SlideShare a Scribd company logo
AGAMA MAJAPAHIT
Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual keagamaan masa itu.
Bangunanbangunan suci im dikenal dengan nama candi, pemandian suci (patirthan) dan gua-gua
pertapaan. Selain itu terdapat pula sisa-sisa bangunan lain, misalnya pintu gerbang yang kadangkala
disebut candi pula.
Bangunan-bangunan suci masa Majapahit ini kebanyakan bersifat agama Siwa, dan sedikit yang
bersifat agama Buddha, antara lain Candi Jago. Candi Bhayalangu, Candi Sanggrahan dan Candi Jabung,
Sifat keagamaan itu kita ketahui antara lain dan ciri-ciri arsitektural, arca-arca yang ditinggalkan, relief
candi, dan dukungan bukti data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakrtagama, Kakawin Arjunawijaya,
Kakawin Sutasoma dan sedikit berita prasasti.
Di samping perbedaan latar belakang keagamaan, terdapat pula perbedaan status dan fungsi
bangunan suci. Berdasarkan status bangunan-bangunan suci, kita dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu
bangunan yang dikelola oleh pemerintah pusat dan yang berada di luar kekuasaan pemerintah pusat.
Bangunan suci yang dikelola oleh pemerintah pusat ada 2 macam yaitu:
1. Dharma -Dalm (Arj. XXIII:2a), yaitu bangunan suci yang diperuntukkan bagi raja beserta
keluarganya. Menurut Nagarakretagama, setiap bangunan suci dikelola oleh seorang sthapaka dan
seorang wiku raja (wiku haji) dan secara keseluruhan diawasi oleh seorang dharmadhyaksa di
istana. Jumlah Dharma-Haji ini ada 27 buah diantaranya Kegenengan, Kidal, Jajadhu, Pikatan,
Weleri, Sukalila, Kumitir (Pigeaud I, 1960:57).
2. Dharma-Ipas adalah bangunan suci yang dibangun di atas tanah wakaf (bhudana) pemberian raja
untuk para rsi-saiwa-sogata, untuk memuja dewa-dewa dan untuk mata pencaharian mereka
(pakajiwita) (Soepomo I, 1997:123). Dharma-Ipas kasaiwan dikelola oleh seorang dharmadhyaksa
ring kasaiwan, Dharma-Ipas kasogatan dikelola oleh seorang dharmadhyaksa ring kasogatan dan
Dharma-Ipas karesyan dikelola oleh mantri-her-haji (Pigeaud 1, 1960-58).
Bangunan/tempat suci yang berada di luar pengelolaan pemerintah pusat kebanyakan adalah
milik para rsi (pertapa wanaprastha) antara lain mandala, katyagan, janggan. Secara umum
bangunan/tempat suci ini disebut patapan atau wanasrama karena letaknya yang terpencil. Mandala
yang dikenal sebagai kadewaguruan adalah tempat pendidikan agama yang dipimpin oleh seorang
siddharsi yang disebut pula dewaguru (Santiko 1986, 1990).
Berdasarkan fungsinya, candi-candi masa Majapahit dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Candi-candi yang mempunyai 2 fungsi (fungsi ganda) yaitu sebagai pendharmaan raja dan
keluarganya, serta sekaligus sebagai; Kuil pemujaan dewa. Yang termasuk candi ganda antara lain
Candi Jagi, Candi Pari, Candi Rimbi, dan Candi Simping (Sumberjati). Ciri candi kelompok ini adalah
adanya tubuh candi dan ruang utama (garbhagrha) untuk menempatkan sebuah area pendharmaan
perwujudan (dewawimbha).
2. Candi-candi yang hanya berfungsi sebagai kuil pemujaan, pada umumnya tidak mempunyai
garbhagrha dan arca perwujudan, tubuh candi diganti dengan altar dan/atau miniatur candi.Candi-
candi kuil ini kebanyakan dipakai oleh para rsi dan terletak dilereng-lereng gunung, misalnya di
lereng gunung Pananggungan, Lawu, Wilis dan sebagainya (Santika 1998).
Pejabat Keagamaan dan Agamawan di Majapahit
Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit pada umumnya beragama Siwa dan aliran
Siwasiddhanta, kecuali ratu Tribhuwanotunggadewi (ibunda Hayamwuruk) beragama Buddha
