SlideShare a Scribd company logo
Isu penting
S
anitasi dan perilaku kebersihan yang buruk
serta air minum yang tidak aman berkontribusi
terhadap 88 persen kematian anak akibat diare
di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup,
seringnya menderita diare berkontribusi terhadap
masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk
dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini
selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap
kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif
suatu bangsa di masa yang akan datang.
Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama
kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan
Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab
31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu
tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu
sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari
rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk
air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan
dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan
air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66
persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan
buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan
mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi
dan septik tank.
Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian
dan penyakit yang disebabkan oleh diare pada
umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada
sistem pengairandan sanitasi, mencuci tangan secara
tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi
resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen.
Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan
unite for children
Situasi masyarakat miskin perkotaan perlu
mendapatkan perhatian segera. Di daerah-daerah
kumuh perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek
kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang
berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus
dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit-
penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan
penyakit diare lainnya, tipus, hepatitis, leptospirosis,
malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan
kronis dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin
yang kurang berpendidikan cenderung melakukan praktek-
praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi
terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko
kematian anak. Studi tentang “mega-kota” Jakarta (yang
disebut Jabotabek),i
Bandung dan Surabaya pada tahun
2000 menunjukkan bahwa penduduk miskin yang tinggal
di daerah pinggiran kota Jakarta kurang berpendidikan
dibandingkan warga Jakarta sendiri, dan memiliki tingkat
tamat sekolah menengah hanya seperempat dari mereka
yang tinggal di pusat kota. Studi yang sama menghitung
angka kematian anak sampai lima kali lebih tinggi di
kecamatan-kecamatan miskin di pinggiran kota Jabotabek
daripada di pusat kota Jakarta.
Pola dan kecenderungan
P
ada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia
telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam
meningkatkan akses terhadap persediaan air
bersih dan pelayanan sanitasi. Air bersih dan sanitasi
merupakan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium
(MDG) yang ketujuh dan pada tahun 2015 diharapkan
sampai dengan setengah jumlah penduduk yang tanpa
RingkasanKajian
OKTOBER 2012UNICEF INDONESIA
2
akses ke air bersih yang layak minum dan sanitasi dasar
dapat berkurang. Bagi Indonesia, ini berarti Indonesia
perlu mencapai angka peningkatan akses air bersih
hingga 68,9 persen dan 62,4 persen, untuk sanitasi.
Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang
tepat untuk mencapai target MDG untuk masalah
air bersih MDG pada tahun 2015. Perhitungan dengan
menggunakan kriteria MDG nasional Indonesia untuk
air bersih dan data dari sensus tahun 2010 menunjukkan
bahwa Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta
orang dengan persediaan air bersih pada tahun 2015.
Di sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersihii
akan digunakan,
Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada
tahun 2015. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang
berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta),
sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses
ke persediaan air bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan
akses air bersih pada tahun 2010 telah mengalami
penurunan kira-kira sebesar tujuh persen. Kondisi
terbalik ini pada umumnya disebabkan oleh penurunan
di daerah perkotaan (sebesar 23 persen sejak tahun
2007, Gambar 2). Akses ke air bersih di Jakarta telah
mengalami penurunan dari 63 persen pada 2010 menjadi
28 persen pada tahun 2007, menurut Riskesdas. Yang
mengherankan, dua kelompok kuintil tertinggi juga
mengalami penurunan aksesterhadap air bersih masing-
masing sebesar 8 dan 32 persen dibandingkan dengan
tahun 2007. Mereka yang berasal dari kelompok mampu
membeli air minum kemasan atau botol: sepertiga
rumah tangga perkotaan di Indonesia melakukannya
pada tahun 2010.
1
ya
atu
ain
a
an
an
an
at
h
s.
ek
a
a
gor
ang
Pola dan kecenderungan
Pada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia telah
menunjukkan kemajuan signifikan dalam
meningkatkan akses ke pelayanan persediaan air
bersih dan sanitasi. Sasaran air bersih dan sanitasi
Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang ketujuh
adalah mengurangi sampai setengah jumlah
penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih
yang layak minum dan sanitasi dasar. Bagi
Indonesia, ini berarti pencapaian tingkat akses
sebesar 68,9 dan 62,4 persen, masing-masing untuk
air bersih dan sanitasi.
Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang
tepat untuk mencapai target air bersih MDG pada
tahun 2015. Perhitungan dengan menggunakan
kriteria MDG nasional Indonesia untuk air bersih dan
data dari sensus 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta orang
dengan persediaan air bersih pada tahun 2015. Di
sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Central java
Di Yogyakarta
gorontalo
north Maluku
West nusa Tenggara
East java
southeast sulawesi
Lampung
Bengkulu
Central sulawesi
West java
north sumatra
West sulawesi
Bali
West sumatra
south sulawesi
Maluku
south kalimantan
riau
West Papua
north sulawesi
East kalimantan
jambi
aceh
East nusa Tenggara
south sumatra
Banten
West kalimantan
riau islands
Central kalimantan
Papua
Bangka Belitung
Dki jakarta
Figure 1.
Percentage of
households with
access to
improved water
sources, by
province. Source:
Riskesdas 2010.
JMP criteria,
bottled water not
included.
gambar 1.
Prosentase
rumah tangga
dengan akes ke
sumber air
bersih yang
lebih baik,
menurut
provinsi.
Sumber:
Riskesdas 2010.
Kriteria JMP,
tidak termasuk
air botol
kemasan
Dki jakarta
Bangka Belitung
Papua
kalteng
kepri
kalbar
Banten
sumsel
nTT
aceh
jambi
kaltim
sulut
Papua Barat
riau
kalsel
Maluku
sulsel
sumbar
Bali
sulbar
sumut
jawa Barat
sulteng
Bengkulu
Lampung
sultra
jawa Timur
nTB
gorontalo
Di Yogyakarat
jawa Tengah
Gambar 1.
Prosentase rumah
tangga dengan
akes ke sumber
air bersih yang
lebih baik,
menurut provinsi.
Sumber: Riskesdas 2010.
Kriteria JMP, tidak termasuk
air botol kemasan
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah tangga
dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik,
tetapi masih berada pada arah yang belum tepat untuk
mencapai target sanitasi MDG 2015. Untuk mencapai
target sanitasi nasional MDG, diperlukan pencapaian
tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik
pada tahun 2015. Perencanaan pada jangka panjang
memerlukan pencapaian angka-angka yang lebih
besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih kekurangan
sanitasi yang memadai.
Buang air besar di tempat terbuka merupakan masalah
kesehatan dan sosial yang perlu mendapatkan perhatian
segera. Sekitar 17 persen rumah tangga pada tahun
2010 atau sekitar 41 juta orang masih buang air besar di
tempat terbuka. Ini meliputi lebih dari sepertiga penduduk
di Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa
Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut
bahkan ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk perkotaan
dan di seluruh kuintil (Gambar 3 dan 4).
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan
digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan
36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di
provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga
rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air
bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun
2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun
2010telah mengalami penurunan kira-kira
sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya
disebabkan olehpenurunandi daerah
perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun
2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah
mengalami penurunan dari63persenpada 2010
menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut
Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok
kekayaantertinggijuga telah mengalami
penurunanakses ke air bersih masing-masing
sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun
2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli
airminumkemasanatau botol: sepertigarumah
tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada
tahun 2010.
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah
tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang
lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang
tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG
2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional
MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang
dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Perencanaan jangka panjang memerlukan
pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih
kekurangan sanitasi yang memadai.
menda
rumah t
orang m
meliput
Sulawe
Barat d
ditemuk
sanitas
perkota
(Gamba
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
indonesia
rural
Urban
Quintile 1
(lowest wealth)
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Quintile 5
(highest wealth)
D
2010
2007
Figure 2. Percentage of
households with
access to safe water,
by rural/urban and
wealth quintile, 2007 &
2010. Source: Riskesdas
2007 and 2010
Dk
ria
Di Yo
East ka
north
north
Cen
south
B
Bangka
W
inD
E
south ka
south
nort
West ka
Central
southeast
West
We
West nusa
West
Central ka
g
East nusa
gambar 2.
Prosentase rumah
tangga yang dengan
akses ke air bersih,
menurut desa/kota
dan kelompok
kekayaan. 2007 &
2010.Sumber:
Riskesdas 2007 dan
2010.
g
Pap
Malu
ja
inD
ja
B
B
jaw
Di Yo
Dk
in
kelom
kelo
kelo
kelo
(ke
T
kelo
(ke
Te
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 4
kelompok 3
kelompok 2
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
kota
Desa
indonesia
Gambar 2.
Prosentase
rumah tangga
yang dengan
akses ke air
bersih, menurut
desa/kota
dan kelompok
kekayaan 2007
& 2010.
Sumber: Riskesdas 2007
dan 2010.
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan
digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan
36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di
provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga
rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air
bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun
2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun
2010telah mengalami penurunan kira-kira
sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya
disebabkan olehpenurunandi daerah
perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun
2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah
mengalami penurunan dari63persenpada 2010
menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut
Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok
kekayaantertinggijuga telah mengalami
penurunanakses ke air bersih masing-masing
sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun
2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli
airminumkemasanatau botol: sepertigarumah
tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada
tahun 2010.
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah
tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang
lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang
tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG
2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional
MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang
dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Perencanaan jangka panjang memerlukan
pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih
kekurangan sanitasi yang memadai.
Buang air besar di tempat terbuka merupakan
masalah kesehatan dan sosial yang perlu
2Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan
mendapa
rumah tan
orang ma
meliputi le
Sulawesi
Barat dan
ditemukan
sanitasi ya
perkotaan
(Gambar
Cakupan
berbeda m
kuat darip
4). Propor
ke fasilitas
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
indonesia
rural
Urban
Quintile 1
(lowest wealth)
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Quintile 5
(highest wealth)
D
2010
2007
Figure 2. Percentage of
households with
access to safe water,
by rural/urban and
wealth quintile, 2007 &
2010. Source: Riskesdas
2007 and 2010
Dki ja
riau isl
Di Yogya
East kalima
north sula
Ba
north sum
Central
south sula
Beng
Bangka Bel
West
inDOn
East
j
south kalima
Ma
south sum
north Ma
Lam
West kalima
Central sula
southeast sula
West sum
West P
West nusa Teng
P
West sula
Central kalima
goro
East nusa Teng
gambar 2.
Prosentase rumah
tangga yang dengan
akses ke air bersih,
menurut desa/kota
dan kelompok
kekayaan. 2007 &
2010.Sumber:
Riskesdas 2007 dan
2010.
goro
ka
s
P
Papua
s
su
k
Lam
Maluku
su
M
k
j
jawa T
inDOn
jawa
Bang
Ben
s
jawa Te
s
B
k
Di Yogya
Dki ja
D
k
indon
kelompok
kelompo
kelompo
kelomp
(kekay
Tertin
kelomp
(kekay
Terren
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 4
kelompok 3
kelompok 2
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
kota
Desa
indonesia
ringkasan Kajian OKTOBER 2012
3
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar 4).
Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses ke
fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali lipat
dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi rumah
tangga yang memiliki fasilitas sanitasi yang lebih baik
pada kuintil tertinggi adalah 2,6 kali proporsi kuintil
terendah. Perbedaan geografis juga terlihat jelas. Tingkat
akses ke sanitasi yang lebih baik di provinsi yang
berkinerja terbaik (69,8 persen, DKI Jakarta) adalah tiga
kali lebih tinggi daripada tingkat akses di provinsi yang
berkinerja terburuk (22,4 persen, Nusa Tenggara Timur).
Kontaminasi feses terhadap tanah dan air merupakan
hal yang umum di daerahh perkotaan, hal ini
diakibatkan oleh kepadatan penduduk yang berlebihan,
toilet yang kurang sehat dan pembuangan limbah
mentah ke tempat terbuka tanpa diolah. Sebagian
besar rumah tangga di perkotaan yang menggunakan
pompa, sumur atau mata air untuk persediaan air
bersih mereka memiliki sumber-sumber air ini dengan
jarak 10 meter dari septik tank atau pembuangan
toilet. Di Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta menunjukkan bahwa
41 persen sumur gali yang digunakan oleh rumah
tangga berjarak kurang dari 10 meter dari septik tank.
Septik tank jarang disedot dan kotoran merembes ke
tanah dan air tanah sekitarnya. Laporan Bank Dunia
tahun 2007 menyebutkan bahwa hanya 1,3 persen
penduduk memiliki sistem pembuangan kotoran. Sistem
pipa rentan terhadap kontaminasi akibat kebocoran
dan tekanan negatif yang disebabkan oleh pasokan
yang tidak teratur. Ini merupakan masalah khusus
dimana konsumen menggunakan pompa hisap untuk
mendapatkan air bersih dari sistem perariran kota.
Dibandingkan dengan kelompok kaya, kaum miskin
perkotaan mengeluarkan biaya yang lebih besar
dari pendapatan mereka untuk air yang berkualitas
lebih buruk. Misalnya, sistem pipa kota Jakarta hanya
mencakup sebagian kecil penduduk, karena perluasan
pelayanan tidak dapat mengimbangi perkembangan
penduduk di daerah perkotaan. Penduduk lainnya
tergantung pada berbagai sumber lain, termasuk sumur
dangkal, penjual air keliling dan jaringan privat yang
terhubung dengan sumur yang dalam. Banyak dari
sumber-sumber alternatif ini memerlukan biaya yang
lebih besar per satuan volume daripada pasokan air
ledeng dan sering digunakan oleh masyarakat miskin.
2
i
r
a
n
g
an
mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen
rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta
orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini
meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan
ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk
perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan
(Gambar 3 dan 4).
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar
4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses
ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali
lipat dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi
0
7
of
&
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Dki jakarta
