Dokumen ini membahas masalah sanitasi, air bersih, dan kebersihan di Indonesia. Diare masih menjadi penyebab utama kematian anak akibat sanitasi dan air minum yang buruk. Indonesia belum berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target MDG air bersih 2015. Meskipun telah meningkatkan akses sanitasi, Indonesia masih membutuhkan peningkatan signifikan untuk mencapai target sanitasi nasional MDG. Buang air besar di tempat terbuka masih men
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMReza Hendrawan
Pemerintah Indonesia secara jelas telah menunjukkan komitmen untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi, terbukti dengan berbagai kebijakan, strategi, dan kemajuan yang ada. Namun demikian, sekolah perlu lebih dilibatkan termasuk dalam perencanaan, pemantauan, dan pendanaan strategi dan program untuk mencapai tujuan SDGs. Anak-anak di Indonesia dapat menjadi lebih baik dengan lingkungan belajar yang bersih dan aman, dan menjadi lebih siap untuk mempertahankan norma sosial dan perilaku positif hidup bersih dan sehat yang diperlukan untuk mancapai Indonesia sehat.
Policy Brief Sinergi Sanitasi Sekolah - STBMReza Hendrawan
Pemerintah Indonesia secara jelas telah menunjukkan komitmen untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi, terbukti dengan berbagai kebijakan, strategi, dan kemajuan yang ada. Namun demikian, sekolah perlu lebih dilibatkan termasuk dalam perencanaan, pemantauan, dan pendanaan strategi dan program untuk mencapai tujuan SDGs. Anak-anak di Indonesia dapat menjadi lebih baik dengan lingkungan belajar yang bersih dan aman, dan menjadi lebih siap untuk mempertahankan norma sosial dan perilaku positif hidup bersih dan sehat yang diperlukan untuk mancapai Indonesia sehat.
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garutjualobat34
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subangjualobat34
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
UNTUK MENDAPATKAN OBAT ASLI : 087776558899
__Cara Menggugurkan Janin Dalam Kandungan 3 Jam Bersih Tuntas Tanpa Kuret Secara Aman Dari Usia Kehamilan 1 – 7 Bulan.
Obat Penggugur Kandungan BPOM yang dijual di Apotik Cytotec dan Gastrul yaitu obat penggugur kandungan ampuh yang direkomendasi oleh Alodokter dan Halodoc sebagai obat aborsi manjur. Obat cytotec misoprostol 200mcg sangat ampuh untuk menggugurkan janin kuat (Bandel) bergaransi dijamin tuntas 100%.__
#UNTUK MENDAPATKAN OBAT ABORSI ASLI 087776558899
__Cara gugurkan kandungan awal kehamilan di luar nikah, cara menggugurkan kandungan usia 5 bulan dengan alkohol, anak luar nikah, secara alami dan cepat dalam 1 hari, cara menggugurkan janin di luar kandungan secara alami, Cara menggugurkan kandungan dengan paramex, feminax, cara menggugurkan kandungan dengan cepat selesai dalam 24 jam secara alami buah buahan yang masih gumpalah darah, hitungan hari.__
Selain itu, ini juga dapat dikerjakan jika memang benar-benar ada abnormalitas janin yang menyebabkan janin lepas dari kandungan. Dan di posting ini kali kami akan menjelaskan 4 cara menggugurkan kandungan dan percepat haid, Dengan Paramex, Dengan Paracetamol, Dengan Alkohol dan berikut penuturannya.
Obat MENGGUGURKAN kehamilan Kuat dengan cepat selesai dalam waktu 24 jam secara alami – Cara Menggugurkan Kandungan Usia Janin 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 Bulan Dengan Cepat Dalam Hitungan jam Secara Alami.
Obat Penggugur Kandungan untuk Ibu Menyusui di Apotik dan Harganya Cara Menggugurkan Kandungan atau Aborsi Medis Dengan Pil Cytotec 200mg Misoprostol adalah salah satu Obat Penggugur Kandungan Di Apotik Paling Ampuh yang tidak dijual secara Umum, ( Tips dan Cara Gugurkan Kehamilan Kuat 1-8 Bulan dengan Cepat Dalam Hitungan Jam secara Alami ) dari Janin usia 1 Bulan, 2 Bulan, 3 Bulan, 4 Bulan, 5 Bulan, 6 Bulan, 7 Bulan, 8 Bulan sangat mudah diatasi dengan Obat Aborsi Cytotec Misoprostol Asli 100% Berhasil TUNTAS.
Cara Menggugurkan Kandungan dan Percepat Haid, Cara Menggugurkan Kandungan Dan Percepat Haid yang Aman Secara Klinis. Menggugurkan kandungan ialah satu tindakan yang nista karena dipandang hilangkan nyawa calon bayi. Tetapi demikian, menggugurkan kandungan dapat menjadi legal atau dibolehkan bila terjadi beberapa kasus tertentu yang mewajibkannyauntuk digugurkan karena argumen klinis.Mirip contoh: si ibu yang mempunyai penyakitkronis yang bila dipaksa melanjutkan kehamilan maka mencelakakan nyawa si ibu.Cara menggugurkan kandungan adalah suatu hal tindakan yang sudah dilakukan untuk akhiri kehamilan yang tidak di harap (aborsi).