Mahayana. Walaupun begitu agama Siwa dan agama Buddha tetap menjadi agama resmi kerajaan
hingga sekitar tahun 1447, karena pejabat kedua agama itu terutama pejabat Buddha disebut terakhir
kali dalam prasasti Waringin Piti (Hasan Djafar 1986 : 239-258). Saat pemerintahan Raden Wijaya
(Kertarajasa), ada 2 pejabat tinggi Siwa dan Buddha, yaitu Dharmadyaksa ring Kasaiwan dan
Dharmadyaksa ring Kasogatan, kemudian 5 pejabat Siwa di bawahnya yang secara keseluruhan disebut
Dharmapapati atau Dharmadhikarana. Lima pejabat Siwa ini pada pemerintahan Tribhuwana di tambah
2 orang dari agama Buddha, sehingga jumlahnya menjadi 7 orang dan secara berkelompok disebut Sang
Saptopapati (Van Naersen 1933:239-258).
Disamping pejabat resmi keagamaan, terdapat pula para agamawan, walaupun tidak resmi
mempunyai kedudukan dalam struktur birokrasi pemerintahan Majapahit, tetapi mempunyai peranan
penting di lingkungan istana. Dalam sumber tertulis mereka disebut berkelompok, ada yang
berkelompok 3 disebut tripaksa yaitu rsi-saiwa-sagata dan kelompok 4 disebut catur dwija yaitu
mahabrahmana (wipra) saiwa-sogata-rsi. Kehadiran mereka secara resmi telah disebut dalam prasasti-
prasasti Airlangga. Kelompok rsi dalam prasasti Airlangga disebut walkali atau walkaladhara (berpakaian
kulit kayu). Rsi di sini bukan rsi tokoh mitos seperti Narada, Vivamitra, Kasyapa dan sebagainya, tetapi
para pertapa yang sedang menjalani tahap hidup wanaprastha dan sanyasin atau bhiksuka (Santiko
1986, 1990).
Mahabrahmana yang disebut juga wira, adalah pendeta ahli Weda, agama dan filsafat Hindu;
mungkin sebagian didatangkan dan India dan mungkin bertindak sebagai purohita di istana Majapahit.
Dalam Nagarakrtagama pupuh XII:I disebutkan seorang pendeta (dwija) Siwa bernama Sri Brahmaraja,
dan dalam pupuh LXXXIII:3, mengatakan bahwa 3 orang dwija diketuai oleh Sri Brahmanaja, seorang ahli
dalam ajaran agama, filsafat Nyaya, Samikhyatarka Wyakarana dan ajaran Weda, mereka tinggal di
istana dan sangat dihormati. Menurut Pigeaud kemungkinan mereka datang dari India (Pigeaud I,
1960:64, IV 1962:269-270). Nama Sri Brahmaraja terdapat pula pada prasasti Nglawang kira-kira dari
tahun 1350, dan prasasti Ptak dan Jiu yang dikeluarkan pada tahun 1486. Dan beberapa sumber ini
dianggap bahwa Sri Brahmaraja Ganggadhara dalam kedua prasasti terakhir berbeda dengan Sri
Brahmaraja yang datang ke istana Majapahit masa Hayam Wuruk.
Agama Siwa Buddha
Pembaharuan / pertemuan agama Siwa dan agama Buddha pertama kali terjadi pada masa
pemerintahan raja Krtanagara, raja Singasari terakhir. Apa maksudnya mempertemukan kedua agama
tersebut belum jelas, mungkin disamping sifat toleransinya yang sangat besar, juga terdapat alasan lain
yang lebih bersifat politik, yaitu untuk memperkuat din dalam menghadapi musuh dan Cina, Kubilai
Khan. Untuk mempertemukan kedua agama itu, Krtanagara yang bernama Buddha Mahayana
Tantrayana, membuat candi Siwa-Buddha yaitu Candi Jawi di Prigen dan Candi Singasari, dekat kota
Malang. Dalam Nagarakrtagama pupuh LV:Id dikatakan.. entun yang dwaya saiwa budha sang amuja
nguni satata artinya “itu sebabnya kedua (pemeluk) Siwa dan Buddha dahulu melakukan puja secara
teratur”. Puja teratur dilakukan oleh para penganut Siwa maupun Buddha di Candi Jawi tersebut. Candi
Siwa-Buddha seperti yang dibuat oleh Krtanagara memang tidak dijumpai pada jaman Majapahit, tetapi,
uniknya, candi yang bersifat Buddha masa Majapahit tidak segan-segan menghias dindingnya dengan
relief cerita yang bersifat Siwa dan begitu sebaliknya. Misalnya Candi Jago yang bersifat Buddha