riau islands
Di Yogyakarta
Bali
East kalimantan
north sulawesi
Banten
north sumatra
Central java
south sulawesi
Bengkulu
Bangka Belitung
riau
West java
inDOnEsia
East java
aceh
jambi
south kalimantan
Maluku
south sumatra
north Maluku
Lampung
West kalimantan
Central sulawesi
southeast sulawesi
West sumatra
West Papua
West nusa Tenggara
Papua
West sulawesi
Central kalimantan
gorontalo
East nusa Tenggara improved
sanitation facilities
shared/
unimproved
sanitation facilities
Open defecation
Figure 3.
Percentage of
households
using different
means of excreta
disposal, by
province. Source:
Riskesdas 2010,
using JMP
criteria for
improved
sanitation.
gambar 3.
Prosentase
rumah tangga
yang
menggunakan
cara-cara lain
pembuangan
kotoran Sumber:
Riskesdas 2010.
Menggunakan
kriteria JMP
untuk sanitasi
yang lebih baik
gambar 3. Prosentase
rumah tangga yang
menggunakan cara-cara
lain pembuangan
kotoran, menurut
kelompok desa-kota dan
kekayaanSumber:
Riskesdas 2010.
nTT
gorontalo
kalteng
sulbar
Papua
nTB
Papua Barat
sultra
sulteng
kalbar
Lampung
Maluku Utara
sumsel
Maluku
kalsel
jambi
aceh
jawa Timur
inDOnEsia
jawa Barat
riau
Bangka B.
Bengkulu
sulsel
jawa Tengah
sumut
Banten
sulut
kaltim
Di Yogyakarta
kepri
Dki jakarta
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air
besar di
tempat
terbuka
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air besar
di tempat
terbuka
Desa
kota
indonesia
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
Gambar 3. Prosentase rumah tangga yang
menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran.
Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. menggunakan kriteria JMP untuk sanitasi
yang lebih baik
n
an di
wa
ga
an air
n
mnya
ah
ahun
i
a
kan
ng
ng
DG
orang
15.
a
an
mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen
rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta
orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini
meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan
ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk
perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan
(Gambar 3 dan 4).
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar
4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses
ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali
D
2010
2007
ntage of
h
water,
and
2007 &
kesdas
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Dki jakarta
riau islands
Di Yogyakarta
Bali
East kalimantan
north sulawesi
Banten
north sumatra
Central java
south sulawesi
Bengkulu
Bangka Belitung
riau
West java
inDOnEsia
East java
aceh
jambi
south kalimantan
Maluku
south sumatra
north Maluku
Lampung
West kalimantan
Central sulawesi
southeast sulawesi
West sumatra
West Papua
West nusa Tenggara
Papua
West sulawesi
Central kalimantan
gorontalo
East nusa Tenggara improved
sanitation facilities
shared/
unimproved
sanitation facilities
Open defecation
Figure 3.
Percentage of
households
using different
means of excreta
disposal, by
province. Source:
Riskesdas 2010,
using JMP
criteria for
improved
sanitation.
gambar 3.
Prosentase
rumah tangga
yang
menggunakan
cara-cara lain
pembuangan
kotoran Sumber:
Riskesdas 2010.
Menggunakan
kriteria JMP
untuk sanitasi
yang lebih baik
gambar 3. Prosentase
rumah tangga yang
menggunakan cara-cara
lain pembuangan
kotoran, menurut
kelompok desa-kota dan
kekayaanSumber:
Riskesdas 2010.
mah
engan
rsih,
kota
7 &
dan
nTT
gorontalo
kalteng
sulbar
Papua
nTB
Papua Barat
sultra
sulteng
kalbar
Lampung
Maluku Utara
sumsel
Maluku
kalsel
jambi
aceh
jawa Timur
inDOnEsia
jawa Barat
riau
Bangka B.
Bengkulu
sulsel
jawa Tengah
sumut
Banten
sulut
kaltim
Di Yogyakarta
kepri
Dki jakarta
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air
besar di
tempat
terbuka
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air besar
di tempat
terbuka
Desa
kota
indonesia
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
Gambar 4. Prosentase rumah tangga yang
menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran,
menurut kelompok desa-kota dan kekayaan
Sumber: Riskesdas 2010.
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
4
Hambatan
D
iperlukan investasi yang lebih banyak di sektor
air bersih dan sanitasi. Investasi pemerintah di
sektor tersebut kurang dari satu persen dari PDB.
Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi
masalah ini. Setelah dimulainya PPSP (Program Percepatan
Sanitasi Nasional) tahun 2010, alokasi anggaran sanitasi
oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai 7
persen pada tahun 2011.
Beberapa kementerian dan lembaga yang terlibat dalam
sektor air bersih dan sanitasi memerlukan koordinasi
yang lebih kuat. Misalnya, kontraktor yang membangun
sistem perairan perdesaan lebih bertanggung jawab
kepada lembaga pemerintah, bukan pada pengguna jasa.
Tanggung jawab pemeliharaan sistem ini tidak jelas dan
struktur manajemen masyarakat masih lemah. Dalam
tahun-tahun terakhir, koordinasi tersebut telah meningkat
dengan terbentuknya kelompok kerja yang disebut Pokja
AMPL di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten untuk air
bersih dan sanitasi lingkungan.
Setelah masa desentralisasi, banyak pemerintah
kabupaten terhambat oleh kurangnya keahlian
di sektor perairan dan kapasitas kelembagaan.
Kabupaten-kabupaten terpencil mengalami kesulitan
untuk merekrut tenaga terampil, yang pada umumnya
lebih memilih untuk tinggal dan bekerja di daerah
perkotaan.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan
perilaku kebersihan mereka. Situasi kebersihan seringkali
buruk di pusat-pusat kesehatan dan tempat-tempat umum
lainnya, seperti pasar lokal dan di antara para penjual
makanan jalanan. Sebuah survei di enam provinsi, yang
dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2005
untuk USAID, menyatakan bahwa kurang dari 15 persen
ibu menyatakan mencuci tangan mereka dengan sabun
setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi anak mereka, sebelum makan, atau
sebelum membersihkan pantat anak.
Kunjungan lapangan menunjukkan perlunya
meningkatkan kebersihan, air bersih dan sanitasi
sekolah, tetapi tidak ada data yang memadaai tentang
hal ini. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menunjukkan bahwa 77 persen sekolah menengah
pertama dilengkapi dengan persediaan air bersih dari
sumur ledeng, yang berarti bahwa lebih dari 10.000 SMP
tidak memiliki fasilitas tersebut. Perhitungan proporsi
untuk semua 234.711 sekolah dasar dan menengah (2009)
di Indonesia menunjukkan skala aksi yang diperlukan.
Lebih dari 50.000 sekolah mungkin memerlukan
persediaan air bersih.
Pemanfaatan air bersih di perkotaan tidak diatur
dengan baik dan secara umum cakupannya kecil.
Dari 402 perusahaan daerah air minum (PDAM),
yang melayani sebagian besar daerah perkotaan,
hanya 31 yang memiliki lebih dari 50.000 sambungan
pada tahun 2009. Ukuran yang lebih kecil dari
optimal menyebabkan biaya operasi yang tinggi.
Pada tahun 2010, angka air bersih yang tidak
dipertanggungjawabkan adalah antara 38-40 persen
dan hanya 30 PDAM mampu menutup biaya operasional
dan pemeliharaan secara penuh. PDAM mengalihkan
sebagian pendapatan – diperkirakan sebesar 40
persen - kepada pemerintah kabupaten dengan sedikit
tanggung jawab, dan memiliki sedikit atau tidak ada
dana tersisa untuk operasi dan pemeliharaan. Tidak
mengherankan, sistem persediaan air bersih perkotaan
pada umumnya tidak terawat dan rusak. Beberapa
PDAM telah mengadakan Kemitraan Publik-Publik,
tetapi kompleksitas negosiasi antara pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten telah menyebabkan pembatalan
dan penundaan. Sistem pembuangan kotoran dan
air limbah di perkotaan pada umumnya kurang
berkembang dan tidak ditangani dengan baik. Studi
Bank Dunia memperkirakan bahwa setiap tahun, rumah
tangga tanpa fasilitas sanitasi yang layak di Jakarta
dan di seluruh Indonesia membuang masing-masing
sebesar 260.731 ton dan 6,4 juta ton kotoran manusia ke
pengumpulan-pengumpulan air tanpa diolah.
Pengelolaan limbah padat di perkotaan dilakukan
sedikit demi sedikit dan tidak diatur dengan
baik. Badan yang secara resmi bertanggung jawab
terhadap sektor tersebut mengadakan kontrak
dengan pengusaha-pengusaha swasta kecil yang
mengumpulkan dan membawa sampah dari rumah
tangga ke fasilitas penyimpanan sementara untuk
selanjutnya diangkut oleh badan tersebut. Rumah
tangga membayar pelayanan ini melalui tukang sampah
lokal. Penimbunan tanah sedang dikembangkan, tetapi
tidak banyak mengalami kemajuan. Fasilitas, peralatan
dan transportasi untuk pengelolaan limbah padat 	
tetap terbatas.
ringkasan Kajian OKTOBER 2012