Cara Menggugurkan Kandungan Dengan Obat Penggugur Kehamilan Atau Obat Aborsi Cara Menggugurkan Kandungan Dengan Obat Penggugur Kandungan Adalah mungkin salah satu cara yang di anggap seseorang tepat, karena beberapa faktor alasan tertentu. Padahal Gugurkan kehamilan memiliki tingkat resiko yang lumayan tinggi apabila penggunaan Obat Aborsi atau yang sering di kenal dengan obat Cytotec
1. Isu penting
S
anitasi dan perilaku kebersihan yang buruk
serta air minum yang tidak aman berkontribusi
terhadap 88 persen kematian anak akibat diare
di seluruh dunia. Bagi anak-anak yang bertahan hidup,
seringnya menderita diare berkontribusi terhadap
masalah gizi, sehingga menghalangi anak-anak untuk
dapat mencapai potensi maksimal mereka. Kondisi ini
selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap
kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif
suatu bangsa di masa yang akan datang.
Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab utama
kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan
Riskesdas 2007 menunjukkan diare sebagai penyebab
31 persen kematian anak usia antara 1 bulan hingga satu
tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu
sampai empat tahun. Angka diare pada anak-anak dari
rumah tangga yang menggunakan sumur terbuka untuk
air minum tercatat 34 persen lebih tinggi dibandingkan
dengan anak-anak dari rumah tangga yang menggunakan
air ledeng, Selain itu, angka diare lebih tinggi sebesar 66
persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan
buang air besar di sungai atau selokan dibandingkan
mereka pada rumah tangga dengan fasilitas toilet pribadi
dan septik tank.
Peran penting kebersihan sering diabaikan. Kematian
dan penyakit yang disebabkan oleh diare pada
umumnya dapat dicegah. Bahkan tanpa perbaikan pada
sistem pengairandan sanitasi, mencuci tangan secara
tepat dengan menggunakan sabun dapat mengurangi
resiko penyakit diare sebesar 42 sampai 47 persen.
Air Bersih, Sanitasi & Kebersihan
unite for children
Situasi masyarakat miskin perkotaan perlu
mendapatkan perhatian segera. Di daerah-daerah
kumuh perkotaan, sanitasi yang tidak memadai, praktek
kebersihan yang buruk, kepadatan penduduk yang
berlebihan, serta air yang terkontaminasi secara sekaligus
dapat menciptakan kondisi yang tidak sehat. Penyakit-
penyakit terkait dengan ini meliputi disentri, kolera dan
penyakit diare lainnya, tipus, hepatitis, leptospirosis,
malaria, demam berdarah, kudis, penyakit pernapasan
kronis dan infeksi parasit usus. Selain itu, keluarga miskin
yang kurang berpendidikan cenderung melakukan praktek-
praktek kebersihan yang buruk, yang berkontribusi
terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko
kematian anak. Studi tentang “mega-kota” Jakarta (yang
disebut Jabotabek),i
Bandung dan Surabaya pada tahun
2000 menunjukkan bahwa penduduk miskin yang tinggal
di daerah pinggiran kota Jakarta kurang berpendidikan
dibandingkan warga Jakarta sendiri, dan memiliki tingkat
tamat sekolah menengah hanya seperempat dari mereka
yang tinggal di pusat kota. Studi yang sama menghitung
angka kematian anak sampai lima kali lebih tinggi di
kecamatan-kecamatan miskin di pinggiran kota Jabotabek
daripada di pusat kota Jakarta.
Pola dan kecenderungan
P
ada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia
telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam
meningkatkan akses terhadap persediaan air
bersih dan pelayanan sanitasi. Air bersih dan sanitasi
merupakan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium
(MDG) yang ketujuh dan pada tahun 2015 diharapkan
sampai dengan setengah jumlah penduduk yang tanpa
RingkasanKajian
OKTOBER 2012UNICEF INDONESIA
2. 2
akses ke air bersih yang layak minum dan sanitasi dasar
dapat berkurang. Bagi Indonesia, ini berarti Indonesia
perlu mencapai angka peningkatan akses air bersih
hingga 68,9 persen dan 62,4 persen, untuk sanitasi.
Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang
tepat untuk mencapai target MDG untuk masalah
air bersih MDG pada tahun 2015. Perhitungan dengan
menggunakan kriteria MDG nasional Indonesia untuk
air bersih dan data dari sensus tahun 2010 menunjukkan
bahwa Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta
orang dengan persediaan air bersih pada tahun 2015.
Di sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersihii
akan digunakan,
Indonesia harus mencapai tambahan 36,3 juta orang pada
tahun 2015. Saat ini, bahkan di provinsi-provinsi yang
berkinerja lebih baik (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta),
sekitar satu dari tiga rumah tangga tidak memiliki akses
ke persediaan air bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun 2007 menunjukkan
akses air bersih pada tahun 2010 telah mengalami
penurunan kira-kira sebesar tujuh persen. Kondisi
terbalik ini pada umumnya disebabkan oleh penurunan
di daerah perkotaan (sebesar 23 persen sejak tahun
2007, Gambar 2). Akses ke air bersih di Jakarta telah
mengalami penurunan dari 63 persen pada 2010 menjadi
28 persen pada tahun 2007, menurut Riskesdas. Yang
mengherankan, dua kelompok kuintil tertinggi juga
mengalami penurunan aksesterhadap air bersih masing-
masing sebesar 8 dan 32 persen dibandingkan dengan
tahun 2007. Mereka yang berasal dari kelompok mampu
membeli air minum kemasan atau botol: sepertiga
rumah tangga perkotaan di Indonesia melakukannya
pada tahun 2010.