menghias dinding candinya dengan relief cerita Arjunawiwaha, Parthayajna dan Kalayanawanantaka
yang semua cerita Siwa. Sebaliknya Candi Panataran yang bersifat agama memahat cerita Bubuksah
Gagangaking yang bersifat Buddha di dinding salah satu bangunan candi tersebut.
Pembauran Agama Siwa-Buddha ini sebenarnya hanyalah sebatas mempersamakan kenyataan
tertinggi (the Supreme Being) kedua agama beserta segala emanasinya, disertai pembauran beberapa
konsep kedua agama tersebut, namun bukan pembauran seluruh sistem. Kedua agama tersebut masih
tetap eksis dengan penganut masing-masing yang menjalankan tata upacara sesuai ajaran dan aturan
agama mereka, demikian pula mereka masih tetap memiliki bangunan-bangunan suci sendiri.
Pembauran agama Siwa-Buddha pada jaman Majapahit antara lain terlihat pada cara
mendharmakan raja dan keluarganya yang wafat pada 2 candi yang berbeda sifat keagamaannya.
Misalnya Kertarajasa, raja pertama Majapahit, di-dharmakan di Candi Sumberjati (Simping) sebagai
wujud Siwa (Siwawimbha) dan Antahpura sebagai Buddha. Raja Jayabaya, raja ke dua Mahapahit, di-
dharmakan di Shila Ptak sebagai Wisnu dan di Sukhalila sebagai Buddha. Mewujudkan raja yang wafat
sebaligus sebagai Siwa dan Buddha membuktikan adanya kepercayaan dimana Kenyataan Tertinggi
dalam agama Siwa maupun Budha tidaklah berbeda, seperti yang disebut dalam Kakawin Sutasoma
pupuh CXXXIX “hyang budha tan pahi lawan siwa rajadewa “.
Agama Siwasiddhanta
Agama Siwa yang berkembang dan dipeluk oleh raja-raja Majapahit adalah agama Siwadiddhanta
(Siddhantatapaksa) yang mulai berkembang di Jawa Timur pada masa raja Sindok (abad X). Sumber
ajaran agama Siwasiddhanta adalah kitab Tutur (Smrti), dan yang tertua adalah Tutur Bhwanakosa yang
disusun pada jaman Mpu Sindok dan yang termuda dan terpanjang adalah Tutur Jnanasiddanta yang
disusun pada jaman Majapahit. Ajaran Agama ini sangat dipengaruhi oleh Saiwa Upanisad, Vedanta dan
Samkhya. Kenyataan Tertinggi agama ini disebut Paramasiwa yang disamakan dengan suku kata suci
OM. Sebagai dewa tertinggi Siwa mempunyai 3 hakekat (tattwa) yaitu:
• Paramasiwa-tattwa yang bersifat tak terwujud (niskala);
• Sadasiwa-tattwa yang bersifat berwujud-tak terwujud (sanakalaniskala);
• Siwa-tattwa bersifat berwujud (sakala);
Disamping membicarakan tattwa Siwa, Tutur membicarakan pula tentang pencapaian kalepasan,
yaitu kesempurnaan yang dicapai waktu masih hidup; kamoksan, yaitu kesempurnaan setelah
meninggal; peleburan diri dalam kehampaan (Sunya), yang dalam sumber tertulis disebut dengan istilah
mulih atau mantuk, misalnya mantuk ing Siwapada, mantuk ring swargga loka. Salah satu usaha
pencapaian kelepasan dan kamoksan adalah dengan cara pemujaan lingga yang dapat melenyapkan
dosa (kiesa). Apa yang ditulis dalam Tutur diajarkan oleh para siddharsi (dewaguru) di mandala-mandala
(kadewaguruan). Disamping diberi pengertian tentang Paramasiwa yang juga disebut pula sebagai
Bhatara Guru atau Hyang Jagatparamana, diajarkan pula pada para murid (sisya, kaki, endang) tata
upacara yang harus dilakukan sebelum berkomtemplasi tentang pembebasan jiwa, yoga dan
pengetahuan-pengetahuan spiritual yang tinggi.
Di samping agama Siwa, terdapat pula agama Waisnawa yang memuja dewa Wisnu, tetapi tidak
sepenting agama Siwa. Dalam agama Siwa, Wisnu hanya dipuja sebagai dewa pelindung (istadewata)
bagi para raja serta pahlawan, bukan sebagai dewa tertinggi, karena fungsi Wisnu sebagai dewa
pelindung dunia.• (WHD. No. 488 Agustus 2007).

