratio dan Emosi
Perbedaan yang paling pokok
antara pria dan wanita pada
umumnya terletak pada dominasi
ratio dan emosi. Dikatakan bahwa
pria lebih rasional, wanita lebih
emosional dan intuitif. Hal ini tidak
berarti bahwa pria tidak
mempunyai perasaan (emosi), dan
wanita tidak mempunyai ratio.
Tetapi perasaan pria lebih diserap
oleh logika dan intelek wanita lebih
banyak menunjukkan tanda-tanda
emosional.
5.
6. 3. Fungsi Sekundaris
Pengaruh dominasi ratio dan emosi antara lain
terhadap fungsi sekundaris. Fungsi sekundaris
adalah tanggapan-tanggapan yang tidak disadari
atau yang berada di bawah sadar yang lama sekali
mempengaruhi fungsi pikiran, perasaan dan
perbuatan manusia. Hal tersebut akan berakibat
pada lama pendeknya pengaruh nilai perasaan
dari pengalaman-pengalaman terhadap struktur
kepribadian manusia.
7. • Dikatakan, bahwa nilai perasaan dari pengalaman-pengalaman
pada umumnya lebih lama
mempengaruhi struktur kepribadian wanita
daripada terhadap struktur kepribadian pria. Bagi
wanita umpamanya, kejadiaan-kejadian penting
yang diperoleh dari keluarga, lingkungan, yang
mengandung unsur emosionalitas yang kuat,
seperti trauma-trauma yang dialami selama masa
anak-anak akan sangat lama mempengaruhi
wanita. Sehingga segenap pengalaman wanita
yang sekarang selalu dibanding-bandingkan
dengan pengalaman masa lalu di masa mudanya
9. 4. Hal Teoretis/Absrak dan Praktis/Konkrit
• Dominasi ratio dan emosi mempengaruhi pula minat
terhadap hal-hal teoretis dan abstrak, praktis dan
konrit. Wanita lebih tertarik pada hal-hal praktis dan
segi-segi kehidupan yang konkrit, segera dan
langsung. Misalnya wanita lebih tertarik pada hal-hal
rumah tangga, kehidupan sehari-hari dan kejadiaan-kejadiaan
di sekitar rumah tangga yang
membutuhkan pikiran, perhatian, dan tanggapan
yang segera dan langsung. Pria bukannya tidak
tertarik pada hal-hal tersebut. Pria tertarik apabila
hal-hal itu mengandung latar belakang teoretis yang
membutuhkan pemikiran lebih lanjut, atau bila hal-hal
tersebut cocok dengan minat dan mempunyai
kaitan dengan dirinya
11. 5. Hal Inti dan Detail
• Minat terhadap hal teoretis dan abstrak
menyebabkan pria memperhatikan sesuatu pada
hal-hal yang esensial. Pria memperhatiakn sesuatu
lebih kritis untuk mencoba membedakan antara
yang inti, pokok dan utama dengan hal-hal yang
kurang pokok. Sehingga pria condong akan
meninggalkan hal-hal yang tidak pokok.
• Wanita memperhatikan sesuatu secara detail, teliti
dan akurat. Tak ada hal-hal kecil yang akan
dilupakan oleh wanita. Tetapi oleh karena itu,
wanita hampir-hampir tak membedakan antara
yang inti dan yang tidak pokok.
13. 6. Pertimbangan dan Keputusan
• Pada umumnya pria menghadapi sesuatu dengan
penuh pertimbangan dan perhitungan. Akibatnya
pria banyak kali bimbang dalam mengambil
keputusan dan lamban dalam bertindak.
Sedangkan wanita sebaliknya. Apabila ia telah
memutuskan dan telah merencanakan untuk
melaksanakan sesuatu, pada umumnya ia tak
banyak berbimbang hati lagi untuk melaksanakan
langkah-langkah selanjutnya. Dengan teguh,
berani serta penuh entusiasme ia akan membela,
memperjuangkan sikap dan pendiriannya.
14. • Bila ada hal-hal yang kurang beres dan hal-hal
tersebut tidak cepat diselesaikan umpamanya,
pria bisa tenang menunggu. Wanita gampang
menjadi tegang, bingung, takut, kecil hati dan
impulsif. Pada hal-hal seperti itu wanita
membutuhkan bantuan, dukungan dan
perlindungan sehingga kadang-kadang wanita
kecewa terhadap pria, umpamanya suami,
yang nampaknya tidak tanggap dan reaksinya
lamban.
