Tugas akhir skripsi ini membahas implementasi kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat implementasi kompetensi tersebut dan menggunakan metode survei dengan instrumen angket yang diisi oleh 18 guru pendidikan jasmani sebagai sampel penelitian."
Laporan ini merangkum pelaksanaan ujian tengah semester 2 di MAN 1 Samarinda pada 18-23 Maret 2013. Ujian ini melibatkan seluruh siswa kelas X-XI untuk menilai prestasi belajar mereka. Laporan ini mendokumentasikan proses, peserta, jadwal, dan hasil ujian tersebut beserta lampirannya.
Laporan kuliah kerja lapangan PGSD Unnes di SD N Pondok Labu 11 bidang Admini...RoHim MohaMad
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan ini membahas kegiatan Kuliah Kerja Lapangan di SD Negeri Pondok Labu 11 dengan fokus pada bidang administrasi dan tata organisasi sekolah, meliputi manajemen administrasi, kepegawaian, program kemitraan, sarana prasarana, dan pembiayaan sekolah.
Skripsi ini membahas pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar negeri di Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajerial kepala sekolah, kinerja guru, dan hubungan antara keduanya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bah
Skripsi ini membahas upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII melalui pendekatan investigasi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan subjek siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Depok Sleman. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan investigasi.
Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 43 Mattirowalie, diperoleh informasi mengenai:
(1) kultur sekolah yang menerapkan disiplin dan hubungan sosial yang harmonis antar warga sekolah, (2) pelibatan masyarakat sekitar dalam penghijauan lingkungan sekolah, dan (3) dukungan orang tua murid untuk kegiatan sekolah.
Tesis ini meneliti peran komite sekolah di SD Negeri Karanglo dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan menemukan bahwa komite sekolah berperan sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengawas, dan penghubung sekolah dengan masyarakat dalam kategori sedang hingga
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERKONSTITUSI PESERTA DIDIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nagreg)
Laporan ini merangkum pelaksanaan ujian tengah semester 2 di MAN 1 Samarinda pada 18-23 Maret 2013. Ujian ini melibatkan seluruh siswa kelas X-XI untuk menilai prestasi belajar mereka. Laporan ini mendokumentasikan proses, peserta, jadwal, dan hasil ujian tersebut beserta lampirannya.
Laporan kuliah kerja lapangan PGSD Unnes di SD N Pondok Labu 11 bidang Admini...RoHim MohaMad
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan ini membahas kegiatan Kuliah Kerja Lapangan di SD Negeri Pondok Labu 11 dengan fokus pada bidang administrasi dan tata organisasi sekolah, meliputi manajemen administrasi, kepegawaian, program kemitraan, sarana prasarana, dan pembiayaan sekolah.
Skripsi ini membahas pengaruh kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar negeri di Kotagede, Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajerial kepala sekolah, kinerja guru, dan hubungan antara keduanya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data angket dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bah
Skripsi ini membahas upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa kelas VII melalui pendekatan investigasi. Penelitian dilakukan dalam dua siklus dengan subjek siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Depok Sleman. Hasilnya menunjukkan peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa setelah diterapkannya pendekatan investigasi.
Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 43 Mattirowalie, diperoleh informasi mengenai:
(1) kultur sekolah yang menerapkan disiplin dan hubungan sosial yang harmonis antar warga sekolah, (2) pelibatan masyarakat sekitar dalam penghijauan lingkungan sekolah, dan (3) dukungan orang tua murid untuk kegiatan sekolah.
Tesis ini meneliti peran komite sekolah di SD Negeri Karanglo dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dan menemukan bahwa komite sekolah berperan sebagai badan pertimbangan, pendukung, pengawas, dan penghubung sekolah dengan masyarakat dalam kategori sedang hingga
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADA...Muhamad Yogi
UPAYA GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN BERKONSTITUSI PESERTA DIDIK (Penelitian Kualitatif Deskriptif di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Nagreg)
Dokumen tersebut merupakan lampiran peraturan menteri pendidikan nasional tentang standar proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar proses mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
Surat keputusan ini membentuk Tim Pengembang Madrasah di MI Krandegan 1 untuk melakukan evaluasi mandiri dan menyusun rencana pengembangan. Tim terdiri dari pengarah, penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan anggota yang bertugas mengisi instrumen evaluasi, mengumpulkan bukti, dan menyusun laporan hasil evaluasi serta rencana pengembangan madrasah.
Komite Madrasah MI Krandegan 1 dibentuk untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah tersebut. Komite ini beranggotakan wakil orang tua murid, tokoh masyarakat, dan guru, serta memiliki tugas memberikan masukan kebijakan pendidikan dan dukungan sumber daya untuk penyelenggaraan pendidikan.
Laporan ini membahas kegiatan amal usaha Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah Bagelen yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo selama satu bulan. Kegiatan tersebut meliputi mengawasi ujian praktek siswa dan kegiatan sosial seperti jalan santai.
Kurikulum SMK Negeri 4 Takengon untuk Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor telah disetujui dan berlaku mulai tahun pelajaran 2010/2011. Dokumen ini berisi komponen-komponen kurikulum seperti struktur kurikulum, mata pelajaran, penilaian peserta didik, dan standar kompetensi lulusan untuk Teknik Sepeda Motor.
Analisis pengujian faktor kehandalan sistem informasi akademik UIN Sunan Kalijaga menggunakan metode McCall dilakukan untuk mengetahui tingkat kehandalan menu training dan sertifikasi. Metode McCall digunakan karena memiliki ketelitian yang baik untuk menguji kehandalan perangkat lunak. Tingkat kehandalan diukur dari persentase konsistensi, akurasi, toleransi error, modularity, dan kesederhanaan. Hasil pengujian menunjukkan tingkat kehand
Laporan On the Job Learning Diklat Calon Kepala SekolahHasto Harjadi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah menguraikan syarat-syarat dan tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Salah satu tahapan yang dilalui adalah Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah. Dalam kegiatan ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu in 1, on dan in 2. Hasil akhir dalam kegiatan ini peserta dapat merencanakan tindak kepemimpinan (RKT) sebagai seorang kepala sekolah.
Program Kem Bestari Solat dilaksanakan untuk memastikan murid Tahun 1 hingga Tahun 6 dapat melaksanakan solat dengan betul dari segi bacaan, rukun, dan pengetahuan. Program ini bertujuan untuk menerapkan aspek solat di kalangan 133 orang pelajar sekolah dan dijadwalkan pada bulan Januari hingga Mei 2014.
Proposal ini membahas desain casing production untuk sumur geothermal di Lapangan Y milik Chevron Geothermal Salak Ltd. Tujuannya adalah mempelajari penerapan desain casing pada sumur geothermal dengan mempertimbangkan faktor temperatur tinggi dan kandungan H2S, serta manfaatnya bagi mahasiswa, Akamigas Balongan, dan perusahaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah laporan kuliah kerja lapangan (KKL) yang membahas objek wisata yang dikunjungi di Bali dan Yogyakarta. Mahasiswa mengunjungi berbagai objek wisata seperti Tanah Lot, Universitas Udayana, Pantai Kuta, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan Borobudur. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari budaya dan wisata di dua daerah tersebut.
Rapat penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciamis tahun pelajaran 2010/2011 membahas penyusunan KTSP berdasarkan standar nasional pendidikan dan kondisi sekolah, serta menugaskan tim penyusun untuk menyusun KTSP dengan memperhatikan standar isi, standar lulusan, dan analisis kondisi sekolah.
Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas III SD Negeri Congkrang II Muntilan melalui metode CIRC. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode CIRC dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar membaca pemahaman siswa.
Skripsi ini membahas peningkatan pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) untuk siswa kelas V SD Negeri Windusari I Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan motorik halus siswa dalam melakukan gerakan senam lantai guling depan.
Dokumen tersebut merupakan lampiran peraturan menteri pendidikan nasional tentang standar proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar dan menengah. Standar proses mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan proses meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru.
Surat keputusan ini membentuk Tim Pengembang Madrasah di MI Krandegan 1 untuk melakukan evaluasi mandiri dan menyusun rencana pengembangan. Tim terdiri dari pengarah, penanggung jawab, ketua, sekretaris, dan anggota yang bertugas mengisi instrumen evaluasi, mengumpulkan bukti, dan menyusun laporan hasil evaluasi serta rencana pengembangan madrasah.
Komite Madrasah MI Krandegan 1 dibentuk untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah tersebut. Komite ini beranggotakan wakil orang tua murid, tokoh masyarakat, dan guru, serta memiliki tugas memberikan masukan kebijakan pendidikan dan dukungan sumber daya untuk penyelenggaraan pendidikan.
Laporan ini membahas kegiatan amal usaha Muhammadiyah di SMP Muhammadiyah Bagelen yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo selama satu bulan. Kegiatan tersebut meliputi mengawasi ujian praktek siswa dan kegiatan sosial seperti jalan santai.
Kurikulum SMK Negeri 4 Takengon untuk Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor telah disetujui dan berlaku mulai tahun pelajaran 2010/2011. Dokumen ini berisi komponen-komponen kurikulum seperti struktur kurikulum, mata pelajaran, penilaian peserta didik, dan standar kompetensi lulusan untuk Teknik Sepeda Motor.
Analisis pengujian faktor kehandalan sistem informasi akademik UIN Sunan Kalijaga menggunakan metode McCall dilakukan untuk mengetahui tingkat kehandalan menu training dan sertifikasi. Metode McCall digunakan karena memiliki ketelitian yang baik untuk menguji kehandalan perangkat lunak. Tingkat kehandalan diukur dari persentase konsistensi, akurasi, toleransi error, modularity, dan kesederhanaan. Hasil pengujian menunjukkan tingkat kehand
Laporan On the Job Learning Diklat Calon Kepala SekolahHasto Harjadi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah menguraikan syarat-syarat dan tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Salah satu tahapan yang dilalui adalah Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah. Dalam kegiatan ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu in 1, on dan in 2. Hasil akhir dalam kegiatan ini peserta dapat merencanakan tindak kepemimpinan (RKT) sebagai seorang kepala sekolah.
Program Kem Bestari Solat dilaksanakan untuk memastikan murid Tahun 1 hingga Tahun 6 dapat melaksanakan solat dengan betul dari segi bacaan, rukun, dan pengetahuan. Program ini bertujuan untuk menerapkan aspek solat di kalangan 133 orang pelajar sekolah dan dijadwalkan pada bulan Januari hingga Mei 2014.