More Related Content

What's hot

Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiahPengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
Nur Kareena
 
Arti lambang swastika dalam agama hindu
Arti lambang swastika dalam agama hinduArti lambang swastika dalam agama hindu
Arti lambang swastika dalam agama hindu
Gunk Swastika
 
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesia
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesiaPerkembangan hindu budha di asia dan indonesia
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesia
hannafatiha
 
Tugas Presentasi Religio
Tugas Presentasi ReligioTugas Presentasi Religio
Tugas Presentasi Religio
guestddfd0f
 

What's hot (19)

Persebaran hindu-buddha Kelas XII
Persebaran hindu-buddha Kelas XIIPersebaran hindu-buddha Kelas XII
Persebaran hindu-buddha Kelas XII
 
Materi SI X Kelas X - Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
Materi SI X Kelas X - Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di IndonesiaMateri SI X Kelas X - Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
Materi SI X Kelas X - Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu Budha di Indonesia
 
04. pendidikan agama hindu (c)
04. pendidikan agama hindu (c)04. pendidikan agama hindu (c)
04. pendidikan agama hindu (c)
 
Penjelasan tentang Agama Hindu
Penjelasan tentang Agama HinduPenjelasan tentang Agama Hindu
Penjelasan tentang Agama Hindu
 
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiahPengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
Pengaruh Agama Hindu dalam Pembangunan sahsiah
 
Arti lambang swastika dalam agama hindu
Arti lambang swastika dalam agama hinduArti lambang swastika dalam agama hindu
Arti lambang swastika dalam agama hindu
 
Bram
BramBram
Bram
 
Materi agama hindu
Materi agama hinduMateri agama hindu
Materi agama hindu
 
Buddha avatara
Buddha avataraBuddha avatara
Buddha avatara
 
Agama Kristen Hindu
Agama Kristen HinduAgama Kristen Hindu
Agama Kristen Hindu
 
Dari material ke Spiritual
Dari material ke SpiritualDari material ke Spiritual
Dari material ke Spiritual
 
Perkembangan Agama Hindu-Budha
Perkembangan Agama Hindu-BudhaPerkembangan Agama Hindu-Budha
Perkembangan Agama Hindu-Budha
 
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesia
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesiaPerkembangan hindu budha di asia dan indonesia
Perkembangan hindu budha di asia dan indonesia
 
Proses perkembangan budaya dan agama hindu budha di india
Proses perkembangan budaya dan agama hindu budha di indiaProses perkembangan budaya dan agama hindu budha di india
Proses perkembangan budaya dan agama hindu budha di india
 
Mitologi hindu
Mitologi hinduMitologi hindu
Mitologi hindu
 
Agama hindu dan budha
Agama hindu dan budhaAgama hindu dan budha
Agama hindu dan budha
 
Proses dan Berkembangnya Agama Hindu dan Budha di Asia
Proses dan Berkembangnya Agama Hindu dan Budha di AsiaProses dan Berkembangnya Agama Hindu dan Budha di Asia
Proses dan Berkembangnya Agama Hindu dan Budha di Asia
 
Konsep Agama Budha
Konsep Agama BudhaKonsep Agama Budha
Konsep Agama Budha
 
Tugas Presentasi Religio
Tugas Presentasi ReligioTugas Presentasi Religio
Tugas Presentasi Religio
 

Viewers also liked

IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
slawudeyfstucefany
 
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
Deusrieta M1)
 
4651 4655.output
4651 4655.output4651 4655.output
4651 4655.output
j1075017
 
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliaculWww.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
Mihai Mihai
 

Viewers also liked (12)

PEMF Machine Destroys Parasitic Infections
PEMF Machine Destroys Parasitic InfectionsPEMF Machine Destroys Parasitic Infections
PEMF Machine Destroys Parasitic Infections
 
IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
IF BEING SUIED FOR A SECURED DEIT WOULD IT BE BETTER TO FILE BANKRUPTCY?
 
