SlideShare a Scribd company logo
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 73 TAHUN 2011
TENTANG
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

a. bahwa bangunan gedung negara merupakan barang milik
negara/daerah

untuk

keperluan

dinas

sebagai

tempat

berlangsungnya kegiatan aparatur pemerintah sehingga harus
fungsional dan memenuhi keselamatan bangunan;
b. bahwa pembangunan bangunan gedung negara sebagai
bagian dari proses penyelenggaraan bangunan gedung negara
harus dilaksanakan secara tertib, efektif, efisien, hemat, tidak
berlebihan, dan ramah lingkungan;
c.

bahwa

untuk

mewujudkan

bangunan

gedung

negara

sebagaimana dimaksud pada huruf b perlu meningkatkan
pengaturan pembangunan bangunan gedung negara oleh
Pemerintah;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Pembangunan Bangunan Gedung
Negara;
Mengingat

:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3833);
3. Undang-Undang ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 2 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
4. Undang-Undang

Nomor

32

Tahun

2004

tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4532);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan
Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor

4609)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 3 -

Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4885);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian

Urusan

Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata

Cara

Penyusunan,

Pengendalian,

Pelaksanaan Rencana Pembangunan

dan

Daerah

Evaluasi
(Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

PERATURAN PRESIDEN TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk
keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah dan
diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana
APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah.
2. Pembangunan ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 4 -

2. Pembangunan bangunan gedung negara adalah kegiatan
mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan
melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan
bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung.
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut SKPD, adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota selaku pengguna anggaran/barang.
4. Pengelolaan teknis bangunan gedung negara adalah pemberian
bantuan teknis oleh Menteri kepada kementerian/lembaga/SKPD
dalam pembangunan bangunan gedung negara.
5. Tenaga pengelola teknis adalah tenaga teknis Kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum/SKPD yang bertanggung jawab dalam pembinaan
bangunan gedung negara, yang ditugaskan untuk membantu
kementerian/lembaga/SKPD dalam pembangunan bangunan
gedung negara.
6. Klasifikasi bangunan gedung negara adalah penggolongan kelas
bangunan gedung negara berdasarkan tingkat kompleksitas.
7. Standar luas bangunan gedung negara adalah standar luasan
yang digunakan untuk bangunan gedung negara yang meliputi
gedung kantor, rumah negara, dan bangunan gedung negara
lainnya.
8. Standar harga satuan tertinggi adalah biaya paling banyak per
meter persegi pelaksanaan konstruksi pekerjaan standar untuk
pembangunan bangunan gedung negara.
9. Menteri

adalah

menteri

yang

menyelenggarakan

pemerintahan bidang pekerjaan umum.

urusan
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

BAB ...
- 5 BAB II
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 2
Bangunan gedung negara harus memenuhi:
a. persyaratan administratif; dan
b. persyaratan teknis.
Bagian Kedua
Persyaratan Administratif
Pasal 3
(1) Persyaratan administratif bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi:
a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah;
b. status kepemilikan bangunan gedung; dan
c.

izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen
analisis dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Selain persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bangunan gedung negara dilengkapi dengan:
a. dokumen pendanaan;
b. dokumen perencanaan;
c. dokumen pembangunan; dan
d. dokumen pendaftaran.
(3) Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

kelengkapan

dokumen

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

Bagian ...
- 6 Bagian Ketiga
Persyaratan Teknis
Pasal 4
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, meliputi:
a. tata bangunan; dan
b. keandalan bangunan.
(2) Selain persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bangunan gedung negara harus memenuhi ketentuan:
a. klasifikasi;
b. standar luas; dan
c. standar jumlah lantai.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Keempat
Klasifikasi
Pasal 5
(1) Klasifikasi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a didasarkan pada kompleksitas.
(2) Klasifikasi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi bangunan sederhana, bangunan tidak
sederhana, dan bangunan khusus.
(3) Bangunan sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan
spesifikasi sederhana.
(4) Bangunan tidak sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan
spesifikasi tidak sederhana.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

(5) Bangunan ...
- 7 -

(5) Bangunan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi,
dan spesifikasi khusus.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedung
negara diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima
Standar Luas
Pasal 6
Standar luas bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) huruf b dikelompokkan menjadi:
a. standar luas gedung kantor;
b. standar luas rumah negara; dan
c. standar luas bangunan gedung negara lainnya.