Proposal ini membahas desain casing production untuk sumur geothermal di Lapangan Y milik Chevron Geothermal Salak Ltd. Tujuannya adalah mempelajari penerapan desain casing pada sumur geothermal dengan mempertimbangkan faktor temperatur tinggi dan kandungan H2S, serta manfaatnya bagi mahasiswa, Akamigas Balongan, dan perusahaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah laporan kuliah kerja lapangan (KKL) yang membahas objek wisata yang dikunjungi di Bali dan Yogyakarta. Mahasiswa mengunjungi berbagai objek wisata seperti Tanah Lot, Universitas Udayana, Pantai Kuta, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan Borobudur. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari budaya dan wisata di dua daerah tersebut.
Rapat penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciamis tahun pelajaran 2010/2011 membahas penyusunan KTSP berdasarkan standar nasional pendidikan dan kondisi sekolah, serta menugaskan tim penyusun untuk menyusun KTSP dengan memperhatikan standar isi, standar lulusan, dan analisis kondisi sekolah.
Skripsi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas III SD Negeri Congkrang II Muntilan melalui metode CIRC. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan metode CIRC dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar membaca pemahaman siswa.
Skripsi ini membahas peningkatan pembelajaran senam lantai guling depan melalui pendekatan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) untuk siswa kelas V SD Negeri Windusari I Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan motorik halus siswa dalam melakukan gerakan senam lantai guling depan.
Nuvi Nurmala_Laporan Akhir PTK (fix).pdfnuvinurmala
Laporan penelitian ini membahas penggunaan virtual laboratory untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika. Peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus untuk mengetahui pengaruh penggunaan virtual laboratory terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan virtual laboratory dapat meningkatkan keaktifan siswa dan pencapa
Laporan ini merangkum pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan 2 di Madrasah Aliyah Negeri Kendal. Praktikan mengajar di 3 kelas selama 10 jam per minggu dan melakukan observasi proses pembelajaran selama seminggu sebelum mengajar sendiri. Laporan ini juga menjelaskan tahapan kegiatan PPL, mata pelajaran yang diajarkan, dan dukungan serta kendala selama proses PPL.
Modul ini membahas cara menentukan fokus masalah untuk penelitian tindakan kelas (PTK) dalam pembelajaran matematika di SD. Langkah-langkahnya adalah:
1. Memunculkan masalah yang mungkin terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas dengan berbagai teknik seperti observasi, wawancara, studi dokumen.
2. Mengidentifikasi masalah utama yang ingin diteliti lebih lanjut melalui diskusi dengan teman sej
Dokumen tersebut merangkum standar proses pembelajaran untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Dokumen tersebut merupakan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains untuk SMP dan MTs yang mencakup ruang lingkup dan tujuan pembelajaran sains, standar kompetensi lintas kurikulum dan bahan kajian sains, serta kompetensi dasar untuk kelas VII, VIII, dan IX."
Besaran dan satuan merupakan konsep dasar dalam pengukuran fisika. Terdapat besaran pokok yang meliputi panjang, massa, dan waktu, serta besaran turunan seperti luas, volume, kecepatan. Berdasarkan adanya arah, besaran dibedakan menjadi skalar dan vektor. Pengukuran memerlukan alat ukur yang tepat untuk besaran yang diukur.
Besaran dan satuan merupakan konsep dasar dalam pengukuran fisika. Terdapat besaran pokok yang meliputi panjang, massa, dan waktu yang memiliki satuan meter, kilogram, dan detik. Besaran lain seperti luas dan kecepatan merupakan besaran turunan. Berdasarkan ada tidaknya arah, besaran dibedakan menjadi skalar dan vektor.
Buku teks ini membahas materi Mekanika Teknik untuk SMK Program Keahlian Teknik Mesin sesuai Kurikulum 2013. Materi meliputi besaran dan satuan, gaya, momen dan keseimbangan, titik berat dan momen statis, serta tegangan. Buku ini menjelaskan konsep-konsep dasar mekanika teknik dan langkah-langkah pembelajaran secara sistematis untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Buku teks ini membahas materi Mekanika Teknik untuk SMK Program Keahlian Teknik Mesin sesuai Kurikulum 2013. Materi meliputi besaran dan satuan, gaya, momen dan keseimbangan, titik berat dan momen statis, serta tegangan. Buku ini menjelaskan konsep-konsep dasar mekanika teknik dan langkah-langkah pembelajaran secara sistematis untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Laporan ini membahas penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan membaca puisi siswa kelas 2 SD Nagrak melalui metode modeling. Penelitian ini dilakukan karena hasil belajar membaca puisi siswa masih rendah akibat beberapa faktor seperti motivasi belajar rendah dan kurangnya variasi metode mengajar guru. Peneliti berharap dengan menggunakan metode modeling, siswa dapat lebih memahami cara memb
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
00. skripsi lengkap
1. IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL
GURU TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENJAS DI
SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
Eli Pujiati
NIM. 13604221016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENJAS
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
5. v
MOTTO
“Jalani hidup dengan ikhlas, nikmati dan syukuri”
(Eli Pujiati)
“Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan
amal kalian.”
(Nabi Muhammad SAW).
“Jangan membanggakan dan menyombongkan diri apa-apa yang kita peroleh,
turut dan ikutilah ilmu padi makin berisi makin tunduk dan makin bersyukur
kepada yang menciptakan kita Allah SWT.”
(Anonim).
6. vi
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku
ini untuk orang yang kuhormati dan kusayangi:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Mujiyono dan Ibu Sukarmi yang senantiasa
mendoakanku, memberi dukungan, motivasi, materi, dan segalanya yang tak
pernah berhenti dicurahkan padaku. Terima kasih atas segala cinta dan kasih
sayang yang telah bapak ibu berikan, serta doa-doa yang selalu mengiringi
langkah saya, semoga selalu diberikan umur yang panjang dan kesehatan.
2. Untuk kakak perempuanku, Novi Handayani dan adik perempuamku, Etika
Cahyani yang selalu memberikan motivasi dan semangat tiada henti, agar
segera menyelesaikan tugas akhir ini.
7. vii
IMPLEMENTASI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL
GURU TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PENJAS DI
SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KRETEK
KABUPATEN BANTUL
Oleh:
Eli Pujiati
NIM. 13604221016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baik implementasi
kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap proses pembelajaran penjas
di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang digunakan
adalah survei dengan teknik pengambilan data menggunakan angket. Populasi
dalam penelitian ini adalah guru penjas se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul
yang berjumlah 18 guru penjas dan digunakan sebagai sampel, sehingga disebut
penelitian populasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif yang dituangkan dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat implementasi kompetensi
pedagogik dan profesional guru terhadap proses pembelajaran penjas di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul berada pada kategori “tidak
baik” sebesar 5,56% (1 guru), “kurang baik” sebesar 22,22% (4 guru), “cukup
baik” sebesar 33,33% (6 guru), “baik” sebesar 38,89% (7 guru), dan “sangat baik”
sebesar 0% (0 guru).
Kata Kunci: implementasi, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, guru
pendidikan jasmani, pembelajaran penjas.
8. viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Implementasi Kompetensi
Pedagogik dan Profesional Guru Terhadap Proses Pembelajaran Penjas Di
Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul“ dapat disusun
sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Farida Mulyaningsih, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah
banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
Tugas Akhir Skripsi ini.
2. AM. Bandi Utama, M.Pd dan Agus Sumhendartin S., M. Pd., selaku validator
instrument penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan
sehingga penelitian TAS dapat terlaksanakan sesuai dengan tujuan.
3. Farida Mulyaningsih, M.Kes, Yuyun Ari Wibowo, M.Or, dan Dr. Edi
Purnomo, M.Kes. AIFO yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara
komprehensif terhadap TAS ini.
4. Dr. Guntur dan Dr. Subagyo, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi dan Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Penjas beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan
fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya
TAS ini.
5. Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keolahragaan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir
Skripsi
6. Kepala SDN se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul, yang telah memberi
ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
9. ix
7. Para guru dan staf SDN se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul yang telah
memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian
Tugas Akhir Skripsi ini.
8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas
menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah
SWT/Tuhan Yang Maha Esa*) dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi
bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, Oktober 2017
Penulis,
Eli Pujiati
NIM. 13604221016
10. x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Batasan Masalah............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian........................................................................... 7
F. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori ............................................................................. 9
1. Pengertian Implementasi .......................................................... 9
2. Kompetensi Guru...................................................................... 10
3. Kompetensi Pedagogik............................................................. 14
4. Kompetensi Profesional............................................................ 27
5. Hakikat Pendidikan Jasmani..................................................... 31
6. Pembelajaran Pendidikan Jasmani ........................................... 35
7. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani..................................... 40
B. Penelitian yang Relevan................................................................ 47
C. Kerangka Berpikir......................................................................... 49
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 51
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian...................................... 51
D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 52
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................. 53
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 58
11. xi
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 60
1. Kompetensi Pedagogik............................................................. 62
2. Kompetensi Profesional............................................................ 63
B. Pembahasan................................................................................... 65
1. Faktor Kompetensi Pedagogik ................................................. 66
2. Faktor Kompetensi Profesional................................................ 69
C. Keterbatasan Hasil Penelitian........................................................ 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 73
B. Implikasi Hasil Penelitian ............................................................ 73
C. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75
LAMPIRAN ................................................................................................... 77
12. xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru............................... 20
Tabel 2. Data Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar se-
Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul...........................................
Tabel 3. Alternatif Jawaban Angket ........................................................... 21
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...................................................... 22
Tabel 5. Norma Penilaian ........................................................................... 27
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Implementasi Kompetensi Pedagogik
dan Profesional Guru terhadap Proses Pembelajaran Penjas
di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten
Bantul............................................................................................ 85
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Implementasi Kompetensi Pedagogik
Guru terhadap Proses Pembelajaran Penjas di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul................
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Implementasi Kompetensi Profesional
terhadap Proses Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Kretek........................................................
Tabel 9. Implementasi Kompetensi Pedagogik dan Profesional
terhadap Proses Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.......................... 21
Tabel 10. Implementasi Kompetensi Profesional terhadap Proses
Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul...........................................
Tabel 11. Implementasi Kompetensi Pedagogik terhadap Proses
Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-
Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul........................................... 21
42
53
54
57
59
60
62
64
66
67
70
13. xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir........................................................... 20
Gambar 2. Diagram Batang Implementasi Kompetensi Pedagogik
dan Profesional Guru terhadap Proses Pembelajaran
Penjas di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul........................................................................ 21
Gambar 3. Diagram Batang Implementasi Kompetensi Pedagogik
Guru terhadap Proses Pembelajaran Penjas di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.............. 22
Gambar 4. Diagram Batang Implementasi Kompetensi Profesional
Guru terhadap Proses Pembelajaran Penjas di Sekolah
Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul..............