Análisis y síntesis de fourier resumen
Análisis y síntesis de fourier resumenAnálisis y síntesis de fourier resumen
Análisis y síntesis de fourier resumen
 
Document
DocumentDocument
Document
 
Adriderprez
AdriderprezAdriderprez
Adriderprez
 
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
A reorganização da rede de ensino proposta pelo governo de são paulo foi crit...
 
Daftar harga pulsa
Daftar harga pulsaDaftar harga pulsa
Daftar harga pulsa
 
4651 4655.output
4651 4655.output4651 4655.output
4651 4655.output
 
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliaculWww.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
Www.nicepps.ro 21636 a inflorit iar liliacul
 
O multilingüismo europeo
O multilingüismo europeoO multilingüismo europeo
O multilingüismo europeo
 
How to make the move towards hybrid cloud computing
How to make the move towards hybrid cloud computingHow to make the move towards hybrid cloud computing
How to make the move towards hybrid cloud computing
 
cv latest-signed
cv latest-signedcv latest-signed
cv latest-signed
 

Similar to Agama majapahit

Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha okSuplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
Istna Zakia Iriana
 
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHITSEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
maghfiraputeri
 
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hinduPeran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Wayan Permadi
 
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Nur Aini Mahmudah
 
Power point KD 4 Kelas 7
Power point KD 4 Kelas 7Power point KD 4 Kelas 7
Power point KD 4 Kelas 7
Nugrah Angraini
 
Sejarah hindu di jawa tengah
Sejarah hindu di jawa tengahSejarah hindu di jawa tengah
Sejarah hindu di jawa tengah
Made Yudha Giri
 
Sejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ikaSejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ika
Khadirr Khadirr
 
Sejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ikaSejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ika
Khadirr Khadirr
 

Similar to Agama majapahit (20)

Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha okSuplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
Suplemen kb 1 modul pdab sejarah agama buddha ok
 
Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Kerajaan-Kerajaan di IndonesiaKerajaan-Kerajaan di Indonesia
Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
 
6 peninggalan sejarah kebudayaan hindu buddha indonesia
6 peninggalan sejarah kebudayaan hindu buddha indonesia6 peninggalan sejarah kebudayaan hindu buddha indonesia
6 peninggalan sejarah kebudayaan hindu buddha indonesia
 
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHITSEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
SEJARAH KELAS 11 - KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA KERAJAAN MAJAPAHIT
 
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hinduPeran orang suci dalam penyebaran agama hindu
Peran orang suci dalam penyebaran agama hindu
 
SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA
SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIASEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA
SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA
 
Ppt sejarah bab 3 sma x wajib
Ppt sejarah bab 3 sma x wajibPpt sejarah bab 3 sma x wajib
Ppt sejarah bab 3 sma x wajib
 
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–Peninggalan sejarah bercorak hindu–
Peninggalan sejarah bercorak hindu–
 
tipitaka
 tipitaka tipitaka
tipitaka
 
Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu – Buddha di [Autosaved] 1.pptx
Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu – Buddha di [Autosaved] 1.pptxPengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu – Buddha di [Autosaved] 1.pptx
Pengaruh Agama dan Kebudayaan Hindu – Buddha di [Autosaved] 1.pptx
 
Power point KD 4 Kelas 7
Power point KD 4 Kelas 7Power point KD 4 Kelas 7
Power point KD 4 Kelas 7
 
Power point kd 4 kls 7
Power point kd 4 kls 7Power point kd 4 kls 7
Power point kd 4 kls 7
 
PPT SBK. SEJARAH SENI RUPA INDIA.mine.pdf
PPT SBK. SEJARAH SENI RUPA INDIA.mine.pdfPPT SBK. SEJARAH SENI RUPA INDIA.mine.pdf
PPT SBK. SEJARAH SENI RUPA INDIA.mine.pdf
 
Sejarah hindu di jawa tengah
Sejarah hindu di jawa tengahSejarah hindu di jawa tengah
Sejarah hindu di jawa tengah
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan MajapahitKerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
 
Agama buddha
Agama buddhaAgama buddha
Agama buddha
 
Sejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ikaSejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ika
 
Sejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ikaSejarah bhinneka tunggal ika
Sejarah bhinneka tunggal ika
 
BAB 3-.
BAB 3-.BAB 3-.
BAB 3-.
 