Pasal 7
(1) Standar luas ruang gedung kantor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf a rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel.
(2) Rincian standar luas ruang gedung kantor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(3) Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan,
luasnya

dihitung

secara

tersendiri

berdasarkan

analisis

kebutuhan ruang, di luar standar luas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar luas ruang gedung
kantor diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 8 ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 8 -

Pasal 8
(1) Standar luas rumah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
huruf b beserta standar luas tanahnya ditetapkan sesuai dengan
tipe rumah negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan
golongan kepangkatan penghuni.
(2) Rincian standar luas rumah negara dan luas tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Presiden ini.

Pasal 9
Standar luas bangunan gedung negara lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf c mengikuti ketentuan luas ruang yang
ditetapkan oleh menteri yang bersangkutan.

Bagian Keenam
Standar Jumlah Lantai
Pasal 10
(1) Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan paling banyak
8 (delapan) lantai.
(2) Jumlah lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susun
ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai.
(3) Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan)
lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri.
BAB ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 9 -

BAB III
PROSEDUR PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bagian Kesatu
Pengelolaan Teknis
Pasal 11
(1) Setiap

pembangunan

bangunan

gedung

negara

yang

dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat
bantuan teknis dalam bentuk pengelolaan teknis.
(2) Pengelolaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.
(3) Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan
kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di bidang
teknis administratif.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan teknis diatur
dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Tahapan Pembangunan
Pasal 12
(1) Tahapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), meliputi:
a. perencanaan teknis;
b. pelaksanaan konstruksi; dan
c. pengawasan teknis.
(2) Perencanaan ...
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

- 10 -

(2) Perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan
teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan
huruf c, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Tahapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diawali dengan kegiatan persiapan dan
diikuti dengan kegiatan pasca konstruksi.
(4) Persiapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), meliputi:
a. penyusunan rencana kebutuhan;
b. penyusunan rencana pendanaan; dan
c. penyusunan rencana penyediaan dana.
(5) Penyusunan rencana kebutuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a untuk pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanaannya bersumber dari APBN harus mendapat
persetujuan dari Menteri Keuangan.
(6) Penyusunan rencana pendanaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b harus mendapat rekomendasi dari :
a. Menteri untuk pembangunan bangunan gedung negara yang
pendanaannya bersumber dari APBN;
b. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
dalam negeri untuk pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi; atau
c. Gubernur untuk pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanaannya bersumber dari APBD Kabupaten/Kota.
(7) Penyusunan rencana penyediaan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf c disusun dalam:
a. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga untuk
pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya
bersumber dari APBN; atau
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

b. rencana ...
- 11 b. rencana kerja dan anggaran SKPD untuk pembangunan
bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari
APBD.
(8) Rencana kebutuhan dan rencana pendanaan pembangunan
bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a dan huruf b yang pendanaannya bersumber dari APBD
Provinsi atau APBD Kabupaten/Kota, terlebih dahulu harus
diprogramkan dan ditetapkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
(9) Pasca konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi
kegiatan persiapan untuk mendapatkan status barang milik
negara dari pengelola barang, sertifikat laik fungsi, dan
pendaftaran sebagai bangunan gedung negara.
(10) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang
dibangun

oleh

kementerian/lembaga,

dilakukan

dengan

melaporkan bangunan gedung negara yang telah selesai
dibangun kepada Menteri.
(11) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang
dibangun oleh SKPD, dilakukan dengan melaporkan bangunan
gedung

negara

yang

telah

selesai

dibangun

kepada

gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(12) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang
dibangun

oleh

Provinsi

DKI

Jakarta,

dilakukan

dengan

melaporkan bangunan gedung negara yang telah selesai
dibangun kepada Gubernur DKI Jakarta.
(13) Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

tahapan

pembangunan

bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

Pasal 13 ...
- 12 -

Pasal 13
Menteri Dalam Negeri menetapkan pedoman penyusunan rencana
kebutuhan, rencana pendanaan, dan rencana penyediaan dana
pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya
bersumber dari APBD.