50
61
63
64
14. xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Pembimbing TAS (Tugas Akhir Skripsi) ..... 78
Lampiran 2. Kartu Bimbingan TAS (Tugas Akhir Skripsi)........................... 79
Lampiran 3. Surat Permohonan Expert Judgement........................................ 80
Lampiran 4. Surat Keterangan Expert Judgement ......................................... 82
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Kampus............................................. 84
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Kesbangpol DIY ............................... 85
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Bantul ............................ 86
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 88
Lampiran 9. Kisi-kisi Instrument Penelitian.................................................. 101
Lampiran 10. Instrumen Angket Penelitian ..................................................... 103
Lampiran 11. Data Penelitian........................................................................... 106
Lampiran 12. Deskriptif Statistik..................................................................... 107
Lampiran 15. Dokumentasi.............................................................................. 109
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap orang dalam kehidupannya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta
bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Potensi dalam
diri tersebut apabila tidak dikembangkan akan menjadi sumber daya yang
terpendam, untuk itu individu atau kelompok perlu diberi berbagai kemampuan
dalam pengembangan berbagai hal antara lain konsep, prinsip, kreatifitas,
tanggungjawab, dan keterampilan. Salah satu komponen pendidikan yang sangat
penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah guru.
Guru merupakan pelaksana utama dalam proses pembaharuan pendidikan
untuk menjawab kebutuhan akan kualitas sumber daya manusia yang bisa
berperan secara profesional dalam masyarakat. Sebagai seorang guru pendidikan
jasmani hendaknya menguasai semua hal terkait dengan pendidikan jasmani atau
aktivitas olahraga yang akan diajarkan di sekolah. Selain itu seorang guru
pendidikan jasmani bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu namun juga nilai.
Oleh karena itu, dalam menghadapi peserta didiknya yaitu peserta didik seorang
guru juga harus paham dengan tingkat perkembangan peserta didiknya. Sehingga
16. 2
dalam menjalankan tugas, seorang guru bisa melakukannya dengan baik. Sebab
oleh itu, sebagai tenaga pendidik sekaligus pengajar harus mampu menunjukkan
kepercayaan dirinya dihadapan peserta didik melalui kinerja yang sesuai dengan
kompetensi profesinya sebagai seorang pendidik, pengajar sekaligus pelatih para
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, bila didukung oleh
guru yang memiliki kompetensi dan kinerja yang tinggi, karena merupakan ujung
tombak dan pelaksana paling depan pendidikan peserta didik disekolah dan
sebagai pengembang kurikulum. Begitu pula dengan kepribadian guru yang baik
juga berpengaruh pada keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Pribadi guru yang baik, bersahaja, arif, dan berwibawa membuat
suasana pembelajaran yang efektif dan efisien menjadi lebih akrab dan
menyenangkan. Tak hanya kepribadian saja kemampuan bersosial dengan
lingkungan masyarakat dan sekolah harus memadai terutama dalam kaitanya
dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga
pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Seorang guru
pendidikan jasmani dituntut tidak hanya mempunyai satu kompetensi tetapi
mencakup semua kompetensi yang ada seperti kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dengan demikian,
proses pembelajaran yang dikelola dengan kinerja guru yang bermutu akan
mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesuai dengan
keterangan tersebut tentu peran guru sangat besar, maka didunia pendidikan
diperlukan guru yang profesional, kreatif, inovatif, dan mempunyai keinginan
17. 3
untuk terus belajar, mampu menggunakan teknologi informasi sehingga mampu
mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dalam Marseulus R. Payong, (2011: 49) menyatakan
bahwa “Guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”. Dalam ayat 1 lebih dijelaskan mengenai kompetensi yang
dimaksud yaitu meliputi kompetensi profesional, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi pedagogis yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Kompetensi pedagogis merupakan kemampuan seseorang dalam
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki
peserta didik. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seseorang yang
diwujudkan dalam kepribadian yang mantap dan berwibawa, stabil, dewasa dan
beraklaq mulia serta mampu sebagai teladan bagi peserta didik. Kompetensi
profesional merupakan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam, sehingga yang bersangkutan
mampu membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan. Sedangkan kompetensi sosial adalah
kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, antar sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta
didik serta masyarakat sekitar. Diharapkan seorang guru pendidikan jasmani yang
18. 4
profesional selalu memperhatikan metode mengajar yang diterapkan kepada
peserta didik dengan melihat karakteristiknya. Setiap tercapainya tujuan
pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting, karena tercapainya tujuan
pembelajaran adalah tolok ukur keberhasilan peserta didik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran tersebut, demikian halnya dalam pembelajaran pendidikan
jasmani.
Berdasarkan PPL dan observasi yang dilakukan sebelumnya, ditemui guru
penjas yang tidak sepenuhnya memahami kompetensi yang dimiliki dalam proses
pembelajaran penjas. Hal ini, tidak sesuai dengan upaya pemerintah dalam
mengembangkan profesi guru melalui penetapan sejumlah kompetensi yang
mutlak dikuasai oleh seorang guru menjalankan profesinya. Sehubungan dengan
masalah ini, guru penjas dalam pelaksanaan mengajar penjas belum
memperhatikan ke-empat kompetensi yang dimiliki, khususnya kompetensi
profesional dan pedagogik. Dari hasil observasi dibeberapa Sekolah Dasar Negeri
di Kecamatan Kretek masih ditemukan pembelajaran tidak sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan standar kompetensi peserta didik. Pada saat
menyajikan pembelajaran pendidikan jasmani, guru penjas harus menyusun RPP
terlebih dahulu kedalam tiga struktur dasar yaitu bagian pendahuluan, bagian inti,
dan bagian penutup.
Namun fakta dilapangan, proses pembelajaran yang terjadi tidak sesuai
dengan struktur dasar dalam penyusunan rangkaian kegiatan pembelajaran.
Khususnya pada bagian inti, pada bagian ini guru penjas harus
mempertimbangkan empat hal seperti ruang lingkup materi, hubungan materi,
19. 5
teknik penyajian serta perihal memotivasi peserta didik. Tapi pada hal hubungan
materi masih kurang sesuai. Dalam hal hubungan materi, guru penjas kurang
memahami hubungan materi yang satu dengan yang lainnya. Dilihat dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar kelas bawah (1,2,3) materi yang disampaikan
berupa pengenalan gerak dasar melalui permainan sederhana, sedangkan untuk
standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas atas (4,5,6) materi gerak dasar
yang disampaikan adalah berbagai variasi gerak dasar berupa variasi teknik dasar.
Namun praktikknya, materi gerak dasar bagi kelas 2 dan kelas 4 penekanannya
sama. Seharusnya penekanan materi gerak dasar cenderung berbeda bagi peserta
didik kelas 2 dengan kelas 4 dan proses belajar gerak peserta didik harus melewati
tahapan yang sesuai dengan fase belajar gerak (kognitif, asosiatif, dan
otomatisasi). Intinya, hal ini bertujuan agar materi yang tersampaikan berlangsung
secara sistematis kepada peserta didik namun kenyataannya tidak demikian.
Secara pedagogis, kompetensi guru penjas dalam mengelola pembelajaran
perlu mendapat perhatian yang serius. Menurut Mulyasa (2008: 76) pendidikan di
Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat serta dinilai
kering dari aspek pedagogis, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta
didik cenderung kerdil karena tidak mampu memiliki dunianya sendiri. Apabila
setiap guru pendidikan jasmani mampu menguasai semua kompetensi tersebut
dengan baik maka proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana
dengan baik pula serta menjadikan peserta didik yang kompetitif.
Dilihat dari sisi pedagogis seorang guru penjas seharusnya mempunyai
pemahaman wawasan atau landasan terhadap kependidikan dan peserta didik,
20. 6
pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, terakhir pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Perancangan pembelajaran
merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus dimiliki guru, oleh karena
itu sebelum proses pembelajaran berlangsung guru harus menyiapkan seperangkat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) terlebih dahulu.
Dilihat dari sisi kompetensi profesionalnya, seorang guru harus mengerti,
menguasai, dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta
didik serta mengelola program pembelajaran. Sesuai dengan pengertian
kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai
guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Seorang
guru yang memiliki kompetensi profesional harus mampu memilah dan memilih
serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada
peserta didik sesuai dengan jenis tingkatan kelasnya.
Dari permasalahan tersebut perlu diteliti mengenai “Implementasi
Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru Terhadap Proses Pembelajaran
Penjas Di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul”.
21. 7
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut :
1. Pemahaman guru penjas terhadap kompetensi pedagogis dan profesional yang
dapat mendukung peningkatan kualitas pembelajaran penjas masih kurang.
2. Masih ada guru penjas yang belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
C. Batasan Masalah
Berdasarkan empat kompetensi yang ditentukan maka peneliti hanya
memfokuskan pada implementasi kompetensi profesional dan pedagogis guru
penjas dalam pelaksanaan proses pembelajaran penjas di Sekolah Dasar Negeri
se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah
diatas adalah bagaimana implementasi kompetensi profesional dan pedagogik
guru terhadap proses pembelajaran penjas di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan
Kretek?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi
kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap proses pembelajaran penjas
di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
22. 8
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangsih terhadap perkembangan pengetahuan khususnya
mahasiswa PGSD Penjas FIK UNY.
b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama untuk pengetahuan ilmu
pendidikan jasmani, serta memperkaya dan menambah pengetahuan tentang
kompetensi guru penjas.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru pendidikan jasmani, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
evaluasi implementasi kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap
pembelajaran.
b. Untuk pemerintah, hasil ini memberikan gambaran dari kondisi kompetensi
pedagogik dan profesional guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
23. 9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Implementasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah
pelaksanaan dan penerapan, dimana kedua hal ini bermaksud untuk mencari
bentuk tentang hal yang disepakati terlebih dahulu. Implementasi adalah proses
untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan
tersebut. Implementasi juga dimaksudkan agar menyediakan sarana untuk
membuat sesuatu dan memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesama.
Dengan kata lain, implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari
sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Artinya yang
dilaksanakan dan diterapkan adalah kompetensi yang telah dimiliki kemudian
diterapkan dengan sepenuhnya.
Menurut Fullan dalam Nashir (2015: 13) menyatakan bahwa implementasi
merupakan proses untuk melaksanakan ide program atau seperangkat aktivitas
baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.
Sedangkan pendapat Nurdin Usman (http://www.gurupendidikan.com/9-
pengertian-implementasi-menurut-para-ahli/) tentang implementasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,
implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan
untuk mencapai tujuan kegiatan. Guntur Setiawan
(http://www.gurupendidikan.com/9-pengertian-implementasi-menurut-para-ahli/)
24. 10
berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan
jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.
Pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara
pada mekanisme suatu sistem. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat
disimpulkan implementasi merupakan suatu kegiatan yang terencana, bukan
hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan
norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar
kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Kompetensi pada
umumnya merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki individu atau
kelompok atau bahkan lembaga. Kemampuan atau keterampilan tersebut melekat
pada diri seseorang.
