Dokumen tersebut membahas tentang keutamaan ta'awun atau saling tolong menolong antara sesama mukmin. Terdapat beberapa poin penting yang dijelaskan yaitu: 1) Hadits Nabi Muhammad tentang siapa yang memberikan syafaat yang baik akan mendapat pahala, 2) Syafaat yang baik adalah bentuk pertolongan dalam kebaikan untuk melindungi hak atau menghindari kemudharatan, 3) Tidak boleh memberi syafaat untuk men
Kepemimpinan kristiani merupakan suatu isu global yang terjadi di dunia khususnya di Indonesia. isu ini bisa menjadi polemik yang berkepanjangan. isu ini juga bisa menjadi isu politik yang bisa menjatuhkan lawan politik. untuk itu sebagai warga yang baik harus dewasa untuk menanggapi isu ini sebagai kondisi yang harus ditemukan oleh kita.
Kepemimpinan kristiani merupakan suatu isu global yang terjadi di dunia khususnya di Indonesia. isu ini bisa menjadi polemik yang berkepanjangan. isu ini juga bisa menjadi isu politik yang bisa menjatuhkan lawan politik. untuk itu sebagai warga yang baik harus dewasa untuk menanggapi isu ini sebagai kondisi yang harus ditemukan oleh kita.
2. Muwashafat yang ingin dicapai
• Menyambung silaturrahim (p)
• Menjadikan dirinya bersama orang baik
(p)
• Menebar senyum di depan orang lain
(p)
• Berhati lembut (s)
• Membantu yang membutuhkan (p)
• Memberikan pelayanan umum karena
Allah SWT (s)
3. I. TUJUAN UMUM
Menguatkan ikatan dengan sunnah Rasulullah
Saw, berdasarkan pada landasan fahm
(pemahaman), cinta, mengerti akan pikiran-pikiran
pokoknya, dan ikatan dengan petunjuk-
petunjuknya, beramal dengan hukumnya diiringi
dengan pemahaman yang baik, merumuskan
sasaran-sasaran yang tepat sebagai petunjuk
untuk segala zaman dan tempat, dan kembali
kepadanya dalam segala hal lebih-lebih ketika
terjadi pertentangan.
4. II. TUJUAN KHUSUS
1. Menerangkan keutamaan kerjasama sesama kaum
mukminin
2. Menerangkan urgensi takaful (saling mencukupi)
antara anggota masyarakat
3. Menerangkan sabda Rasulullah saw:
4. Menerangkan pemahaman syafaat dalam hadits ini
5. Menunjukkan dalil bahwa syafaat itu hanya boleh
dalam kebaikan
6. Membaca nash hadits dengan baik
7. Menghafalkan hadits-hadits yang sudah ditentukan
8. Menyebutkan perawi hadits, yang mentakhrijnya, dan
derajatnya.
9. Menyebutkan tema hadits
5. 1. Menjelaskan arti kosa kata hadits
2. Membuktikan arti hadits dengan ayat-ayat al Qur`an sedapat
mungkin
3. Membuktikan dengan contoh yang mengaitkan hadits dengan
kenyataan yang terjadi
4. Menerapkan ilmu jiwa dan ilmu social dalam menjelaskan arti
hadits, sebisa mungkin
5. Menjelaskan petunjuk-petunjuk tarbawi yang ditunjukkan oleh
hadits
6. Menyebutkan hukum-hukum fiqih yang mungkin disimpulkan
dari hadits
7. Menghidupkan hadits itu melalui nilai-nilai dan perilaku, dalam
kehidupan nyata
8. Menghasilkan dan melahirkan hakikat dan nilai tarbawiyah.
9. Menjelaskan beberapa amalan yang membawa pelakunya
masuk surga.
