SlideShare a Scribd company logo
PERAYAAN
 MALAM
  1 SURO


        CREATED BY :
     MAYANG LOKAHITA
    (08/268038/SA/14412)
      UPIEK LISTYARINI
    (08/267894/SA/14339)
     ANDERSON SITORUS
    (10/302270/SA/15553)
GENERAL CULTURE

 kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi
  tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
  gagasan yang terdapat dalam pikiran
  manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
  hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
 Perwujudan kebudayaan dapat berupa perilaku dan
  benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
  perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
  sosial, religi, seni, dan lain-lain.
 Tujuan untuk membantu manusia dalam
  melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
LATAR BELAKANG “1 SURO”
 Perayaan 1 Suro sangat berkaitan erat dengan masyarakat
  Jawa yang dikaitkan dengan hal-hal mistis dan berfilosofis.
  Namun sesunguhnya ada banyak latar belakang historis
  peristiwa penting yang terjadi di bulan Suro, khususnya
  penganut agama Islam, yang tentu saja berafiliasi dengan
  kebudayaan Mataram Jawa-Hindu.
 Latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal
  penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang
  khalifah Islam di jaman setelah Nabi Muhammad wafat. Awal
  dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam
  di kalangan masyarakat Jawa.
 Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada
  jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah
  membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah
  dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.
MAKNA 1 SURO
          BAGI MASYARAKAT JAWA
 Secara umum, makna sebagai awal tahun Jawa, bagi
  masyarakatnya juga disebut bulan yg sangat sakral
  karena dianggap bulan yg suci atau bulan untuk
  melakukan perenungan, bertafakur, berintrospeksi, serta
  mendekatkan diri kepada Sang Khalik.
 Untuk masyarakat Jawa hal ini merupakan suatu upaya
  untuk menemukan jati dirinya agar selalu tetap eling lan
  waspodo.
 Cara yg dilakukan di dalam tradisi ini disebut dengan
  lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu dengan hati yg
  ikhlas untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
  Itulah esensi dari kegiatan budaya yg dilakukan
  masyarakat Jawa pada bulan Suro.
LELAKU “1 SURO”

 Lelaku yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa sebagai media introspeksi dapat
     dilakukan dengan banyak sekali caranya. Berikut beberapa contoh lelaku :

1.     Cara nenepi (meditasi untuk merenungi diri) di tempat-tempat sakral
       seperti di puncak gunung, tepi laut, makam para wali, gua dan sebagainya,
2.     Cara lek-lekan (berjaga semalam suntuk tanpa tidur hingga pagi hari) di tempat-
       tempat umum seperti di alun-alun, pinggir pantai, dan sebagainya.
3.     Ada juga yang mengelilingi benteng kraton sambil membisu.
4.     Tradisi syukuran kepada Tuhan pemberi rejeki seperti labuhan dan sedekahan di
       pantai, labuhan di puncak gunung, merti dusun atau suran, atau lainnya.
5.     Ada pula kegiatan pembersihan barang-barang berharga
6.     Kegiatan sebagai rasa syukur atas keberhasilan di masa lalu dengan cara pentas
       wayang kulit, ketoprak, nini thowok, dan kesenian tradisional lainnya.
TRADISI DALAM 1 SURO

 Tradisi perayaan 1 Suro ini masih terus berlanjut
  hingga saat ini. Banyak cara dapat dilakukan untuk
  merayakan 1 Suro ini yang terpenting adalah lelaku
  yang dilakukan tidak mengubah esensi atau makna
  dari perayaan 1 Suro ini mulai dari.
 Kota Yogyakarta dan Surakarta memiliki tradisi
  perayaan malam 1 Suro, ada 2 buah tradisi yang
  mirip antara kedua kota ini dalam merayakan
  malam 1 Suro.
Jamasan Pusaka
                          TRADISI
                           1 SURO
          Jamasan
Pusaka merupakan
suatu kegiatan yang
bertujuan untuk
membersihkan pusaka-
pusaka yang dimiliki
seseorang. Sebetulnya
dalam jamasan
itu, bukan hanya
pusaka yang nampak
yang harus
dibersihkan, namun
juga pusaka yang tidak
nampak. Pusaka yang
nampak dapat berupa
Keris, Tombak, Panah,
Pedang, Pistol, atau
apapun. Sedangkan
pusaka yang tidak
nampak itu adalah hati.
Tapa Bisu
                                                             TRADISI
                                                              1 SURO
           Merupakan
rangkaian dalam ritual
yang dimana setiap
peserta tidak boleh
berbicara hingga acara
selesai. Biasanya acara
tersebut mengkirab
pusaka keraton keliling
keraton. Pada prosesi tapa
bisu ini, peserta juga
diharapkan untuk tidak
mengenakan alas kaki.
Sebetulnya jika dipahami
lebih dalam, tujuan dari
tapa bisu ini merupakan
suatu acara berintropeksi
diri terhadap berbagai
tindakan dan pikiran yang
telah tercipta selama satu   Tapa bisu dilakukan bersamaan
tahun tersebut.              dengan ritul mubeng benteng
MALAM 1 SURO COMMON VENUE