Mulyasa (2007: 26) mengartikan dan memaknai kompetensi sebagai
seperangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,
menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi
yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi bukanlah suatu titik akhir dari
suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat
(lifelong learning process).
25. 11
Spencer dan Spencer dalam Uno (2011: 63), kompetensi merupakan
karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan
berpikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama.
Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja
seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan
perilaku.
Lebih lanjut Spencer dan Spencer dalam Uno (2011: 63), membagi lima
karakteristik kompetensi yaitu sebagai berikut:
1) Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang
menyebabkan sesuatu.
2) Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi.
3) Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image dari seseorang.
4) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu.
5) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
berkaitan dengan fisik dan mental.
Broke dan Stone dalam Usman (2013: 14) memberikan pengertian sebagai
berikut: “competence is description of qualitative nature or teacher behavior
appears to be entirely meaningful”, yang berarti kemampuan merupakan
gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.
Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.
Kompetensi bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan
yang utuh menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
26. 12
yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu. Berkenaan dengan
bagian-bagian yang diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau
kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Suatu kompetensi ditunjukkan oleh
penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya
mencapai suatu tujuan.
Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi dalam arti luas
merupakan standar kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan
kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melandasi
pelaksanaan tugas profesional atau kemampuan teknis. Seseorang dinyatakan
kompeten di bidang tertentu apabila ia menguasai kecakapan bekerja sebagai
suatu keahlian selaras dengan bidangnya.
b. Jenis Kompetensi Guru
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 28 (3) menyatakan bahwa kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru sebagai agen pembelajaran antara lain (1) Kompetensi
pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai kompetensi yang dimilikinya. (2) Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (3) Kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar
27. 13
kompetensi yang ditetapkan. (4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta.
Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh Mulyasa (2007: 38),
bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi,
yaitu sebagai berikut:
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif,
misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi
kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap
peserta didik sesuai kebutuhannya.
2) Pemahaman (understanding), yaitu pemahaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan
melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik
tentang karakteristik dan kondisi peserta didik.
3) Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimilikioleh seorang individu
untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya,
misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga
sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta
ddidik
4) Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatukan dalam diri seseorang, misalnya
standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan,
demokratis, dan lainlain).
5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang, tak senang, suka, tidak suka)
atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi
terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain-
lain.
6) Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk
memperlajari sesuatu.
Dari keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi di atas, jika
ditelaah secara mendalam mencakup empat bidang kompetensi yang pokok bagi
seseorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Keempat jenis kompetensi tersebut harus
28. 14
sepenuhnya dikuasai oleh guru. Berdasarkan empat kompetensi yang ditentukan
peneliti hanya memfokuskan pada kompetensi pedagogis dan profesional saja.
3. Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Menurut pengertian zaman Yunani kuno, kata (paidagōgeō) biasanya
diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di
dalamnya mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan
(γυμνάσιον), mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat
musiknya). Oleh sebab itu pedagogik dipandang sebagai suatu proses atau
aktifitas yang bertujuan agar tingkah laku manusia mengalami perubahan.
Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dalam buku Suyanto dan Asep Jihad (2013: 41)
dikemukan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi pedagogik yang merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik, menurut Mulyasa (2007: 75) sekurang-
kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman Wawasan dan Landasan Kependidikan
Guru sebagai tenaga pendidik yang sekaligus memiliki peran penting dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan di negara ini, terlebih dahulu harus
mengetahui dan memahami wawasan dan landasan kependidikan sebagai
29. 15
pengetahuan dasar. Pengetahuan awal tentang wawasan dan landasan
kependidikan ini dapat diperoleh ketika guru mengambil pendidikan keguruan
diperguruan tinggi.
2) Pemahaman Terhadap Peserta Didik
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Tujuan guru
mengenal murid-muirdnya adalah agar guru dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan secara efektif, menentukan materi yang akan diberikan,
menggunakan prosedur yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa, dan kegiatan-kegiatan guru lainnya yang berkaitan
dengan individu siswa. Dalam memahami peserta didiknya, guru perlu
memberikan perhatian khusus pada perbedaan individual anak didik, antara lain:
(a) Tingkat Kecerdasan, kecerdasan seseorang terdiri dari beberapa tingkat yaitu
: golongan terendah adalah mereka yang IQ-nya antara 0-50 dan di katakana
idiot. Golongan kedua adalah mereka yang ber-IQ antara 50-70 yang dikenal
dengan golongan moron yaitu keterbatasan mental. Golongan ketiga yaitu
mereka yang ber-IQ antara 70-90 disebut sebagai anak lambat atau bodoh.
Golongan menengah merupakan bagian yang besar jumlahnya yaitu golongan
yang ber-IQ 90-110. Mereka bisa belajar secara normal. Sedangkan yang ber-
IQ 140 ke atas disebut genius. Mereka mampu belajar jauh lebih cepat dari
golongan lainnya.
(b) Kreativitas, setiap orang memiliki perbedaan dalam kreativitas baik secara
individu maupun berkelompok. Orang yang mampu menciptakan sesuatu
30. 16
yang baru disebut dengan orang kreatif. Kreativitas erat hubungannya dengan
intelegensi dan kepribadian. Seseoarang yang kreatif umumnya memiliki
instegensi yang cukup tinggi dan suka hal-hal yang baru.
(c) Kondisi fisik, kondisi fisik berkaitan dengan pengelihatan, pendengaran,
kemampuan berbicara, pincang (kaki), dan lumpuh karena kerusakan otak.
Guru mampu memberikan layanan yang berbeda terhadap peserta didiknya
yang memiliki kelainan seperti diatas dalam rangka membantu perkembangan
pribadi mereka. Misalnya dalam hal jenis media pembelajaran yang
digunakan, membantu dan mengatur posisi duduk dan lain sebagainya.
(d) Perkembangan Kognitif, pertumbuhan dan perkembangan dapat
diklasifikasikan atas kognitif, psikologis, dan fisik. Pertumbuhan dan
perkembangan berhubungan dengan perubahan tersebut terjadi dalam
kemajuan yang mantap dan merupakan proses kematangan. Perubahan ini
merupakan hasil interaksi dari potensi bawaan dan lingkungan (Mulyasa,
2007: 80-95).
3) Pengembangan Kurikulum/Silabus
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksana
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian
31. 17
(http://snwulandari.blogspot.co.id/2012/05/pengertian-silabus-dan-rpp.html).
Dalam proses belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengembangkan
kurikulum/silabus sesuai dengan kebutuhan peserta didik sangat penting, agar
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan menyenangkan.
4) Perancangan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran merupakan salah satu aspek dalam kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru dan tertuju pada pelaksanaan
pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan
yaitu:
(a) Identifikasi Kebutuhan, kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang
seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya. Identifikasi bertujuan untuk
melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan
sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat
dilakukan dengan pertama mendorong peserta didik untuk menyatakan
kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka dan
diperoleh melalui kegiatan pembelajaran. Kedua, peserta didik didorong
untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk memenuhi kebutuhan belajar. Ketiga, peserta didik didorong untuk
mengenali dan menyatakan kemungkinan adaanya hambatan dalam upaya
memenuhi kebutuhan belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
(b) Identifikasi Kompetensi, kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki
oleh peserta didik dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan
dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah
32. 18
pembelajaran. Kompetensi akan memberikan petunjuk yang jelas terhadap
materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran serta
penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara objektif
berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka terhadap
suatu kompetensi sebagai hasil belajar (Sagala, 2009: 23).
(c) Penyusunan program pembelajaran akan tertuju pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek,
yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan
program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar,
metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung
lainnya (Mulyasa, 2007: 100-102).
5) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis
Dalam Peraturan Pemerintah tentang Guru dijelaskan bahwa guru harus
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Pernyataan tersebut mengartikan bahwa pelaksanaan pembelajaran harus
berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran sehingga
melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif. Tanpa komunikasi tidak akan ada
pendidikan sejati. Secara umum, pelaksanaan pembelajaran meliputi:
(a) Pre Test (tes awal), tes awal memegang peranan yang cukup penting dalam
proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain untuk menyiapkan peserta
didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan
terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/kerjakan, untuk mengetahui
tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang
33. 19
dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre test dengan post test, untuk
mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai
kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran, serta
untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelarajan dimulai,
kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan
aman yang yang perlu mendapat penekanan dan perhatian.
(b) Proses, kualits pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik
dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan
pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik
mental, fisik, maupun sosial. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran
dan pembentukan komptensi dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan
kompetensi dan perilaku yang postif pada diri peserta didik seluruhnya atau
sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata,
menghasilkan output yang banyak dan bemutu tinggi, serta sesuai dengan
kebutuhan perkembangan masyarakat dan pembangunan.
(c) Post Test, fungsi post test antara lain untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu
maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan hasil pre
test dan post test, untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang
dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompeteni dasar dan tujuan-tujuan
yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan
34. 20
yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka
perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching), untuk mengetahui
peserta ddik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu
mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan
belajar dan sebagai bahan acuann untuk melakukan perbaikan terhadap proses
pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah
dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi
(Mulyasa, 2007: 102-106).
6) Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran
Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar, sarana, dan
prasarana penunjang lainnya sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus
ditekankan pada peningkatan sumber-sumber belajar baik kualitas maupun
kuantitasnya yang sejalan dengan perkembangan teknologi pendidikan dewasa ini.
Perkembangan sumber-sumber belajar ini memungkinkan peserta didik belajar
tanpa batas, tidak hanya di ruang kelas, tetapi bisa di laboratorium, perpustakaan,
di rumah dan di tempat-tempat lain. Teknologi pembelajaran merupakan sarana
pendukung untuk membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian data, informasi, materi
pembelajaran, dan variasi budaya (Muyasa, 2007: 106-108).
7) Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan
pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan cara antara lain:
35. 21
(a) Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan
ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan
dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan
kompetensi peserta didik, serta menentukan kenaikan kelas.
(b) Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan
membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki
program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dasar
dilaksanakan setiap tahun akhir kelas III.
(c) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan
kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai
ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu dan juga untuk
keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat
Tanda Tamat Belajar (STTB).
(d) Benchmarking
Benchmarking merupakan standar untuk mengukur kinerja yang
sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang
memuaskan. Untuk memperoleh data dan informasi tentang pencapaian
benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang
dilaksanakan pada kahir satuan pendidikan.
36. 22
(e) Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh departemen Pendidikan Nasional
dan Dinas Pendidikan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Penilaian
program dilakukan untuk mengetahuin kesesuaian kurikulum dengan dasar,
fungsi, dan tujuan pendidikan nasional serta kesesusaiannya dengan tuntutan
perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman (Mulyasa, 2007: 108-111).