1
ya
atu
ain
a
an
an
an
at
h
s.
ek
a
a
gor
ang
Pola dan kecenderungan
Pada dekade-dekade sebelumnya, Indonesia telah
menunjukkan kemajuan signifikan dalam
meningkatkan akses ke pelayanan persediaan air
bersih dan sanitasi. Sasaran air bersih dan sanitasi
Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) yang ketujuh
adalah mengurangi sampai setengah jumlah
penduduk yang tidak memiliki akses ke air bersih
yang layak minum dan sanitasi dasar. Bagi
Indonesia, ini berarti pencapaian tingkat akses
sebesar 68,9 dan 62,4 persen, masing-masing untuk
air bersih dan sanitasi.
Saat ini, Indonesia tidak berada pada arah yang
tepat untuk mencapai target air bersih MDG pada
tahun 2015. Perhitungan dengan menggunakan
kriteria MDG nasional Indonesia untuk air bersih dan
data dari sensus 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia harus mencapai tambahan 56,8 juta orang
dengan persediaan air bersih pada tahun 2015. Di
sisi lain, jika kriteria Program Pemantauan Bersama
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Central java
Di Yogyakarta
gorontalo
north Maluku
West nusa Tenggara
East java
southeast sulawesi
Lampung
Bengkulu
Central sulawesi
West java
north sumatra
West sulawesi
Bali
West sumatra
south sulawesi
Maluku
south kalimantan
riau
West Papua
north sulawesi
East kalimantan
jambi
aceh
East nusa Tenggara
south sumatra
Banten
West kalimantan
riau islands
Central kalimantan
Papua
Bangka Belitung
Dki jakarta
Figure 1.
Percentage of
households with
access to
improved water
sources, by
province. Source:
Riskesdas 2010.
JMP criteria,
bottled water not
included.
gambar 1.
Prosentase
rumah tangga
dengan akes ke
sumber air
bersih yang
lebih baik,
menurut
provinsi.
Sumber:
Riskesdas 2010.
Kriteria JMP,
tidak termasuk
air botol
kemasan
Dki jakarta
Bangka Belitung
Papua
kalteng
kepri
kalbar
Banten
sumsel
nTT
aceh
jambi
kaltim
sulut
Papua Barat
riau
kalsel
Maluku
sulsel
sumbar
Bali
sulbar
sumut
jawa Barat
sulteng
Bengkulu
Lampung
sultra
jawa Timur
nTB
gorontalo
Di Yogyakarat
jawa Tengah
Gambar 1.
Prosentase rumah
tangga dengan
akes ke sumber
air bersih yang
lebih baik,
menurut provinsi.
Sumber: Riskesdas 2010.
Kriteria JMP, tidak termasuk
air botol kemasan
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah tangga
dengan akses ke fasilitas sanitasi yang lebih baik,
tetapi masih berada pada arah yang belum tepat untuk
mencapai target sanitasi MDG 2015. Untuk mencapai
target sanitasi nasional MDG, diperlukan pencapaian
tambahan 26 juta orang dengan sanitasi yang lebih baik
pada tahun 2015. Perencanaan pada jangka panjang
memerlukan pencapaian angka-angka yang lebih
besar: Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih kekurangan
sanitasi yang memadai.
Buang air besar di tempat terbuka merupakan masalah
kesehatan dan sosial yang perlu mendapatkan perhatian
segera. Sekitar 17 persen rumah tangga pada tahun
2010 atau sekitar 41 juta orang masih buang air besar di
tempat terbuka. Ini meliputi lebih dari sepertiga penduduk
di Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa
Tenggara Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut
bahkan ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk perkotaan
dan di seluruh kuintil (Gambar 3 dan 4).
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan
digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan
36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di
provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga
rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air
bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun
2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun
2010telah mengalami penurunan kira-kira
sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya
disebabkan olehpenurunandi daerah
perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun
2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah
mengalami penurunan dari63persenpada 2010
menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut
Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok
kekayaantertinggijuga telah mengalami
penurunanakses ke air bersih masing-masing
sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun
2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli
airminumkemasanatau botol: sepertigarumah
tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada
tahun 2010.
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah
tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang
lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang
tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG
2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional
MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang
dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Perencanaan jangka panjang memerlukan
pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih
kekurangan sanitasi yang memadai.
menda
rumah t
orang m
meliput
Sulawe
Barat d
ditemuk
sanitas
perkota
(Gamba
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
indonesia
rural
Urban
Quintile 1
(lowest wealth)
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Quintile 5
(highest wealth)
D
2010
2007
Figure 2. Percentage of
households with
access to safe water,
by rural/urban and
wealth quintile, 2007 &
2010. Source: Riskesdas
2007 and 2010
Dk
ria
Di Yo
East ka
north
north
Cen
south
B
Bangka
W
inD
E
south ka
south
nort
West ka
Central
southeast
West
We
West nusa
West
Central ka
g
East nusa
gambar 2.
Prosentase rumah
tangga yang dengan
akses ke air bersih,
menurut desa/kota
dan kelompok
kekayaan. 2007 &
2010.Sumber:
Riskesdas 2007 dan
2010.
g
Pap
Malu
ja
inD
ja
B
B
jaw
Di Yo
Dk
in
kelom
kelo
kelo
kelo
(ke
T
kelo
(ke
Te
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 4
kelompok 3
kelompok 2
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
kota
Desa
indonesia
Gambar 2.
Prosentase
rumah tangga
yang dengan
akses ke air
bersih, menurut
desa/kota
dan kelompok
kekayaan 2007
& 2010.
Sumber: Riskesdas 2007
dan 2010.
WHO-UNICEF (JMP) untuk air bersih2 akan
digunakan, Indonesia harus mencapai tambahan
36,3 juta orang pada tahun 2015. Saat ini, bahkan di
provinsi-provinsi yang berkinerja lebih baik (Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta), sekitar satu dari tiga
rumah tangga tidak memiliki akses ke persediaan air
bersih (Gambar 1).
Perbandingan dengan tahun
2007menunjukkanaksesair bersihpada tahun
2010telah mengalami penurunan kira-kira
sebesartujuhpersen. Pembalikaninipada umumnya
disebabkan olehpenurunandi daerah
perkotaan(sebesar 23 persensejaktahun
2007,Gambar2). Akseske air bersihdi Jakartatelah
mengalami penurunan dari63persenpada 2010
menjadi28 persenpada tahun 2007, menurut
Riskesdas. Yang mengherankan, duakelompok
kekayaantertinggijuga telah mengalami
penurunanakses ke air bersih masing-masing
sebesar 8 dan32persen dibandingkan dengan tahun
2007. Mereka yangmampu membelinyamembeli
airminumkemasanatau botol: sepertigarumah
tanggaperkotaandi Indonesiamelakukannyapada
tahun 2010.
Sejak tahun 1993, Indonesia telah menunjukkan
peningkatan dua kali lipat prosentase rumah
tangga dengan akses ke fasilitas sanitasi yang
lebih baik, tetapi masih berada pada arah yang
tidak tepat untuk mencapai target sanitasi MDG
2015. Untuk mencapai target sanitasi nasional
MDG,diperlukan pencapaian tambahan 26 juta orang
dengan sanitasi yang lebih baik pada tahun 2015.
Perencanaan jangka panjang memerlukan
pencapaian angka-angka yang lebih besar: Data
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa secara
keseluruhan, kira-kira 116 juta orang masih
kekurangan sanitasi yang memadai.
Buang air besar di tempat terbuka merupakan
masalah kesehatan dan sosial yang perlu
2Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan
mendapa
rumah tan
orang ma
meliputi le
Sulawesi
Barat dan
ditemukan
sanitasi ya
perkotaan
(Gambar
Cakupan
berbeda m
kuat darip
4). Propor
ke fasilitas
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
indonesia
rural
Urban
Quintile 1
(lowest wealth)
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Quintile 5
(highest wealth)
D
2010
2007
Figure 2. Percentage of
households with
access to safe water,
by rural/urban and
wealth quintile, 2007 &
2010. Source: Riskesdas
2007 and 2010
Dki ja
riau isl
Di Yogya
East kalima
north sula
Ba
north sum
Central
south sula
Beng
Bangka Bel
West
inDOn
East
j
south kalima
Ma
south sum
north Ma
Lam
West kalima
Central sula
southeast sula
West sum
West P
West nusa Teng
P
West sula
Central kalima
goro
East nusa Teng
gambar 2.
Prosentase rumah
tangga yang dengan
akses ke air bersih,
menurut desa/kota
dan kelompok
kekayaan. 2007 &
2010.Sumber:
Riskesdas 2007 dan
2010.
goro
ka
s
P
Papua
s
su
k
Lam
Maluku
su
M
k
j
jawa T
inDOn
jawa
Bang
Ben
s
jawa Te
s
B
k
Di Yogya
Dki ja
D
k
indon
kelompok
kelompo
kelompo
kelomp
(kekay
Tertin
kelomp
(kekay
Terren
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 4
kelompok 3
kelompok 2
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
kota
Desa
indonesia
ringkasan Kajian OKTOBER 2012
3. 3
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar 4).
Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses ke
fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali lipat
dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi rumah
tangga yang memiliki fasilitas sanitasi yang lebih baik
pada kuintil tertinggi adalah 2,6 kali proporsi kuintil
terendah. Perbedaan geografis juga terlihat jelas. Tingkat
akses ke sanitasi yang lebih baik di provinsi yang
berkinerja terbaik (69,8 persen, DKI Jakarta) adalah tiga
kali lebih tinggi daripada tingkat akses di provinsi yang
berkinerja terburuk (22,4 persen, Nusa Tenggara Timur).
Kontaminasi feses terhadap tanah dan air merupakan
hal yang umum di daerahh perkotaan, hal ini
diakibatkan oleh kepadatan penduduk yang berlebihan,
toilet yang kurang sehat dan pembuangan limbah
mentah ke tempat terbuka tanpa diolah. Sebagian
besar rumah tangga di perkotaan yang menggunakan
pompa, sumur atau mata air untuk persediaan air
bersih mereka memiliki sumber-sumber air ini dengan
jarak 10 meter dari septik tank atau pembuangan
toilet. Di Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta menunjukkan bahwa
41 persen sumur gali yang digunakan oleh rumah
tangga berjarak kurang dari 10 meter dari septik tank.
Septik tank jarang disedot dan kotoran merembes ke
tanah dan air tanah sekitarnya. Laporan Bank Dunia
tahun 2007 menyebutkan bahwa hanya 1,3 persen
penduduk memiliki sistem pembuangan kotoran. Sistem
pipa rentan terhadap kontaminasi akibat kebocoran
dan tekanan negatif yang disebabkan oleh pasokan
yang tidak teratur. Ini merupakan masalah khusus
dimana konsumen menggunakan pompa hisap untuk
mendapatkan air bersih dari sistem perariran kota.
Dibandingkan dengan kelompok kaya, kaum miskin
perkotaan mengeluarkan biaya yang lebih besar
dari pendapatan mereka untuk air yang berkualitas
lebih buruk. Misalnya, sistem pipa kota Jakarta hanya
mencakup sebagian kecil penduduk, karena perluasan
pelayanan tidak dapat mengimbangi perkembangan
penduduk di daerah perkotaan. Penduduk lainnya
tergantung pada berbagai sumber lain, termasuk sumur
dangkal, penjual air keliling dan jaringan privat yang
terhubung dengan sumur yang dalam. Banyak dari
sumber-sumber alternatif ini memerlukan biaya yang
lebih besar per satuan volume daripada pasokan air
ledeng dan sering digunakan oleh masyarakat miskin.
2
i
r
a
n
g
an
mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen
rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta
orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini
meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan
ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk
perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan
(Gambar 3 dan 4).
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar
4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses
ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali
lipat dari proporsi rumah tangga perdesaan. Proporsi
0
7
of
&
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Dki jakarta
riau islands
Di Yogyakarta
Bali
East kalimantan
north sulawesi
Banten
north sumatra
Central java
south sulawesi
Bengkulu
Bangka Belitung
riau
West java
inDOnEsia
East java
aceh
jambi
south kalimantan
Maluku
south sumatra
north Maluku
Lampung
West kalimantan
Central sulawesi
southeast sulawesi
West sumatra
West Papua
West nusa Tenggara
Papua
West sulawesi
Central kalimantan
gorontalo
East nusa Tenggara improved
sanitation facilities
shared/
unimproved
sanitation facilities
Open defecation
Figure 3.
Percentage of
households
using different
means of excreta
disposal, by
province. Source:
Riskesdas 2010,
using JMP
criteria for
improved
sanitation.
gambar 3.
Prosentase
rumah tangga
yang
menggunakan
cara-cara lain
pembuangan
kotoran Sumber:
Riskesdas 2010.
Menggunakan
kriteria JMP
untuk sanitasi
yang lebih baik
gambar 3. Prosentase
rumah tangga yang
menggunakan cara-cara
lain pembuangan
kotoran, menurut
kelompok desa-kota dan
kekayaanSumber:
Riskesdas 2010.
nTT
gorontalo
kalteng
sulbar
Papua
nTB
Papua Barat
sultra
sulteng
kalbar
Lampung
Maluku Utara
sumsel
Maluku
kalsel
jambi
aceh
jawa Timur
inDOnEsia
jawa Barat
riau
Bangka B.
Bengkulu
sulsel
jawa Tengah
sumut
Banten
sulut
kaltim
Di Yogyakarta
kepri
Dki jakarta
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air
besar di
tempat
terbuka
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air besar
di tempat
terbuka
Desa
kota
indonesia
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
Gambar 3. Prosentase rumah tangga yang
menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran.
Sumber: Riskesdas 2007 dan 2010. menggunakan kriteria JMP untuk sanitasi
yang lebih baik
n
an di
wa
ga
an air
n
mnya
ah
ahun
i
a
kan
ng
ng
DG
orang
15.
a
an
mendapatkan perhatian segera. Kira-kira 17 persen
rumah tangga pada tahun 2010 atau sekitar 41 juta
orang masih buang air besar di tempat terbuka. Ini
meliputi lebih dari sepertiga penduduk di Gorontalo,
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Barat dan Kalimantan Barat. Praktek tersebut bahkan
ditemukan di provinsi-provinsi dengan cakupan
sanitasi yang relatif tinggi, dan pada penduduk
perkotaan dan di seluruh kelompokkekayaan
(Gambar 3 dan 4).
Cakupan sanitasi pada kelompok-kelompok yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang jauh lebih
kuat daripada cakupan untuk air bersih (Gambar
4). Proporsi rumah tangga perkotaan dengan akses
ke fasilitas sanitasi yang lebih baik hampir dua kali
D
2010
2007
ntage of
h
water,
and
2007 &
kesdas
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Dki jakarta
riau islands
Di Yogyakarta
Bali
East kalimantan
north sulawesi
Banten
north sumatra
Central java
south sulawesi
Bengkulu
Bangka Belitung
riau
West java
inDOnEsia
East java
aceh
jambi
south kalimantan
Maluku
south sumatra
north Maluku
Lampung
West kalimantan
Central sulawesi
southeast sulawesi
West sumatra
West Papua
West nusa Tenggara
Papua
West sulawesi
Central kalimantan
gorontalo
East nusa Tenggara improved
sanitation facilities
shared/
unimproved
sanitation facilities
Open defecation
Figure 3.
Percentage of
households
using different
means of excreta
disposal, by
province. Source:
Riskesdas 2010,
using JMP
criteria for
improved
sanitation.
gambar 3.
