Dokumen tersebut membahas tentang karakterisasi dan proses pengolahan limbah cair. Ia menjelaskan bahwa limbah cair dapat berasal dari sumber domestik atau industri, dan perlu dikelola untuk menjaga kualitas air. Proses pengolahan limbah cair meliputi pretreatment, treatment primer, sekunder, dan tersier yang bertujuan menghilangkan zat-zat pencemar secara fisik, kimia, dan biologis. Proses ini diatur berdasark
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
More Related Content
Similar to 11. Karakterisasi limbah cair dan proses pengolahanya.pptx
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
pelajaran geografi kelas 10
Geografi pada hakekatnya mempelajari permukaan bumi melalui pendekatan keruangan yang mengkaji keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan kewilayahannya. Pentransformasian pengetahuan geografi lebih efektif jika disajikan melalui media peta, hal ini karena peta merupakan media yang sangat penting dalam pem-belajaran geografi. Pembelajaran Geografi pada materi “Peta tentang pola dan bentuk-bentuk muka bumi” merasa belum mampu mengoptimalkan aktivitas siswa khususnya kemampuan membaca peta sehingga ber-pengaruh pada perolehan hasil belajar. Guru merasa kesulitan mem-belajarkan konsep-konsep geografi pada siswa. Hasil identifikasi awal, ditemukan beberapa indikator penyebab diantaranya: (1) minimnya kemampuan siswa menunjukkan letak suatu tempat/lokasi geografis tertentu, (2) kurangpahamnya siswa tentang orientasi peta (menentukan arah pada peta), (3) minimnya kemampuan siswa dalam mengartikan simbol-simbol yang ada pada peta, dan (4) kemampuan siswa mengungkap informasi yang ada pada peta sangat kurang. Pelatihan melengkapi peta diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam membaca peta sehingga ada peningkatan pada hasil belajar geografi.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta. Kemampuan membaca peta tersebut meliputi: (1) kemampuan menunjukkan letak suatu tempat/ lokasi geografis tertentu, (2) kemampuan mengartikan/ membaca simbol-simbol yang ada pada peta, dan (3) kemampuan memahami orientasi peta (menentukan arah pada peta).
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian tindakan kelas model spiral Kemmis Taggart 1999. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus ”Gain Score” yaitu membandingkan data sebelum tindakan dengan data sesudah dilakukan tindakan. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, angket, dan test. Instrumen penelitian adalah peneliti dan pedoman atau pengumpul data.
Hasil penelitian dalam tindakan siklus I, II, dan III pada pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) melalui pelatihan melengkapi peta setelah dilakukan refleksi, evaluasi serta analisis statistik deskriptif ternyata memperoleh peningkatan dalam hal; pertama, kemampuan membaca peta pada pra tindakan hanya memperoleh nilai 50% akan tetapi setelah dilakukan tindakan dalam setiap siklus ternyata mengalami peningkatan yaitu 56% (siklus I), 63% (siklus II), dan 72% (siklus III); kedua, proses pembelajaran geografi (materi peta tentang pola bentuk-bentuk muka bumi) pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Rubaru melalui pelatihan melengkapi peta pada setiap siklus juga memperoleh peningkatan yaitu 63% (siklusI), 65% (siklus II), dan 70% (siklus III); ketiga, aktivitas belajar siswa pada setiap siklus mengalami peningkatan yaitu 50% (siklus I), 65% (siklus II), dan 75% (siklus III).
Temuan penelitian ini mendukung teori perkembangan yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky bahwa pros
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
4. AIR LIMBAH
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82
tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri.
5. Polutan Pencemar Air
•Pathogenic pollutant (pencemar yang menyebabkan
penyakit)
•Chemical organic compound (bahan kimia organik)
•Chemical an organic compound (bahan kimia anorganik)
•Plant nutrient (nutrien tumbuhan)
•Sediment (sedimen)
•Radioactive pollution (bahan radioaktif)
•Thermal pollution (panas)
7. Pemantauan Kualitas Air
Penggolongan
air
menurut
peruntukannya
Tujuan
Pemantauan
Kualitas Air
Air yang dapat digunakan sebagai air
minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
Golongan A
Air yang dapat digunakan untuk
keperluan pertanian, usaha di perkotaan,
industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Golongan D
Air yang dapat digunakan
sebagai air baku air minum.