8) Pengembangan Peserta Didik untuk Mengaktualisasikan berbagai Potensi yang
dimilikinya
Melalui pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui
berbagai cara antara lain melalui kegiatan antara lain sebagai berikut:
(a) Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler yang sering juga disebut eskul merupakan
kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan di luar
kegiatan kurikuler. Meskipun kegiatan ini sifatnya ekstra, namun tidak sedikit
yang berhasil mengembangkan bakat peserta didik, bahkan dalam kegiatan
eskul inilah peserta didik mengembangkan berbagaia potensi yang
dimilikinya atau bakat-bakatnya yang terpendam. Di samping
mengembangkan bakat dan keterampilan, eskul juga dapat membentuk watak
dan kepribadian peserta didik, karena dalam kegiatan ini biasanya ditanamkan
disiplin, kebersihan, cinta lingkungan, dan lain-lain yang erat kaitannya
dengan pembentukan pribadi peserta didik. Kegiatan ini juga dapat
mengurangi kenakalan remaja, dan perkelahian pelajar, karena peserta didik
37. 23
dapat saling mengenal satu sama lain tidak saja dalam suatu sekolah, tetapi
juga lintas sekolah, lintas daerah, bahkan lintas negara dan lintas benua.
(b) Pengayaan dan Remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program
mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar,
dan terhadap tugas-tgas, hasil tes, dan ulangan dapat diperoleh tingkat
kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil analisis ini dipadukan dengan
catatan-catatan yang ada pada program mingguan dan harian, untuk
digunakan sebagai bahan tindak lanjut proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Program ini mengidentifikasi materi yang perlu diulang, peseta
didik yang wajib mengikuti remedial, dan yang mengikuti program
pengayaan.
(c) Bimbingan dan Konseling
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada
peserta didik yang menyangkut hal pribadi, sosial, belajar, dan karier. Selain
guru pembimbing, guru mata pelajaran yang memenuhi kriteria pelayanan
bimbingan dan karier diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru
pembimbing. Oleh karena itu, guru mata pelajaran dan wali kelas harus
senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan
konseling secara rutin dan berkesinambungan (Mulyasa, 2007: 111-113).
Guru yang baik adalah guru yang selalu bersikap obyektif serta terbuka
untuk menerima kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya
misalnya dalam hal caranya mengajar serta terus mengembangkan
38. 24
pengetahuannya terkait dengan profesinya sebagai pendidik. Hal ini diperlukan
dalam upaya perbaikan mutu pendidikan demi kepentingan peserta didik sehingga
benar-benar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru. Seorang guru
berkewajiban mengembangkan kompetensi pedagogik yang dimilikinya dan
kewajiban tersebut bertujuan untuk mempermudah proses belajar mengajar dan
agar dapat melakukan perubahan atau perbaikan dalam setiap pembelajarannya.
Kompetensi pedagogik pada penelitian ini hanya terbatas pada kemampuan
penguasaan karakteristik peserta didik, penguasaan teori belajar dan prinsip
pembelajaran, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik,
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, pengembangan potensi peserta
didik, cara komunikasi yang efektif, empatik dan santun dengan peserta didik,
penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, pemanfaatan hasil penilaian dan
evaluasi, tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Indikator Kompetensi Pedagogik
Seorang guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian dalam bidang kegururan ata dengan kata lain ia telah terididik dan
terlatih dengan baik. Terdidik dan terlatih bukan hanya memproleh pendidikan
formal saja akan tetapi juga harus menguasai landasan-landasan kependidikan
seperti yang tercantum dalam kompetensi guru. Sesuai dengan empat kompetensi
yang telah disebutkan dijabarkan sebelumnya yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
39. 25
Menurut A. Fatah Yasin dalam Indah Zakiyah (2008: 46), kompetensi
pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi:
1) Kemampuan dalam memahami peserta didik, dengan indikator antara lain: (a)
Memahami karakteristik perkembangan peserta ddidik, seperti memahami
tingkat kognisi peserta didik sesuai denga usianya; (b) Memahami prinsip-
prinsip perkembangan kepribadian peserta didik, seperti mengenali tipe-tipe
kepribadian peserta didik, mengenali tahapan-tahapan perkembangan
kepribadian peserta didik, dan lainnya; (c) Mampu mengidentifikasi bekal ajar
awal peserta didik, mengenali perbedaan potensi yang dimili peserta didik, dan
lain sebagainya.
2) Kemampuan dalam membuat perancangan pembelajaran, dengan indikator
antara lain: (a) Mampu merencanakan pengorganisasian bahan pembelajaran,
seperti mampu menelaah dan menjabarkan materi yang tercantum dalam
kurikulum, mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan materi, mampu
menggunakansumber belajar yang memadai, dan lainnya; (b) Mampu
merencanakan pengelolaan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai,
memilih jenis strategi/metode pembelajaran yang cocok, menentukan langkah-
langkah pembelajaran, menentukan cara yang dapat digunakan untuk
memotivasi peserta didik, menentukan bentuk-bentuk pertanyaan yang akan
diajukan kepada pesera didik, dan lainnya; (c) Mampu merencanakan
pengelolaan kelas, seperti penataan ruang tempat duduk peserta didik,
40. 26
mengalokasikan waktu, dan lainnya; (d) Mampu meencanakan penggunaan
media dan srana yang bisa digunakan untuk mempermudah pencapaian
kompetensi, dan lainnya; (e) Mampu merencanakan model penilaian proses
pembelajaran, seperti menentukan bentuk, prosedur, dan alat penilaian.
3) Kemampuan melaksanakan pembelajaran, dengan indikator antara lain: (a)
Mampu menerapkan keterampilan dasar mengajar, seperti membuka pelajaran,
menjelaskan, pola variasi, bertanya, memberi penguatan, dan menutup
pelajaran; (b) Mampu menerapkan berbagai jenis model pendekatan, strategi/
metode pembelajaran, seperti pembelajaran yang aktif, pembelajaran
portofolio, pembelajaran kontekstual dan lainnya; (c) Mampu menguasai kelas,
seperti mengaktifkan peserta didik dalam bertanya, mampu menjawab dan
mengarahkan pertanyaan siswa, kerja kelompok, kerja mandiri, dan lainnya;
(d) Mampu mengukur tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung.
4) Kemampuan dalam mengevaluasi hasil belajar, dengan indikator antara lain: (a)
Mampu merancang dan melaksanakan asesment, seperti memahami prinsip-prinsip
asesment, mampu menyusun macam-macam instrumen evaluasi pembelajaran,
mampu melaksanakan evaluasi, dan lainnya; (b) mampu menganalisis hasil
assesment, seperti mampu mengolah hasil evaluasi pembelajaran, mampu
mengenali karakteristik instrumen evaluasi; (c) Mampu memanfaatkan hasil
asesment untuk perbaikan kualitas pembelajaran selanjutnya, seperti
memanfaatkan hasil analisisn instrumen evaluasi dalam proses perbaikan
instrumen evaluasi, dan mampu memberikan umpan balik terhadap perbaikan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
41. 27
5) Kemampuan dalam mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliknya, dengan indikator antara lain: (a)
Memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi akademik, seperti
menyalurkan potensi akademik peserta didik sesuai dengan kemampuannya,
mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi akademik peserta didik; (b)
Mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan potensi non-
akademik, seperti menyalurkan potensi non-akademik peserta didik sesuai
dengan kemampuannya, mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi
non-akademik peserta didik.
4. Kompetensi Profesional
a. Pengertian Kompetensi Profesional
Kata profesional erat kaitannya dengan kata profesi. Kata profesional
berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang
berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya. Menurut Suprihatiningrum (2016: 115), kompetensi profesional
merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran
disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta menambah
keilmuan sebagai guru.
Suyanto dan Asep Jihad (2013: 43) berpendapat bahwa kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi serta
42. 28
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap subkompetensi
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal
ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan
yang menaungi dan koheren dengan materi ajar, memahami hubungan
konsep antarmata-pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep
keilmuan dalam proses belajar-mengajar.
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa
guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Lebih lanjut Suyanto dan Asep Jihad (2013: 43) mengatakan istilah
kompetensi profesional merupakan ”payung” karena telah mencakup semua
kompetensi lainnnya, sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan
mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar sering
disebut bidang studi keahlian. Hal ini mengacu pada pandangan yang
menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten ia harus memiliki:
1) Pemahaman terhadap karakter siswa.
2) Penguasaan bidang studi, baik dari sisi keilmuan maupun kependidikan.
3) Kemampuan penyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
4) Kemauan dan kemampuan mengembangkn profesionalitas dan kepribadian
secara berkelanjutan.
Menurut Mulyasa (2007: 135-136) ruang lingkup kompetensi profesional
guru ditunjukkan oleh beberapa indikator. Secara garis besar indikator yang
dimaksud adalah:
43. 29
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggungjawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
Guru yang mempunyai kompetensi profesional harus mampu memilah dan
memilih serta mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik sesuai jenisnya. Tanpa mengabaikan kompetensi yang
lainnya, kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru yang profesional. Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kompetensi profesional dipandang
penting untuk dikembangkan oleh para guru karena kompetensi profesional
mencakup kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran. Sebagaimana yang dinyatakan
Schraw dalam Suprihatiningrum (2016: 117) guru memerlukan waktu 5-10 tahun
dan lebih dari 10.000 jam untuk menjadi seorang guru yang ahli. Dalam kurun
waktu yang lama tersebut, seorang guru harus mengembangkan pembelajaran
lebih lanjut dan meningkatkan penguasaan materi.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki sebagai
dasar dalam melaksanakan tugas profesional yang bersumber dari pendidikan dan
44. 30
pengalaman yang diperoleh. Kompetensi profesional tersebut berupa kemampuan
dalam memahami landasan kependidikan, kemampuan merencanakan proses
pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan
mengevaluasi proses pembelajaran.
b. Indikator Kompetensi Profesional
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 Tentang
Guru menjelaskan kompetensi profesional guru terdiri dari:
1) Kemampuan penguasaan materi terdiri dari (a) Mampu menguasai substansi
pembelajaran, hal ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada
dalam kurikulum sekolah dan memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi dan konheran dengan materi ajar; (b) mampu
mengorganisasikan materi pembelajaran, dalam hal ini berarti guru harus
memahami hubungan antar mata pelajaran terkait dan menyampaikan materi
pelajaran secara berurutan; (c) mampu menyesuaikan materi pelajaran dengan
kebutuhan siswa, dalam hal ini guru harus mampu menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam proses belajar mengajar dalam kehidupan sehari-hari
yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
2) Pemahaman terhadap perkembangan profesi terdiri dari (a) mampu mengikuti
perkembangan kurikulum; (b) mampu mengikuti perkembangan iptek; (c)
mampu menyesuaikan permasalahan umum dalam proses belajar dan hasil
belajar; (d) mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, metode
dan sumber belajar yang relevan (sesuai); (d) mampu mengembangkan
bidang studi; (e) mampu memahami fungsi sekolah.