Agama majapahit

  • 1. AGAMA MAJAPAHIT Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual keagamaan masa itu. Bangunanbangunan suci im dikenal dengan nama candi, pemandian suci (patirthan) dan gua-gua pertapaan. Selain itu terdapat pula sisa-sisa bangunan lain, misalnya pintu gerbang yang kadangkala disebut candi pula. Bangunan-bangunan suci masa Majapahit ini kebanyakan bersifat agama Siwa, dan sedikit yang bersifat agama Buddha, antara lain Candi Jago. Candi Bhayalangu, Candi Sanggrahan dan Candi Jabung, Sifat keagamaan itu kita ketahui antara lain dan ciri-ciri arsitektural, arca-arca yang ditinggalkan, relief candi, dan dukungan bukti data tekstual, misalnya Kakawin Nagarakrtagama, Kakawin Arjunawijaya, Kakawin Sutasoma dan sedikit berita prasasti. Di samping perbedaan latar belakang keagamaan, terdapat pula perbedaan status dan fungsi bangunan suci. Berdasarkan status bangunan-bangunan suci, kita dapat kelompokkan menjadi dua, yaitu bangunan yang dikelola oleh pemerintah pusat dan yang berada di luar kekuasaan pemerintah pusat. Bangunan suci yang dikelola oleh pemerintah pusat ada 2 macam yaitu: 1. Dharma -Dalm (Arj. XXIII:2a), yaitu bangunan suci yang diperuntukkan bagi raja beserta keluarganya. Menurut Nagarakretagama, setiap bangunan suci dikelola oleh seorang sthapaka dan seorang wiku raja (wiku haji) dan secara keseluruhan diawasi oleh seorang dharmadhyaksa di istana. Jumlah Dharma-Haji ini ada 27 buah diantaranya Kegenengan, Kidal, Jajadhu, Pikatan, Weleri, Sukalila, Kumitir (Pigeaud I, 1960:57). 2. Dharma-Ipas adalah bangunan suci yang dibangun di atas tanah wakaf (bhudana) pemberian raja untuk para rsi-saiwa-sogata, untuk memuja dewa-dewa dan untuk mata pencaharian mereka (pakajiwita) (Soepomo I, 1997:123). Dharma-Ipas kasaiwan dikelola oleh seorang dharmadhyaksa ring kasaiwan, Dharma-Ipas kasogatan dikelola oleh seorang dharmadhyaksa ring kasogatan dan Dharma-Ipas karesyan dikelola oleh mantri-her-haji (Pigeaud 1, 1960-58). Bangunan/tempat suci yang berada di luar pengelolaan pemerintah pusat kebanyakan adalah milik para rsi (pertapa wanaprastha) antara lain mandala, katyagan, janggan. Secara umum bangunan/tempat suci ini disebut patapan atau wanasrama karena letaknya yang terpencil. Mandala yang dikenal sebagai kadewaguruan adalah tempat pendidikan agama yang dipimpin oleh seorang siddharsi yang disebut pula dewaguru (Santiko 1986, 1990). Berdasarkan fungsinya, candi-candi masa Majapahit dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1. Candi-candi yang mempunyai 2 fungsi (fungsi ganda) yaitu sebagai pendharmaan raja dan keluarganya, serta sekaligus sebagai; Kuil pemujaan dewa. Yang termasuk candi ganda antara lain Candi Jagi, Candi Pari, Candi Rimbi, dan Candi Simping (Sumberjati). Ciri candi kelompok ini adalah adanya tubuh candi dan ruang utama (garbhagrha) untuk menempatkan sebuah area pendharmaan perwujudan (dewawimbha). 2. Candi-candi yang hanya berfungsi sebagai kuil pemujaan, pada umumnya tidak mempunyai garbhagrha dan arca perwujudan, tubuh candi diganti dengan altar dan/atau miniatur candi.Candi- candi kuil ini kebanyakan dipakai oleh para rsi dan terletak dilereng-lereng gunung, misalnya di lereng gunung Pananggungan, Lawu, Wilis dan sebagainya (Santika 1998).