BAB IV
BIAYA PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 14
(1) Biaya pembangunan bangunan gedung negara terdiri atas biaya
standar dan biaya nonstandar.
(2) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk biaya pelaksanaan konstruksi:
a. pekerjaan struktur;
b. pekerjaan arsitektur;
c. pekerjaan perampungan (finishing); dan
d. pekerjaan utilitas.
(3) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk
biaya izin mendirikan bangunan (IMB).
(4) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan:
a. standar

harga

satuan

bangunan gedung negara;

tertinggi

berdasarkan

klasifikasi
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

b. koefisien/ ...
- 13 -

b. koefisien/faktor pengali jumlah lantai bangunan; dan
c. luas bangunan.
(5) Koefisien/faktor pengali jumlah lantai bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua
Standar Harga Satuan Tertinggi
Pasal 15
(1) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) huruf a
ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota.
(2) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara untuk
Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihitung
berdasarkan formula perhitungan standar harga satuan tertinggi
yang ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Ketiga
Biaya Nonstandar
Pasal 16
(1) Biaya nonstandar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
digunakan untuk:
a. perizinan selain IMB;
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

b. penyiapan ...
- 14 -

b. penyiapan dan pematangan lahan;
c. peningkatan arsitektur dan/atau struktur bangunan;
d. pekerjaan khusus kelengkapan bangunan;
e. pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan (green

building); dan/atau
f. penyambungan utilitas.
(2) Biaya nonstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar.
(3) Total biaya nonstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan paling banyak sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari total biaya standar bangunan gedung negara yang
bersangkutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya nonstandar diatur dengan
Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Komponen Biaya Pembangunan
Pasal 17
(1) Biaya pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) meliputi komponen biaya
pelaksanaan

konstruksi,

biaya

perencanaan

teknis,

biaya

pengawasan teknis, dan biaya pengelolaan kegiatan.
(2) Biaya perencanaan teknis, biaya pengawasan teknis, dan biaya
pengelolaan kegiatan dihitung berdasarkan biaya pelaksanaan
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

(3) Ketentuan ...
- 15 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai komponen biaya pembangunan
bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima
Biaya Perawatan
Pasal 18
(1) Biaya perawatan bangunan gedung negara dihitung berdasarkan
tingkat kerusakan pada bangunan, yaitu:
a. kerusakan ringan;
b. kerusakan sedang; dan
c. kerusakan berat.
(2) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat
kerusakan ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
ditetapkan paling banyak sebesar 30% (tiga puluh persen) dari
biaya pembangunan tahun berjalan.
(3) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat
kerusakan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
ditetapkan paling banyak sebesar 45% (empat puluh lima persen)
dari biaya pembangunan tahun berjalan.
(4) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat
kerusakan berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
ditetapkan paling banyak sebesar 65% (enam puluh lima persen)
dari biaya pembangunan tahun berjalan.
(5) Biaya perawatan bangunan gedung negara yang termasuk
kategori bangunan cagar budaya, besarnya biaya perawatan
dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

(6) Ketentuan ...
- 16 -

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat kerusakan dan biaya
perawatan diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V
PEMBINAAN
Pasal 19
(1) Pembinaan teknis pembangunan bangunan gedung negara
dilaksanakan oleh Menteri.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan

melalui

pengaturan,

pemberdayaan,

dan

pengawasan.
(3) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
dengan penyusunan dan penyebarluasan peraturan perundangundangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan
gedung negara.
(4) Pemberdayaan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(2)

dilaksanakan melalui sosialisasi, diseminasi, dan pelatihan kepada
pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung negara.
(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
perundang-undangan bidang bangunan gedung negara dan
upaya penegakan hukum.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan diatur dengan
Peraturan Menteri.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

Pasal 20 ...

- 17 -

Pasal 20
(1) Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan
bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari
APBD Propinsi dilaksanakan oleh menteri yang membidangi
urusan pemerintahan dalam negeri.
(2) Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan
bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari
APBD Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Gubernur.
(3) Pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan melalui koordinasi, konsultasi,
arahan, perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan
umum pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanaannya bersumber dari APBD diatur dengan
peraturan menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam
negeri.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Peraturan Menteri yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan
Presiden ini harus diterbitkan paling lama 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Presiden ini ditetapkan.
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 

Pasal 22 …
- 18 -

Pasal 22
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Oktober 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,

Retno Pudji Budi Astuti
 

 

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

 
 

 
 

More Related Content

What's hot

Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Leks&Co
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiinfosanitasi
 
Pedoman teknis pembangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan gedung negara
Sujatmiko Wibowo
 