6. III. SASARAN AFEKTIF
1. Berinteraksi dengan baik terhadap hadits-hadits Rasulullah Saw
2. Tekun menghafal matan (isi) hadits
3. Komitmen dengan arti dan arahan hadits tersebut
4. Komitmen dengannya dalam kehidupan nyatanya
5. Punya kepedulian menyebarkannya dan menyeru orang lain kepadanya,
dimulai dari keluarga, kerabat dekatnya dan orang yang berhak
mendapatkannya
6. Berusaha untuk teliti (selektif) dalam menyebarkannya pada orang lain
7. Menegaskan keshohihan hadits tersebut sebelum meriwayatkannya
8. Pintar mengambilnya sebagai dalil dalam kesempatan yang berbeda-
beda
9. melakukan ta’awun antara kaum mukminin
10. menganjurakan saudaranya untuk berbuat baik (taawun)
11. Memberikan syafaat untuk menyingkirkan kesulitan dari orang lain
12. Memperhatikan kaum lemah dan membantu keperluannya
7. IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:
1. Kegiatan Pembuka
• Mengkomunikasikan tema dan tujuan kajian Ta'awun sesama
mukmin; dan keutamaannya
2. Kegiatan Inti:
• Kajian tentang tema Ta'awun sesama mukmin; dan keutamaannya
• Berdikusi dan tanya jawab tema tersebut ( lihat tujuan Kognitif,
afektif dan psikomotor)
• Penekanan dari Murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung
dalam kajian tersebut
3. Kegiatan Penutup:
• Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
• Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)
8. V. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.
1. Menyampaikan khutbah tentang urgensi ta’awun/
2. kerjasama antara sesama kaum mukminin
3. Menganjurkan berbuat kebaikan di tengah-tengah manusia
4. Membuat majalah dinding tentang urgensi kerjasama sesama
kaum mukminin
5. Menulis makalah tentang urgensi takaful/saling melindungi di
masyarakat
6. Mengumpulkan hadits-hadits lain yang berhubungan dengan tema
bahasan yang sudah ditentukan
7. Menyiapkan kertas yang bisa ditempelkan yang berisi hadits-
hadits yang sesuai dengan kondisi mad`u
8. Menyiapkan perlombaan di bidang hadits ( hafalan – pemahaman
– tema – sanad – takhrij - …..)
9. VI. TUJUAN TARBIYAH DZATIYAH
1. Menganjurkan kepada kebaikan dengan dikerjakan
langsung, atau memfasilitasinya.
2. Menjelaskan kepada pembesar untuk
menghilangkan kesulitan dan membantu yang
lemah.
3. Menjelaskan keutamaan tolong menolong antara
sesama mukmin, saling menguatkan satu dengan
yang lain dengan pertolongan pada hal-hal yang
berguna dan bermanfaat.
4. Menyimpulkan hakikat-hakikat dan nilai-nilai tarbawi
yang dituju oleh hadits itu
5. Menerangkan pentingnya seorang muslim
memperhatikan saudaranya
10. VII. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH.
1. dialog dan diskusi
2. pencatatan untuk menegaskan ketelitian
membaca nash hadits, memahami dan
mempraktekkannya
3. berbaur melalui kunjungan-kunjungan, rihlah
dan aktifitas yang berbeda-beda
4. menyiapkan formulir untuk menegaskan
tercapainya sasaran
5. wirid muhasabah pada bidang yang dituju oleh
hadits
11. VIII. Referensi
1. Buku-buku hadits yang terpercaya
(mu`tamad) ( Shohih Bukhori – Shohih
Muslim-Riyadlus Sholihin)
2. Buku-buku syarah hadits ( Fathul Bari – an
Nawawi dalam syarah Muslim – Dalilul Falihin
fi Syarhi Riyadis Sholihin )