45. 31
5. Hakikat Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam aspek
kognitif, aspek afektif, dan khususnya aspek psikomotor melalui aktivitas jasmani.
Menurut Syarifuddin dalam Sugeng (2006: 15) pendidikan jasmani merupakan
pendidikan keseluruhan. Melalui berbagai aktivitas jasmani yang bertujuan
mengembangkan individu secara organis, neuromuscular, intelektual dan
emosional. Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani telah mendapatkan
sentuhan didaktik-metodik sehingga dapat diarahkan pada usaha pencapaian
tujuan pembelajaran, mengembangkan organis, neuromuskular, intelektual, dan
emosional.
Aktivitas jasmani dalam pendidikan jasmani telah mendapatkan sentuhan
didaktik-metodik sehingga dapat diartikan pada usaha pencapaian tujuan
pembelajaran, mengembangkan oranis, neuromuscular, intelektual, dan
emosional. Dalam pelaksanaannya, aktivitas jasmani tampak dalam aktivitas
gerak peserta didik pada saat mereka melakukan tugas-tugas gerak dalam proses
pembelajaran.
Menurut Depdikbud dalam Purwanto (2006: 14-15) bahwa pendidikan
jasmani dan kesehatan adalah suatu bagian dari pendidikan secara keseluruhan
yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial serta emosional yang
serasi, selaras dan seimbang.
46. 32
Seperti kutipan dari CA Bucher (1960) dalam Sukintaka (2001: 1) bahwa
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang
mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental,
sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran
yang sama dengan mata pelajaran lainnya, dan dikategorikan sebagai mata
pelajaran yang wajib diikuti oleh semua peserta didik. Pendidikan jasmani
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dalam bidang olahraga
dan kesehatan, juga memberikan peluang bagi peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, agar mencapai suatu prestasi dalam berbagai cabang
olahraga. Selain itu, pendidikan jasmani juga berperan untuk membina kerja sama,
disiplin, keberanian, rasa percaya diri dan lain-lain. Selain efektif untuk
menyebarkan dan mengembangkan olahraga, kegiatan ini merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dari pendidikan di sekolah.
Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu pondasi
pembentukan manusia yang berkepribadian melalui aktivitas jasmani. Untuk itu,
selama dalam proses pembelajaran guru dan peserta didik harus memahami
tentang pendidikan jasmani dan kesehatan, di antaranya: (1) Pengertian
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, (2) Fungsi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan, dan (3) Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Selain itu,
pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-
potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan kemampuan gerak menuju
kebulatan pribadi yang seutuhnya.
47. 33
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang
kondusif, dimana peserta didik dibantu untuk mewujudkan dirinya sesuai dengan
tahap pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dalam mencapai taraf
kedewasaan tertentu.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk memperkembangkan individu
secara keseluruhan, hal tersebut sama halnya dengan tujuan pendidikan pada
umunya, karena pendidikan jasmani termasuk bagian integral dari pendidikan
pada umumnya. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami konsep dan tujuan
pendidikan jasmani di sekolah. Dekdikbud dalam Purwanto (2006: 15) disebutkan
tujuan pendidikan jasmani adalah Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan adalah membantu peserta didik untuk perbaikan derajat kesehatan dan
kesegaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap positif dan
keterampilan gerak serta berbagai aktivitas jasmani agar dapat:
1) Memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan
secara harmonis.
2) Mengembangkan kesehatan dan kesegaran jasmani, keterampilan gerak dan
cabang olahraga.
3) Mengerti akan pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga terhadap
perkembangan jasmani dan mental.
4) Mengerti peraturan dan dapat mewasiti pertandingan cabang-cabang olahraga.
48. 34
5) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-
hari.
6) Menumbuhkan sikap positif dan mampu mengisi waktu luang dengan bermain.
Tujuan penjas harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Salah satu
tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam UUD 1945 adalah untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Sehingga mata
pelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran mempunyai peran
utama untuk membentuk dan meningkatkan kesegaran jasmani peserta didiknya
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani diberikan disemua jenjang dan jenis sekolah bukan
tanpa alasan karena mengingat pentingnya kaidah dan nilai-nilai yang terkandung
serta tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri. Pendidikan memiliki sasaran
pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah
dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman. Namun demikian, perolehan
keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus
sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, peserta didik disosialisasikan ke
dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga.
49. 35
6. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dengan peserta didik
melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yakni kegiatan belajar peserta
didik dan kegiatan pembelajaran dengan guru. Belajar sering diartikan sebagai
upaya sadar, terencana, dan bertujuan baik sendiri maupun dengan bantuan orang
lain ataupun persoalaan pentin dalam pendidikan jasmani.
Menurut Sukintaka (2001: 29) pembelajaran mengandung pengertian
bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping
itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. Dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sering diartikan sebagai
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam rangka meningkatkan atau
mengembangkan pengetahuan, pengertian, pemahaman, sikap dan keterampilan
peserta didik melalui proses pengajaran (mendidik, membina dan mengarahkan
dengan menggunakan berbagai metode pengajaran) untuk mencapai tujuan-tujuan
pengajaran. Maka, pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan
menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada
prinsipnya adalah upaya guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif
sehingga terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Maka dari itu pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
50. 36
Interaksi kegiatan antar guru dengan siswa terjadi karena terikat oleh tujuan-
tujuan yang akan dicapai. Seluruh aktivitas yang berlangsung dalam pembelajaran
semuanya dipusatkan untuk mendorong siswa agar belajar. Dengan demikian,
melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani membantu perkembangan dan
pertumbuhan jasmani siswa melalui aktivitas fisik dan akan meningkatkan
kemampuan motorik atau membentuk pribadi yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
b. Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan kegiatan peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif,
dan sosial. Sehingga peserta didik dapat berkembang sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Peningkatan mutu pembelajaran merupakan
persoalan penting dalam pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani
merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang menyeluruh dan sekaligus
memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.
Menyajikan materi pembelajaran pendidikan jasmani seorang guru penjas
harus menyusun rangkaian kegiatan kedalam tiga struktur dasar sebagai berikut:
1) Bagian Pendahuluan, tahap ini merupakan awal dari kegiatan belajar mengajar
yang merupakan landasan bagi aktivitas berikutnya. Inti aktivitasnya adalah
penyampaian informasi dalam bentuk instruksi guru melalui komunikasi
dengan peserta didik, memusatkan perhatian peserta didik pada topik atau
maeri yang akan disajikan, dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Ada tiga fungsi yang dimiliki bagian pendahuluan yaitu:
51. 37
(a) Meletakkan hubungan awal guru dan peserta didik, guru dan peserta didik
saling memperkenalkan diri, diawali dengan perkenalan dari guru. Guru
menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan selama kegiatann belajar
mengajar penjas. Hubungan ini untuk menetapkan status dan kewajiban
setiap orang dari pelaksanaan pembelajaran penjas.
(b) Menangkap perhatian peserta didik, karena peserta didik berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda (jenis kelamin, kemampuan gerak,
pengetahuan, motivasi, minat dan sebagainya) maka guru harus
memusatkan dan menangkap perhatian peserta didik pada pembelajaran
yang dilaksanakan. Tujuannya adalah agar terjadi proses pembelajaran
yang efektif yang ditandai dengan aktifnya peserta didik bergerak
melaksanakan tugas gerak sesuai instruksi guru.
(c) Menyingkap substansi materi, guru perlu menguraikan materi secara
singkat melalui ungkapan-ungkapan dalam bentuk kata kunci (keyword)
yang mudah dimengerti seluruh peserta didik. Kata kunci harus singkat,
padat dan jelas atau mudah dimengerti oleh seluruh peserta didik. Guru
juga harus menjelaskan tujuan yang akan dicapai. Tujuan harus realistis
sekaligus berupa tantangan sebagai salah satu upaya memotivasi peserta
didik untuk melaksanakan tugas gerak semaksimal mungkin.
2) Bagian Inti, setelah bagian pendahuluan disampaikan, guru memasuki tahapan
bagian inti dari kegiatan belajar mengajar. Pada bagian ini guru harus
mempertimbangkan empat hal yaitu:
52. 38
(a) Perihal ruang lingkup materi, guru harus mampu menyampaikan seluruh
materi sesuai dengan bahan yang harus dipelajari peserta didik. Hal itu
dilakukan apabila satu-satunya sumber pembelajaran adalah guru. Apabila
ada sumber lain atau faktor pendukung lain seperti rekaman video atau
film, modul, maka guru berperan sebagai fasilitator. Akan lebih baik
apabila kedua hal tersebut mampu disajikan guru. Khusus berkenaan
dengan keterampilan motorik, guru harus menguasai jenis keterampilan
tersebut, minimalnya harus mampu mendemonstrasikan atau memberi
contoh kepada peserta didik.
(b) Perihal hubungan materi, dalam menyajikan materi guru harus memahami
hubungan antara materi yang satu dengan yang lainnya. Maksudnya,
adalah agar materi tersampaikan secara sistematis kepada peserta didik.
Hubungan antara materi pun terkait dengan upaya peningkatan
keterampilan tahap lanjut disesuaikan dengan tingkat perkembangan
peserta didik.
(c) Perihal teknik penyajian, guru harus mampu menyajikan berbagai teknik
penyajian disesuaikan dengan materi dan tingkat kemampuan peserta
didik. Pemilihan metode dan gaya mengajar serta ketersediaan media atau
alat bantu akan semakin memperjelas materi yang disajikan.
(d) Perihal memotivasi peserta didik, materi dan teknik penyajian yang sudah
terorganisir sedemikian rupa tidak akan berarti apa-apa apabila perhatian
dan aktivitas peserta didik tidak sesuai harapan guru karena motivasi
peserta didik yang rendah. Hindarkan penggunaan cara mengajar dan
53. 39
pemberian tugas gerak yang monoton yang membuat peserta didik jenuh
dan bosan. Guru harus mampu menyajiakan berbagai variasi dalam latihan
olahraga agar kegiatan belajar peserta didik menjadi dinamis dan proses
pembelajaran menjadi kondusif.
3) Bagian Penutup, pada bagian ini guru dapat merumuskan kesimpulan dan
menyampaikan materi yang akan disajikan pada pertemuan berikutnya dengan
harapan agar peserta didik mempersiapkan diri sebaik mungkin. Perlu
disampaikan juga evaluasi bersifat klasikal sebagai umpan balik bagi peserta
didik yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas gerak yang dicapainya. Peserta
didik berhak untuk menanyakan kekurangan yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Dalam praktek pendidikan jasmani, bagian ini
biasanya diisi dengan aktivitas penenangan atau relaksasi.