Paparan SLF 2018 Pemprov DKI
Paparan SLF 2018 Pemprov DKIPaparan SLF 2018 Pemprov DKI
Paparan SLF 2018 Pemprov DKI
Rahmat Taufiq Sigit
 
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
inideedee
 
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedungPedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedunginfosanitasi
 
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...Yudhi Aldriand
 
2. kak perencanaan kawasan gor
2. kak perencanaan kawasan gor2. kak perencanaan kawasan gor
2. kak perencanaan kawasan gor
Muhammad Fajri
 
2. se no 6 juknis pengelola teknis
2. se no 6  juknis pengelola teknis2. se no 6  juknis pengelola teknis
2. se no 6 juknis pengelola teknis
1ce78
 
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
IMadeMadaAdiSetiabud
 
Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012
Fur Kan
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Yudhi Aldriand
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
infosanitasi
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Penataan Ruang
 
Contoh presentasi
Contoh presentasiContoh presentasi
Contoh presentasi
jasmithaMP
 

What's hot (15)

Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
 
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggiPedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
Pedoman teknis pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi
 
Pedoman teknis pembangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan gedung negara
 
Paparan SLF 2018 Pemprov DKI
Paparan SLF 2018 Pemprov DKIPaparan SLF 2018 Pemprov DKI
Paparan SLF 2018 Pemprov DKI
 
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT (Rs SEHAT) - 403/KPTS/M/2002
 
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedungPedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
Pedoman sertifikat laik fungsi bangunan gedung
 
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGUNDURAN DIRI K...
 
2. kak perencanaan kawasan gor
2. kak perencanaan kawasan gor2. kak perencanaan kawasan gor
2. kak perencanaan kawasan gor
 
2. se no 6 juknis pengelola teknis
2. se no 6  juknis pengelola teknis2. se no 6  juknis pengelola teknis
2. se no 6 juknis pengelola teknis
 
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
Peraturan menteri-dalam-negeri-nomor-72-tahun-2012
 
Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012Permen no 72-th_2012
Permen no 72-th_2012
 
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
Permendagri no.72 th 2012 tentang biaya operasional dan biaya pendukung penye...
 
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negaraPedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
Pedoman teknis pembangunan bangunan gedung negara
 
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Kh...
 
Contoh presentasi
Contoh presentasiContoh presentasi
Contoh presentasi
 

Similar to 136980210 pembangunan-bangunan-gedung-negara-perpres-no-73-2011-pdf

Perpres no 73_2011
Perpres no 73_2011Perpres no 73_2011
Perpres no 73_2011kaywira
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
Sabang David
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
Nia Octora
 
Permen pu no. 45 prt-m-2007
Permen pu no. 45 prt-m-2007Permen pu no. 45 prt-m-2007
Permen pu no. 45 prt-m-2007
Alif Adityawan
 
Petunjuk teknis pembangunan gedung negara
Petunjuk teknis pembangunan gedung negaraPetunjuk teknis pembangunan gedung negara
Petunjuk teknis pembangunan gedung negara
Dina Pramudianti
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
Aas Jaz
 
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung NegaraPermenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
inideedee
 
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNGPEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
inideedee
 
Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)
Novian S
 
Permen pupr22 2018
Permen pupr22 2018Permen pupr22 2018
Permen pupr22 2018
Breeze Maringka
 
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
Cici Miesriany
 
Uu no 28_th_2002
Uu no 28_th_2002Uu no 28_th_2002
Uu no 28_th_2002
Dadang Dwi P
 
Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011
Abdul Aziz
 
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPDPermendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
AlanEnviron1
 
1 b1d8d01
1 b1d8d011 b1d8d01
Permen pu15 2012
Permen pu15 2012Permen pu15 2012
Permen pu15 2012
Fitri Indra Wardhono
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Penataan Ruang
 
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNGPERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
inideedee
 
Pedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedungPedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedung
infosanitasi
 

Similar to 136980210 pembangunan-bangunan-gedung-negara-perpres-no-73-2011-pdf (20)

Perpres no 73_2011
Perpres no 73_2011Perpres no 73_2011
Perpres no 73_2011
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
 
Permen pu no. 45 prt-m-2007
Permen pu no. 45 prt-m-2007Permen pu no. 45 prt-m-2007
Permen pu no. 45 prt-m-2007
 