3. Taujihat Nabawiyah karya Dr. Sayyid Nuh.
4. Riyadush Sholihin Karya Imam Nawawi
5. At Targhib wat Tarhib, Al Mundziriy
13. Penjelasan:
Abu Musa, bernama asli Abdullah bin Qais
ِنِمْؤُمْلِل ُنِمْؤُمْالSebagian mukmin atas sebagian mukmin lainnya, ِانَيْنُبْالَك
adalah seperti bangunan. ضاْعَب ُهُضْعَب ُّدُشَي Sisi kesamaannya dengan
bangunan adalah pada sikap saling menopang. ِباَصَأ َْنيَب ََّكبَش َّمُث
ِهِع Inilah
penjelasan tentang kemiripan situasi kaum mukminin yang saling
menguatkan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa siapa pun
yang ingin membuat penjelasan lebih detail dalam berbicara dapat
diperagakan dengan gerakan agar lebih berkesan dalam hati.
ُجَر َءاَج ْذِإ اًسِلاَج َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ُّيِبَّنال ََانكَو
ةَجاَح ُبِلاَط ْوَأ ُلَأْسَي ٌل Ketika itu Nabi
Muhammad duduk, tiba-tiba datang seorang lelaki yang meminta
bantuan. Penggabungan kata thalib dengan haajah, dalam riwayat
lain: kata thalib dibaca tanwin dan hajatan dibaca nashab
(fathahatain).
ِهِهْج َوِب َانْيَلَع َلَبْقَأRasulullah saw menghadapkan wajah mulianya kepada
kami, lalu bersabda: واُعَفْشا tolonglah keperluan orang yang meminta
bantuan ini, dengan kebaikan, maka واُرَجْؤُت kalian akan mendapatkan
balasan.
14. Allah berfirman :
كَي ًةَنَسَح ًَةعاَفَش ْعَفْشَي ْنَم
َو اَهْنِم ٌيب ِ
صَن هَل ْن
ْعَفْشَي ْنَم
ٌلْفِك هَل ْنكَي ًةَئِيَس ًَةعاَفَش
ىَلَع ه
َّللا ََانكَو اَهْنِم
ٍءَْيش ِلك
اًتيِقم
“Barang siapa yang memberikan syafa'at yang
baik[1], niscaya ia akan memperoleh bahagian
(pahala) dari padanya. dan barang siapa memberi
syafaat yang buruk[2], niscaya ia akan memikul
bahagian (dosa) dari padanya. Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (An Nisa’:85)
[1] syafa'at yang baik ialah: setiap sya'faat yang ditujukan untuk melindungi hak seorang muslim
atau menghindarkannya dari sesuatu kemudharatan.
[2] syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.
15. At Thabrani meriwayatkan dengan sanad shahih dari
Mujahid; berkata: ayat di atas berbicara tentang tolong
menolong sesama manusia. Dan kesimpulan maknanya
adalah: bahwa orang yang memberikan pertolongan kepada
orang lain, maka ia mendapatkan bagian kebaikan, dan
barang siapa tolong menolong dalam kebatilan maka ia
mendapatkan bagian dosa. Syafaat hasanah yang
disebutkan dalam ayat di atas adalah pertolongan dalam
kebaikan, melindungi hak sesama muslim, menghindarkan
dari keburukan atau mendapatkan kebaikan, mencari ridha
Allah, tidak ada risywah/suap. Pada masalah yang
mubah/boleh/tidak terlarang, tidak untuk menggagalkan
salah satu had/hukum pidana yang telah Allah tetapkan,
tidak pula untuk menghilangkan hak orang lain.
16. Iyadh berkata: Tidak ada pengecualian dari
ruang pertolongan yang dianjurkan kecuali
dalam masalah had/pidana yang telah Allah
tetapkan. Maka dalam masalah yang tidak ada
ketentuan had terutama bagi orang yang tidak
sengaja, dan dikenal sebagai orang bersih,
pertolongan sangat dianjurkan. Selanjutnya ia
mengatakan: Adapun bagi orang yang terbiasa
dengan tindakan destruktif, terkenal sebagai
ahlul bathil maka tidak berlaku syafaat bagi
mereka, agar dapat menjadi pencegah
kemaksiatannya.