Dengan demikian, guru penjas yang memiliki keterampilan dan
kemampuan dalam menjalankan proses pembelajaran mampu menjalankan tiga
tugas utamanya yaitu:
1) Kemampuan guru merencanakan pembelajaran (program bulanan, program
tahunan, program semester, silabus, dan RPP).
2) Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran (pembuka dan menutup
pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, dan penggunaan media).
3) Kemampuan guru mengevaluasi pembelajaran (kognitif, afektif, dan motorik).
54. 40
Menurut Sukintaka (2001: 29-30) seorang guru (termasuk guru pendidikan
jasmani) perlu sekali mendalami interaksi edukatif antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan (guna menjawab pertanyaan untuk apa?)
2. Bahan (dengan materi yang mana?)
3. Pelajar (ditujukan untuk siapa?)
4. Guru (diselenggarakan oleh siapa?)
5. Metode (bagaimana caranya?)
6. Situasi (dalam keadaan yang bagaimana?)
7. Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani
Untuk menjadi seorang guru pendidikan jasmani yang profesional tidak
semudah yang dibayangkan. Banyak yang beranggapan hanya dengan
bermodalkan sebuah peluit sudah bisa menjadi guru pendidikan jasmani di
sekolah. Profesi guru pendidikan jasmani secara umum sama dengan guru mata
pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan
yang prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Profesionalisasi tenaga
kependidikan menjadi kebutuhan yang utama dalam masyarakat jika masyarakat
itu sendiri mengakuinya. Tenaga kependidikan khususnya guru sangat diakui oleh
masyarakat jika guru tersebut mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi yaitu
komitmen dapat dipercaya dan profesional dalam bidangnya.
Salah satu indikator profesionalisme guru antara lain adalah guru tersebut
mampu melaksanakan proses pembelajaran secara efektif. Efektivitas
pembelajaran pada dasarnya merupakan cerminan dari efektivitas pengelolaan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh gurunya, targetnya adalah peserta didik
belajar. Sementara itu, pengelolaan proses pembelajaran itu sendiri pada dasarnya
merupakan proses interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi, dan
lingkungannya. Semakin efektif proses interaksi pedagogis dilakukan guru, makin
55. 41
efektif proses pembelajaran yang dilakukan guru tersebut. Sehubungan dengan itu,
pemerintah sedang melaksanakan terobosan dalam meningkatkan kualitas
profesionalisme guru tersebut, antara lain melalui standar kompetensi dan
sertifikasi guru.
Syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebukan
bahwa kompetensi guru harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain harus
memiliki keempat kompetensi pokok (kompetensi profesional, kompetensi sosial,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi pedagogik).
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Standar kompetensi guru mata pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Inndonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang kompentesi pedagogik dan profesional adalah
sebagai berikut:
56. 42
Tabel 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
No. Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran
Kompetensi Pedagogik
1 Menguasai karakteristik
peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual.
1.1 Memahami karakteristik peserta didik
yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral,
spiritual, dan latar belakang sosial-
budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta
didik dalam mata pelajaran yang
diampu.
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal
peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu.
2. Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik.
2.1 Memahami berbagai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik terkait dengan mata
pelajaran yang diampu.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu.
3. Mengembangkan kurikulum
yang terkait dengan mata
pelajaran yang diampu
3.1 Memahami prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum.
3.2 Menentukan tujuan pembelajaran
yang diampu
3.3 Menentukan pengalaman belajar yang
sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yan diampu
3.4 Memilih materi pembelajaran yang
diampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran
3.5 Menata materi pembelajaran secara
benar sesuai dengan pendekatan yang
sipilih dan karakteristik peserta didik.
3.6 Mengembangkan indikator dan
instrument penilaian
4. Menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik
4.1 Memahami prinsip-prinsip
perancangan pembelajaran yang
57. 43
mendidik.
4.2 Mengembangkan komponen-
komponen rancangan pembelajaran.
4.3 Menyusun rancangan pembelajaran
yang lengkap, baik untk kegiatan
didlam kelas, laboratorium, maupun
lapangan.
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang
mendidik di kelas, di laboratorium,
dan di lapangan dengan
memperhatikan standar keamanan
yang dispersyaratkan.
4.5 Menggunakan media pembelajaran
dan sumber belajar yang relevan
dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran yang di ampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
4.6 Mengambil keputusan transaksional
dalam pembelajaran yang diampu
sesuai dengan situasi yang
berkembang.
5. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk kepentingan
pembelajaran
5.1 Memanfaatkan teknologi informasi
komunikasi dalam pembelajaran yang
diampu.
6. Memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki
6.1 Menyediakan berbagai kegiatan
pembelajaran untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi secara
optimal.
6.2 Menyediakan berbagai kegiatan
pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta
didik, termasuk kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
peserta didik
7.1 Memahami berbagai strtegi
berkomunikasi yang efektif, empatik,
dan santun, secara lisan, tulisan dan/
atau bentuk lain.
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik
dan santun dengan peserta didik
dengan bahasa yang khas dalam
interaksi kegiatan/permainan yang
mendidik yang terbangun secara
siklikal dari (a) penyiapan kondisi
psikologis peserta didik, (b) ajakan
kepada peserta didik, (c) respons
peserta didik terhadap ajakan guru,
58. 44
dan (d) reaksi guru terhadap respons
peserta didik, dan seterusnya.
8. Menyelenggarakan penilaian
dan evaluasi proses dan hasil
belajar.
8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar
sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting untuk
dinilai dan dievaluasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar
8.4 Mengembangkan instrumen
penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
8.5 Mengadministrasikan penilaian
proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
mengunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian proses
dan hasil belajar untuk berbagai
tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil
belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian
dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran.
9.1 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk
menentukan ketuntasan belajar.
9.2 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan
pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian
dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil
penilaian dan evaluasi pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif
untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
10.1Melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
10.2Memanfaatkan hasil refleksi untuk
perbaikan dan pengembangan
pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu.
59. 45
10.3Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu.
Kompetensi Profesional
20 Menguasai materi, struktur,
konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
20.1Menjelaskan dimensi filosofis
pendidikan jasmani termasuk etika
sebagai aturan dan profesi.
20.2Menjelaskan perspektif sejarah
pendidikan jasmani.
20.3Menjelaskan dimensi anatomi
manusia, secara struktur dan
fungsinya.
20.4Menjelaskan aspek kinesiologi dan
kinerja fisik manusia.
20.5Menjelaskan aspek fisiologis
manusia dan efek dari kinerja
latihan.
20.6Menjelaskan aspek psikologi pada
kinerja manusia, termasuk motivasi
dan tujuan, kecemasan dan stress,
serta persepsi diri.
20.7Menjelaskan aspek sosiologi dalam
kinerja diri, termasuk dinamika
sosial; etika dan perilaku moral, dan
budaya, suku, dan perbedaan jenis
kelamin.
20.8Menjelaskan teori perkembangan
gerak, termasuk aspek-aspek yang
mempengaruhinya.
20.9Menjelaskan teori belajar gerak,
termasuk keterampilan dasar dan
kompleks dan hubungan timbal balik
di antara domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
21. Menguasai standar
kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang
diampu.
21.1Memahami standar kompetensi mata
pelajaran yang diampu.
21.2Memahami kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
21.3Memahami tujuan pembelajaran
yang diampu.
22. Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu
secara kreatif
22.1Memilih materi pembelajaran yang
diampu sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
22.2Mengolah materi pelajaran yang
diampu secara kreatif sesuai dengan
60. 46
tingkat perkembangan peserta didik
23. Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
23.1Melakukan refleksi terhadap kinerja
sendiri secara terus menerus.
23.2Memanfaatkan hasil refleksi dalam
rangka peningkatan keprofesionalan.
23.3Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk peningkatan keprofesionalan.
23.4Mengikuti kemajuan zaman dengan
belajar dari berbagai sumber.
24. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan diri
24.1Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
24.2Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Berdasarkan uraian diatas, kompetensi pedagogik tercermin dari indikator
menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran serta melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Pada kompetensi profesional tercermin dari indikator menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
61. 47
diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif,
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Pendidikan dapat dikatakan baik bila pendidikan itu dapat memberi
kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi manusia atau dengan kata lain
rumusan tujuan berisikan pengembangan aspek pribadi manusia. Guru dalam
pelaksanaan kegiatan pendidikan merupakan pelaksana kegiatan proses
pembelajaran. Guru sebagai penyandang profesi memiliki tanggungjawab
langsung terhadap kemajuan belajar peserta didiknya. Untuk menjadi guru
pendidikan jasmani yang profesional, seorang guru dituntut mampu memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya disertai dengan dedikasi mengutamakan nilai
kemanusiaan daripada nilai material.
B. Penelitian Yang Relevan
Manfaat dari penelitian yang relevan yaitu sebagai acuan agar penelitian
yang sedang dilakukan menjadi lebih jelas. Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Khoerul Mufti Priyanto yang berjudul “Kinerja
Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan se-Kecamatan Kutasari
Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah”. Hasil penelitian bahwa Kinerja Guru
pada kategori cukup dan baik dengan masing-masing persentase 38,46%.
Secara lebih detail Kinerja Guru berdasarkan faktor Penguasaan Konsep/Materi
Penjas dalam kategori cukup baik sebesar 23,08%. Kinerja Guru berdasarkan
62. 48
faktor Pemahaman Karakteristik Siswa sebesar 30,77%. Kinerja Guru
berdasarkan faktor Penguasaan Pengelolaan Pembelajaran 42,31%. Kinerja
Guru berdasarkan faktor Penguasaan Strategi Pembelajaran sebesar 46,12%.
Kinerja Guru berdasarkan faktor Penguasaan Penilaian Hasil Belajar sebesar
53,58%.
2. Penelitian yang dilakukan Oleh Nurul Aulia Fitriani yang berjudul
“Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani olahraga Dan Kesehatan Yang
bersertifikat Pendidik Di SMP Kota Yogyakarta”. Hasil penelitian bahwa guru
penjasorkes yang bersertifikat pendidik di SMP Kota Yogyakarta memiliki
kompetensi yang tinggi, dan kompetensi tersebut mencakup semua kompetensi
guru. Guru penjasorkes yang memiliki kompetensi sesuai dengan hasil analisis
menurut Kepala Sekolah sebesar 100% menilai bahwa guru penjasorkes yang
bersertifikat pendidik memiliki kompetensi yang tinggi, menurut penilaian
Wakil Kepala sekolah sebesar 88,9% memiliki kompetensi yang tinggi, 11,1%
memiliki kompetensi sedang, penilaian menurut guru non-penjasorkes
mengatakan bahwa 72,2% guru penjasorkes yang bersertifikat pendidik
memiliki kompetensi yang tinggi, 27,8% berkompetensi sedang dan menurut
penilaian peserta didik mayoritas mengatakan kompetensi guru 27,8%
berkompetensi sedang Baik yakni 80,0%, 12,2% berkompetensi cukup baik
dan 7,8% berkompetensi kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kompetensi Guru Penjasorkes yang Bersertifikat Pendidik di SMP Kota
Yogyakarta memiliki kompetensi yang maksimal baik ataupun tinggi sehingga
telah sesuai yang diharapkan oleh pemerintah.