Petunjuk teknis pembangunan gedung negara
Petunjuk teknis pembangunan gedung negaraPetunjuk teknis pembangunan gedung negara
Petunjuk teknis pembangunan gedung negara
 
Permen 45 2007
Permen 45 2007Permen 45 2007
Permen 45 2007
 
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung NegaraPermenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Permenpu 45 2007 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
 
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNGPEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
PEDOMAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG
 
Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)Analisis biaya pgn (materi 1)
Analisis biaya pgn (materi 1)
 
Permen pupr22 2018
Permen pupr22 2018Permen pupr22 2018
Permen pupr22 2018
 
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
216704538 uu-no-28-th-2002-bangunan-gedung
 
Uu no 28_th_2002
Uu no 28_th_2002Uu no 28_th_2002
Uu no 28_th_2002
 
Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011Permen PU 04 2011
Permen PU 04 2011
 
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPDPermendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
Permendagri 18 Tahun 2020-lppd.pdf tata cara penyusunan LPPD
 
1 b1d8d01
1 b1d8d011 b1d8d01
1 b1d8d01
 
PP 92 TAHUN 2010
PP 92 TAHUN 2010PP 92 TAHUN 2010
PP 92 TAHUN 2010
 
Permen pu15 2012
Permen pu15 2012Permen pu15 2012
Permen pu15 2012
 
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
Permen PU Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang K...
 
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNGPERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
 
Pedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedungPedoman teknis imb gedung
Pedoman teknis imb gedung
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