Golongan B
Air yang dapat digunakan
untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
Golongan C
Mengetahui karakteristik kualitas
limbah cair yang dihasilkan
Membandingkan kualitas limbah
cair dengan baku mutu kualitas
limbah industri, dan menentukan
beban pencemaran menurut
PERMEN-LH/5/2014
Menilai efektivitas instalasi
pengolahan limbah industri yang
dioperasikan
Memprediksi pengaruh yang mungkin
ditimbulkan oleh limbah cair tersebut
terhadap komponen lingkungan
lainnya.
8. Karakteristik Limbah Cair
Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan
jumlah padatan terlarut, tersuspensi dan total
padatan, kekeruhan, warna, bau dan suhu
Sifat Fisik
Karakteristik kimia air limbah ditentukan
oleh BOD, COD, keasaman air, alkalinitas,
lemak dan minyak serta logam-logam
berat yang terkandung dalam air limbah.
Sifat Kimia
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari
berbagai macam senyawaan. Bahan-bahan ini
dalam limbah akan diubah oleh mikroorganisme
menjadi senyawa kimia yang sederhana seperti
karbon dioksida dan air serta amoniak.
Sifat Biologis
9. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air
Total Suspended Solid (TSS) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah
liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air berupa komponen biotik
(fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi,dll), ataupun komponen abiotik
(detritus dan partikel-partikel anorganik). Kecerahan adalah ukuran transparansi
perairan dan bergantung pada warna dan kekeruhan.
10. Kebutuhan Oksigen dalam Limbah
DO (Dissoved Oxygen): Oksigen terlarut dalam air sebagai indikator kualitas air. 6 ppm O2 atau lebih
mendukung kehidupan dalam air.
BOD (Biochemical Oxygen Demand) : Jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dalam air. Air limbah domestik, Pulp & Kertas, limbah makanan dapat menyebabkan penurunan
kadar oksigen (Oxygen sag), dimana hanya sedikit makhluk hidup dalam air yang bertahan.
11. Turbiditas adalah
tingkat kekeruhan
dalam air, yaitu terjadi
keadaan dimana
transparansi suatu
cairan berkurang
(menjadi mendung atau
kabur) akibat kehadiran
zat-zat tak terlarut.
Kekeruhan adalah
ukuran kejernihan air,
bukan warna, melainkan
suatu ukuran bagaimana
partikel
menghamburkan
cahaya.
13. Pengaruh Ecosistem: Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah proses di mana
seluruh badan air, atau sebagian
darinya, secara bertahap mengalami
peningkatan kadar mineral dan nutrien,
terutama nitrogen dan fosforus.
• Penyebab:
• Nitrat, phosphat, & ammonia
• Berasal dari:
• limbah perternakan, perkotaan,
pertanian (pupuk)
• Menyebabkan: Kekurangan oksigen,
shg membunuh ikan
14. PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
1 2
3 4
Pre-
treatment
Primary
Treatmen
t
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang
bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan
minyak dalam aliran air limbah.
Pre-Treatment
Pada prinsipnya, pengolahan tahap pertama ini masih
memiliki tujuan yang sama dengan pengolahan awal.
Primary Treatment
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan
zat-zat terlarut dari air limbah yang tidak dapat
dihilangkan dengan proses fisik biasa.
Secondary Treatment
Tertiary treatment
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan
primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam
limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat.
Secondar
y
Treatmen
t
Tertiary
Treatmen
t
15.
16. PRE-TREATMENT (Pengolahan Awal/Pendahuluan)
Tujuan : usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah.
Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan air dari partikel-
partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limbah, seperti pasir, kayu, sampah,
plastik dan lain-lain.
Dan juga dilakukan pemisahan dari lapisan minyak/oli, karena :
sangat mengganggu dalam proses pengolahan air limbah lanjut, baik pada proses kimia maupun
proses biologis
menghambat proses flokulasi & koagulasi
menghambat masuknya oksigen ke air pada proses biologis
18. Padatan akan mengendap
dibawah secara gravitasi.
Padatan akan
mengambang di atas
1. Sedimentasi 2. Flotasi
PHYSICAL PRIMARY TREATMENT
merupakan tahapan yang berfungsi untuk menyisihkan polutan yang berupa padatan (solids)
yang bersifat settleable solids maupun floatable solids dengan cara sedimentasi maupun flotasi
19. CHEMICAL PRIMARY TREATMENT
Netralisasi dapat dilakukan :
a. Pencampuran limbah yang Asam dan Basa
b. Netralisasi Limbah Asam dengan Batu Kapur (aliran lewat packed bed)
c. Mencampur Limbah Asam dengan CaO, Na2CO3,NaOH,dll
d. Limbah Basa dengan H2SO4,H3PO4, atau produk CO2 hasil proses
reaksi.
merupakan tahapan yang berfungsi untuk menyisihkan polutan yang berupa padatan
(solids) yang bersifat settleable solids maupun floatable solids dengan cara penambahan
bahan kimia
1. NETRALISASI
20. 2. KOAGULASI DAN FLOKULASI
Sifat Koloid di air : hydrophobic atau hydrophilic.