Prosentase
rumah tangga
yang
menggunakan
cara-cara lain
pembuangan
kotoran Sumber:
Riskesdas 2010.
Menggunakan
kriteria JMP
untuk sanitasi
yang lebih baik
gambar 3. Prosentase
rumah tangga yang
menggunakan cara-cara
lain pembuangan
kotoran, menurut
kelompok desa-kota dan
kekayaanSumber:
Riskesdas 2010.
mah
engan
rsih,
kota
7 &
dan
nTT
gorontalo
kalteng
sulbar
Papua
nTB
Papua Barat
sultra
sulteng
kalbar
Lampung
Maluku Utara
sumsel
Maluku
kalsel
jambi
aceh
jawa Timur
inDOnEsia
jawa Barat
riau
Bangka B.
Bengkulu
sulsel
jawa Tengah
sumut
Banten
sulut
kaltim
Di Yogyakarta
kepri
Dki jakarta
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air
besar di
tempat
terbuka
Fasilitas
sanitasi yang
lebih baik
Fasilitas
sanitasi
bersama/tidak
lebih baik
Buang air besar
di tempat
terbuka
Desa
kota
indonesia
kelompok 2
kelompok 3
kelompok 4
kelompok 5
(kekayaan
Tertinggi
kelompok 1
(kekayaan
Terrendah
Gambar 4. Prosentase rumah tangga yang
menggunakan cara-cara lain pembuangan kotoran,
menurut kelompok desa-kota dan kekayaan
Sumber: Riskesdas 2010.
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
4. 4
Hambatan
D
iperlukan investasi yang lebih banyak di sektor
air bersih dan sanitasi. Investasi pemerintah di
sektor tersebut kurang dari satu persen dari PDB.
Pemerintah sedang melakukan upaya untuk mengatasi
masalah ini. Setelah dimulainya PPSP (Program Percepatan
Sanitasi Nasional) tahun 2010, alokasi anggaran sanitasi
oleh pemerintah daerah meningkat sebesar 4 sampai 7
persen pada tahun 2011.
Beberapa kementerian dan lembaga yang terlibat dalam
sektor air bersih dan sanitasi memerlukan koordinasi
yang lebih kuat. Misalnya, kontraktor yang membangun
sistem perairan perdesaan lebih bertanggung jawab
kepada lembaga pemerintah, bukan pada pengguna jasa.
Tanggung jawab pemeliharaan sistem ini tidak jelas dan
struktur manajemen masyarakat masih lemah. Dalam
tahun-tahun terakhir, koordinasi tersebut telah meningkat
dengan terbentuknya kelompok kerja yang disebut Pokja
AMPL di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten untuk air
bersih dan sanitasi lingkungan.
Setelah masa desentralisasi, banyak pemerintah
kabupaten terhambat oleh kurangnya keahlian
di sektor perairan dan kapasitas kelembagaan.
Kabupaten-kabupaten terpencil mengalami kesulitan
untuk merekrut tenaga terampil, yang pada umumnya
lebih memilih untuk tinggal dan bekerja di daerah
perkotaan.
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan
perilaku kebersihan mereka. Situasi kebersihan seringkali
buruk di pusat-pusat kesehatan dan tempat-tempat umum
lainnya, seperti pasar lokal dan di antara para penjual
makanan jalanan. Sebuah survei di enam provinsi, yang
dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2005
untuk USAID, menyatakan bahwa kurang dari 15 persen
ibu menyatakan mencuci tangan mereka dengan sabun
setelah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi anak mereka, sebelum makan, atau
sebelum membersihkan pantat anak.
Kunjungan lapangan menunjukkan perlunya
meningkatkan kebersihan, air bersih dan sanitasi
sekolah, tetapi tidak ada data yang memadaai tentang
hal ini. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menunjukkan bahwa 77 persen sekolah menengah
pertama dilengkapi dengan persediaan air bersih dari
sumur ledeng, yang berarti bahwa lebih dari 10.000 SMP
tidak memiliki fasilitas tersebut. Perhitungan proporsi
untuk semua 234.711 sekolah dasar dan menengah (2009)
di Indonesia menunjukkan skala aksi yang diperlukan.
Lebih dari 50.000 sekolah mungkin memerlukan
persediaan air bersih.
Pemanfaatan air bersih di perkotaan tidak diatur
dengan baik dan secara umum cakupannya kecil.
Dari 402 perusahaan daerah air minum (PDAM),
yang melayani sebagian besar daerah perkotaan,
hanya 31 yang memiliki lebih dari 50.000 sambungan
pada tahun 2009. Ukuran yang lebih kecil dari
optimal menyebabkan biaya operasi yang tinggi.
Pada tahun 2010, angka air bersih yang tidak
dipertanggungjawabkan adalah antara 38-40 persen
dan hanya 30 PDAM mampu menutup biaya operasional
dan pemeliharaan secara penuh. PDAM mengalihkan
sebagian pendapatan – diperkirakan sebesar 40
persen - kepada pemerintah kabupaten dengan sedikit
tanggung jawab, dan memiliki sedikit atau tidak ada
dana tersisa untuk operasi dan pemeliharaan. Tidak
mengherankan, sistem persediaan air bersih perkotaan
pada umumnya tidak terawat dan rusak. Beberapa
PDAM telah mengadakan Kemitraan Publik-Publik,
tetapi kompleksitas negosiasi antara pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten telah menyebabkan pembatalan
dan penundaan. Sistem pembuangan kotoran dan
air limbah di perkotaan pada umumnya kurang
berkembang dan tidak ditangani dengan baik. Studi
Bank Dunia memperkirakan bahwa setiap tahun, rumah
tangga tanpa fasilitas sanitasi yang layak di Jakarta
dan di seluruh Indonesia membuang masing-masing
sebesar 260.731 ton dan 6,4 juta ton kotoran manusia ke
pengumpulan-pengumpulan air tanpa diolah.
Pengelolaan limbah padat di perkotaan dilakukan
sedikit demi sedikit dan tidak diatur dengan
baik. Badan yang secara resmi bertanggung jawab
terhadap sektor tersebut mengadakan kontrak
dengan pengusaha-pengusaha swasta kecil yang
mengumpulkan dan membawa sampah dari rumah
tangga ke fasilitas penyimpanan sementara untuk
selanjutnya diangkut oleh badan tersebut. Rumah
tangga membayar pelayanan ini melalui tukang sampah
lokal. Penimbunan tanah sedang dikembangkan, tetapi
tidak banyak mengalami kemajuan. Fasilitas, peralatan
dan transportasi untuk pengelolaan limbah padat
tetap terbatas.
ringkasan Kajian OKTOBER 2012
5. 5
Peluang untuk
melakukan tindakan
K
ebijakan Nasional untuk Persediaan Air
Bersih dan Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat memberikan kerangka kerja yang
memungkinkan. Kebijakan tersebut memanfaatkan
dengan baik pengalaman yang diperoleh di bidang air
bersih dan sanitasi di Indonesia dan negara-negara
lain. Kebijakan ini mengikuti prinsip-prinsip kuat
yang responsif terhadap permintaan, menggunakan
pendekatan berbasis masyarakat, dan menekankan
perlunya keterlibatan perempuan serta memfokuskan
pada prinsip-prinsip operasional , pemeliharaan dan
pembiayaan yang berkesinambungan.
Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) dan lima pilarnya merupakan kerangka
kerja yang penting. Kelima pilar tersebut adalah
penghapusan buang air besar di tempat terbuka,
mencuci tangan dengan sabun, pengolahan air rumah
tangga, pengelolaan sampah padat dan pengelolaan
limbah cair. Kepemimpinan Kementerian Kesehatan
sangat penting dalam meningkatkan STBM. Kabupaten
dan provinsi perlu mempercepat upaya-upayanya,
sesuai dengan standar dan pedoman nasional.
Kelompok masyarakat termiskin perlu memiliki akses
ke pembiayaan untuk memulai STBM.
STBM memerlukan pendekatan pemasaran sosial
yang memobilisasi sejumlah besar penduduk dan
meningkatkan permintaan fasilitas sanitasi yang lebih
baik. Revitalisasi air bersih dan sanitasi sekolah dengan
tema-tema kesehatan dan sosial akan memberikan
beberapa peluang. Para siswa dapat menjadi agen
perubahan dalam masyarakat dalam hal STBM dan
praktek-praktek kesehatan dan kebersihan yang baik,
yang sebaiknya juga mencakup penanganan tempat
penggunaan air bersih, penyimpanan air bersih yang
layak, penurunan diare, dan penanggulangan demam
berdarah dan malaria. Advokasi yang berhubungan
dengan gizi, pengembangan anak usia dini dan kinerja
pendidikan akan lebih kuat daripada pesan-pesan
tentang kesehatan preventif saja. Studi di tempat lain
menunjukkan tingkat sifat persuasive dari alasan sosial,
seperti keinginan untuk merasakan dan mencium
sesuatu yang bersih dan mengikuti norma-norma sosial,
dan penggunaan sabun sebagai produk konsumen yang
diinginkan.
Sistem data perlu diperkuat. Pemerintah telah
menunjukkan perhatiannya dalam mengembangkan
program STBM Nasional di Sekolah. Program ini
memerlukan sistem pengumpulan dan pemantauan data
yang lebih baik daripada yang ada saat ini untuk air bersih
dan sanitasi sekolah. Selain itu, sistem untuk pengujian
dan pelaporan kualitas air perlu diperkuat dan data
tersebut diumumkan kepada masyarakat.
Keterlibatan baik pemerintah daerah maupun sektor
swasta sangat penting untuk meningkatkan sistem
perkotaan dan pinggiran kota.
Untuk daerah perkotaan, teknologi inovatif
dalam penyediaan sanitasi dan air bersih perlu
dikaji. Sistem sanitasi dan pembuangan kotoran
di perkotaan memberikan tantangan yang lebih
besar, karena teknologi sanitasi standar tidak dapat
bekerja karena kepadatan penduduk yang berlebihan,
kurangnya ruang, dan dekatnya jarak sumber air.
Dalam penyediaan air, desentralisasi teknologi dan
pendekatan, seperti pengolahan tempat penggunaan
air bersih, akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan
sistem sentralisasi, karena berbagai sumber yang
berbeda dan banyaknya penyedia.
Untuk memperkuat tata kelola dan kapasitas PDAM,
diperlukan pengkajian ulang terhadap berbagai tugas,
proses dan akuntabilitas kelembagaan, khususnya
kepala PDAM. Tingkat pusat harus menetapkan standar
minimal kinerja untuk PDAM, dengan mekanisme
pemantauan, penegakan dan insentif.
Lembaga-lembaga tingkat kabupaten memerlukan
perencanaan dan sasaran yang tepat untuk membuat
sistem perdesaan lebih berkesinambungan. Dalam
proses perencanaan mereka, lembaga-lembaga
tingkat kabupaten yang berbeda (pekerjaan umum,
pemberdayaan desa, dinas kesehatan kabupaten dan
dinas perencanaan kabupaten) harus menetapkan
sasaran masyarakat yang sama, sehingga mobilisasi
masyarakat dan pelatihan berlangsung dalam
komunitas yang sama dimana infrastruktur dibangun.
Ini akan mengoptimalkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan, pembangunan dan pengelolaan
pelayanan sanitasi dan pasokan air bersih.
Kesinambungan dan keberlanjutan persediaan air
bersih perlu mendapatkan perhatian yang lebih
OKTOBER 2012 ringkasan Kajian
6. Fewtrell, L., Kaufmann, R.B., Kay, D., Enanoria, W.,
Haller, L. and Colford Jr, J.M. (2005): ‘Water, sanitation,
and hygiene interventions to reduce diarrhoea in less
developed countries: A systematic review and meta-
analysis’ Lancet Infect Dis 2005; 5: 42–52
Jakarta Environmental Agency (BPLHD) (2012): Neraca
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta 2011. Jakarta:
Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
Ministry of Health (2008): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and
Development.
Ministry of Health (2011): Laporan Nasional: Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, Jakarta: Ministry
of Health, National Institute of Health Research and
Development.
PERPAMSI (2010): Pemetaan Masalah PDAM di Indonesia
(Mapping of PDAM Problem in Indonesia). Jakarta:
Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia
(Indonesian Water Supply Association)
Unger, A. and Riley, L.W. (2007) Slum health: From
understanding to action. PLoS Med 4(10): e295.
doi:10.1371/journal.pmed.0040295.
University of Indonesia Center for Health Research (2006):
Survei rumah tangga pelayanan kesehatan dasar di 30
kabupaten di 6 provinsi di Indonesia 2005. Final report.
Jakarta: USAID - Indonesia Health Services Program
Victora, C.G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P.C., Martorell, R.,
Richter, L. and Sachdev, H.S. (2008): ‘Maternal and child
undernutrition: consequences for adult health and human
capital.’ Maternal and Child Undernutrition 2, Lancet 371:
340-357
World Bank (2008): Economic Impacts of Sanitation in
Indonesia: A five-country study conducted in Cambodia,
Indonesia, Lao PDR, the Philippines, and Vietnam under
the Economics of Sanitation Initiative (ESI). Research
Report August 2008. Jakarta: World Bank, Water and
Sanitation Program.
Ini adalah salah satu dari serangkaian Ringkasan Kajian yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi jakarta@unicef.org atau klik www.unicef.or.id6
besar. Satu dari sepuluh rumah tangga mengalami
kekurangan persediaan air bersih, khususnya pada
musim kemarau. Optimalisasi kualitas, kuantitas dan
kesinambungan air bersih memerlukan pengelolaan
sumber air yang melibatkan berbagai pemangku
kepentingan. Pemerintah telah memulai diskusi
kebijakan tentang Rencana Keamanan Air Bersih,
yang bertujuan untuk memastikan kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan pelayanan air bersih.
Sumber
Adair, T. (2004): ‘Child Mortality in Indonesia’s Mega-
Urban Regions: Measurement, Analysis of Differentials,
and Policy Implications.’ 12th Biennial Conference of the
Australian Population Association, 15-17 September 2004,
Canberra.
Bakker, K. and Kooy, M. (2010): ‘Citizens without a City:
The Techno-Politics of Urban Water Governance’, Chapter
5 in Beyond Privatization: Governance failure and the
world’s urban water crisis, K. Bakker. Ithaca: Cornell
University Press.
Bappenas (2010): Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium di Indonesia (Roadmap for
Acceleration of MDG Achievement in Indonesia) Jakarta:
Bappenas (National Development Planning Agency)
Available from: http://www.bappenas.go.id/node/118/2814/
peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-
milenium-di-indonesia/
Black, R.E., Morris, S.S. and Bryce, J. (2003): ‘Where and
why are 10 million children dying every year?’ Lancet 361:
2226-34.
BPPSPAM (2010): Performance Evaluation of PDAMs
in Indonesia. Jakarta: Ministry of Public Works, Badan
Pendukung Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum
(Support Agency for the Development of Drinking Water
Supply Systems)
BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008):
Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS 2007).
Calverton, Maryland, USA: Macro International and
Jakarta: BPS.
Crompton, D.W.T. and Savioli, L. (1993). ‘Intestinal
parasitic infections and urbanization’ Bulletin of the
World Health Organization, 71 (1): 1-7
Curtis, V. and Cairncross, S. (2003): ‘Effect of washing
hands with soap on diarrhoea risk in the community: A
systematic review.’ Lancet Infect Dis 2003; 3: 275-281
i
Daerah perkotaan di sekitar Jakarta: meliputi Bekasi; dan Bogor dan
Depok di Provinsi Jawa Barat; Tangerang dan Tangerang Selatan di
Provinsi Banten
ii
Kriteria JMP tidak menetapkan jarak antara persediaan air dan tempat
pembuangan kotoran dan oleh karena itu kurang tepat.
ringkasan Kajian OKTOBER 2012