136980210 pembangunan-bangunan-gedung-negara-perpres-no-73-2011-pdf

  • 1.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bangunan gedung negara merupakan barang milik negara/daerah untuk keperluan dinas sebagai tempat berlangsungnya kegiatan aparatur pemerintah sehingga harus fungsional dan memenuhi keselamatan bangunan; b. bahwa pembangunan bangunan gedung negara sebagai bagian dari proses penyelenggaraan bangunan gedung negara harus dilaksanakan secara tertib, efektif, efisien, hemat, tidak berlebihan, dan ramah lingkungan; c. bahwa untuk mewujudkan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada huruf b perlu meningkatkan pengaturan pembangunan bangunan gedung negara oleh Pemerintah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 3. Undang-Undang ...
  • 2.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 2 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor ...
  • 3.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 3 - Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4885); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan Daerah Evaluasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Bangunan gedung negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas yang menjadi barang milik negara/daerah dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan/atau APBD, atau perolehan lainnya yang sah. 2. Pembangunan ...
  • 4.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 4 - 2. Pembangunan bangunan gedung negara adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan gedung. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah, selanjutnya disebut SKPD, adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota selaku pengguna anggaran/barang. 4. Pengelolaan teknis bangunan gedung negara adalah pemberian bantuan teknis oleh Menteri kepada kementerian/lembaga/SKPD dalam pembangunan bangunan gedung negara. 5. Tenaga pengelola teknis adalah tenaga teknis Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum/SKPD yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung negara, yang ditugaskan untuk membantu kementerian/lembaga/SKPD dalam pembangunan bangunan gedung negara. 6. Klasifikasi bangunan gedung negara adalah penggolongan kelas bangunan gedung negara berdasarkan tingkat kompleksitas. 7. Standar luas bangunan gedung negara adalah standar luasan yang digunakan untuk bangunan gedung negara yang meliputi gedung kantor, rumah negara, dan bangunan gedung negara lainnya. 8. Standar harga satuan tertinggi adalah biaya paling banyak per meter persegi pelaksanaan konstruksi pekerjaan standar untuk pembangunan bangunan gedung negara. 9. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan pemerintahan bidang pekerjaan umum. urusan
  • 5.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   BAB ... - 5 BAB II PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA Bagian Kesatu Umum Pasal 2 Bangunan gedung negara harus memenuhi: a. persyaratan administratif; dan b. persyaratan teknis. Bagian Kedua Persyaratan Administratif Pasal 3 (1) Persyaratan administratif bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi: a. status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. status kepemilikan bangunan gedung; dan c. izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen analisis dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Selain persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bangunan gedung negara dilengkapi dengan: a. dokumen pendanaan; b. dokumen perencanaan; c. dokumen pembangunan; dan d. dokumen pendaftaran. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
  • 6.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   Bagian ... - 6 Bagian Ketiga Persyaratan Teknis Pasal 4 (1) Persyaratan teknis bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, meliputi: a. tata bangunan; dan b. keandalan bangunan. (2) Selain persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bangunan gedung negara harus memenuhi ketentuan: a. klasifikasi; b. standar luas; dan c. standar jumlah lantai. (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Bagian Keempat Klasifikasi Pasal 5 (1) Klasifikasi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a didasarkan pada kompleksitas. (2) Klasifikasi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi bangunan sederhana, bangunan tidak sederhana, dan bangunan khusus. (3) Bangunan sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan spesifikasi sederhana. (4) Bangunan tidak sederhana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan spesifikasi tidak sederhana.
  • 7.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   (5) Bangunan ... - 7 - (5) Bangunan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi, dan spesifikasi khusus. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi bangunan gedung negara diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Standar Luas Pasal 6 Standar luas bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dikelompokkan menjadi: a. standar luas gedung kantor; b. standar luas rumah negara; dan c. standar luas bangunan gedung negara lainnya. Pasal 7 (1) Standar luas ruang gedung kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel. (2) Rincian standar luas ruang gedung kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. (3) Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri berdasarkan analisis kebutuhan ruang, di luar standar luas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar luas ruang gedung kantor diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 8 ...
  • 8.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 8 - Pasal 8 (1) Standar luas rumah negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b beserta standar luas tanahnya ditetapkan sesuai dengan tipe rumah negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan golongan kepangkatan penghuni. (2) Rincian standar luas rumah negara dan luas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini. Pasal 9 Standar luas bangunan gedung negara lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c mengikuti ketentuan luas ruang yang ditetapkan oleh menteri yang bersangkutan. Bagian Keenam Standar Jumlah Lantai Pasal 10 (1) Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan paling banyak 8 (delapan) lantai. (2) Jumlah lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua) lantai. (3) Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri. BAB ...
  • 9.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 9 - BAB III PROSEDUR PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA Bagian Kesatu Pengelolaan Teknis Pasal 11 (1) Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk pengelolaan teknis. (2) Pengelolaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat. (3) Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan pembangunan bangunan gedung negara di bidang teknis administratif. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan teknis diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kedua Tahapan Pembangunan Pasal 12 (1) Tahapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), meliputi: a. perencanaan teknis; b. pelaksanaan konstruksi; dan c. pengawasan teknis. (2) Perencanaan ...
  • 10.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   - 10 - (2) Perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Tahapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan kegiatan persiapan dan diikuti dengan kegiatan pasca konstruksi. (4) Persiapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi: a. penyusunan rencana kebutuhan; b. penyusunan rencana pendanaan; dan c. penyusunan rencana penyediaan dana. (5) Penyusunan rencana kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. (6) Penyusunan rencana pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b harus mendapat rekomendasi dari : a. Menteri untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN; b. Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang dalam negeri untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi; atau c. Gubernur untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Kabupaten/Kota. (7) Penyusunan rencana penyediaan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c disusun dalam: a. rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBN; atau