5
Peluang untuk
melakukan tindakan
K
ebijakan Nasional untuk Persediaan Air
Bersih dan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat memberikan kerangka kerja yang
memungkinkan. Kebijakan tersebut memanfaatkan
dengan baik pengalaman yang diperoleh di bidang air
bersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara
lain. Kebijakan ini mengikuti prinsip-prinsip kuat
yang responsif terhadap permintaan, menggunakan
pendekatan berbasis masyarakat, dan menekankan
perlunya keterlibatan perempuan serta memfokuskan
pada prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan dan
pembiayaan yang berkesinambungan.
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) dan lima pilarnya merupakan kerangka
kerja yang penting. Kelima pilar tersebut adalah
penghapusan buang air besar di tempat terbuka,
mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air rumah
tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan
limbah cair. Kepemimpinan Kementerian Kesehatan
sangat penting dalam meningkatkan STBM. Kabupaten
dan provinsi perlu mempercepat upaya-upayanya,
sesuai dengan standar dan pedoman nasional.
Kelompok masyarakat termiskin perlu memiliki akses
ke pembiayaan untuk memulai STBM.
STBM memerlukan pendekatan pemasaran sosial
yang memobilisasi sejumlah besar penduduk dan
meningkatkan permintaan fasilitas sanitasi yang lebih
baik. Revitalisasi air bersih dan sanitasi sekolah dengan
tema-tema kesehatan dan sosial akan memberikan
beberapa peluang. Para siswa dapat menjadi agen
perubahan dalam masyarakat dalam hal STBM dan
praktek-praktek kesehatan dan kebersihan yang baik,
yang sebaiknya juga mencakup penanganan tempat
penggunaan air bersih, penyimpanan air bersih yang
layak, penurunan diare, dan penanggulangan demam
berdarah dan malaria. Advokasi yang berhubungan
dengan gizi, pengembangan anak usia dini dan kinerja
pendidikan akan lebih kuat daripada pesan-pesan
tentang kesehatan preventif saja. Studi di tempat lain
menunjukkan tingkat sifat persuasive dari alasan sosial,
seperti keinginan untuk merasakan dan mencium
sesuatu yang bersih dan mengikuti norma-norma sosial,
dan penggunaan sabun sebagai produk konsumen yang
diinginkan.
Sistem data perlu diperkuat. Pemerintah telah
menunjukkan perhatiannya dalam mengembangkan
program STBM Nasional di Sekolah. Program ini
memerlukan sistem pengumpulan dan pemantauan data
yang lebih baik daripada yang ada saat ini untuk air bersih
dan sanitasi sekolah. Selain itu, sistem untuk pengujian
dan pelaporan kualitas air perlu diperkuat dan data
tersebut diumumkan kepada masyarakat.
Keterlibatan baik pemerintah daerah maupun sektor
swasta sangat penting untuk meningkatkan sistem
perkotaan dan pinggiran kota.
	 Untuk daerah perkotaan, teknologi inovatif
dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu
dikaji. Sistem sanitasi dan pembuangan kotoran
di perkotaan memberikan tantangan yang lebih
besar, karena teknologi sanitasi standar tidak dapat
bekerja karena kepadatan penduduk yang berlebihan,
kurangnya ruang, dan dekatnya jarak sumber air.
Dalam penyediaan air, desentralisasi teknologi dan
pendekatan, seperti pengolahan tempat penggunaan
air bersih, akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan
sistem sentralisasi, karena berbagai sumber yang
berbeda dan banyaknya penyedia.
	 Untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas PDAM,
diperlukan pengkajian ulang terhadap berbagai tugas,
proses dan akuntabilitas kelembagaan, khususnya
kepala PDAM. Tingkat pusat harus menetapkan standar
minimal kinerja untuk PDAM, dengan mekanisme
pemantauan, penegakan dan insentif.
	 Lembaga-lembaga tingkat kabupaten memerlukan
perencanaan dan sasaran yang tepat untuk membuat
sistem perdesaan lebih berkesinambungan. Dalam
proses perencanaan mereka, lembaga-lembaga
tingkat kabupaten yang berbeda (pekerjaan umum,
pemberdayaan desa, dinas kesehatan kabupaten dan
dinas perencanaan kabupaten) harus menetapkan
sasaran masyarakat yang sama, sehingga mobilisasi
masyarakat dan pelatihan berlangsung dalam
komunitas yang sama dimana infrastruktur dibangun.
Ini akan mengoptimalkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan
pelayanan sanitasi dan pasokan air bersih.
	 Kesinambungan dan keberlanjutan persediaan air
bersih perlu mendapatkan perhatian yang lebih
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
Fewtrell, L., Kaufmann, R.B., Kay, D., Enanoria, W.,
Haller, L. and Colford Jr, J.M. (2005): ‘Water, sanitation,
and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less
developed countries: A systematic review and meta-
analysis’ Lancet Infect Dis 2005; 5: 42–52
Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta 2011. Jakarta:
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Ministry of Health (2008): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and
Development.
Ministry of Health (2011): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and
Development.
PERPAMSI (2010): Pemetaan Masalah PDAM di Indonesia
(Mapping of PDAM Problem in Indonesia). Jakarta:
Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia
(Indonesian Water Supply Association)
Unger, A. and Riley, L.W. (2007) Slum health: From
understanding to action. PLoS Med 4(10): e295.
doi:10.1371/journal.pmed.0040295.
University of Indonesia Center for Health Research (2006):
Survei rumah tangga pelayanan kesehatan dasar di 30
kabupaten di 6 provinsi di Indonesia 2005. Final report.
Jakarta: USAID - Indonesia Health Services Program
Victora, C.G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P.C., Martorell, R.,
Richter, L. and Sachdev, H.S. (2008): ‘Maternal and child
undernutrition: consequences for adult health and human
capital.’ Maternal and Child Undernutrition 2, Lancet 371:
340-357
World Bank (2008): Economic Impacts of Sanitation in
Indonesia: A five-country study conducted in Cambodia,
Indonesia, Lao PDR, the Philippines, and Vietnam under
the Economics of Sanitation Initiative (ESI). Research
Report August 2008. Jakarta: World Bank, Water and
Sanitation Program.
Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id6
besar. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami
kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada
musim kemarau. Optimalisasi kualitas, kuantitas dan
kesinambungan air bersih memerlukan pengelolaan
sumber air yang melibatkan berbagai pemangku
kepentingan. Pemerintah telah memulai diskusi
kebijakan tentang Rencana Keamanan Air Bersih,
yang bertujuan untuk memastikan kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan pelayanan air bersih.
Sumber
Adair, T. (2004): ‘Child Mortality in Indonesia’s Mega-
Urban Regions: Measurement, Analysis of Differentials,
and Policy Implications.’ 12th Biennial Conference of the
Australian Population Association, 15-17 September 2004,
Canberra.
Bakker, K. and Kooy, M. (2010): ‘Citizens without a City:
The Techno-Politics of Urban Water Governance’, Chapter
5 in Beyond Privatization: Governance failure and the
world’s urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell
University Press.
Bappenas (2010): Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Indonesia (Roadmap for
Acceleration of MDG Achievement in Indonesia) Jakarta:
Bappenas (National Development Planning Agency)
Available from: http://www.bappenas.go.id/node/118/2814/
peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-
milenium-di-indonesia/
Black, R.E., Morris, S.S. and Bryce, J. (2003): ‘Where and
why are 10 million children dying every year?’ Lancet 361:
2226-34.
BPPSPAM (2010): Performance Evaluation of PDAMs
in Indonesia. Jakarta: Ministry of Public Works, Badan
Pendukung Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum
(Support Agency for the Development of Drinking Water
Supply Systems)
BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008):
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS 2007).
Calverton, Maryland, USA: Macro International and
Jakarta: BPS.
Crompton, D.W.T. and Savioli, L. (1993). ‘Intestinal
parasitic infections and urbanization’ Bulletin of the
World Health Organization, 71 (1): 1-7
Curtis, V. and Cairncross, S. (2003): ‘Effect of washing
hands with soap on diarrhoea risk in the community: A
systematic review.’ Lancet Infect Dis 2003; 3: 275-281
i
Daerah perkotaan di sekitar Jakarta: meliputi Bekasi; dan Bogor dan
Depok di Provinsi Jawa Barat; Tangerang dan Tangerang Selatan di
Provinsi Banten
ii
Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan tempat
pembuangan kotoran dan oleh karena itu kurang tepat.
ringkasan Kajian OKTOBER 2012