16. 7. Keberpihakan Terhadap Masalah Orang Lain
• Oleh karena penuh pertimbangan dan
perhitungan, pria nampak lebih reserved dan tidak
spontan dalam pergaulan. Wanita nampak lebih
mudah keluar dari dirinya, terbuka dan spontan
terhadap orang lain.
• Keterlibatan wanita terhadap masalah orang lain
misalnya, lebih besar daripada pria. Namun wanita
menghadapi perkara orang lain tersebut dengan
simpati. Sehingga wanita gampang memihak dan
menghadapi perkara orang lain secara totaliter,
didorong oleh afeksi dan sentimen yang bersifat
subjektif.
17. • Oleh karena itu, di satu pihak wanita akan
memberikan seluruh kepribadiannya kepada
orang lain. Tetapi di lain pihak bila ia kecewa,
kecewanya dalam sekali. Atau jika seorang
wanita tidak menyukai dan membenci
seseorang, umpamanya, wanita cenderung
menolak, menghukum, mengadili semua tingkah
laku orang yang dibencinya. Semua yang keluar
dari orang itu, baik atau buruk akan diterima
dengan prasangka dan antipati.
18. • Pria menghadapi perkara orang lain lebih empatik
sehingga ia tak gampang memihak serta
mencampuri perkara orang lain. Dengan
pertimbangannya pria bisa lebih objektif dan
membuat garis pemisah yang lebih jelas antara
kehidupan psikis dan kehidupan indrawi, antara
interese pribadi dan kewajiban yang formal sehari-hari.
Pria bisa membedakan antara person/pribadi
orang yang melakukan sesuatu dengan tingkah
laku dan perbuatan orang itu. Sehingga dalam
menghadapi sesuatu pria dapat lebih otonom.
Dan ia tetap netral dan bebas sebagai peninjau,
penilai, dan penasihat terhadap masalah orang
lain.
20. 8. Keterlibatan Dalam Keluarga
• Wanita akan menyerahkan dirinya secara total,
dengan seluruh jiwa dan raganya terhadap
keluarga: suami, anak, dan anggota keluarga yang
lain. Dan bila berhadapan dengan penderitaan yang
sifatnya laten, terutama penderitaan-penderitaan
suami, anak-anak dan keluarganya, wanita akan
tabah sekali.
• Sedangkan pria, sambil memperhatikan orang-orang
yang dicintai: isteri, anak-anak dan anggota
keluarga yang lain, pria pun akan secara bulat
memperhatikan, memikirkan dan bergulat dengan
cita-cita dan pekerjaannya. Di samping keluarga
pekerjaan bagi pria merupakan hal yang nomor
satu pula. Pria hidup untuk pekerjaannya.
Sebaliknya wanita hidup untuk keluargannya.
22. 9. Pandangan Terhadap Dunia
• Pandangan wanita terhadap dunia lebih riil daripada pria. Wanita
memandang dunia dan hidup apa adanya. Pria menganggap
dunia sebagai obyek, sebagai ruang untuk bekerja dan
berprestasi.
• Berkaitan dengan ini pria lebih cenderung berperan sebagai
subyek, memerintah dan mengontrol dunia ini. Pokoknya pria
akan berperan aktif di dunia ini sebagai pengambil inisiatif untuk
memberikan stimulan dan pengarahan bagi kehidupan. Maka
kegiatan pria lebih bersifat ekspansif dan agresif, penuh daya
serang untuk menguasai situasi dan ruang lingkup hidupnya.
• Wanita di pihak lain biasanya tidak agresif. Wanita lebih pasif.
Peran wanita di dunia lebih sebagai pelindung, pemelihara,
penjaga barang-barang dan manusia lain. Sehingga fungsi
keibuan wanita tidak hanya terhadap manusia, tetapi juga
terhadap barang-barang.
24. 10. Self-esteem Dan Self-confident
• Pandangan dan sikap pria dan wanita terhadap dunia seperti
tertulis di depan sebenarnya lebih berupa pandangan dan sikap
yang diperoleh dari stereotip kebudayaan. Namun pandangan
tersebut mempengaruhi sefl-esteem dan self-confident serta
ketakutan terhadap sukses di antara pria dan wanita.
• Dikatakan bahwa self-esteem dan self-confident wanita lebih
rendah daripada self-esteem dan self-confident pria. Tingginya
self-esteem dan self-confident wanita sangat tergantung pada
penghargaan dan restu yang diperoleh wanita dari orang-orang
yang dicintai dan dihormatinya. Sedangkan tingginya self-esteem
dan self-confident pria sangat tergantung pada prestasi yang
diperoleh.
