Bab 13 Riyadhus Shalihin menjelaskan bahwa orang yang memiliki kebiasaan beramal sholih akan mendapatkan pahala penuh ketika tidak dapat melakukannya karena sakit atau halangan lain. Sedangkan jika amalan tersebut bukan kebiasaan, akan diperoleh pahala niat saja apabila tidak dapat dilakukan.
3. Di mana orang yang sudah punya rutinitas beramal
sholih, maka ia akan mendapatkan pahala sempurna
ketika ia ada uzur melakukan amalan tersebut. Sedangkan
jika amalan tersebut bukan kebiasaan, namun sudah
diniatkan lantas ada halangan untuk dilakukan, maka
akan diperoleh pahala niat amalan tersebut.
4. Hadist No 133
عش السابع
:
َال
َ
ق ،
ُ
ه
ْ
ن
َ
ع
:
هللا ول ُ
س َ
ر َال
َ
ق
-
هللا صىل
وسلم عليه
:
«
ْ
ث ِ
م
ُ
ه
َ
ل َ
بِت
ُ
ك َ
ر
َ
اف َ
س ْ
و
َ
أ
ُ
دْب َالع َ
ضِ
ر َم ا
َ
ذِإ
ا ًيم ِ
ق ُم ُل َم ْع
َ
ي
َ
ان
َ
كا َم ُل
ا
ً
يح ِ
ح َ
ص
»
.
البخاري رواه
.
Dari Abu Musa al-Asy'ari pula, katanya: Rasulullah s.a.w.
bersabda: "Apabila seorang hamba itu sakit atau berpergian,
maka dicatatlah untuknya pahala ketaatan sebagaimana kalau ia
mengerjakannya di waktu ia sedang berada di rumah sendiri dan
dalam keadaan sehat." (Riwayat Bukhari)
5. Orang yang berniat melakukan amalan sholih namun terhalang
melakukannya bisa dibagi menjadi dua:
1. Amalan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas (rajin
untuk dijaga). Lalu amalan ini ditinggalkan karena ada uzur, maka orang
seperti ini dicatat mendapat pahala amalan itu secara sempurna.
Contoh dalam hal ini adalah orang yang sudah punya kebiasaan shalat
jama’ah di masjid akan tetapi ia memiliki uzur atau halangan seperti
karena tertidur atau sakit, maka ia dicatat mendapatkan pahala shalat
berjama’ah secara sempurna dan tidak berkurang.
2. Jika amalan tersebut bukan menjadi kebiasaan, maka jika sudah berniat
mengamalkannya namun terhalang, akan diperoleh pahala niatnya (saja)