  • 2. Pejabat Keagamaan dan Agamawan di Majapahit Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit pada umumnya beragama Siwa dan aliran Siwasiddhanta, kecuali ratu Tribhuwanotunggadewi (ibunda Hayamwuruk) beragama Buddha Mahayana. Walaupun begitu agama Siwa dan agama Buddha tetap menjadi agama resmi kerajaan hingga sekitar tahun 1447, karena pejabat kedua agama itu terutama pejabat Buddha disebut terakhir kali dalam prasasti Waringin Piti (Hasan Djafar 1986 : 239-258). Saat pemerintahan Raden Wijaya (Kertarajasa), ada 2 pejabat tinggi Siwa dan Buddha, yaitu Dharmadyaksa ring Kasaiwan dan Dharmadyaksa ring Kasogatan, kemudian 5 pejabat Siwa di bawahnya yang secara keseluruhan disebut Dharmapapati atau Dharmadhikarana. Lima pejabat Siwa ini pada pemerintahan Tribhuwana di tambah 2 orang dari agama Buddha, sehingga jumlahnya menjadi 7 orang dan secara berkelompok disebut Sang Saptopapati (Van Naersen 1933:239-258). Disamping pejabat resmi keagamaan, terdapat pula para agamawan, walaupun tidak resmi mempunyai kedudukan dalam struktur birokrasi pemerintahan Majapahit, tetapi mempunyai peranan penting di lingkungan istana. Dalam sumber tertulis mereka disebut berkelompok, ada yang berkelompok 3 disebut tripaksa yaitu rsi-saiwa-sagata dan kelompok 4 disebut catur dwija yaitu mahabrahmana (wipra) saiwa-sogata-rsi. Kehadiran mereka secara resmi telah disebut dalam prasasti- prasasti Airlangga. Kelompok rsi dalam prasasti Airlangga disebut walkali atau walkaladhara (berpakaian kulit kayu). Rsi di sini bukan rsi tokoh mitos seperti Narada, Vivamitra, Kasyapa dan sebagainya, tetapi para pertapa yang sedang menjalani tahap hidup wanaprastha dan sanyasin atau bhiksuka (Santiko 1986, 1990). Mahabrahmana yang disebut juga wira, adalah pendeta ahli Weda, agama dan filsafat Hindu; mungkin sebagian didatangkan dan India dan mungkin bertindak sebagai purohita di istana Majapahit. Dalam Nagarakrtagama pupuh XII:I disebutkan seorang pendeta (dwija) Siwa bernama Sri Brahmaraja, dan dalam pupuh LXXXIII:3, mengatakan bahwa 3 orang dwija diketuai oleh Sri Brahmanaja, seorang ahli dalam ajaran agama, filsafat Nyaya, Samikhyatarka Wyakarana dan ajaran Weda, mereka tinggal di istana dan sangat dihormati. Menurut Pigeaud kemungkinan mereka datang dari India (Pigeaud I, 1960:64, IV 1962:269-270). Nama Sri Brahmaraja terdapat pula pada prasasti Nglawang kira-kira dari tahun 1350, dan prasasti Ptak dan Jiu yang dikeluarkan pada tahun 1486. Dan beberapa sumber ini dianggap bahwa Sri Brahmaraja Ganggadhara dalam kedua prasasti terakhir berbeda dengan Sri Brahmaraja yang datang ke istana Majapahit masa Hayam Wuruk. Agama Siwa Buddha Pembaharuan / pertemuan agama Siwa dan agama Buddha pertama kali terjadi pada masa pemerintahan raja Krtanagara, raja Singasari terakhir. Apa maksudnya mempertemukan kedua agama tersebut belum jelas, mungkin disamping sifat toleransinya yang sangat besar, juga terdapat alasan lain yang lebih bersifat politik, yaitu untuk memperkuat din dalam menghadapi musuh dan Cina, Kubilai Khan. Untuk mempertemukan kedua agama itu, Krtanagara yang bernama Buddha Mahayana Tantrayana, membuat candi Siwa-Buddha yaitu Candi Jawi di Prigen dan Candi Singasari, dekat kota Malang. Dalam Nagarakrtagama pupuh LV:Id dikatakan.. entun yang dwaya saiwa budha sang amuja nguni satata artinya “itu sebabnya kedua (pemeluk) Siwa dan Buddha dahulu melakukan puja secara teratur”. Puja teratur dilakukan oleh para penganut Siwa maupun Buddha di Candi Jawi tersebut. Candi Siwa-Buddha seperti yang dibuat oleh Krtanagara memang tidak dijumpai pada jaman Majapahit, tetapi, uniknya, candi yang bersifat Buddha masa Majapahit tidak segan-segan menghias dindingnya dengan relief cerita yang bersifat Siwa dan begitu sebaliknya. Misalnya Candi Jago yang bersifat Buddha menghias dinding candinya dengan relief cerita Arjunawiwaha, Parthayajna dan Kalayanawanantaka