• Sementara itu ketakutan terhadap sukses pun lebih tinggi pada
wanita daripada pria. Salah satu faktor penyebabnya pun adalah
faktor tereotip kebudayaan, di mana kesuksesan yang lebih harus
diberikan kepada pria, baru sesudahnya kepada wanita. Dalam
kompetisi keunggulan dan prestasi antara pria dan wanita,
wanita lebih senang memilih mengalah daripada menang
terhadap pria.
26. 11. Minat Terhadap Pekerjaan
• Pandangan bahwa pria adalah subjek yang
mengatur dan mengontrol dunia mempunyai
dampak pula terhadap minat dan pekerjaan. Pria
cenderung lebih berminat terhadap politik
daripada wanita. Wanita cenderung memilih
pekerjaan-pekerjaan yang banyak mengandung
unsur relasi emosional seperti misalnya menjadi
guru, perawat, pekerja sosial, dokter, bekerja
dalam bidang seni dan lain-lain
28. 12. Aktivitas Sehari-hari
• Dalam aktivitas hidup sehari-hari wanita
lebih sibuk dari pria. Wanita sebenarnya
membenci kehambaran. Untuk waktu
luangnya wanita akan sibuk dengan
pekerjaan-pekerjaan ringan misalnya:
menyulam, merajut, membuat kue,
menanam bunga dan lain-lain. Pria
sebaliknya pada waktu senggangnya, ia lebih
memilih istirahat.
30. 13. Bahasa Obrolan
• Pria/suami lebih suka melakukan kegiatan daripada bicara.
Sedangkan isteri lebih suka pembicaraan yang intim, dari
hati ke hati. Bagi isteri pembicaraan dari hati ke hati
memberi kepuasan emosi. Sedangkan bagi suami bila
isteri terlalu memaksakannya, bisa mengakibatkan
penolakan dari sang suami.
• Pria/suami misalnya lebih suka berbicara tentang
olahraga, tinju, sepak bola, persoalan ekonomi, politik,
dsb. Wanita/isteri lebih suka berbicara tentang hubungan
antar manusia, keluarga, kesehatan, berat badan,
makanan, pakaian, dll. Sehingga obrolan isteri sering
kurang menarik bagi suami, atau sebaliknya. Sehingga
masing-masing lebih suka memilih teman ngobrol sendiri-sendiri.
Dan ngobrol dengan teman sering lebih lama
daripada dengan suami.
32. 14. Perkawinan
• Pandangan pria tentang perkawinan juga
berbeda dari pandangan wanita tentang
perkawinan. Pria memandang perkawinan
sebagai salah satu bagian dari kehidupan, yang
berdiri di samping dan sejajar dengan kegiatan-kegiatannya
yang lain. Sedangkan wanita
memandang perkawinan sebagai suatu definisi
atas kodratnya. Dengan perkawinan wanita
merasa kodratnya terpenuhi, terutama bila ia
telah mempunyai anak.
34. 15. Sex
• Timbulnya dorongan sex antara pria dan wanita
tidak sama. Dorongan sex pria timbul tiba-tiba oleh
rangsangan-rangsangan ekstern misalnya: karena
melihat kecantikan seorang wanita, bentuk tubuh
yang genit, buah dada, melihat pakaian wanita,
alat-alat kecantikan, mencium wangi-wangian yang
dipakai, dan lain sebagainya.
• Pada wanita dorongan sex timbul perlahan-lahan
dan berangsur-angsur. Alasan dorongan sex lebih
bersifat internal dari kesadaran bahwa ia dicintai
oleh suaminya, rasa aman, rasa diterima,
diteguhkan dan dihargai oleh suaminya.
35. • Ungkapan cinta yang dilahirkan
lewat kata-kata manis, cumbu
rayu, hadiah dan sebagainya
kurang penting bagi pria dan
hanya berguna sebagai persiapan
pada persetubuhan.
• Bagi wanita, ungkapan cinta yang
dilahirkan lewat rupa-rupa
bentuk kontak dan relasi
merupakan unsur yang sangat
penting dimana ia mengalami
secara rill bahwa ia dicintai.
36. • Keinginan sexual pria dilokalisir pada alat
kelaminnya. Tujuannya ialah persetubuhan dan
mencapai orgasme. Rangsangan sex wanita
tidak dilokalisir pada tempat tertentu,
melainkan tersebar luas ke seluruh tubuhnya.