 Gunung Lawu (Timur Solo) / Merapi / Dieng /
    Sindoro-Sumbing
   Parangtritis dan Parangkusumo
   Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat - Surakarta
    Hadiningrat
   Desa Guyangan, Nogotirto, Sleman, Jogjakarta
   Beberapa tempat lainnya (Sungai, Makam, Gua dll)
   Beberapa daerah lainnya
    (Karanganyar, Boyolali, Sragen, Wonogiri dll)
MALAM 1 SURO COMMON VENUE
MALAM 1 SURO COMMON VENUE
POINT OF VIEW
                   PERAYAAN 1 SURO


 Dewasa ini, masyarakat banyak memiliki interpretasi
  tersendiri mengenai tradisi ini terlebih mereka yang
  tidak mengerti sejarah dan asal mula dari tradisi.
  Hal ini menimbulkan pro kontra tersendiri.
 Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam
  masyarakat Jawa, salah satunya hari ini dianggap
  kramat terlebih bila jatuh pada jumat legi. Untuk
  sebagian masyarakat pada malam satu suro dilarang
  untuk kemana mana kecuali untuk berdoa ataupun
  melakukan ibadah lain.
HARUSKAH DILESTARIKAN?

 Tradisi 1 Suro ini merupakan suatu aktivitas yang
  tercipta dan terus menerus diadakan hingga saat ini serta
  memiliki suatu makna yang terkandung didalamnya
  sehingga menjadi suatu budaya dari masyarakat yang
  bersangkutan.
 Dalam pelaksanaannya terjadi suatu pro-kontra
  tersendiri namun “1 Suro” merupakan suatu kebudayaan
  yang tercipta dan memiliki makna yang positif apabila
  ditelaah secara mendalam.
 Penting peranan kita sebagai masyarakat untuk
  melestarikannya karena setiap tradisi yang ada, pastilah
  ada makna kehidupan di dalamnya.

More Related Content

Similar to 1 suro presentasi

Materi seni tradisi islam
Materi seni tradisi islamMateri seni tradisi islam
Materi seni tradisi islam
Usmawatidewi
 
Seni Tradisi Islam
Seni Tradisi IslamSeni Tradisi Islam
Seni Tradisi Islam
najikha
 
Makalah liangkabori
Makalah liangkaboriMakalah liangkabori
Makalah liangkabori
Septian Muna Barakati
 
Materi
MateriMateri
Materi
salamahumi16
 
Materi negrito dan wedidd
Materi negrito dan wediddMateri negrito dan wedidd
Materi negrito dan wedidd
Rival Pratama
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
hanif dwi satria
 
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.pptNilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
Zulkadrin
 
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaTradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaFirdika Arini
 
Tugas pp ips
Tugas pp ipsTugas pp ips
Tugas pp ipstickaaja
 
Sejarah perkembangan sosial manusia purba
Sejarah perkembangan sosial manusia purbaSejarah perkembangan sosial manusia purba
Sejarah perkembangan sosial manusia purba
rendrafauzi
 
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.pptkehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
IrpanAnsyari1
 
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMakna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
MunawirSyahputra
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaMurdani
 
Zaman megalithikum
Zaman megalithikum Zaman megalithikum
Zaman megalithikum
mrsflamingchoi
 
Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition
Milliyya Milliyya
 
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs SangiranLKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
Vivi Serila
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
X-MIA5 SMANCIL
 
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docxMAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
NatasyaAngelieFirdau
 

Similar to 1 suro presentasi (20)

Materi seni tradisi islam
Materi seni tradisi islamMateri seni tradisi islam
Materi seni tradisi islam
 
Seni Tradisi Islam
Seni Tradisi IslamSeni Tradisi Islam
Seni Tradisi Islam
 
Makalah liangkabori
Makalah liangkaboriMakalah liangkabori
Makalah liangkabori
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Materi negrito dan wedidd
Materi negrito dan wediddMateri negrito dan wedidd
Materi negrito dan wedidd
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
 
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.pptNilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
Nilai-nilai-Agama-dalam-Budaya-Lokal.ppt
 
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa JawaTradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
Tradisi Kupatan Neng Kudus Bahasa Jawa
 
Tugas pp ips
Tugas pp ipsTugas pp ips
Tugas pp ips
 
18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok
 
Sejarah perkembangan sosial manusia purba
Sejarah perkembangan sosial manusia purbaSejarah perkembangan sosial manusia purba
Sejarah perkembangan sosial manusia purba
 
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.pptkehidupan_awal_di_indonesia.ppt
kehidupan_awal_di_indonesia.ppt
 
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMakna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
 
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesiaKehidupan awal-masyarakat-indonesia
Kehidupan awal-masyarakat-indonesia
 
Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)Makalah liangkabori (4)
Makalah liangkabori (4)
 
Zaman megalithikum
Zaman megalithikum Zaman megalithikum
Zaman megalithikum
 
Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition Nominasi photo essay Competition
Nominasi photo essay Competition
 
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs SangiranLKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
LKTI (Lomba Karya Tulis Ilmiah) Situs Sangiran
 
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesiaHasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
Hasil budaya masyarakat praaksara di indonesia
 
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docxMAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
MAKALAH KEL.5 (Mbah Ali Mas'ud Pagerwojo)_Tugas Agama Islam (1)-dikonversi.docx
 

1 suro presentasi

  • 1. PERAYAAN MALAM 1 SURO CREATED BY : MAYANG LOKAHITA (08/268038/SA/14412) UPIEK LISTYARINI (08/267894/SA/14339) ANDERSON SITORUS (10/302270/SA/15553)
  • 2. GENERAL CULTURE  kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari- hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.  Perwujudan kebudayaan dapat berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain.  Tujuan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
  • 3. LATAR BELAKANG “1 SURO”  Perayaan 1 Suro sangat berkaitan erat dengan masyarakat Jawa yang dikaitkan dengan hal-hal mistis dan berfilosofis. Namun sesunguhnya ada banyak latar belakang historis peristiwa penting yang terjadi di bulan Suro, khususnya penganut agama Islam, yang tentu saja berafiliasi dengan kebudayaan Mataram Jawa-Hindu.  Latar belakang dijadikannya 1 Muharam sebagai awal penanggalan Islam oleh Khalifah Umar bin Khathab, seorang khalifah Islam di jaman setelah Nabi Muhammad wafat. Awal dari afiliasi ini, konon untuk memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa.  Maka tahun 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, yaitu pada jaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa pada waktu itu.
  • 4. MAKNA 1 SURO BAGI MASYARAKAT JAWA  Secara umum, makna sebagai awal tahun Jawa, bagi masyarakatnya juga disebut bulan yg sangat sakral karena dianggap bulan yg suci atau bulan untuk melakukan perenungan, bertafakur, berintrospeksi, serta mendekatkan diri kepada Sang Khalik.  Untuk masyarakat Jawa hal ini merupakan suatu upaya untuk menemukan jati dirinya agar selalu tetap eling lan waspodo.  Cara yg dilakukan di dalam tradisi ini disebut dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu dengan hati yg ikhlas untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Itulah esensi dari kegiatan budaya yg dilakukan masyarakat Jawa pada bulan Suro.
  • 5. LELAKU “1 SURO”  Lelaku yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa sebagai media introspeksi dapat dilakukan dengan banyak sekali caranya. Berikut beberapa contoh lelaku : 1. Cara nenepi (meditasi untuk merenungi diri) di tempat-tempat sakral seperti di puncak gunung, tepi laut, makam para wali, gua dan sebagainya, 2. Cara lek-lekan (berjaga semalam suntuk tanpa tidur hingga pagi hari) di tempat- tempat umum seperti di alun-alun, pinggir pantai, dan sebagainya. 3. Ada juga yang mengelilingi benteng kraton sambil membisu. 4. Tradisi syukuran kepada Tuhan pemberi rejeki seperti labuhan dan sedekahan di pantai, labuhan di puncak gunung, merti dusun atau suran, atau lainnya. 5. Ada pula kegiatan pembersihan barang-barang berharga 6. Kegiatan sebagai rasa syukur atas keberhasilan di masa lalu dengan cara pentas wayang kulit, ketoprak, nini thowok, dan kesenian tradisional lainnya.
  • 6. TRADISI DALAM 1 SURO  Tradisi perayaan 1 Suro ini masih terus berlanjut hingga saat ini. Banyak cara dapat dilakukan untuk merayakan 1 Suro ini yang terpenting adalah lelaku yang dilakukan tidak mengubah esensi atau makna dari perayaan 1 Suro ini mulai dari.  Kota Yogyakarta dan Surakarta memiliki tradisi perayaan malam 1 Suro, ada 2 buah tradisi yang mirip antara kedua kota ini dalam merayakan malam 1 Suro.
  • 7. Jamasan Pusaka TRADISI 1 SURO Jamasan Pusaka merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan pusaka- pusaka yang dimiliki seseorang. Sebetulnya dalam jamasan itu, bukan hanya pusaka yang nampak yang harus dibersihkan, namun juga pusaka yang tidak nampak. Pusaka yang nampak dapat berupa Keris, Tombak, Panah, Pedang, Pistol, atau apapun. Sedangkan pusaka yang tidak nampak itu adalah hati.
  • 8. Tapa Bisu TRADISI 1 SURO Merupakan rangkaian dalam ritual yang dimana setiap peserta tidak boleh berbicara hingga acara selesai. Biasanya acara tersebut mengkirab pusaka keraton keliling keraton. Pada prosesi tapa bisu ini, peserta juga diharapkan untuk tidak mengenakan alas kaki. Sebetulnya jika dipahami lebih dalam, tujuan dari tapa bisu ini merupakan suatu acara berintropeksi diri terhadap berbagai tindakan dan pikiran yang telah tercipta selama satu Tapa bisu dilakukan bersamaan tahun tersebut. dengan ritul mubeng benteng
  • 9. MALAM 1 SURO COMMON VENUE  Gunung Lawu (Timur Solo) / Merapi / Dieng / Sindoro-Sumbing  Parangtritis dan Parangkusumo  Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat - Surakarta Hadiningrat  Desa Guyangan, Nogotirto, Sleman, Jogjakarta  Beberapa tempat lainnya (Sungai, Makam, Gua dll)  Beberapa daerah lainnya (Karanganyar, Boyolali, Sragen, Wonogiri dll)
  • 10. MALAM 1 SURO COMMON VENUE
  • 11. MALAM 1 SURO COMMON VENUE
  • 12. POINT OF VIEW PERAYAAN 1 SURO  Dewasa ini, masyarakat banyak memiliki interpretasi tersendiri mengenai tradisi ini terlebih mereka yang tidak mengerti sejarah dan asal mula dari tradisi. Hal ini menimbulkan pro kontra tersendiri.  Satu Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, salah satunya hari ini dianggap kramat terlebih bila jatuh pada jumat legi. Untuk sebagian masyarakat pada malam satu suro dilarang untuk kemana mana kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain.
  • 13. HARUSKAH DILESTARIKAN?  Tradisi 1 Suro ini merupakan suatu aktivitas yang tercipta dan terus menerus diadakan hingga saat ini serta memiliki suatu makna yang terkandung didalamnya sehingga menjadi suatu budaya dari masyarakat yang bersangkutan.  Dalam pelaksanaannya terjadi suatu pro-kontra tersendiri namun “1 Suro” merupakan suatu kebudayaan yang tercipta dan memiliki makna yang positif apabila ditelaah secara mendalam.  Penting peranan kita sebagai masyarakat untuk melestarikannya karena setiap tradisi yang ada, pastilah ada makna kehidupan di dalamnya.