  • 3. yang semua cerita Siwa. Sebaliknya Candi Panataran yang bersifat agama memahat cerita Bubuksah Gagangaking yang bersifat Buddha di dinding salah satu bangunan candi tersebut. Pembauran Agama Siwa-Buddha ini sebenarnya hanyalah sebatas mempersamakan kenyataan tertinggi (the Supreme Being) kedua agama beserta segala emanasinya, disertai pembauran beberapa konsep kedua agama tersebut, namun bukan pembauran seluruh sistem. Kedua agama tersebut masih tetap eksis dengan penganut masing-masing yang menjalankan tata upacara sesuai ajaran dan aturan agama mereka, demikian pula mereka masih tetap memiliki bangunan-bangunan suci sendiri. Pembauran agama Siwa-Buddha pada jaman Majapahit antara lain terlihat pada cara mendharmakan raja dan keluarganya yang wafat pada 2 candi yang berbeda sifat keagamaannya. Misalnya Kertarajasa, raja pertama Majapahit, di-dharmakan di Candi Sumberjati (Simping) sebagai wujud Siwa (Siwawimbha) dan Antahpura sebagai Buddha. Raja Jayabaya, raja ke dua Mahapahit, di- dharmakan di Shila Ptak sebagai Wisnu dan di Sukhalila sebagai Buddha. Mewujudkan raja yang wafat sebaligus sebagai Siwa dan Buddha membuktikan adanya kepercayaan dimana Kenyataan Tertinggi dalam agama Siwa maupun Budha tidaklah berbeda, seperti yang disebut dalam Kakawin Sutasoma pupuh CXXXIX “hyang budha tan pahi lawan siwa rajadewa “. Agama Siwasiddhanta Agama Siwa yang berkembang dan dipeluk oleh raja-raja Majapahit adalah agama Siwadiddhanta (Siddhantatapaksa) yang mulai berkembang di Jawa Timur pada masa raja Sindok (abad X). Sumber ajaran agama Siwasiddhanta adalah kitab Tutur (Smrti), dan yang tertua adalah Tutur Bhwanakosa yang disusun pada jaman Mpu Sindok dan yang termuda dan terpanjang adalah Tutur Jnanasiddanta yang disusun pada jaman Majapahit. Ajaran Agama ini sangat dipengaruhi oleh Saiwa Upanisad, Vedanta dan Samkhya. Kenyataan Tertinggi agama ini disebut Paramasiwa yang disamakan dengan suku kata suci OM. Sebagai dewa tertinggi Siwa mempunyai 3 hakekat (tattwa) yaitu: • Paramasiwa-tattwa yang bersifat tak terwujud (niskala); • Sadasiwa-tattwa yang bersifat berwujud-tak terwujud (sanakalaniskala); • Siwa-tattwa bersifat berwujud (sakala); Disamping membicarakan tattwa Siwa, Tutur membicarakan pula tentang pencapaian kalepasan, yaitu kesempurnaan yang dicapai waktu masih hidup; kamoksan, yaitu kesempurnaan setelah meninggal; peleburan diri dalam kehampaan (Sunya), yang dalam sumber tertulis disebut dengan istilah mulih atau mantuk, misalnya mantuk ing Siwapada, mantuk ring swargga loka. Salah satu usaha pencapaian kelepasan dan kamoksan adalah dengan cara pemujaan lingga yang dapat melenyapkan dosa (kiesa). Apa yang ditulis dalam Tutur diajarkan oleh para siddharsi (dewaguru) di mandala-mandala (kadewaguruan). Disamping diberi pengertian tentang Paramasiwa yang juga disebut pula sebagai Bhatara Guru atau Hyang Jagatparamana, diajarkan pula pada para murid (sisya, kaki, endang) tata upacara yang harus dilakukan sebelum berkomtemplasi tentang pembebasan jiwa, yoga dan pengetahuan-pengetahuan spiritual yang tinggi. Di samping agama Siwa, terdapat pula agama Waisnawa yang memuja dewa Wisnu, tetapi tidak sepenting agama Siwa. Dalam agama Siwa, Wisnu hanya dipuja sebagai dewa pelindung (istadewata) bagi para raja serta pahlawan, bukan sebagai dewa tertinggi, karena fungsi Wisnu sebagai dewa pelindung dunia.• (WHD. No. 488 Agustus 2007).