More Related Content

Similar to Ringkasan kajian air_bersih unicef 2012

Masalah air dan solusi
Masalah air dan solusiMasalah air dan solusi
Masalah air dan solusi
Puji Lestari
 
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMPolicy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Reza Hendrawan
 
Pbl1 Nurul Octiviani
Pbl1 Nurul OctivianiPbl1 Nurul Octiviani
Pbl1 Nurul Octiviani
Nurul Octiviani
 
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptxMATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
FennyFebriana2
 
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatPelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatFuad Ramadhan
 
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitaJurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
nrukmana rukmana
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
satriaaja2
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalFadhil Hayat
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalFadhil Hayat
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
nrukmana rukmana
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
nrukmana rukmana
 
Skripsi bab i v
Skripsi  bab i   vSkripsi  bab i   v
Skripsi bab i v
anggaarparsh
 
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Oswar Mungkasa
 
MDG-bidang Cipta Karya
MDG-bidang Cipta Karya MDG-bidang Cipta Karya
MDG-bidang Cipta Karya
elkana.catur
 

Similar to Ringkasan kajian air_bersih unicef 2012 (20)

Masalah air dan solusi
Masalah air dan solusiMasalah air dan solusi
Masalah air dan solusi
 
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMPolicy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBM
 
Pbl1 Nurul Octiviani
Pbl1 Nurul OctivianiPbl1 Nurul Octiviani
Pbl1 Nurul Octiviani
 
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptxMATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
MATERI HAKLI-AKI AKB.pptx
 
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakatPelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
Pelayanan air yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat
 
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balitaJurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
Jurnal hubungan sanitasi lingkungan fisik dengan kejadian diare pada balita
 
BAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docxBAB 2 masalah stunting.docx
BAB 2 masalah stunting.docx
 
Proposal
Proposal Proposal
Proposal
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
 
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasionalData dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
Data dan fakta terkait « sekretariat stbm nasional
 
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasiJurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
Jurnal faktor risiko diare pada klinik sanitasi
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
 
Skripsi bab i v
Skripsi  bab i   vSkripsi  bab i   v
Skripsi bab i v
 
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
Kerjasama Swasta - Pemerintah di Indonesia dalam Penyediaan Air Minum. Buku P...
 
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
 
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
 
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
 
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
 
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih135353594 dampak-kualitas-air-bersih
135353594 dampak-kualitas-air-bersih
 
MDG-bidang Cipta Karya
MDG-bidang Cipta Karya MDG-bidang Cipta Karya
MDG-bidang Cipta Karya
 

Recently uploaded

Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptxPeritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
WirataShiju
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
danangandi
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
tien148950
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptxPosyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
NickyRhuum
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptPenyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
agussudarmanto9
 
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptxJENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
YuhansyahYuhansyah
 
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptxPeran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
MuhammadMazlan12
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
Resisten antibiotik kelompok delapan ppt
Resisten antibiotik kelompok delapan pptResisten antibiotik kelompok delapan ppt
Resisten antibiotik kelompok delapan ppt
HamzahNasir2
 

Recently uploaded (20)

Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptxPeritonitis  dan Optek Perforasi Gaster.pptx
Peritonitis dan Optek Perforasi Gaster.pptx
 
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.KChest Meeting  Presentasi divisi pulmo Ny.K
Chest Meeting Presentasi divisi pulmo Ny.K
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdahmateri tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
materi tatalaksana prematur dan berat badan lahir rebdah
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptxPosyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
Posyandu Center Of Excellence Sebagai Upaya peningkatan Kualitas.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.pptPenyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
Penyuluhan Stroke bagi peserta prolanis.ppt
 
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptxJENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
JENIS OBAT ANTIEMETIK DALAM FARMAKOLOGI.pptx
 
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptxPeran orang tua dalam mendidik anak.pptx
Peran orang tua dalam mendidik anak.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
Resisten antibiotik kelompok delapan ppt
Resisten antibiotik kelompok delapan pptResisten antibiotik kelompok delapan ppt
Resisten antibiotik kelompok delapan ppt
 