Tujuannya bukan terutama mencapai orgasme,
melainkan menyatakan cinta dan memperoleh
pengalaman bahwa ia dicintai oleh suaminya
dengan segenap hati.
37. • Bagi pria hubungan sexual merupakan salah
satu peristiwa saja dari sekian banyak peristiwa
yang dapat terjadi sepanjang hari sehingga
makna hubungan sexual bagi pria
meninggalkan bekas yang cukup dangkal,
mudah terhapus dan tidak mempengaruhi
tingkah laku dan tindakannya yang lain. Lepas
dari hubungan sexual, si pria dapat membagi
perhatian dan pikirannya kepada hal-hal dan
peristiwa lain. Dapat dikatakan cinta sexual pria
lebih terikat pada tempat dan waktu.
38. • Bagi wanita hubungan sexual meninggalkan
bekas dan kesan yang lebih mendalam dan
sangat mempengaruhi tindakan dan tingkah
laku sesudahnya. Daya pengaruh hubungan
sexual tersebut tidak terbatas pada tempat
dan waktu tertentu saja, melainkan menyebar
ke seluruh rentetan peristiwa sepanjang hari
dan menentukan tingkah lakunya terhadap
peristiwa-peristiwa itu. Seluruh dirinya
dikuasai oleh emosi dan perasaan yang
ditimbulkan oleh cinta sexual tersebut.
41. 16. Harapan Suami
Pria mengharapkan bahwa seorang isteri mempunyai
cinta dan pengabdian penuh terhadap suami. Cinta dan
pengabdian yang dimaksudkan itu nampak dalam
keinginan agar isteri:
• Memelihara, mengurus keperluan pribadi suami
(pakaian, makanan, penampilan, dll)
• Mengurus rumah agar memiliki iklim kebahagiaan serta
kemesraan sehingga menjadi tempat yang
menyenangkan dan tenang bagi suami.
• Tidak menuntut suami hanya memperhatikan diri dan
kepentingan-kepentingannya sendiri.
• Menunjukkan tanda-tanda kepastian bahwa isteri
mencintai suami melalui ungkapan-ungkapan emosional
dan indrawi.
42. • Membantu mendorong dan meningkatkan vitalitas dan
keberanian suami dengan menunjukkan sikap bahwa isteri
memerlukan suaminya, membutuhkan dukungan,
kekuatan suaminya, dll.
• Menunjukkan rasa bersatu secara emosional dengan
suaminya, dengan cara menanggapi situasi emosional
ketika suaminya sedih, gembira, cemas, takut, dll.
• Membiarkan dengan penuh pengertian suami
mengungkapkan seluruh kepribadiaannya dengan bebas,
baik untuk hal-hal yang tidak menyenangkan sehingga
suami dapat melepaskan dengan leluasa kejenuhan, rasa
sumpek, emosi-emosi kejengkelan, dll.
• Memberi kebebasan kepada suami dalam bekerja agar ia
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan memuaskan.
44. 17. Harapan Istri
• Pada umumnya seorang wanita mengharapkan bahwa
seorang suami menyatakan cinta kepada istrinya tidak
hanya secara spiritual, tetapi secara emosional juga. Serta
suami hendaknya memberi bantuan dan dukungan
emosional terhadap isterinya serta menerima diri isterinya
sebagaimana adanya. Harapan-harapan tersebut terwujud
dalam keinginan-keinginan antara lain agar suami
hendaknya:
• Bersikap sebagai ayah, kekasih dan sahabat terhadap
isterinya. Sehingga isteri merasa aman di samping suami
dan bebas mengungkapkan dirinya karena suami
memahami.
• Memperhatikan kesejahteraan, kebahagiaan isteri, tidak
melukai hati, bersikap jujur, dan dapat dipercaya.
45. • Menunjukkan secara eksplisit melalui sikap dan perbuatan
kepastian bahwa kehadiran isteri berarti bagi suami, dan
bahwa suami bahagia karena pengabdiannya.
• Mencintai dan senang terhadap isterinya mulai dari
lingkup jasmaniahnya sampai dengan tingkat spiritual
melalui tanda-tanda emosional dan indrawi.
• Memberi kebebasan dan kemungkinan berdiri sendiri
kepada isteri dalam mengurus rumah tangga dengan tanpa
terlalu mencampuri.
• Menghargai, membantu, mendorong, dan mendukung apa
yang dikerjakan oleh isterinya.
• Mengendalikan dan memberi struktur pada emosi isteri
melalui sikap rasional.
• Lebih kuat dari isteri, berpendirian dan tak menyerah
kepada emosi-emosi isteri