  • 11.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   b. rencana ... - 11 b. rencana kerja dan anggaran SKPD untuk pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD. (8) Rencana kebutuhan dan rencana pendanaan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan huruf b yang pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi atau APBD Kabupaten/Kota, terlebih dahulu harus diprogramkan dan ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). (9) Pasca konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi kegiatan persiapan untuk mendapatkan status barang milik negara dari pengelola barang, sertifikat laik fungsi, dan pendaftaran sebagai bangunan gedung negara. (10) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang dibangun oleh kementerian/lembaga, dilakukan dengan melaporkan bangunan gedung negara yang telah selesai dibangun kepada Menteri. (11) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang dibangun oleh SKPD, dilakukan dengan melaporkan bangunan gedung negara yang telah selesai dibangun kepada gubernur/bupati/walikota sesuai kewenangannya. (12) Pendaftaran sebagai bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (9) untuk bangunan gedung negara yang dibangun oleh Provinsi DKI Jakarta, dilakukan dengan melaporkan bangunan gedung negara yang telah selesai dibangun kepada Gubernur DKI Jakarta. (13) Ketentuan lebih lanjut mengenai tahapan pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
  • 12.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   Pasal 13 ... - 12 - Pasal 13 Menteri Dalam Negeri menetapkan pedoman penyusunan rencana kebutuhan, rencana pendanaan, dan rencana penyediaan dana pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD. BAB IV BIAYA PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA Bagian Kesatu Umum Pasal 14 (1) Biaya pembangunan bangunan gedung negara terdiri atas biaya standar dan biaya nonstandar. (2) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk biaya pelaksanaan konstruksi: a. pekerjaan struktur; b. pekerjaan arsitektur; c. pekerjaan perampungan (finishing); dan d. pekerjaan utilitas. (3) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk biaya izin mendirikan bangunan (IMB). (4) Biaya standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan: a. standar harga satuan bangunan gedung negara; tertinggi berdasarkan klasifikasi
  • 13.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   b. koefisien/ ... - 13 - b. koefisien/faktor pengali jumlah lantai bangunan; dan c. luas bangunan. (5) Koefisien/faktor pengali jumlah lantai bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b ditetapkan oleh Menteri. Bagian Kedua Standar Harga Satuan Tertinggi Pasal 15 (1) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) huruf a ditetapkan secara berkala oleh Bupati/Walikota. (2) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara untuk Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur. (3) Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dihitung berdasarkan formula perhitungan standar harga satuan tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri. Bagian Ketiga Biaya Nonstandar Pasal 16 (1) Biaya nonstandar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) digunakan untuk: a. perizinan selain IMB;
  • 14.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   b. penyiapan ... - 14 - b. penyiapan dan pematangan lahan; c. peningkatan arsitektur dan/atau struktur bangunan; d. pekerjaan khusus kelengkapan bangunan; e. pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan (green building); dan/atau f. penyambungan utilitas. (2) Biaya nonstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar. (3) Total biaya nonstandar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling banyak sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari total biaya standar bangunan gedung negara yang bersangkutan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya nonstandar diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Keempat Komponen Biaya Pembangunan Pasal 17 (1) Biaya pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) meliputi komponen biaya pelaksanaan konstruksi, biaya perencanaan teknis, biaya pengawasan teknis, dan biaya pengelolaan kegiatan. (2) Biaya perencanaan teknis, biaya pengawasan teknis, dan biaya pengelolaan kegiatan dihitung berdasarkan biaya pelaksanaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).
  • 15.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   (3) Ketentuan ... - 15 - (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai komponen biaya pembangunan bangunan gedung negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Bagian Kelima Biaya Perawatan Pasal 18 (1) Biaya perawatan bangunan gedung negara dihitung berdasarkan tingkat kerusakan pada bangunan, yaitu: a. kerusakan ringan; b. kerusakan sedang; dan c. kerusakan berat. (2) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat kerusakan ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan paling banyak sebesar 30% (tiga puluh persen) dari biaya pembangunan tahun berjalan. (3) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat kerusakan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan paling banyak sebesar 45% (empat puluh lima persen) dari biaya pembangunan tahun berjalan. (4) Biaya perawatan bangunan gedung negara dengan tingkat kerusakan berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, ditetapkan paling banyak sebesar 65% (enam puluh lima persen) dari biaya pembangunan tahun berjalan. (5) Biaya perawatan bangunan gedung negara yang termasuk kategori bangunan cagar budaya, besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.
  • 16.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   (6) Ketentuan ... - 16 - (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat kerusakan dan biaya perawatan diatur dengan Peraturan Menteri. BAB V PEMBINAAN Pasal 19 (1) Pembinaan teknis pembangunan bangunan gedung negara dilaksanakan oleh Menteri. (2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan. (3) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan penyusunan dan penyebarluasan peraturan perundangundangan, pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung negara. (4) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui sosialisasi, diseminasi, dan pelatihan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung negara. (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan perundang-undangan bidang bangunan gedung negara dan upaya penegakan hukum. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan diatur dengan Peraturan Menteri.
  • 17.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   Pasal 20 ... - 17 - Pasal 20 (1) Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Propinsi dilaksanakan oleh menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam negeri. (2) Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Gubernur. (3) Pembinaan dan pengawasan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan melalui koordinasi, konsultasi, arahan, perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara yang pendanaannya bersumber dari APBD diatur dengan peraturan menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam negeri. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Menteri yang merupakan pelaksanaan dari Peraturan Presiden ini harus diterbitkan paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan.
  • 18.     PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA   Pasal 22 … - 18 - Pasal 22 Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Oktober 2011 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, Retno Pudji Budi Astuti