63. 49
C. Kerangka Berpikir
Guru pendidikan jasmani merupakan salah satu pilar atau komponen yang
dinamis dalam mencapai tujuan pendidikan olahraga serta untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu. Guru yang profesional merupakan faktor yang penting
untuk memajukan pendidikan bangsa. Kompetensi guru memegang pengaruh
yang cukup besar bagi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga
tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru semakin profesional maka diharapkan
pembelajaran makin efektif dan efisien. Untuk menguasai kompetensi guru yang
telah disebutkan di atas seorang guru harus melalui latihan-latihan. Kompetensi
guru harus selalu ditingkatkan khususnya guru pendidikan jasmani yang mampu
menyusun perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan taraf perkembangan
anak. Alokasi waktu dan kondisi yang ada di sekolah, mampu melaksanakan
pembelajaran yang baik agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal, mampu
mengevaluasi pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa
dalam menguasai bahan ajar, mampu menguasai bahan ajar baik teori maupun
praktek sehingga dalam penyampaian materi siswa dapat mengerti dan memahami
bahan ajar yang diberikan guru.
Pencapaian standar kompetensi guru merupakan suatu keharusan dalam
kinerja guru. Sebab tanpa adanya standar kompetensi maka jaminan kepada
stakeholder tidak mungkin terpenuhi secara optimal. Berdasarkan uraian yang
telah dipaparkan sebelumnya, dapat dibuat bagan kerangka berpikir sebagai
berikut:
64. 50
ditemukan permasalahan
upaya apa yang akan dilakukan
langkah yang diambil
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Kompetensi Guru (Kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik)
Bagaimana kondisi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
Perlu adanya penelitian untuk mengetahui kondisi kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional guru saat ini
Melakukan survei untuk mengetahui kondisi kompetensi profesional dan
kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani
65. 51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Sugiyono (2009: 147),
penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei. Menurut Arikunto (2006: 152), studi survei adalah
salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk
pengumpulan data yang luas dan banyak. Sedangkan teknik pengumpulan data
berupa angket.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di seluruh Sekolah Dasar Negeri di se-Kecamatan
Kretek Kabupaten Bantul. Jumlah seluruh sekolah tempat penelitian yaitu 14
Sekolah Dasar Negeri. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 22 September
sampai dengan 2 Oktober 2017.
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Menurut Arikunto, (2006: 118) “Variabel adalah objek penelitian atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah
kompetensi pedagogik dan profesional guru pendidikan jasmani di Sekolah Dasar
Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul. Definisi operasional variabel
dalam penelitian ini adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
dan pelaksana proses pembelajaran yang memiliki kompetensi pedagogik yaitu
kemampuan dalam memahami peserta didik, kemampuan dalam membuat
66. 52
perancangan pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran kemampuan
dalam mengevaluasi hasil belajar, dan kemampuan dalam mengembangkan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya dan
kompetensi profesional yang meliputi kemampuan penguasaan materi dan
pemahaman terhadap perkembangan profesi yang dituangkan dalam bentuk
angket.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 173) “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sugiyono (2009: 215). “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulanya”. Sesuai dengan pendapat tersebut, yang menjadi populasi dalam
penelitian adalah guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di se-Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul.
2. Sampel
Arikunto (2006: 174) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”. Sugiyono (2009: 215) “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi, maka sampel dapat diambil dari sebuah
populasi”, Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan total
sampling. Di dalam penelitian ini semua populasi guru pendidikan jasmani dari 14
Sekolah Dasar Negeri di se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul sebanyak 18
67. 53
guru pendidikan jasmani menjadi sampel penelitian. Rincian sampel penelitian
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Data Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar se-Kecamatan
Kretek Kabupaten Bantul
No. Responden Sekolah
1. A1
SD TIRTOMULYO
2. A2
3. B SD SONO1
4. C1
SD SONO 2
5. C2
6. D1
SD DONOTIRTO 1
7. D2
8. E SD DONOTIRTO 2
9. F1
SD CIMPON
10. F2
11. G SD KAREN
12. H SD 1 KRETEK
13 I SD 2 KRETEK
14. J SD BUNGKUS
15. K SD TIRTOSARI
16. K SD TIRTOHARGO
17. L SD PARANGTRITIS 1
18. M SD PARANGTRITIS 2
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 192), “Instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Instrumen
atau alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup. Menurut
Sugiyono (2009: 142), “angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.”
68. 54
Selanjutnya, Arikunto (2006: 102-103), menyatakan angket tertutup adalah
angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal
memberikan tanda check list (√) pada kolom atau tempat yang sesuai, dengan
angket langsung menggunakan skala bertingkat. Skala bertingkat dalam angket ini
menggunakan empat pilihan jawaban yaitu, disajikan pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Alternatif Jawaban Angket
Alternatif Jawaban
Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian menurut Hadi
(1991: 7-11) sebagai berikut:
a. Mendefinisikan Konstrak
Dalam hal ini penelitian membuat batasan mengenai ubahan atau variabel
yang akan diteliti atau diukur. Konstrak dalam penelitian ini adalah implementasi
kompetensi pedagogik dan profesional guru terhadap proses pembelajaran penjas
di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul.
b. Menyidik Faktor
Menyidik faktor-faktor adalah tahap yang menunjukkan untuk menandai
faktor-faktor yang ditemukan dalam konstrak yang akan diteliti. Berdasarkan
kajian teoritik dan definisi konstrak, maka faktor-faktor yang mengandung
indikator-indikator yang membentuk struktur kompetensi pedagogik dan
profesional, yaitu sebagai berikut:
69. 55
1) Kompetensi Pedagogik indikatornya yaitu: (1) Penguasaan karakteristik peserta
didik, (2) Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik, (3) Pengembangan kurikulum, (4) Kegiatan pembelajaran yang
mendidik, (5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran, (6) Pengembangan potensi peserta didik, (7)
Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8)
Penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) Pemanfaatan hasil penilaian
dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (10) Tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
2) Kompetensi Profesional indikatornya yaitu: (1) Penguasaan materi, struktur,
konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,
(2) Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, (3)
Pengembangan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, (4)
Pegembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif, (5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
c. Menyusun butir-butir
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa angket atau
kuisioner. Butir pernyataan harus merupakan penjabaran dari isi faktor-faktor
yang telah diuraikan di atas, kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator
yang ada disusun butir-butir soal yang dapat memberikan gambaran tentang
keadaan faktor tersebut. Setelah mendapatkan kisi-kisi instrumen, kemudian
peneliti melakukan validasi ahli/expert judgement.
70. 56
Konsultasi ahli yang pertama dilakukan bersama Agus Sumhendartin S.,
M.Pd. Di dalam konsultasi ini Bapak Agus memberikan rekomendasi terkait
indikator penyusunan angket, beliau menyarankan agar indikator yang diambil
dari Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru yang awalnya hanya mengambil sebagian dari indikator
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional tersebut untuk dimasukkan
semuanya.
Konsultasi yang kedua dilakukan oleh Bapak AM. Bandi Utama, M.Pd.
Konsultasi pada ahli kedua ini mendiskusikan instrumen yang sebelumnya sudah
dikonsultasikan dengan Bapak Agus. Konsultasi ahli yang kedua ini, ahli
menyarankan untuk mengurangi jumlah pernyataan dalam angket yang awalnya
berjumlah 50 butir menjadi 34 butir setelah direvisi serta membenarkan penulisan
tata tulis yang benar.
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan oleh
professional judgment, menurut Purwanto (2007: 126) “Professional judgment
adalah orang yang menekuni suatu bidang tertentu yang sesuai dengan wilayah
kajian instrumen, misalnya guru, mekanik, dokter, dan sebagainya dapat
dimintakan pendapatnya untuk ketepatan instrumen”. Penelitian ini tidak
menggunakan uji coba instrumen, karena dalam penelitian ini teknik yang
digunakan adalah teknik one shoot. Menurut Arikunto (2006: 122), teknik “one
shoot” model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan
data pada “suatu saat”. Artinya ketika pertama kali menyebarkan angket ke
responden, maka hasil dari satu kali penyebaran angket dipakai dalam subjek
71. 57
penelitian yang sesungguhnya. Kisi-kisi instrumen disajikan pada tabel 4 sebagai
berikut:
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Faktor Indikator ∑ Butir
Implementasi
kompetensi
pedagogik dan
profesional guru
terhadap proses
pembelajaran penjas
di Sekolah dasar
Negeri Se-
Kecamatan Kretek
Kabupaten Bantul
1. Kompetensi
Pedagogik
a. Penguasaan karakteristik
peserta didik
1,2,3,
b. Penguasaan teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik
4,5,6,
c. Pengembangan kurikulum 7,8,
d. Kegiatan pembelajaran yang
mendidik
9,10,11,
e. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk kepentingan
pembelajaran
12,13,
f. Pengembangan potensi
peserta didik
14,15,
g. Komunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
peserta didik
16,17,
h. Penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar
18,19,
i. Pemanfaatan hasil penilaian
dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran
20,21,
j. Tindakan reflektif untuk
peningkatan kualitas
pembelajaran
22,23,
2. Kompetensi
Profesional
a. Penguasaan materi, struktur,
konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
24,25,
b. Standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu
26,27,
c. Pengembangan materi
pembelajaran yang diampu
secara kreatif
28,29,30,
d. Pegembangan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif
31,32,
72. 58
e. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk pengembangan diri
33,34.
Jumlah 34
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan pemberian
angket kepada guru yang menjadi subjek dalam penelitian. Adapun
mekanismenya adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mencari data Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kretek Kabupaten
Bantul.
b. Peneliti menentukan jumlah guru yang menjadi subjek penelitian.
c. Peneliti menyebarkan angket kepada responden.
d. Selanjutnya peneliti mengumpulkan angket dan melakukan transkrip atas hasil
pengisian angket.
e. Setelah memperoleh data penelitian peneliti mengambil kesimpulan dan saran.
F. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis
data sehingga data-data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan. Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif.
Penghitungan statistik deskriptif menggunakan statistik deskriptif persentase,
karena yang termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui
tabel, grafik, diagram, lingkaran, piktogram, perhitungan mean, modus, median,
perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data perhitungan rata-rata,
standar devisiasi, dan persentase (Sugiyono, 2009: 112). Cara perhitungan analisis