Ringkasan kajian air_bersih unicef 2012

  • 1. Isu penting S anitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup, seringnya menderita diare berkontribusi terhadap masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang. Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab 31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi dan septik tank. Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian dan penyakit yang disebabkan oleh diare pada umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada sistem pengairandan sanitasi, mencuci tangan secara tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen. Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan unite for children Situasi masyarakat miskin perkotaan perlu mendapatkan perhatian segera. Di daerah-daerah kumuh perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit- penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan penyakit diare lainnya, tipus, hepatitis, leptospirosis, malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan kronis dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin yang kurang berpendidikan cenderung melakukan praktek- praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak. Studi tentang “mega-kota” Jakarta (yang disebut Jabotabek),i Bandung dan Surabaya pada tahun 2000 menunjukkan bahwa penduduk miskin yang tinggal di daerah pinggiran kota Jakarta kurang berpendidikan dibandingkan warga Jakarta sendiri, dan memiliki tingkat tamat sekolah menengah hanya seperempat dari mereka yang tinggal di pusat kota. Studi yang sama menghitung angka kematian anak sampai lima kali lebih tinggi di kecamatan-kecamatan miskin di pinggiran kota Jabotabek daripada di pusat kota Jakarta. Pola dan kecenderungan P ada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan akses terhadap persediaan air bersih dan pelayanan sanitasi. Air bersih dan sanitasi merupakan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang ketujuh dan pada tahun 2015 diharapkan sampai dengan setengah jumlah penduduk yang tanpa RingkasanKajian OKTOBER 2012UNICEF INDONESIA
  • 2. 2 akses ke air bersih yang layak minum dan sanitasi dasar dapat berkurang. Bagi Indonesia, ini berarti Indonesia perlu mencapai angka peningkatan akses air bersih hingga 68,9 persen dan 62,4 persen, untuk sanitasi. Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang tepat untuk mencapai target MDG untuk masalah air bersih MDG pada tahun 2015. Perhitungan dengan menggunakan kriteria MDG nasional Indonesia untuk air bersih dan data dari sensus tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta orang dengan persediaan air bersih pada tahun 2015. Di sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersihii akan digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air bersih (Gambar 1). Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan akses air bersih pada tahun 2010 telah mengalami penurunan kira-kira sebesar tujuh persen. Kondisi terbalik ini pada umumnya disebabkan oleh penurunan di daerah perkotaan (sebesar 23 persen sejak tahun 2007, Gambar 2). Akses ke air bersih di Jakarta telah mengalami penurunan dari 63 persen pada 2010 menjadi 28 persen pada tahun 2007, menurut Riskesdas. Yang mengherankan, dua kelompok kuintil tertinggi juga mengalami penurunan aksesterhadap air bersih masing- masing sebesar 8 dan 32 persen dibandingkan dengan tahun 2007. Mereka yang berasal dari kelompok mampu membeli air minum kemasan atau botol: sepertiga rumah tangga perkotaan di Indonesia melakukannya pada tahun 2010. 1 ya atu ain a an an an at h s. ek a a gor ang Pola dan kecenderungan Pada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan akses ke pelayanan persediaan air bersih dan sanitasi. Sasaran air bersih dan sanitasi Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang ketujuh adalah mengurangi sampai setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih yang layak minum dan sanitasi dasar. Bagi Indonesia, ini berarti pencapaian tingkat akses sebesar 68,9 dan 62,4 persen, masing-masing untuk air bersih dan sanitasi. Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang tepat untuk mencapai target air bersih MDG pada tahun 2015. Perhitungan dengan menggunakan kriteria MDG nasional Indonesia untuk air bersih dan data dari sensus 2010 menunjukkan bahwa Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta orang dengan persediaan air bersih pada tahun 2015. Di sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama 0% 20% 40% 60% 80% 100% Central java Di Yogyakarta gorontalo north Maluku West nusa Tenggara East java southeast sulawesi Lampung Bengkulu Central sulawesi West java north sumatra West sulawesi Bali West sumatra south sulawesi Maluku south kalimantan riau West Papua north sulawesi East kalimantan jambi aceh East nusa Tenggara south sumatra Banten West kalimantan riau islands Central kalimantan Papua Bangka Belitung Dki jakarta Figure 1. Percentage of households with access to improved water sources, by province. Source: Riskesdas 2010. JMP criteria, bottled water not included. gambar 1. Prosentase rumah tangga dengan akes ke sumber air bersih yang lebih baik, menurut provinsi. Sumber: Riskesdas 2010. Kriteria JMP, tidak termasuk air botol kemasan Dki jakarta Bangka Belitung Papua kalteng kepri kalbar Banten sumsel nTT aceh jambi kaltim sulut Papua Barat riau kalsel Maluku sulsel sumbar Bali sulbar sumut jawa Barat sulteng Bengkulu Lampung sultra jawa Timur nTB gorontalo Di Yogyakarat jawa Tengah Gambar 1. Prosentase rumah tangga dengan akes ke sumber air bersih yang lebih baik, menurut provinsi. Sumber: Riskesdas 2010. Kriteria JMP, tidak termasuk air botol kemasan Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan peningkatan dua kali lipat prosentase rumah tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang belum tepat untuk mencapai target sanitasi MDG 2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional MDG, diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015. Perencanaan pada jangka panjang memerlukan pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih kekurangan sanitasi yang memadai. Buang air besar di tempat terbuka merupakan masalah kesehatan dan sosial yang perlu mendapatkan perhatian segera. Sekitar 17 persen rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk perkotaan dan di seluruh kuintil (Gambar 3 dan 4). WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air bersih (Gambar 1). Perbandingan dengan tahun 2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun 2010telah mengalami penurunan kira-kira sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya disebabkan olehpenurunandi daerah perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun 2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah mengalami penurunan dari63persenpada 2010 menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok kekayaantertinggijuga telah mengalami penurunanakses ke air bersih masing-masing sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun 2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli airminumkemasanatau botol: sepertigarumah tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada tahun 2010. Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan peningkatan dua kali lipat prosentase rumah tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG 2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015. Perencanaan jangka panjang memerlukan pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih kekurangan sanitasi yang memadai. menda rumah t orang m meliput Sulawe Barat d ditemuk sanitas perkota (Gamba 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% indonesia rural Urban Quintile 1 (lowest wealth) Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 (highest wealth) D 2010 2007 Figure 2. Percentage of households with access to safe water, by rural/urban and wealth quintile, 2007 & 2010. Source: Riskesdas 2007 and 2010 Dk ria Di Yo East ka north north Cen south B Bangka W inD E south ka south nort West ka Central southeast West We West nusa West Central ka g East nusa gambar 2. Prosentase rumah tangga yang dengan akses ke air bersih, menurut desa/kota dan kelompok kekayaan. 2007 & 2010.Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. g Pap Malu ja inD ja B B jaw Di Yo Dk in kelom kelo kelo kelo (ke T kelo (ke Te kelompok 5 (kekayaan Tertinggi kelompok 4 kelompok 3 kelompok 2 kelompok 1 (kekayaan Terrendah kota Desa indonesia Gambar 2. Prosentase rumah tangga yang dengan akses ke air bersih, menurut desa/kota dan kelompok kekayaan 2007 & 2010. Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air bersih (Gambar 1). Perbandingan dengan tahun 2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun 2010telah mengalami penurunan kira-kira sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya disebabkan olehpenurunandi daerah perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun 2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah mengalami penurunan dari63persenpada 2010 menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok kekayaantertinggijuga telah mengalami penurunanakses ke air bersih masing-masing sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun 2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli airminumkemasanatau botol: sepertigarumah tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada tahun 2010. Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan peningkatan dua kali lipat prosentase rumah tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG 2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015. Perencanaan jangka panjang memerlukan pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih kekurangan sanitasi yang memadai. Buang air besar di tempat terbuka merupakan masalah kesehatan dan sosial yang perlu 2Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan mendapa rumah tan orang ma meliputi le Sulawesi Barat dan ditemukan sanitasi ya perkotaan (Gambar Cakupan berbeda m kuat darip 4). Propor ke fasilitas 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% indonesia rural Urban Quintile 1 (lowest wealth) Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 (highest wealth) D 2010 2007 Figure 2. Percentage of households with access to safe water, by rural/urban and wealth quintile, 2007 & 2010. Source: Riskesdas 2007 and 2010 Dki ja riau isl Di Yogya East kalima north sula Ba north sum Central south sula Beng Bangka Bel West inDOn East j south kalima Ma south sum north Ma Lam West kalima Central sula southeast sula West sum West P West nusa Teng P West sula Central kalima goro East nusa Teng gambar 2. Prosentase rumah tangga yang dengan akses ke air bersih, menurut desa/kota dan kelompok kekayaan. 2007 & 2010.Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. goro ka s P Papua s su k Lam Maluku su M k j jawa T inDOn jawa Bang Ben s jawa Te s B k Di Yogya Dki ja D k indon kelompok kelompo kelompo kelomp (kekay Tertin kelomp (kekay Terren kelompok 5 (kekayaan Tertinggi kelompok 4 kelompok 3 kelompok 2 kelompok 1 (kekayaan Terrendah kota Desa indonesia ringkasan Kajian OKTOBER 2012