Hydrophobic mudah dikoagulasi. (mis. tanah liat)
Hydrophilic sulit dikoagulasi, partikel diselimuti air
(mis. Protein)
Koagulasi: Hadirnya ion berlawanan mendestabilkan koloid.
Flokulasi : penggabungan koloid-koloid destabil, dan
Gabungan koloid berukuran lebih besar;
• mengendap (sedimentasi), bila ρ > ρ air
• mengapung (floatasi) , bila ρ < ρ air
21. PENGOLAHAN LIMBAH BIOLOGIS “ACTIVATED SLUDGE SYSTEM”
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air
limbah diberi
mikroorganisme dengan
tujuan untuk
menghancurkan atau
menghilangkan material
organik yang masih ada
pada air limbah.
22. Aerated lagoon adalah bak dengan kedalaman 2,5 - 5 m,
dan luas permukaan beberapa ratus meter persegi serta
diaerasi secara mekanis atau difusi udara, sehingga
organik dalam air limbah dapat terurai.
AERATED LAGOON
23. Bentuk Media Trickling Filter
Trickling filter adalah reaktor biologi berbentuk packed bed
dengan media filter berupa batu atau plastik, media packing
akan ditumbuhi lapisan slime / mikrobiologi aerobik.
SkemaTrickling Filter
TRICKLING FILTER
24. tk.itera.ac.id teknikkimia@itera.ac.id @teknikkimiaitera Smart, Friendly, and Forest Campus
24
Pengolahan Tersier
• Beberapa operasi tersier secara umum bertujuan untuk
penyisihan senyawa-senyawa tertentu seperti fosfor, nitrogen
dan zat-zat pewarna.
• Fosfor dengan cara koagulasi dengan suatu bahan kimia
• Nitrogen dengan proses stripping ammonia dengan udara
• Warna dengan adsorbsi dalam activated karbon
25. tk.itera.ac.id teknikkimia@itera.ac.id @teknikkimiaitera Smart, Friendly, and Forest Campus
Desinfektan
• Pada akhir proses, effluent air limbah akan diberi suatu agen
desinfektan untuk membunuh semua organisme (khususnya
yang patogen) sebelum dibuang ke badan air
• Klorinasi : pemberian klorida pada effluent limbah sebagai zat
penghancur dinding sel mikroba (lisis) sehingga mikroba
tersebut mati.
• Ozonisasi : pemberian ozon (O3) dalam efluent sebagai
oksidator kuat yang akan mengoksidasi mikroba sehingga mati
26. OPERASI
DEWATERING
Vacuum nitration, Centrifugation,
Sand beds
TUJUAN
Mengurangi Volume Lumpur
Dan Membentuk Lumpur Padat
SLUDGE DISPOSAL
DRYING AND OXIDATION
Inseneration, Heat drying, Wet
Air Oxidation
Mengringkan dan Mengoksidasi
Lumpur
ULTIMATE DISPOSAL
Landfill, Spreading on Soil, Lagoons,
Ocean
Memanfaatkan atau Mengolah
Lumpur Padat
28. tk.itera.ac.id teknikkimia@itera.ac.id @teknikkimiaitera Smart, Friendly, and Forest Campus
Pembuangan Sludge
• Proses pengolahan limbah menghasilkan lumpur dari
padatan tersuspensi dalam jumlah yang signifikan.
• Pemilihan urutan pengolahan lumpur tergantung pada
sifat lumpur, faktor lingkungan, dan pemilihan
pembuangan akhir.
• Pembuangan sludge dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :
• Landfill
• Incenerasi
32. tk.itera.ac.id teknikkimia@itera.ac.id @teknikkimiaitera Smart, Friendly, and Forest Campus
Referensi
Wesley W Eckenfelder Jr,”Industrial Water Pollution Control”, McGraw Hill
Book International Edition, 1989(Pustaka utama)
Donald W.Sundstrom, “ Wastewater Treatment”, Prantice Hall ind,
Englewood Cliffs, New York, 1979 (Pustakautama)
Metcalf & Eddy. “Wastewater Engineering”, McGraw Hill International
edition, 3rd editions, 1991 (Pustakapendamping)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 Tentang Baku
Mutu Air Limbah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik