Panduan harvest data dari eprints ke vufind. Dengan adanya panduan ini memberikan gambaran tata cara harvesting data yang dikirimkan dari aplikasi eprints menuju aplikasi vufind.
컨테이너를 이용할 때 어려운 것 중에 하나가 네트웍 문제입니다 .
가상 네트웍 환경에서 컨테이너 간의 통신이 어떻게 이루어지는지를 잘 이해하고 있다면 개발과 운영하는데 많은 도움이 됩니다
컨테이너 네트웍을 이해하기 위해서 나름 공을 많이 들였는데요
여전히 부족함을 많이 느끼고 있습니다 혼자 할 수 없는 것들이라는 생각이 들구요 공유해 주시는 내용들에서 배우고 인사이트도 얻고 있습니다
컨테이너 공부를 시작하는 분들.. 그리고 이미 업무로 하고 계신 분들에게도
도움이 될 것 같습니다
즐공 하세요
Panduan harvest data dari eprints ke vufind. Dengan adanya panduan ini memberikan gambaran tata cara harvesting data yang dikirimkan dari aplikasi eprints menuju aplikasi vufind.
컨테이너를 이용할 때 어려운 것 중에 하나가 네트웍 문제입니다 .
가상 네트웍 환경에서 컨테이너 간의 통신이 어떻게 이루어지는지를 잘 이해하고 있다면 개발과 운영하는데 많은 도움이 됩니다
컨테이너 네트웍을 이해하기 위해서 나름 공을 많이 들였는데요
여전히 부족함을 많이 느끼고 있습니다 혼자 할 수 없는 것들이라는 생각이 들구요 공유해 주시는 내용들에서 배우고 인사이트도 얻고 있습니다
컨테이너 공부를 시작하는 분들.. 그리고 이미 업무로 하고 계신 분들에게도
도움이 될 것 같습니다
즐공 하세요
Unifying Network Filtering Rules for the Linux Kernel with eBPFNetronome
At the core of fast network packet processing lies the ability to filter packets, or in other words, to apply a set of rules on packets, usually consisting of a pattern to match (L2 to L4 source and destination addresses and ports, protocols, etc.) and corresponding actions (redirect to a given queue, or drop the packet, etc.). Over the years, several filtering frameworks have been added to Linux. While at the lower level, ethtool can be used to configure N-tuple rules on the receive side for the hardware, the upper layers of the stack got equipped with rules for firewalling (Netfilter), traffic shaping (TC), or packet switching (Open vSwitch for example).
In this presentation, Quentin Monnet reviewed the needs for those filtering frameworks and the particularities of each one. Then focuses on the changes brought by eBPF and XDP in this landscape: as BPF programs allow for very flexible processing and can be attached very low in the stack—at the driver level, or even run on the NIC itself—they offer filtering capabilities with no precedent in terms of performance and versatility in the kernel. Lastly, the third part explores potential leads in order to create bridges between the different rule formats and to make it easier for users to build their filtering eBPF programs.
In this deck from HPCKP'19, Karl Schultz from TACC presents: OpenHPC: Community Building Blocks for HPC Systems.
"Over the last several years, OpenHPC has emerged as a community-driven stack providing a variety of common, pre-built ingredients to deploy and manage an HPC Linux cluster including provisioning tools, resource management, I/O clients, runtimes, development tools, containers, and a variety of scientific libraries. Formed initially in November 2015 and formalized as a Linux Foundation project in June 2016, OpenHPC has been adding new software components and now supports multiple OSes and architectures. This presentation will present an overview of the project, currently available software, and highlight more recent changes along with general project updates and future plans."
Learn more: https://openhpc.community/
and
https://hpckp.org/
Watch the video: https://wp.me/p3RLHQ-kH2
Sign up for our insideHPC Newsletter: http://insidehpc.com/newsletter
Healthy mind in a healthy code | Oleg Anghelov | CodeWay 2015YOPESO
Quoting Oleg, the trainer: “Every time you write software, you should take into account the fact that the developer who will continue writing your code can find out where you live.” Click through in order to find out how to make sure that no developer will want to hurt you after reading your code.
Watch the video here:
https://www.youtube.com/watch?v=NBYjGjBVV7s
The code used for the demo:
https://github.com/yopeso/ExtractTillYouDrop
Unifying Network Filtering Rules for the Linux Kernel with eBPFNetronome
At the core of fast network packet processing lies the ability to filter packets, or in other words, to apply a set of rules on packets, usually consisting of a pattern to match (L2 to L4 source and destination addresses and ports, protocols, etc.) and corresponding actions (redirect to a given queue, or drop the packet, etc.). Over the years, several filtering frameworks have been added to Linux. While at the lower level, ethtool can be used to configure N-tuple rules on the receive side for the hardware, the upper layers of the stack got equipped with rules for firewalling (Netfilter), traffic shaping (TC), or packet switching (Open vSwitch for example).
In this presentation, Quentin Monnet reviewed the needs for those filtering frameworks and the particularities of each one. Then focuses on the changes brought by eBPF and XDP in this landscape: as BPF programs allow for very flexible processing and can be attached very low in the stack—at the driver level, or even run on the NIC itself—they offer filtering capabilities with no precedent in terms of performance and versatility in the kernel. Lastly, the third part explores potential leads in order to create bridges between the different rule formats and to make it easier for users to build their filtering eBPF programs.
In this deck from HPCKP'19, Karl Schultz from TACC presents: OpenHPC: Community Building Blocks for HPC Systems.
"Over the last several years, OpenHPC has emerged as a community-driven stack providing a variety of common, pre-built ingredients to deploy and manage an HPC Linux cluster including provisioning tools, resource management, I/O clients, runtimes, development tools, containers, and a variety of scientific libraries. Formed initially in November 2015 and formalized as a Linux Foundation project in June 2016, OpenHPC has been adding new software components and now supports multiple OSes and architectures. This presentation will present an overview of the project, currently available software, and highlight more recent changes along with general project updates and future plans."
Learn more: https://openhpc.community/
and
https://hpckp.org/
Watch the video: https://wp.me/p3RLHQ-kH2
Sign up for our insideHPC Newsletter: http://insidehpc.com/newsletter
Healthy mind in a healthy code | Oleg Anghelov | CodeWay 2015YOPESO
Quoting Oleg, the trainer: “Every time you write software, you should take into account the fact that the developer who will continue writing your code can find out where you live.” Click through in order to find out how to make sure that no developer will want to hurt you after reading your code.
Watch the video here:
https://www.youtube.com/watch?v=NBYjGjBVV7s
The code used for the demo:
https://github.com/yopeso/ExtractTillYouDrop
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
1. 1
Membangun PC Router dengan Debian 5.0.6
1. Setting pada Virtual Server Debian
Posisi / urutan Boot Order Hard Disk pada uruntan Pertama
Adapter 1
Adapter 1 arahkan ke Bridged Adpter dan pilih merk LAN Card yang digunakan
Adapter 2
Internal Network, bila client yang akan digunakan nantinya adalah Windows XP
atau Windows 7 yang diinstal pada Virtual Box
2. 2
2. Setting pada computer client
Posisi / urutan Boot Order Hard Disk pada urutan Pertama
Adapter 1, arahkan Attached to Internal Network
Adapter 2, tidak usah diaktifkan
Apabila client yang digunakan adalah computer lain (bukan virtual) maka konfigurasi
yang diberikan adalah:
Adapter 1 Bridged Adapter
Adapter 2, tidak usah diaktifkan
3. Konfigurasi TCP/IP address (Interfaces)
Untuk melakukan konfigurasi interfaces pada linux debian jalankan perintah berikut.
# nano /etc/network/interfaces
Edit filenya seperti berikut :
3. 3
Jika sudah, simpan hasil konfigurasi dengan perintah: Tekan tombol Ctrl x/X,
susul dengan Y/y lalu tekan tombol Enter.
Restart interfaces dengan menjalankan perintah berikut:
# /etc/init.d/networking restart
4. Konfigurasi IP FORWARD berada pada file “/etc/sysctl.conf”. Maka kita harus mengedit
file tsb. Dengan mengetikan “nano /etc/sysctl.conf”
Lalu menghilangkan atau meng-uncomment pagar (#) net.ipv4.ip_forward=1
Menjadi
Setelah itu simpan dan keluar dari file. Ketik Control+X lalu Y lalu ENTER
5. Konfigurasi IPTABLES di atas akan hilang bila kita merestart debian. Agar konfigurasi
IPTABLES tidak hilang kita masukan ke file “rc.local” yang berada dalam folder “/etc/”.
dengan perintah # nano /etc/rc.local
Modem di SMK Budi Mulia IP
Addressnya adalah 192.168.1.1 ini
yang menjadi patokan Gateway
utama, Adapun pada eth1 terserah
asal IP address-nya jangan satu
segmen dengan eth0 (jangan
192.168.1.sekian)
4. 4
6. Setting DNS router-nya. Caranya edit file yang ada di /etc/resolv.conf dan isi dengan
“nameserver domain kita dan nameserver-nya adalah TCP/IP eth0 (server Debian)
nano /etc/resolv.conf
pi
7. Lihat pula konfigurasi /etc/hosts
Matching
Matching
Tambahkan ini
5. 5
8. Restart ulang Server Debian kalian agar sambil me-restart mengaktif command-command atau
perintah yang telah kita konfigurasi pada file-file: rc.local, sysctl.conf, resolve.conf dan
hosts.conf dengan cara mengetikan perintah # reboot
9. Setting adapter pada computer client
10. Perhatikan pemberian TCP/IP address disamping ini, 192.168.10.2. adalah meneruskan
TCP/IP address dari eth1 pada server Debian di Virtual.
Gateway 192.168.10.1 adalah menggunakan TCP/IP address eth1 yang ada pada server
Debian di virtual. Maksudnya adalah menjadikan server Debian sebagai gerbang untuk
Jangan dihapus
Meneruskan dari
eth1 yang ada di
serverDebian
eth1 server Debian
DNS yang telah
dibuat
6. 6
koneksi keluar jaringan termasuk Internet.
Prefered NDS Server 192.168.10.1 adalah TCP/IP eth1 milik Server Debian
11. Dari server Debian lakukan pengujian koneksi dengan melakukan perintah ping ke ip Client
C:ping 192.168.1.1 Ini adalah alamat ke Gateway Utama (Internet)
C:ping 192.168.1.10 Ini adalah alamat ke Server Debian pada LAN Card 0 (eth0)
C:ping 192.168.100.1 Ini adalah alamat ke Server Debian pada LAN Card 1 (eth1)
C:ping 192.168.100.2 Ini adalah alamat ke client (dalam hal ini Windows 7 Ultimate)
12. Perhatikan computer Client sudah konek ke Internet belum kalau belum barangkali kamu
tidak kebagian bandwidth atau ata syntax yang salah, normalnya sih klo udah di ping ke
gateway (modem) bisa, langsung deh bisa INTERNETAN.