  • 3. 3 Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar 4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali lipat dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi rumah tangga yang memiliki fasilitas sanitasi yang lebih baik pada kuintil tertinggi adalah 2,6 kali proporsi kuintil terendah. Perbedaan geografis juga terlihat jelas. Tingkat akses ke sanitasi yang lebih baik di provinsi yang berkinerja terbaik (69,8 persen, DKI Jakarta) adalah tiga kali lebih tinggi daripada tingkat akses di provinsi yang berkinerja terburuk (22,4 persen, Nusa Tenggara Timur). Kontaminasi feses terhadap tanah dan air merupakan hal yang umum di daerahh perkotaan, hal ini diakibatkan oleh kepadatan penduduk yang berlebihan, toilet yang kurang sehat dan pembuangan limbah mentah ke tempat terbuka tanpa diolah. Sebagian besar rumah tangga di perkotaan yang menggunakan pompa, sumur atau mata air untuk persediaan air bersih mereka memiliki sumber-sumber air ini dengan jarak 10 meter dari septik tank atau pembuangan toilet. Di Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta menunjukkan bahwa 41 persen sumur gali yang digunakan oleh rumah tangga berjarak kurang dari 10 meter dari septik tank. Septik tank jarang disedot dan kotoran merembes ke tanah dan air tanah sekitarnya. Laporan Bank Dunia tahun 2007 menyebutkan bahwa hanya 1,3 persen penduduk memiliki sistem pembuangan kotoran. Sistem pipa rentan terhadap kontaminasi akibat kebocoran dan tekanan negatif yang disebabkan oleh pasokan yang tidak teratur. Ini merupakan masalah khusus dimana konsumen menggunakan pompa hisap untuk mendapatkan air bersih dari sistem perariran kota. Dibandingkan dengan kelompok kaya, kaum miskin perkotaan mengeluarkan biaya yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk air yang berkualitas lebih buruk. Misalnya, sistem pipa kota Jakarta hanya mencakup sebagian kecil penduduk, karena perluasan pelayanan tidak dapat mengimbangi perkembangan penduduk di daerah perkotaan. Penduduk lainnya tergantung pada berbagai sumber lain, termasuk sumur dangkal, penjual air keliling dan jaringan privat yang terhubung dengan sumur yang dalam. Banyak dari sumber-sumber alternatif ini memerlukan biaya yang lebih besar per satuan volume daripada pasokan air ledeng dan sering digunakan oleh masyarakat miskin. 2 i r a n g an mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan (Gambar 3 dan 4). Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar 4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali lipat dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi 0 7 of & 0% 20% 40% 60% 80% 100% Dki jakarta riau islands Di Yogyakarta Bali East kalimantan north sulawesi Banten north sumatra Central java south sulawesi Bengkulu Bangka Belitung riau West java inDOnEsia East java aceh jambi south kalimantan Maluku south sumatra north Maluku Lampung West kalimantan Central sulawesi southeast sulawesi West sumatra West Papua West nusa Tenggara Papua West sulawesi Central kalimantan gorontalo East nusa Tenggara improved sanitation facilities shared/ unimproved sanitation facilities Open defecation Figure 3. Percentage of households using different means of excreta disposal, by province. Source: Riskesdas 2010, using JMP criteria for improved sanitation. gambar 3. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran Sumber: Riskesdas 2010. Menggunakan kriteria JMP untuk sanitasi yang lebih baik gambar 3. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran, menurut kelompok desa-kota dan kekayaanSumber: Riskesdas 2010. nTT gorontalo kalteng sulbar Papua nTB Papua Barat sultra sulteng kalbar Lampung Maluku Utara sumsel Maluku kalsel jambi aceh jawa Timur inDOnEsia jawa Barat riau Bangka B. Bengkulu sulsel jawa Tengah sumut Banten sulut kaltim Di Yogyakarta kepri Dki jakarta Fasilitas sanitasi yang lebih baik Fasilitas sanitasi bersama/tidak lebih baik Buang air besar di tempat terbuka Fasilitas sanitasi yang lebih baik Fasilitas sanitasi bersama/tidak lebih baik Buang air besar di tempat terbuka Desa kota indonesia kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 (kekayaan Tertinggi kelompok 1 (kekayaan Terrendah Gambar 3. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran. Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. menggunakan kriteria JMP untuk sanitasi yang lebih baik n an di wa ga an air n mnya ah ahun i a kan ng ng DG orang 15. a an mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan (Gambar 3 dan 4). Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar 4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali D 2010 2007 ntage of h water, and 2007 & kesdas 0% 20% 40% 60% 80% 100% Dki jakarta riau islands Di Yogyakarta Bali East kalimantan north sulawesi Banten north sumatra Central java south sulawesi Bengkulu Bangka Belitung riau West java inDOnEsia East java aceh jambi south kalimantan Maluku south sumatra north Maluku Lampung West kalimantan Central sulawesi southeast sulawesi West sumatra West Papua West nusa Tenggara Papua West sulawesi Central kalimantan gorontalo East nusa Tenggara improved sanitation facilities shared/ unimproved sanitation facilities Open defecation Figure 3. Percentage of households using different means of excreta disposal, by province. Source: Riskesdas 2010, using JMP criteria for improved sanitation. gambar 3. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran Sumber: Riskesdas 2010. Menggunakan kriteria JMP untuk sanitasi yang lebih baik gambar 3. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran, menurut kelompok desa-kota dan kekayaanSumber: Riskesdas 2010. mah engan rsih, kota 7 & dan nTT gorontalo kalteng sulbar Papua nTB Papua Barat sultra sulteng kalbar Lampung Maluku Utara sumsel Maluku kalsel jambi aceh jawa Timur inDOnEsia jawa Barat riau Bangka B. Bengkulu sulsel jawa Tengah sumut Banten sulut kaltim Di Yogyakarta kepri Dki jakarta Fasilitas sanitasi yang lebih baik Fasilitas sanitasi bersama/tidak lebih baik Buang air besar di tempat terbuka Fasilitas sanitasi yang lebih baik Fasilitas sanitasi bersama/tidak lebih baik Buang air besar di tempat terbuka Desa kota indonesia kelompok 2 kelompok 3 kelompok 4 kelompok 5 (kekayaan Tertinggi kelompok 1 (kekayaan Terrendah Gambar 4. Prosentase rumah tangga yang menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran, menurut kelompok desa-kota dan kekayaan Sumber: Riskesdas 2010. OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
  • 4. 4 Hambatan D iperlukan investasi yang lebih banyak di sektor air bersih dan sanitasi. Investasi pemerintah di sektor tersebut kurang dari satu persen dari PDB. Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini. Setelah dimulainya PPSP (Program Percepatan Sanitasi Nasional) tahun 2010, alokasi anggaran sanitasi oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai 7 persen pada tahun 2011. Beberapa kementerian dan lembaga yang terlibat dalam sektor air bersih dan sanitasi memerlukan koordinasi yang lebih kuat. Misalnya, kontraktor yang membangun sistem perairan perdesaan lebih bertanggung jawab kepada lembaga pemerintah, bukan pada pengguna jasa. Tanggung jawab pemeliharaan sistem ini tidak jelas dan struktur manajemen masyarakat masih lemah. Dalam tahun-tahun terakhir, koordinasi tersebut telah meningkat dengan terbentuknya kelompok kerja yang disebut Pokja AMPL di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten untuk air bersih dan sanitasi lingkungan. Setelah masa desentralisasi, banyak pemerintah kabupaten terhambat oleh kurangnya keahlian di sektor perairan dan kapasitas kelembagaan. Kabupaten-kabupaten terpencil mengalami kesulitan untuk merekrut tenaga terampil, yang pada umumnya lebih memilih untuk tinggal dan bekerja di daerah perkotaan. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan perilaku kebersihan mereka. Situasi kebersihan seringkali buruk di pusat-pusat kesehatan dan tempat-tempat umum lainnya, seperti pasar lokal dan di antara para penjual makanan jalanan. Sebuah survei di enam provinsi, yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2005 untuk USAID, menyatakan bahwa kurang dari 15 persen ibu menyatakan mencuci tangan mereka dengan sabun setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi anak mereka, sebelum makan, atau sebelum membersihkan pantat anak. Kunjungan lapangan menunjukkan perlunya meningkatkan kebersihan, air bersih dan sanitasi sekolah, tetapi tidak ada data yang memadaai tentang hal ini. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa 77 persen sekolah menengah pertama dilengkapi dengan persediaan air bersih dari sumur ledeng, yang berarti bahwa lebih dari 10.000 SMP tidak memiliki fasilitas tersebut. Perhitungan proporsi untuk semua 234.711 sekolah dasar dan menengah (2009) di Indonesia menunjukkan skala aksi yang diperlukan. Lebih dari 50.000 sekolah mungkin memerlukan persediaan air bersih. Pemanfaatan air bersih di perkotaan tidak diatur dengan baik dan secara umum cakupannya kecil. Dari 402 perusahaan daerah air minum (PDAM), yang melayani sebagian besar daerah perkotaan, hanya 31 yang memiliki lebih dari 50.000 sambungan pada tahun 2009. Ukuran yang lebih kecil dari optimal menyebabkan biaya operasi yang tinggi. Pada tahun 2010, angka air bersih yang tidak dipertanggungjawabkan adalah antara 38-40 persen dan hanya 30 PDAM mampu menutup biaya operasional dan pemeliharaan secara penuh. PDAM mengalihkan sebagian pendapatan – diperkirakan sebesar 40 persen - kepada pemerintah kabupaten dengan sedikit tanggung jawab, dan memiliki sedikit atau tidak ada dana tersisa untuk operasi dan pemeliharaan. Tidak mengherankan, sistem persediaan air bersih perkotaan pada umumnya tidak terawat dan rusak. Beberapa PDAM telah mengadakan Kemitraan Publik-Publik, tetapi kompleksitas negosiasi antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten telah menyebabkan pembatalan dan penundaan. Sistem pembuangan kotoran dan air limbah di perkotaan pada umumnya kurang berkembang dan tidak ditangani dengan baik. Studi Bank Dunia memperkirakan bahwa setiap tahun, rumah tangga tanpa fasilitas sanitasi yang layak di Jakarta dan di seluruh Indonesia membuang masing-masing sebesar 260.731 ton dan 6,4 juta ton kotoran manusia ke pengumpulan-pengumpulan air tanpa diolah. Pengelolaan limbah padat di perkotaan dilakukan sedikit demi sedikit dan tidak diatur dengan baik. Badan yang secara resmi bertanggung jawab terhadap sektor tersebut mengadakan kontrak dengan pengusaha-pengusaha swasta kecil yang mengumpulkan dan membawa sampah dari rumah tangga ke fasilitas penyimpanan sementara untuk selanjutnya diangkut oleh badan tersebut. Rumah tangga membayar pelayanan ini melalui tukang sampah lokal. Penimbunan tanah sedang dikembangkan, tetapi tidak banyak mengalami kemajuan. Fasilitas, peralatan dan transportasi untuk pengelolaan limbah padat tetap terbatas. ringkasan Kajian OKTOBER 2012
  • 5. 5 Peluang untuk melakukan tindakan K ebijakan Nasional untuk Persediaan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat memberikan kerangka kerja yang memungkinkan. Kebijakan tersebut memanfaatkan dengan baik pengalaman yang diperoleh di bidang air bersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara lain. Kebijakan ini mengikuti prinsip-prinsip kuat yang responsif terhadap permintaan, menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, dan menekankan perlunya keterlibatan perempuan serta memfokuskan pada prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan dan pembiayaan yang berkesinambungan. Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan lima pilarnya merupakan kerangka kerja yang penting. Kelima pilar tersebut adalah penghapusan buang air besar di tempat terbuka, mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air rumah tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan limbah cair. Kepemimpinan Kementerian Kesehatan sangat penting dalam meningkatkan STBM. Kabupaten dan provinsi perlu mempercepat upaya-upayanya, sesuai dengan standar dan pedoman nasional. Kelompok masyarakat termiskin perlu memiliki akses ke pembiayaan untuk memulai STBM. STBM memerlukan pendekatan pemasaran sosial yang memobilisasi sejumlah besar penduduk dan meningkatkan permintaan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Revitalisasi air bersih dan sanitasi sekolah dengan tema-tema kesehatan dan sosial akan memberikan beberapa peluang. Para siswa dapat menjadi agen perubahan dalam masyarakat dalam hal STBM dan praktek-praktek kesehatan dan kebersihan yang baik, yang sebaiknya juga mencakup penanganan tempat penggunaan air bersih, penyimpanan air bersih yang layak, penurunan diare, dan penanggulangan demam berdarah dan malaria. Advokasi yang berhubungan dengan gizi, pengembangan anak usia dini dan kinerja pendidikan akan lebih kuat daripada pesan-pesan tentang kesehatan preventif saja. Studi di tempat lain menunjukkan tingkat sifat persuasive dari alasan sosial, seperti keinginan untuk merasakan dan mencium sesuatu yang bersih dan mengikuti norma-norma sosial, dan penggunaan sabun sebagai produk konsumen yang diinginkan. Sistem data perlu diperkuat. Pemerintah telah menunjukkan perhatiannya dalam mengembangkan program STBM Nasional di Sekolah. Program ini memerlukan sistem pengumpulan dan pemantauan data yang lebih baik daripada yang ada saat ini untuk air bersih dan sanitasi sekolah. Selain itu, sistem untuk pengujian dan pelaporan kualitas air perlu diperkuat dan data tersebut diumumkan kepada masyarakat. Keterlibatan baik pemerintah daerah maupun sektor swasta sangat penting untuk meningkatkan sistem perkotaan dan pinggiran kota. Untuk daerah perkotaan, teknologi inovatif dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu dikaji. Sistem sanitasi dan pembuangan kotoran di perkotaan memberikan tantangan yang lebih besar, karena teknologi sanitasi standar tidak dapat bekerja karena kepadatan penduduk yang berlebihan, kurangnya ruang, dan dekatnya jarak sumber air. Dalam penyediaan air, desentralisasi teknologi dan pendekatan, seperti pengolahan tempat penggunaan air bersih, akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan sistem sentralisasi, karena berbagai sumber yang berbeda dan banyaknya penyedia. Untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas PDAM, diperlukan pengkajian ulang terhadap berbagai tugas, proses dan akuntabilitas kelembagaan, khususnya kepala PDAM. Tingkat pusat harus menetapkan standar minimal kinerja untuk PDAM, dengan mekanisme pemantauan, penegakan dan insentif. Lembaga-lembaga tingkat kabupaten memerlukan perencanaan dan sasaran yang tepat untuk membuat sistem perdesaan lebih berkesinambungan. Dalam proses perencanaan mereka, lembaga-lembaga tingkat kabupaten yang berbeda (pekerjaan umum, pemberdayaan desa, dinas kesehatan kabupaten dan dinas perencanaan kabupaten) harus menetapkan sasaran masyarakat yang sama, sehingga mobilisasi masyarakat dan pelatihan berlangsung dalam komunitas yang sama dimana infrastruktur dibangun. Ini akan mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan pelayanan sanitasi dan pasokan air bersih. Kesinambungan dan keberlanjutan persediaan air bersih perlu mendapatkan perhatian yang lebih OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
  • 6. Fewtrell, L., Kaufmann, R.B., Kay, D., Enanoria, W., Haller, L. and Colford Jr, J.M. (2005): ‘Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less developed countries: A systematic review and meta- analysis’ Lancet Infect Dis 2005; 5: 42–52 Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta 2011. Jakarta: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Ministry of Health (2008): Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta: Ministry of Health, National Institute of Health Research and Development. Ministry of Health (2011): Laporan Nasional: Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry of Health, National Institute of Health Research and Development. PERPAMSI (2010): Pemetaan Masalah PDAM di Indonesia (Mapping of PDAM Problem in Indonesia). Jakarta: Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Indonesian Water Supply Association) Unger, A. and Riley, L.W. (2007) Slum health: From understanding to action. PLoS Med 4(10): e295. doi:10.1371/journal.pmed.0040295. University of Indonesia Center for Health Research (2006): Survei rumah tangga pelayanan kesehatan dasar di 30 kabupaten di 6 provinsi di Indonesia 2005. Final report. Jakarta: USAID - Indonesia Health Services Program Victora, C.G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P.C., Martorell, R., Richter, L. and Sachdev, H.S. (2008): ‘Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital.’ Maternal and Child Undernutrition 2, Lancet 371: 340-357 World Bank (2008): Economic Impacts of Sanitation in Indonesia: A five-country study conducted in Cambodia, Indonesia, Lao PDR, the Philippines, and Vietnam under the Economics of Sanitation Initiative (ESI). Research Report August 2008. Jakarta: World Bank, Water and Sanitation Program. Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id6 besar. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada musim kemarau. Optimalisasi kualitas, kuantitas dan kesinambungan air bersih memerlukan pengelolaan sumber air yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah telah memulai diskusi kebijakan tentang Rencana Keamanan Air Bersih, yang bertujuan untuk memastikan kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan pelayanan air bersih. Sumber Adair, T. (2004): ‘Child Mortality in Indonesia’s Mega- Urban Regions: Measurement, Analysis of Differentials, and Policy Implications.’ 12th Biennial Conference of the Australian Population Association, 15-17 September 2004, Canberra. Bakker, K. and Kooy, M. (2010): ‘Citizens without a City: The Techno-Politics of Urban Water Governance’, Chapter 5 in Beyond Privatization: Governance failure and the world’s urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell University Press. Bappenas (2010): Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia (Roadmap for Acceleration of MDG Achievement in Indonesia) Jakarta: Bappenas (National Development Planning Agency) Available from: http://www.bappenas.go.id/node/118/2814/ peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan- milenium-di-indonesia/ Black, R.E., Morris, S.S. and Bryce, J. (2003): ‘Where and why are 10 million children dying every year?’ Lancet 361: 2226-34. BPPSPAM (2010): Performance Evaluation of PDAMs in Indonesia. Jakarta: Ministry of Public Works, Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (Support Agency for the Development of Drinking Water Supply Systems) BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008): Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro International and Jakarta: BPS. Crompton, D.W.T. and Savioli, L. (1993). ‘Intestinal parasitic infections and urbanization’ Bulletin of the World Health Organization, 71 (1): 1-7 Curtis, V. and Cairncross, S. (2003): ‘Effect of washing hands with soap on diarrhoea risk in the community: A systematic review.’ Lancet Infect Dis 2003; 3: 275-281 i Daerah perkotaan di sekitar Jakarta: meliputi Bekasi; dan Bogor dan Depok di Provinsi Jawa Barat; Tangerang dan Tangerang Selatan di Provinsi Banten ii Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan tempat pembuangan kotoran dan oleh karena itu kurang tepat. ringkasan Kajian OKTOBER 2012