17. Ungkapan Iyadh ini didukung oleh riwayat Al Bukhari dan Muslim dalam
kitab shahihnya dari Aisyah ra.
ْلا ُنَْأش ْمُهَّمَهَأ ًاشْيَرُق َّنَأ اَهْنَع ُ َّ
َّللا َي ِ
ضَر ََةشِئَاع َْنع
َقَف ْتَقَرَس يِتَّلا ِةَّيِومُزْخَمْلا ِةَأْرَم
وُلا
اَهيِف ُمَِلكُي ْنَمَو ا
َتَْجي ْنَمَو واُلاَقَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا َلوُسَر
ُسَر ُّب ِح ْديَز ُنْب ُةَماَسُأ َّ
َّلِإ ِهْيَلَع ُئ ِ
ر
ِلو
ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا
َلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا ُلوُسَر َلاَقَف ُةَماَسُأ ُهَمَّلَكَف َمَّلَسَو
ِ َّ
َّللا ِدُودُح ْنِم دَح يِف ُعَفْشَتَأ َمَّلَسَو ِهْي
َّمُث َبَطَتْاخَف َماَق َّمُث
ِف َقَرَس اَذِإ واُنَاك ْمُهَّنَأ ْمُكَلْبَق َِينذَّلا َكَلْهَأ اَمَّنِإ َلاَق
ْمِيهِف َقَرَس اَذِإَو ُهُوكَرَت ُيف َِّرشال ْمِيه
َّضال
ِهْيَلَع واُماَقَأ ُيفِع
َقَل ْتَقَرَس دَّمَحُم َتْنِب َةَمِاطَف َّنَأ ْوَل ِ َّ
َّللا ُمْياَو َّدَحْلا
اَهَدَي ُتْعَط
Bahwa suku Quraisy disibukkan oleh seorang wanita dari Bani Mahzum
yang mencuri pada masa Rasulullah saw. Lalu mereka mencari siapa yang
bisa berbicara dengan Rasulullah saw. Maka Usamah menyampaikan hal
ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda: Apakah kamu
hendak memberi pertolongan dalam hukum pidana Allah? Kemudian
Rasulullah berdiri dan berkhutbah:...Sesungguhnya hancurnya umat
sebelum kalian adalah bahwa mereka itu jika ada orang mulia yang
mencuri mereka biarkan, dan jika ada orang lemah yang mencuri mereka
tegakkan hukum pidana. Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad
mencuri maka akan aku potong tangannya.
َءَاش اَم ِهِيِبَن ِانَسِل َلىَع ُهللا َي ِ
ضْقَي َو Dan Allah berlakukan lewat lesan Nabi-Nya apa
yang dikehendaki, dalam meluluskan hajat atau tidak meluluskannya,
adalah dengan takdir Allah.
18. 1. Keutamaan tolong menolong antara sesama mukmin, saling
menguatkan satu dengan yang lain dengan pertolongan pada
hal-hal yang berguna dan bermanfaat. Rasulullah saw telah
bersabda: ِانَيْنُبْالَك ِنِمْؤُمْلِل ُنِمْؤُمْال
2. Anjuran kepada kebaikan dengan dikerjakan langsung, atau
memfasilitasinya. Rasulullah saw menganjurkan syafaat.
3. Syafaat kepada pembesar untuk menghilangkan kesulitan dan
membantu yang lemah. Sebab tidak semua orang dapat
berkomunikasi dengannya, dan mampu mendesaknya, atau
menjelaskan keinginannya, agar dapat menjadi pertimbangan
pembesar. Rasulullah saw pernah ada orang yang meminta
syafaat –padahal Rasulullah tidak pernah menolak seorangpun-
dalam memenuhi hajatnya.
Pelajaran dari hadits: